Anda di halaman 1dari 5

2.2.7.

1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada pasien sirosis hepatis meliputi hal-hal di bawah

ini (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2002).

a. Aktivitas/Istirahat

Pasien melaporkan adanya kelelahan dan kelemahan. Hasil observasi

menunjukkan pasien letargi dan terjadi penurunan tonus otot.

b. Sirkulasi

Pasien melaporkan adanya riwayat kanker hati, dapat terjadi disritmia,

distensi vena jugularis, dan distensi vena abdomen.

c. Eliminasi

Pasien melaporkan bahwa urin berwarna gelap/pekat, feses berwarna

hitam, terlihat distensi abdomen karena hepatomegali dan asites.

d. Makanan/Cairan

Pasien melaporkan adanya keluhan tidak nafsu makan, mual, muntah,

penurunan berat badan atau peningkatan berat badan (akibat edema).

Pasien tampak edema, kulit kering, dan turgor buruk.

e. Neurosensori

Orang terdekat pasien melaporkan adanya perubahan mental atau

penurunan kesadaran. Pasien tampak bingung, terjadi penurunan

kesadaran, bicara lambat/tidak jelas, dan terdapat asterik/flapping tremor.

e. Neurosensori

Orang terdekat pasien melaporkan adanya perubahan mental atau

penurunan kesadaran. Pasien tampak bingung, terjadi penurunan

kesadaran, bicara lambat/tidak jelas, dan terdapat asterik/flapping tremor.


f. Nyeri/Ketidaknyamanan

Pasien melaporkan adanya nyeri tekan pada perut kanan atas dan gatal

pada tubuh. Pasien akan tampak melindungi dan berhati-hati pada area

perutnya yang nyeri, serta fokus pada diri sendiri.

g. Pernapasan

Pasien mengeluhkan adanya sesak, tampak takipnea, pernapasan dangkal,

bunyi napas tambahan, dan ekspansi paru terbatas karena asites.

h. Keamanan

Pasien melaporkan bahwa badan menguning dan terasa gatal. Pasien

tampak ikterik, dapat terjadi perdarahan (hematoma, perdarahan gusi,

hematemesis, melena), terdapat spidernevi ataupun eritema palmar. Pasien

mengalami asites (shifting dullness positif)

i. Penyuluhan/Pembelajaran

Pasien dengan sirosis hepatis biasanya memiliki riwayat konsumsi alkohol

jangka panjang, riwayat penyakit empedu, hepatitis, terpajan toksin,

trauma hati, perdarahan saluran cerna, dan penggunaan obat yang

mempengaruhi fungsi hati. Penyuluhan tentang penyebab sirosis hepatis

dan cara perawatan di rumah perlu dijelaskan pada pasien dan keluarga.

Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa pengkajian keperawatan berfokus

pada gejala dan riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya penggunaan alkohol dalam jangka waktu lama
(durasi dan jumlah), riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja, pajanan obat yang bersifat
hepatotoksik, status mental, dan status nutrisi.

2.2.7.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan sirosis

hepatis adalah sebagai berikut (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2002;


NANDA, 2011).

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d diet tidak

adekuat, ketidakmampuan mencerna makanan.

b. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan

natrium/masukan cairan.

c. Risiko kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi/status metabolik,

akumulasi garam empedu pada kulit, turgor kulit buruk, penonjolan tulang,

adanya edema, dan asites.

d. Ketidakefektifan pola napas b.d asites, penurunan ekspansi paru,

penurunan energi.

e. Risiko cedera b.d profil darah abnormal (gangguan faktor pembekuan,

gangguan absorpsi vitamin K), hipertensi portal

f. Konfusi akut b.d peningkatan kadar amonia serum, ketidakmampuan hati

untuk detoksifikasi.

2.2.7.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan untuk pasien dengan sirosis hepatis adalah

sebagai berikut (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2002; Wilkinson & Ahern,

2011).

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Intervensi: ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori, bantu dan

dorong pasien untuk makan, berikan makan sedikit dan sering, berikan

tambahan garam bila diizinkan, batasi masukan kafein, beri makanan

halus, beri perawatan mulut sebelum makan, anjurkan untuk berhenti

merokok, awasi pemeriksaan laboraturium (gula darah, albumin, amonia), pertahankan status puasa bila
diindikasikan, konsul dengan ahli diet, dan

berikan obat sesuai indikasi (vitamin A, D, E, K, B kompleks; antiemetik,


dan enzim pencernaan).

b. Kelebihan volume cairan

Intervensi: ukur masukan dan keluaran, timbang berat badan tiap hari,

awasi tekanan darah dan catat adanya distensi vena jugularis, awasi

disritmia jantung, kaji derajat edema, ukur lingkar perut, batasi natrium

dan cairan sesuai indikasi, pantau nilai albumin serum dan elektrolit, beri

albumin/plasma ekspander, awasi seri foto dada, dan beri obat sesuai

indikasi (diuretik, kalium, dan vasokonstriktor).

c. Risiko kerusakan integritas kulit

Intervensi: lihat permukaan kulit/titik tekanan secara rutin (gunakan lotion

dan pijat area tubuh yang tertekan terus menerus atau pada area yang

terlihat jelas penonjolan tulangnya), ubah posisi pada jadwal teratur

dibantu dengan latihan rentang gerak aktif/pasif, tinggikan ekstremitas

bawah, pertahankan sprei kering dan bebas lipatan, dan gunting kuku jari

hingga pendek (mencegah pasien menggaruk kulitnya terutama saat tidur).

d. Ketidakefektifan pola napas

Intervensi: awasi karakteristik pernapasan (frekuensi, kedalaman, dan

upaya pernapasan), auskultasi bunyi napas, pertahankan kepala tempat

tidur tinggi, dorong latihan napas dalam dan batuk, ukur suhu, beri oksigen

tambahan sesuai indikasi, awasi nilai AGD sesuai indikasi, dan siapkan

untuk prosedur pungsi asites.

e. Risiko cedera

Intervensi: kaji adanya tanda dan gejala perdarahan saluran cerna (melena, hematemesis), observasi
adanya perdarahan bawah kulit (ekimosis, ptekie), observasi karakteristik feses dan muntah, lakukan
tindakan untuk mencegah trauma (pertahankan lingkungan yang aman, informasikan pasien untuk tidak
mengorek hidung atau bila pilek membuang ingus
secara perlahan, gunakan jarum kecil saat penyuntikan, informasikan pasien untuk menggunakan sikat
gigi berbulu halus dan menghindari tusuk gigi, hindari mengejan), lakukan kompres dingin jika ada
perdarahan bawah kulit, awasi nilai hemoglobin dan hemostase, beri obat sesuai indikasi (vitamin K,
laksatif), siapkan prosedur bedah (ligasi varises, reseksi esofagogastrik).

f. Konfusi akut Intervensi: observasi perubahan perilaku dan mental, catat adanya asterik/fetor
hepatikum/kejang, tanyakan pada orang terdekat tentang perubahan perilaku pasien, biarkan pasien
menulis nama secara periodik dan pertahankan catatan ini untuk perbandingan, orientasikan klien pada
realita, beri periode istirahat dan ciptakan lingkungan yang tenang, pertahankan tirah baring dan bantu
aktivitas perawatan diri, pasang pengaman tempat tidur, hindari penggunaan narkotik atau sedatif, awasi
nilai laboratorium (amonia, serum elektrolit/SE, ureum, kreatinin, gula darah, dan hemoglobin), beri
obat sesuai indikasi (elektrolit, laksatif, dan antibiotik), beri oksigen tambahan, dan siapkan untuk
prosedur dialisis ataupun plasmaferesis.

Anda mungkin juga menyukai