Anda di halaman 1dari 3

AKU GENERASI UNGGUL KEBANGGAAN INDONESIA

PENTINGNYA TENAGA PENGAJAR PROFESIONAL DI TINGKAT SEKOLAH


DASAR
Oleh Winda Hasyana

Apa yang anda fikirkan jika mendengar kata “Guru”, tentu seseorang akan
menafsirkan berbeda-beda pengertian, sifat, maupun gambaran tentang kata tersebut.

Falsafah Jawa mengatakan guru dapat diartikan sebagai sosok tauladan yang harus
ditiru, artinya menurut falsafah jawa ini seorang guru bukan hanya pribadi yang
mentransformasikan pengetahuan di dalam kelas saja, melainkan lebih dari itu. Guru
dianggap sebagai sumber informasi bagi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Menurut
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005, pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

dari tahun ke tahun, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dan maju.
Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara lain terutama dalam bidang
pendidikan. Institusi formal mengemban tugas penting untuk menyiapkan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan formal di Indonesia dibagi atas beberapa
tingkatan. Tingkat dasar (SD/MI), tingkat menengah (SMP/MTS), tingkat atas
(SMA/MA/SMK), serta Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta.

Administrasi pendidikan menempatkan guru sebagai sumber daya strategis dalam


pendidikan karena peranannya sangat menentukan. Seperti dikemukakan Sudjana bahwa
“ada tiga variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi pelaksanaan pendidikan
sekolah. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru dan pengajaran atau proses belajar
mengajar”. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa kelangsungan fungsi dan proses
administrasi pendidikan sangat ditentukan oleh guru sebagai pelaksana di tingkat satuan
pendidikan. Oleh karena itu kinerja mengajar guru sebagai bagian dari manajemen sumber
daya manusia pendidikan tidak terlepas dari kualifikasi, kompetensi dan kemampuan
melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
Namun pada kenyataan di lapangan, masih banyak guru yang belum memenuhi
kriteria kelayakan mengajar seperti merencanakan dan mempersiapkan materi pelajaran
dengan baik. Mulyasa menyatakan ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan oleh guru
dalam proses belajar mengajar, yaitu:
Mengambil jalan pintas pembelajaran (tidak membuat persiapan tertulis dalam
mengajar), menunggu siswa berperilaku negatif (guru tidak memberikan perhatian
dan penghargaan yang pantas kepada siswa yang berperilaku baik, sehingga siswa
memiliki kesimpulan kalau ingin mendapat perhatian harus berperilaku negatif),
menggunakan destruktif disiplin (menggunakan disiplin yang merusak perkembangan
siswa), mengabaikan perbedaan siswa, merasa paling pandai, tidak adil
(Deskriminatif), memaksa hak peserta didik.

Data Balitbang Depdiknas menunjukan guru-guru yang layak mengajar di tingkat


Sekolah Dasar baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94% saja, guru SMP negeri
54,12% swasta 60,99%, guru SMA negeri 65,29% swasta 64,73%, guru SMK negeri 55,91%
swasta 58,26%. Data tersebut jelas menerangkan bahwa sebagian besar guru pada tingkat
sekolah dasar belum memiliki tingkat kelayakan mengajar yang baik. Dilihat dari data
tersebut kemampuan profesional guru di Indonesia masih belum memadai serta salah satu
faktor penyebab rendahnya kualitas profesional guru adalah kurangnya kemampuan serta
keterampilan guru saat mengajar di kelas. Kinerja mengajar guru memiliki keterkaitan
dengan perilaku dalam mengerjakan tugasnya.

Lantas bagaimana kita sebagai calon penerus tenaga pengajar mengatasi


permasalahan tersebut ?.

Menurut penulis ketidak layakan mengajar dikarenakan kurangnya pengetahuan atau


kurangnya kemampuan untuk menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik.
Ketidaklayakan tersebut juga dipengaruhi oleh kualifikasi lulusan guru yang masih belum S1,
tak hanya kualifikasi akademik tetapi juga pengaruh dari kepala sekolah yang belum
melaksanakan supervisi secara optimal sesuai tujuan supervisinya.

Sebagai calon pengajar kita harus mempunyai pengetahuan, pengalaman,


keterampilan dan kemampuan untuk menyampaikan ilmu kepada peserta didik. Ingat
kembali, guru bukan hanya sosok figur yang memberikan ilmu pengetahuan namun juga
seorang yang bertugas membentuk moral, tingkah laku, serta jiwa nasionalisme seorang anak
didik. Guru sekolah dasar berfungsi memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara anggota
umat manusia serta mempersiapkan siswa mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP
Nomor 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar). Kita bisa mengatasi kurang layaknya
pengajar dari segi akademik dengan cara menambah ilmu pengetahuan di perguruan tinggi
ataupun meningkatkan pengalaman mengajar.

Seorang guru sebaiknya jangan hanya layak dalam bidang akademik, pengetahuan
saja. Jadilah guru yang tidak mudah dilupakan siswa, jadilah guru yang mampu membentuk
karakter baik pada siswa, jadilah guru yang bisa menjadi sahabat para siswa agar proses
pengajaran berlangsung mudah serta menyenangkan. Seperti kasus di Cina ketika anak-anak
ditanya mengenai gurunya mereka berkata “Ibu guru Gao seperti ibu bagiku, dia mendengar
semua masalah dan keluh kesah kami serta membantu menyelesaikannya. Guru Shan selalu
melucu dalam kelas kami dan membuat kami sangat tertarik dalam pelajaran itu.” Lalu
pendapat anak Pakistan tentang gurunya “Guru kami tahu nama tiap anak. Guru kami selalu
memperhatikan setiap anak ketika mengajar”. Beberapa komentar tersebut menjelaskan
bahwa ada banyak yang bisa kita contoh, sifat serta perilaku baik seorang guru agar menjadi
tenaga pendidik yang baik pula.

Sebagai guru kita harus mampu merikan contoh kepada siswa, memberikan yang
tebaik, baik dari segi kebutuhan akademik maupun psikologi berupa perhatian, bimbingan,
serta arahan. Jika semua guru di Indonesia menerapkan serta mendisiplinkan dirinya sendiri
tentu tingkat kelayakan mengajar di Indonesia tidak akan kalah dari negara-negara dengan
tingkat pendidikan yang tinggi. Mari tingkatkan profesionalitas tenaga pengajar di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai