Anda di halaman 1dari 15

MODUL PELATIHAN

DIKLAT PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH


(PEMAHAMAN TENTANG ARTIKEL ILMIAH/KARYA
TULIS ILMIAH)

Penulis:
Drs. SUDIRMAN SIAHAAN, M.Pd

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN
2012
1. Petunjuk Belajar

Materi pelajaran yang akan ANDA pelajari dalam Kegiatan Belajar-1 ini mencakup:
(a) pengertian karya ilmiah/karya tulis ilmiah, (b) ragam/jenis karya ilmiah/karya
tulis ilmiah, (c) sistematika/struktur artikel imiah, (d) prinsip-prinsip penulisan artikel
ilmiah, dan (e) pentingnya penulisan artikel ilmiah. Pelajarilah secara seksama
materi pelajaran yanlg diuraikan pada masingmasing topik berikut ini. Satu hal
yang penting adalah membuat catatan tentang materi pelajaran yang sulit ANDA
pahami. Cobalah mendiskusikan materi pelajaran yang sulit dengan sesama
peserta pelatihan terlebih dahulu. Apabila memang masih dibutuhkan, ANDA
dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan nara sumber pelatihan pada saat
dilaksanakan kegiatan pembelajaran secara tatap muka.

Dalam mempelajari materi pelajaran yang disajikan pada Kegiatan Belajaran-1 ini,
ANDA akan menjumpai soal-soal latihan. Usahakanlah semaksimal mungkin untuk
mengerjakan semua soal latihan tanpa terlebih dahulu melihat Kunci Jawaban
yang disediakan pada bagian akhir modul ini. ANDA barulah diperkenankan untuk
mempelajari materi pelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-2 setelah
ANDA berhasil mengerjakan 80% benar soal-soal latihan mengenai Kegiatan
Belajar-1.

Seandainya setelah mengerjakan soal-soal latihan, ANDA masih belum berhasil


menjawab 80% benar, janganlah berkecil hati. Cobalah pelajari kembali dengan
lebih cermat materi pelajaran yang masih belum ANDA pahami. Kemudian,
kerjakan kembali soal-soal latihannya. Semoga kali ini ANDA lebih berhasil.
Ingatlah bahwa dengan penuh semangat disertai rasa percaya diri, ANDA pasti
dapat menyelesaikan materi pelajaran yang disajikan pada modul ini. Selamat
belajar dan sukses.

2. Uraian Materi Pelajaran

a. Pengertian dan Ciri-ciri Artikel Ilmiah

1) Pengertian

Pengertian karya ilmiah/karya tulis ilmiah (KTI) menurut Parlindungan


Pardede adalah tulisan yang mengungkapkan buah pikiran, yang diperoleh
dari hasil pengamatan, penelitian, atau peninjauan terhadap sesuatu yang
disusun menurut metode dan sistematika tertentu, dan yang isi dan
kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. (http://fkip.uki.ac.id/
index.php?view=article&catid=41:artikel&id=68 Diakses tanggal 25
Pebruari 2011).

Tidak jauh berbeda dengan Parlindungan Pardede, Halda Aditya


mengemukakan bahwa artikel ilmiah merupakan tulisan yang berisi laporan
sistematis mengenai hasil kajian atau hasil penelitian yang disajikan bagi
masyarakat ilmiah tertentu, yang merupakan audiens khusus dengan tujuan
menyampaikan hasil kajian dan kontribusi penulis artikel kepada mereka
untuk dipikirkan, dikaji kembali, dan diperdebatkan, baik secara lisan
ataupun secara tertulis (http://haldaaditya.blogspot.com/2007/11/menulis-
artikel-ilmiah-episode1.html Diakses tanggal 24 Maret 2011).

Kemudian, Anne Ahira memberikan pengertian tentang artikel ilmiah


sebagai karangan
(atau karya tulis, penulis) yang memuat data dan fakta yang diperoleh dari
hasil penelitian, pengamatan, peninjauan dan disampaikan secara runtut
sesuai dengan metode penulisan karya ilmiah yang baku
(http://www.anneahira.com/menulis-artikel-ilmiah.htm diakses tanggal 24
Maret 2011). Pengertian karya ilmiah atau karya tulis ilmiah (KTI) dapat
berupa hasil penelitian, pengkajian atau pengamatan, survei dan atau
evaluasi di bidang tertentu. KTI dapat berupa: (a) buku pelajaran, diktat,
(b) skripsi, tesis, disertasi, (c) tinjauan, gagasan, atau ulasan ilmiah yang
disampaikan sebagai prasaran dalam pertemuan ilmiah (http://jeperis.
wordpress.com2009/02/05/ penulisan-karya-tulis-ilmiah/ diakses tanggal
25 Pebruari 2011).

Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal
ilmiah atau buku kumpulan artikel ilmiah yang ditulis dengan tata cara ilmiah
dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah. Artikel ilmiah dapat berupa
hasil penelitian maupun gagasan ilmiah (review). Hasil penelitian ataupun
gagasan/pemikiran ilmiah akan lebih bermanfaat apabila telah diaplikasikan
ataupun disampaikan kepada publik. Jurnal ilmiah merupakan suatu sarana
yang efektif untuk mempublikasikan hasil penelitian bagi kalangan yang
lebih luas atau publik (http://s2biounsoed.edublogs.org/files/
2009/08/Pedoman-Penulisan-UsulPenelitian-Tesis-dan-Artikel-Ilmiah-final-
2009.pdf diakses tanggal 24 Maret 2011).

Batasan lain tentang artikel ilmiah (scientific paper) sebagaimana yang


terdapat pada Panduan Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jenderal
Soedirman adalah sebagai laporan tertulis dan dipublikasikan yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh
seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan
yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Data, simpulan,
dan informasi yang terkandung dalam artikel ilmiah dijadikan acuan
(referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau
pengkajian selanjutnya (http://
s2biounsoed.edublogs.org/files/2009/08/Pedoman-Penulisan-Usul-
Penelitian-Tesis-danArtikel-Ilmiah-final-2009.pdf diakses tanggal 24 Maret
2011).
.
Berdasarkan berbagai pemikiran yang telah dikemukakan di atas, sebuah
karya tulis ilmiah atau artikel ilmiah pada dasarnya ditandai setidak-tidaknya
oleh (a) hasil penelitian atau kajian, (b) dilakukan oleh seorang atau tim, (c)
penulisannya mengikuti kaidah atau tata cara ilmiah, dan (d) disajikan
kepada publik melalui jurnal atau pertemuan ilmiah. Apabila artikel ilmiah
yang ditulis akan diterbitkan melalui jurnal ilmiah, maka penulis artikel
haruslah mengikuti format atau pedoman penulisan yang ditetapkan oleh
pengelola jurnal ilmiah (http://s2biounsoed.edublogs.org/files/2009/
08/Pedoman-Penulisan-Usul-PenelitianTesis-dan-Artikel-Ilmiah-final-
2009.pdf. diaksea tanggal 24 Maret 2011).

2) Ciri-ciri Karya Ilmiah (Artikel Ilmiah)

Secara singkat dikemukakan Parlindungan Pardede bahwa sekalipun karya


ilmiah berragam jenisnya namun secara umum mempunyai ciri-ciri: (a)
accurate (keterangan yang diberikan didasarkan pada data faktual dan
dapat diuji kebenarannya), (b) brief (ringkas dan tidak boleh bertele-tele,
bahasanya lugas atau denotatif, mengikuti kaidahkaidah bahasa yang
berlaku, kata dan ungkapan yang bermakna ganda harus dihindarkan), (c)
clear (jelas dan tuntas serta berbagai aspek yang berkaitan dengan
masalah dipaparkan secara proporsional), (d) ethical (ditulis secara etis,
mengikuti notasi ilmiah secara ajeg/konsisten, seperti: pencantuman
sumber informasi apabila dikutip dari sumber lain dengan menyebutkan
nama sumber data atau informasi secara jujur, dan (e) logical (logis dengan
menggunakan cara berpikir analitik, deduktif, atau induktif; semua
keterangan yang digunakan mempunyai alasan yang masuk akal).

Suatu tulisan dapat dikatakan sebagai karya Ilmiah menurut Sardy S. (http://
uai.ac.id/public/lp5m/Penulisan%20Karya%20Ilmiah%20&%20Etika%20Ri
set.pdf di-akses tanggal 25 Pebruari 2011) apabila memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a) menyajikan fakta atau fenomena secara objektif tentang alam, teknologi,
sosial, dan seni/budaya secara sistematis dan logis,
b) bersifat orisinil, kreatif, dan handal,
c) menggunakan metode ilmiah sesuai dengan konsensus ilmu
pengetahuan selingkungbidang,
d) teruji melalui verifikasi dan falsifikasi, baik untuk hasil penelitian
eksperimental, maupun non-eksperimental,
e) menghasilkan temuan/model/terminologi/koreksi baru/tesis atau teori,
dan
f) bermanfaat bagi kesejahteraan dan peradaban manusia (Penulisan
Karya ilmiah & Etika Riset dlm bentuk ppt.).

Dari berbagai pengertian dan ragam karya ilmiah/karya tulis ilmiah yang
dikemukakan di dalam Modul ini, maka yang dimaksudkan adalah terbatas
pada artikel ilmiah yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah. Mengapa?
Pembatasan pembahasan karya ilmiah/ karya tulis ilmiah hanya pada artikel
ilmiah dimaksudkan agar para peserta pelatihan yang akan menjadi tenaga
fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran Pertama, memfokuskan
dirinya untuk belajar menulis artikel ilmiah untuk dipublikasikan melalui jurnal
ilmiah. Sedangkan untuk mengetahui atau mendalami berbagai ragam/jenis
karya ilmiah/ karya tulis ilmiah lainnya, peserta pelatihan dapat mempelajarinya
secara tersendiri melalui berbagai sumber. Oleh karena itu, penggunaan istilah
karya ilmiah/karya tulis ilmiah dalam uraian selanjutnya hendaknya diartikan
secara terbatas sebagai artikel ilmiah yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah.

b. Ragam/Jenis Karya Ilmiah

Berbicara tentang ragam/jenis karya ilmiah/karya tulis ilmiah, maka setidak-


tidaknya di dalam alam pikiran akan terlintas berbagai hasil karya ilmiah/karya
tulis ilmiah, seperti: buku teks, modul, makalah seminar/simposium, makalah
pelatihan, artikel ilmiah, jurnal, paper, pidato ilmiah, diktat, skripsi, tesis, dan
disertasi. Masing-masing jenis karya ilmiah/karya tulis ilmiah ini mempunyai
pengertian tersendiri. Berdasarkan bentuk dan fungsinya, karya ilmiah menurut
Parlindungan Pardede ada 10 jenis, yaitu:
1) Laporan atau tulisan yang berisi rekaman kegiatan tentang suatu yang
sedang dikerjakan, digarap, diteliti, atau diamati dan mengandung saran-
saran untuk dilaksanakan.
2) Makalah atau tulisan yang dibuat mahasiswa sehubungan dengan tugas
dalam bidang studi tertentu, seperti hasil pembahasan buku atau hasil suatu
pengamatan.
3) Kertas kerja yang berisi prasaran, usulan, atau pendapat yang berkaitan
dengan pembahasan suatu pokok persoalan untuk dibacakan dalam rapat
kerja, seminar atau simposium.
4) Skripsi atau karya tulis ilmiah yang diajukan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana yang membahas suatu masalah dengan
memaparkan data dan konsep dari studi literatur yang relevan untuk
menghasilkan kesimpulan (mendeskripsikan suatu ilmu).
5) Tesis atau karya tulis ilmiah yang tingkat pembahasannya lebih dalam
daripada skripsi yang tujuannya adalah mensintesiskan ilmu yang telah
diperoleh dengan temuan dalam penelitian guna memperluas khazanah
ilmu yang ditekuni,
6) Disertasi atau karya tulis ilmiah yang diajukan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar doktor (gelar yang tertinggi yang diberikan perguruan
tinggi) didasarkan pada data yang diperoleh melalui penelitian lapangan,
penelitian laboratorium, dan hasil kajian pustaka.
7) Resensi atau karya ilmiah yang berisi hasil penimbangan, pengulasan, atau
penilaian sebuah buku (resensi buku atau book review) yang disajikan
kepada pembaca melalui surat kabar, majalah, jurnal untuk memberikan
pertimbangan dan penilaian secara obyektif sehingga masyarakat
mengetahui apakah buku yang diulas patut dibaca atau tidak.
8) Kritik yaitu karya ilmiah yang berisikan penilaian baik-buruknya suatu karya
secara obyektif, tidak hanya untuk mencari kesalahan atau catat suatu
karya tetapi juga menampilkan kelebihan atau keunggulan karya ilmiah itu
seperti apa adanya.
9) Esai atau karya tulis yang relatif pendek dan membahas suatu subyek
(masalah) dari sudut pandang penulisnya; opini penulis berperan sentral
dalam sebuah esai.
10) Artikel ilmiah atau karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau
buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti
pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati
(http://fkip.uki.ac.id/index.php?view=article &catid=41:artikel&id=68 tentang
“Penulisan Karya Ilmiah” yang diakses pada tanggal 25 Pebruari 2011).

c. Sistematika/Struktur Artikel Ilmiah

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa ada 2 jenis artikel


ilmiah, yaitu (1) yang didasarkan atas hasil penelitian dan (2) yang didasarkan
atas hasil pengkajian. Untuk membantu mempermudah penulisan artikel ilmiah
diperlukan adanya sistematika penulisan atau kerangka tulisan (outline) yang
berfungsi sebagai panduan. Sistematika penulisan artikel ilmiah yang
dikemukakan berikut ini didasarkan atas pedoman yang dikemukakan di
beberapa jurnal ilmiah dan tampak cukup memadai untuk dijadikan sebagai
acuan penulisan artikel ilmiah. Sekalipun demikian, pedoman penulisan artikel
ilmiah ini masih terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan
tuntutan Jurnal Ilmiah yang akan mempublikasikan artikel yang ditulis.

1) Artikel Ilmiah yang Didasarkan atas Hasil Penelitian

Artikel ilmiah yang didasarkan atas hasil penelitian mempunyai sistematika


sebagai berikut:
a) Judul/topik dari artikel ilmiah yang akan dipublikasikan ditulis dengan
huruf tebal; langsung di bawah judul artikel dituliskan nama penulisnya
(tanpa huruf tebal) disertai dengan tanda*) setelah huruf terakhir nama
penulis,
b) Abstrak ditulis 1 spasi dengan jumlah kata sekitar 150-350 kata yang
dirumuskan dalam satu alinea dan di bawahnya dituliskan dikemukakan
kata-kata kunci (key words) serta di bagian akhir bawah dari halaman
yang sama dituliskan identitas penulis; ada jurnal ilmiah yang
mempersyaratkan abstrak ditulis dalam bahasa Inggris jika artikelnya
berbahasa Indonesia atau sebaliknya, ada juga jurnal yang menuntut
agar abstrak ditulis dalam 2 bahasa (bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia),
c) Pendahuluan yang di dalamnya dicakup uraian tentang latar belakang
(rasional mengajukan dan membahas topik atau masalah yang akan
dibahas, kedalaman dan keluasannya), perumusan masalah, dan apa
tujuan penelitian (10%),
d) Kajian Literatur yang mencakup: kajian teori dan hasil penelitian
terdahulu yang relevan (15%),
e) Metodologi yang berisikan rancangan/model, sampel dan data, tempat
dan waktu, teknik pengumpulan dan analisis data (10%),
f) Hasil dan Pembahasan yang mencakup uraian tentang hasil analisis
data dan implikasinya (disesuaikan dengan variabel penelitian yang
diteliti) (50%),
g) Penutup yang berisikan tentang beberapa kesimpulan (didasarkan atas
hasil analisis data) dan saran-saran (haruslah terkait dengan kesimpulan
yang diajukan) (15%), dan
f) Pustaka Acuan (Referensi) yang berisikan semua rujukan atau sumber
acuan yang digunakan di dalam tulisan (harus dihindarkan memasukkan
acuan yang sama sekali tidak digunakan di dalam uraian materi).
Sedangkan penggunaan istilah Daftar Pustaka (Kepustakaan) ditujukan
sebagai saran/usul kepada para pembaca untuk memperluas
wawasannya melalui berbagai acuan yang dikemukakan penulis.
haruslah dihindarkan sebab kecuali memang dikandung memasukkan
yang sama sekali tidak digunakan di dalam uraian materi).

2) Artikel Ilmiah yang Didasarkan atas Hasil Pengkajian

Artikel ilmiah yang didasarkan atas hasil pengkajian mempunyai sistematika


sebagai berikut:
a) Judul/topik dari artikel ilmiah yang akan dipublikasikan ditulis dengan
huruf tebal; langsung di bawah judul artikel dituliskan nama penulisnya
(tanpa huruf tebal) disertai dengan tanda*) setelah huruf terakhir nama
penulis.
b) Abstrak ditulis 1 spasi dengan jumlah kata sekitar 150-350 kata yang
dirumuskan dalam satu alinea dan di bawahnya dituliskan dikemukakan
kata-kata kunci (key words) serta di bagian akhir bawah dari halaman
yang sama dituliskan identitas penulis; ada jurnal ilmiah yang
mempersyaratkan abstrak ditulis dalam bahasa Inggris jika artikelnya
berbahasa Indonesia atau sebaliknya, ada juga jurnal yang menuntut
agar abstrak ditulis dalam 2 bahasa (bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia).
c) Pendahuluan yang di dalamnya dicakup uraian materi tentang mengapa
memilih judul/topik tulisan untuk dibahas, kedalaman dan keluasan
materi yang akan dibahas, dan apa tujuannya.
d) Kajian Literatur dan Bahasan yang uraian materi mencakup:
pembahasan tentang pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam
topik/judul artikel.
e) Penutup yang berisikan tentang beberapa kesimpulan (didasarkan atas
materi yang dibahas) dan saran-saran (haruslah terkait dengan
kesimpulan yang diajukan).
f) Pustaka Acuan (Referensi) yang berisikan semua rujukan atau sumber
acuan yang digunakan di dalam tulisan. Sedangkan penggunaan istilah
Daftar Pustaka (Kepustakaan) ditujukan sebagai saran/usul kepada
para pembaca untuk memperluas wawasannya melalui berbagai acuan
yang dikemukakan penulis. haruslah dihindarkan sebab kecuali
memang dikandung memasukkan yang sama sekali tidak digunakan di
dalam uraian materi).

d. Prinsip-prinsip Penulisan Artikel Ilmiah

Untuk dapat menulis sebuah karya tulis, terlebih lagi karya tulis ilmiah (artikel
ilmiah) tentunya diperlukan pemahaman penulis mengenai prinsip-prinsip
penulisannya. Berikut ini dikemukakan beberapa prinsip penulisan artikel
ilmiah, yaitu:
1) Penerapan Etika

Penulis artikel ilmiah haruslah menjunjung tinggi Hak Akan Kekayaan


Intelektual (HAKI) dalam penulisan karya ilmiahnya. Haruslah senantiasa
dijadikan penulis sebagai prinsip bahwa artikel ilmiah yang ditulis adalah
benar-benar hasil pemikirannya (orisinalitas). Keadaan yang demikian ini
tidaklah berarti bahwa seorang penulis artikel ilmiah tidak boleh mengutip
pendapat dari berbagai ahli lainnya. Sejauh menyebutkan sumber informasi
yang dijadikan sebagai rujukan dalam mengutip pendapat berbagai ahli lain
dan disesuaikan dengan tata cara yang ditentukan, tidaklah menjadi
masalah. Penulis artikel ilmiah akan dipermasalahkan apabila mengutip
berbagai pendapat para ahli tetapi tidak menyebutkan sumber informasinya.

Selain orisinalitas, penulis artikel ilmiah juga harus menerapkan prinsip


obyektivitas. Artinya, penulis harus berupaya untuk menyajikan fakta dan
data sebagaimana adanya, tanpa disertai dengan kepentingan diri pribadi
atau vested interest. Dengan menjunjung tinggi prinsip obyektivitas, maka
penulis telah menerapkan etika ilmiah dalam penulisan artikel ilmiahnya.
Manakala artikel ilmiah yang ditulis adalah berdasarkan hasil penelitian,
maka proses pengumpulan, pengolahan, analisis data dan interpretasinya
hendaknya benar-benar dilaksanakan secara jujur.

2) Penggunaan Bahasa

a) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar apabila artikel


ilmiah yang ditulis akan dipublikasikan melalui jurnal ilmiah berbahasa
Indonesia. Misalnya dengan menggunakan (1) struktur kalimat yang
baku, (2) bahasa tulis, (3) tanda baca yang benar, dan (4) cara
pemenggalan kata.

b) Penggunaan kalimat hendaknya diupayakan sesederhana mungkin


tetapi jelas dan lengkap (subyek, predikat, obyek, dan/atau keterangan,
SPOK).

Contoh penggunaan yang salah:


- “Menurut Ichlasul Amal (1994) mengatakan bahwa pemerintah
Indonesia menghadapi dilema dalam melakukan desentralisasi dan
Demokratisasi” (rumusan yang salah).

Contoh penggunaan yang benar:


- Menurut Ichlasul Amal (1994), pemerintah Indonesia menghadapi
dilema dalam melakukan desentralisasi dan demokratisasi.
- Ichlasul Amal (1994) mengatakan bahwa pemerintah Indonesia
menghadapi dilema dalam melakukan desentralisasi
dan demokratisasi (http://www.pin.or.id/
dat/doc/02_bag1_penulisan_karya_ilmiah.pdf diakses tgl 16 Maret
2011).
c) Satu paragraf terdiri dari minimal dua kalimat, yakni kalimat inti dan
kalimat penjelas.

Contoh:
Siaran televisi dari belahan dunia mana pun dapat disaksikan setiap saat
tanpa ada batasan waktu dengan menggunakan perangkat parabola
maupun melalui televisi kabel. Televisi dapat menyiarkan kejadian atau
peristiwa, baik secara langsung maupun tunda (penggunaan rekaman).
Televisi juga dapat menyiarkan secara luas berbagai ragam materi
siaran yang sudah dikemas atau direkam dalam bentuk hiburan, berita,
atau lainnya. Dengan keberagaman acara yang disiarkan secara luas
memungkinkan masyarakat (dari balita sampai manula) dapat
menyaksikannya.

d) Menggunakan istilah Indonesia atau istilah yang sudah di-Indonesia-


kan.

Contoh:
- Peserta seminar mengakomodasikan berbagai pemikiran yang
berkembang selama seminar (mengakomodasikan berasal dari kata
“to accommodate”).
- Sekretariat pengelola jabatan fungsional Pengembang Teknologi
Pembelajaran dituntut untuk mengembangkan database (pangkalan
data) guna memfasilitasi kelancaran proses pemberkasan dokumen
pejabat fungsional PTP (memfasilitasi berasal dari kata “to facilitate”).
- Penulis artikel ilmiah dapat menggunakan berbagai rujukan termasuk
rujukan yang diunduh (di-download) dari internet (istilah internet sudah
memasyarakat atau sudah menjadi kosa kata publik).

e) Penggunaan istilah (terminologi) asing di dalam artikel ilmiah haruslah


diupayakan padanannya dalam bahasa Indonesia namun untuk lebih
memperjelas makna istilah asing tersebut, penulis dapat
menggunakannya di antara tanda kurung dengan menggunakan huruf
miring.

Contoh:
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1999 merupakan landasan konstitusional pelaksanaan otonomi
daerah. Salah satu argumentasi yang mendasari penerapan otonomi
daerah menurut Azfar, dkk. (Azfar, dkk., 1999) adalah karena
Pemerintah Daerah lebih dekat dengan masyarakat, dan masyaralat
dinilai lebih memperhatikan program Pemerintah Daerah dibandingkan
dengan program Pemerintah Pusat (subnational governments are closer
to the people, citizens are considered to be more aware of subnational
governments’ actions than they are of actions of central government).
f) Penulis boleh menggunakan kutipan tertentu dalam bahasa aslinya
tetapi haruslah disajikan juga terjemahannya. Kutipan dalam bahasa
asing ditulis dengan huruf miring
(italic).
Contoh:
Ros Morpeth (Morpeth, 2004) mengemukakan bahwa yang
dimaksudkan dengan pendidikan terbuka (open learning) adalah suatu
istilah yang memayungi setiap skema pendidikan atau pelatihan yang
secara sistematis mengatasi berbagai kendala terhadap belajar, seperti:
usia, waktu, tempat atau ruang. Dengan pendidikan terbuka, setiap
individu bertanggung jawab terhadap apa yang akan dipelajari,
bagaimana cara mempelajarinya, di mana akan mempelajarinya,
seberapa cepat akan mempelajarinya, siapa yang akan membantunya
belajar, dan kapan hasil belajarnya dikehendaki untuk dinilai ("an
umbrella term for any scheme of education or training that seeks
systematically to remove barriers to learning, whether they are
concerned with age, time, place or space. With open learning,
individuals take responsibility for what they learn, how they learn, where
they learn, how quickly they learn, who helps them and when they have
their learning assessed").

g) Pemakaian tanda baca yang sering kurang mendapat perhatian. Tata


cara penulisan tanda baca, seperti: koma (,), titik (.), titik dua (:), titik
koma (;), tanda tanya (?), tanda petik (“….”), tanda seru (!), dilakukan
dengan merapatkan tanda baca dengan huruf dari kata yang
dimaksudkan.

Contoh cara penulisan tanda tanya yang salah:


- Bagaimanakah hubungan antara identifikasi partai dengan voting
behaviour dalam pemilihan umum ?
- Bagaimanakah hubungan antara identifikasi partai dengan voting
behaviour dalam pemilihan umum?.

Contoh cara penulisan tanda tanya yang benar:


- Bagaimanakan hubungan antara identifikasi partai dengan voting
behaviour dalam pemilihan umum? (catatan: tanpa spasi sebelum
tanda tanya dan tanpa titik setelah tanda tanya).

Contoh cara penulisan tanda kurung yang salah:


- Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ( ABRI ) telah direorganisasi
menjadi Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) dan Kepolisian Republik
Indonesia ( Polri ).

Contoh cara penulisan tanda kurung yang benar:


- Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) telah direorganisasi
menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik
Indonesia (Polri). (catatan: tanpa spasi antara tanda kurung dan
huruf).
h) Penggunaan kata depan (preposisi) “di” dan “ke” yang rancu dengan
fungsinya sebagai awalan.

Contoh cara penulisan yang salah:


- Sistem pemerintahan ditingkat desa telah di sempurnakan. Di lihat
dari perspektif politik, Kepala Desa yang di pilih langsung memiliki
posisi tawar yang lebih di banding Kepala Desa yang di tunjuk.
Karenanya, arus aspirasi otonom dari bawah keatas mengalir deras.

Contoh cara penulisan yang benar:


- Sistem pemerintahan di tingkat desa telah disempurnakan. Dilihat
dari perspektif politik, Kepala Desa yang dipilih langsung memiliki
posisi tawar yang lebih besar dibanding Kepala Desa yang ditunjuk.
Karenanya, arus aspirasi otonom dari bawah ke atas mengalir deras.
Penjelasan: Cara penulisan kata “di” yang digabung dengan “tingkat”
pada kata “ditingkat’ adalah tidak tepat karena fungsi kata
“di” adalah sebagai kata depan. Sedangkan penggunaan
kata “di” yang terpisah pada kata “di sempurnakan”, “Di
lihat”, “di pilih”, “di banding”, dan “di tunjuk” adalah berfungsi
sebagai awalan sehingga penggunaan yang benar haruslah
digabung.

i) Penggunaan huruf besar dan kecil

Contoh cara penulisan yang salah:


- Propinsi Sumatera Utara terdiri atas 33 Kabupaten/Kecamatan.
- Kecamatan long iram terdiri dari beberapa Desa, yang sebagian di
antaranya tidak bisa dijangkau dengan transportasi darat.

Contoh cara penulisan yang benar:


- Propinsi Sumatera Utara terdiri atas 33 kabupaten/kota.
- Kecamatan Long Iram terdiri dari beberapa desa, yang sebagian di
antaranya tidak bisa dijangkau dengan transportasi darat.

j) Penggunaan pasangan kata “baik …… maupun”, “jika ……..maka”


dan “tidak hanya ….tetapi juga”

Contoh penggunaan yang salah:


- Jika pejabat fungsional ingin berkembang lebih pesat kariernya,
produktivitasnya harus terus ditingkatkan.
- Jika pemerintah pusat tidak hanya memberi otonomi administrasi
tapi juga otonomi polittik. Maka daerah otonom akan lebih leluasa
dalam menyelesaikan persolan-persoalan di daerahnya (salah).
- Dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, para pahlawan
kusuma bangsa tidak hanya mengorbankan jiwa-raganya. Tetapi
mereka juga mengorbankan harta bendanya.
- Pemanfaatan TIK dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya
berkaitan dengan ketersediaan perangkat keras. Tetapi kesiapan
perangkat lunaknya juga penting.
- Orang tua maupun guru haruslah menjalin kerjasama yang erat
dalam proses pendidikan anak-anak.

Contoh penggunaan yang benar:


- Jika pejabat fungsional ingin berkembang lebih pesat kariernya,
maka produktivitasnya harus terus ditingkatkan.
- Jika pemerintah pusat tidak hanya memberi otonomi administrasi
tapi juga otonomi politik, maka daerah otonom akan lebih leluasa
dalam penyelesaikan persoalan-persoalan di daerahnya.
- Dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, para
pahlawan kusuma bangsa tidak hanya mengorbankan jiwa-
raganya tetapi juga harta bendanya.
- Pemanfaatan TIK dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya
berkaitan dengan ketersediaan perangkat keras tetapi juga
perangkat lunaknya.
- Baik orang tua maupun guru haruslah menjalin kerjasama yang
erat dalam proses pendidikan anak-anak.

e. Pentingnya Penulisan Artikel Ilmiah

Di lingkungan pejabat fungsional, pentingnya penulisan artikel ilmiah tidak perlu


dipertanyakan lagi. Setiap PNS yang berkiprah sebagai pejabat fungsional
telah memahami bahwa melalui artikel ilmiah yang dipublikasikan di dalam
jurnal ilmiah, terlebih-lebih lagi jurnal ilmiah yang terakreditasi, maka angka
kredit yang akan diperoleh relatif besar. Bahkan banyak tenaga fungsional
yang mengakui bahwa kariernya dapat berkembang lebih cepat atau
pangkatnya naik relatif lebih cepat yaitu rata-rata sekitar 2 tahun sekali
dikarenakan produktivitasnya menulis artikel ilmiah. Artikel ilmiah yang
dihasilkan secara teratur ini dipublikasikan melalui jurnal ilmiah atau melalui
bentuk publikasi karya ilmiah lainnya (seperti: buku, prosiding seminar,
makalah pelatihan).

Pengakuan pejabat fungsional tersebut di atas patut dijadikan sebagai


dorongan (motivasi) di kalangan para calon pejabat fungsional. Artinya, pejabat
fungsional pemula haruslah mempersiapkan dirinya untuk belajar menulis dan
menjadikan kegiatan penulisan artikel ilmiah sebagai suatu kebutuhan/tuntutan
dalam pengembangan kariernya. Di samping sebagai sarana untuk percepatan
pengembangan karier, penulisan artikel ilmiah juga memberikan berbagai
dampak bagi pejabat fungsional.

Tampaklah betapa pentingnya penulisan artikel ilmiah dalam pengembangan


karier seorang pejabat fungsional. Beberapa dampak yang dapat dinikmati oleh
pejabat fungsio-nal melalui penulisan artikel ilmiah adalah (1) khasanah
pengetahuan yang dimiliki terus mengalami pemutakhiran (continuously
updated) dan pendalamannya, (2) kepuasan psikologis karena dapat berbagi
pengetahuan yang dimiliki kepada masyarakat, (3) adanya pengakuan
professional dari kalangan profesinya, dan (4) meningkatnya penghasilan, baik
melalui tunjangan fungsional yang diterima maupun melalui jasa ekspertis
sebagai nara sumber dalam berbagai pertemuan karena masyarakat telah
mengenal dan mengundang sebagai nara sumber dalam berbagai pertemuan
(http://beriheriyantho.blogspot.com/2009/ 03/langkahlangkah-penulisan-
artikel.html diakses tanggal 24 Maret 2011).

f. Tips Penulisan Artikel Ilmiah

Setiap orang mempunyai kiat tersendiri dalam menulis artikel ilmiah. Belum
tentu kiat menulis artikel ilmiah yang diterapkan seseorang cocok/pas
(applicable) untuk orang lain. Sekalipun demikian, tidak ada jeleknya untuk
mengetahui atau mempelajari berbagai kiat menulis artikel ilmiah yang
dilakukan oleh orang lain. Oleh karena itu, kiat menulis yang akan diterapkan
setiap orang adalah sepenuhnya tergantung pada masing-masing penulis.

Kiat menulis yang akan diuraikan berikut ini adalah lebih bersifat individual
sehingga dapat saja kemungkinan sangat pas atau cocok pada orang-orang
tertentu tetapi belum tentu atau tidak pas untuk diterapkan oleh penulis lainnya.
1) Inspirasi/gagasan Tumbuh Karena Banyak Membaca Jurnal Ilmiah

Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan berkiprah sebagai pejabat
fungsional pada umumnya dan tenaga fungsional Pengembang Teknologi
Pembelajaran pada khususnya, dituntut untuk mulai membiasakan diri
banyak membaca secara teratur. Sebagai PNS, kegiatan membaca
(tentunya membaca yang relevan dengan tugas dan fungsi lembaga tempat
bekerja) adalah juga pekerjaan. Ungkapan orang bijak yang mengatakan
“Untuk dapat menulis haruslah banyak membaca” adalah sangat tepat
karena melalui kegiatan membaca, seseorang secara akumulatif akan
memperkaya kosa kata yang dimilikinya.

Selain kosa kata yang dikuasai semakin banyak, gagasan/inspirasi atau ide
juga dapat tumbuh/mencuat melalui kegiatan membaca. Dengan banyak
membaca artikel di berbagai jurnal ilmiah setidak-tidaknya akan dapat
menginspirasi seseorang tentang topik, tema atau masalah yang menarik
perhatiannya untuk ditulis. Demikian juga dengan gaya bahasa yang
diterapkan oleh para penulis artikel ilmiah secara tidak langsung
sebenarnya sudah menjadi pengalaman belajar pembaca.

Manakala sulit mendapatkan jurnal ilmiah dalam bentuk cetak, maka banyak
jurnal ilmiah yang dapat diakses secara online. Memang ada beberapa
pengelola jurnal ilmiah online yang mempersyaratkan untuk menjadi
pelanggan (subscriber), mengajukan email untuk mendapatkan artikel yang
lengkap, atau bahkan yang mempersyaratkan sejumlah biaya tertentu untuk
dapat mengakses berbagai artikel ilmiah yang dimiliki. Tetapi ada juga
pengelola jurnal ilmiah yang sama sekali tidak mempersyaratkan apa-apa
alias bebas mengunduh (men-download) berbagai artikel ilmiah yang
tersedia. Yang terpenting pada dasarnya adalah semangat dan kemauan
yang besar/tinggi untuk menulis sebagaimana dikatakan pepatah “Where
there is a will, there is always a away”.

2) Penulisan Dimulai Dengan Penataan/Pengorganisasian Informasi

Memang berbeda-beda cara orang untuk menulis. Ada sebagian orang


yang mengawali tulisannya dengan terlebih dahulu membuat kerangka
artikel yang akan ditulis (outline), tetapi tidak demikian halnya dengan orang
lain. Sebagian orang lagi justru menulis saja yang dipikirkannya dan setelah
itu, barulah melakukan penataan atau peng-organisasian dengan
menggunakan kerangka berdasarkan materi tulisan yang telah ditulisnya.
Terlepas dari proses penulisan yang digunakan, yang perlu mendapat
perhatian adalah penataan dan pengorganisasian
(http://abacus.bates.edu/~ganderso/
biology/resources/writing/HTWgeneral.html diakses tanggal 24 April 2011).

3) Menulis Tentang Topik Yang Telah Dipilih

Setelah mendapatkan suatu ide dan kemudian mengembangkannya


menjadi sebuah rumusan topik/judul artikel ilmiah yang akan ditulis, maka
seseorang menuliskan apa yang ada di dalam pikirannya tanpa terlebih
dahulu memikirkan bagaimana kerangka artikel yang akan ditulisnya.
Dalam kaitan ini, ada istilah yang sering digunakan, yaitu “selagi lagi masih
in the mood, janganlah berhenti menulis”; tetapi teruslah menulis (keep on
writing) agar apa yang berkembang di dalam alam pikiran dapat dituangkan
(dituliskan) seoptimal mungkin.
Bahkan apabila seandainya kemudian tidak lagi in the mood, maka konsep
tulisan yang telah dihasilkan, disimpan saja di dalam komputer. Tidak perlu
memaksakan diri untuk menyelesaikan konsep tulisannya pada waktu yang
singkat tetapi konsep tulisan yang sudah dapat saja sewaktu-waktu
dilanjutkan penulisannya manakala mood muncul kembali. Atau, ada juga
penulisan tidak berlanjut untuk sementara waktu setelah sebuah topik/judul
artikel telah berhasil dirumuskan. Kelanjutannya dapat saja dilakukan
apabila telah muncul kembali mood untuk menulis.

4) Menuliskan Apa Yang Ada di Pikiran

“Menuliskan apa yang ada di pikiran” kedengarannya janggal dan


cenderung sering diabaikan. Namun, apabila benar-benar diterapkan, maka
manfaatnya sangat besar. Oleh karena itu, cobalah usahakan untuk
memulai menuliskan apa yang sedang berkembang di dalam pikiran tanpa
harus membelenggu diri dengan berbagai aspek, seperti: kebahasaan,
keruntutan pola pikir, atau rujukan yang mendukung. Ada ungkapan yang
mengatakan bahwa “selagi in the mood, janganlah berhenti menuliskan apa
yang berkembang di dalam pikiran”. Setelah “tidak in the mood” lagi
misalnya, simpanlah tulisan yang telah dihasilkan tersebut di dalam
komputer dengan nama file tertentu yang sewaktu-waktu tentunya dapat
dikembangkan atau dilanjutkan lagi. Tidak perlu terlalu memaksakan diri
kalau memang sudah tidak “mood” lagi.

Sekalipun yang telah dihasilkan hanyalah berupa berbagai alternatif judul


artikel atau hanya berupa satu alinea yang berisikan pokok pikiran tertentu,
atau bahkan sebuah abstrak dari artikel yang akan ditulis, hendaknya
dikompilasi secara baik di dalam komputer. Dokumen ini dapat dibuka
kembali sewaktu-waktu apabila membaca publikasi tentang artikel yang
berkaitan sehingga dapat dilakukan pengembangan terhadap konsep atau
dokumen yang telah tersimpan di dalam komputer. Dalam kaitan ini,
membiasakan diri untuk menyimpan berbagai artikel ilmiah atau pokok-
pokok pikiran dari artikel ilmiah yang berkaitan dengan tugas dan fungsi dari
berbagai sumber akan sangat membantu dalam proses penulisan artikel
ilmiah.

5) Janganlah Hanya Membaca untuk Sekedar Membaca

Ada kebiasaan bagi sebagian orang yang hanya melakukan kegiatan


membaca untuk kepentingan membaca (reading for the sake of reading).
Kebiasaan yang demikian inilah yang perlu diubah di kalangan para pejabat
fungsional termasuk Pengembang Teknologi Pembelajaran apabila
memang menghendaki pengembangan karier yang lebih cepat. Bentuk
perubahan yang dimaksudkan adalah bahwa setelah selesai membaca
berbagai artikel ilmiah setidak-tidaknya haruslah membuat catatan tentang
esensi dari artikel yang dibaca dan apabila memungkinkan menyimpan
artikelnya secara utuh. Dalam pencatatan esensi materi artikel ilmiah yang
dibaca, hendaknya dicatat juga nama penulis, sumber (buku, jurnal,
prosiding, atau web), tanggal diakses (untuk sumber Web), tahun dan
penerbit untuk sumber yang berupa media cetak (buku, jurnal, atau
prosiding).

Acuan yang dihimpun dari waktu ke waktu akan sangat bermanfaat dalam
menulis artikel. Terlebih-lebih lagi apabila penyimpanan catatan dilakukan
secara sistematis yang memudahkan untuk pencarian. Memang yang
diperlukan adalah kemauan dan disiplin diri untuk tidak lagi hanya membaca
untuk sekedar membaca tetapi membaca untuk dapat menghasilkan
bacaan bagi peningkatan potensi diri sendiri dan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai