Naskah Publikasi
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya
disusun oleh:
141.0504.018
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2017
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR
disusun oleh:
Nama : Abdy Ardanna Reswari
NIM : 141.0504.018
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Tidar
ABSTRACT
This Final Project Report to examine the components, workings, maintenance, and improvements
to the hydraulic type coupling system.
Making props hydraulic coupling system with electric motor drive is to support as a medium of
learning. Methods of data retrieval done in making this hydraulic coupling system that is literature
method (reading the books), observation method (direct observation field) and interview method
(interview). After setting the method used, it is ready to start making hydraulic coupling system props. In
the making it takes some preparation, starting from the preparation of design, tools and materials
needed, and the place used. Next start doing hydraulic coupling system workmanship process,
measurement, cutting material, welding and installation of hydraulic coupling system components,
followed by trial, data retrieval, yield analysis.
Coupling system used in the manufacture of props is a type of hydraulic with electric motor drive.
This type hydraulic clutch system has the advantage that its construction is luxurious, stroke clutch pedal
lighter than the type of mechanics.
The conclusion from this report that the hydraulic type coupling system with electric motor drive
can be installed properly and work according to its function, that is, if props are turned on then clutch
pedal is pressed then clutch can be freed with fly wheel.
Based on the tests conducted, namely, electric motor rotation and fly wheel, stomp distance into
the pedal and compressive force, and the width of the clutch plate slit against the fly wheel.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Ardianto (2013), memodifikasi sistem penggerak mekanik pada kopling
Daihatsu Charade tahun 1982 menjadi penggerak hidrolik. Proses modifikasi meliputi
perancangan, pembuatan, pemasangan, dan pengujian. Hasil modifikasi sistem kopling
penggerak hidrolik dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya. Dari hasil uji
jalan sistem kopling dapat memutus dan menghubungkan putaran dari mesin ke
pemindah tenaga dengan halus, tanpa getaran, tidak berisik dan tidak slip. Pengukuran
gaya pedal kopling sebelum dimodifikasi yaitu 8,5 kg dan setelah dilakukan modifikasi
turun menjadi 5 kg, dari pengukuran dapat disimpulkan bahwa pedal kopling Daihatsu
Charade lebih ringan 3,5 kg.
Rahmawan (2016), membandingkan jarak penekanan release fork antara kopling
berpenggerak mekanik dan hidrolik pada Toyota Avanza 1.3 G M/T. Penelitian ini
menggunakan pendekatan eksperimen. Jarak penekanan release fork pada mekanisme
penggerak mekanik dan hidrolik menggunakan tiga variasi gaya, yaitu 4 kg, 6 kg, dan 8
kg. Untuk mengetahui jarak penekanan release fork digunakan alat Vernier caliper.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme penggerak kopling mekanik sangat
responsive pada gaya awal 4 kg dan 6 kg, sedangkan pada gaya 8 kg menunjukkan
kopling hidrolik sangat jauh responsive tekanannya untuk mendorong release fork
dibandingkan dengan kopling tipe mekanik.
3. METODOLOGI
3.1 Diagram Alir Pembuatan Alat Peraga
Mulai
Studi pustaka
Proses
Perancangan Persiapan bahan pembuatan/
dan alat
pengerjaan
Tidak
Apakah
Uji coba
berhasil?
Ya
Selesai
3.2 Perancangan
Depan Kiri
Atas
Tabel 4.2 menunjukkan jarak injak kedalam pedal dan gaya tekan dari hasil
pengukuran.
Tabel 4.2 Jarak injak kedalam pedal dan gaya tekan
Jarak injakan Gaya tekan Beban Kondisi plat
No
pedal (mm) pedal (N) transmisi (N) kopling
1 10 10 200 Tidak bebas
2 20 20 200 Tidak bebas
3 40 40 200 Belum terbebas
penuh
4 60 60 200 Belum terbebas
penuh
5 80 80 200 Bebas penuh
Tabel 4.2 memperlihatkan jarak injak pedal 10 mm, gaya yang diberikan pada
pedal 10 N dengan beban transmisi 200 N, sehingga plat kopling masih terhubung
(tidak bebas), begitu juga dengan jarak injak pedal 20 mm, 40 mm dan 60 mm. Plat
kopling terbebas dari fly wheel pada jarak injak pedal 80 mm dengan gaya tekan pedal
80 N dengan beban transmisi yang sama 200 N.
Tabel 4.3 menunjukkan lebar celah plat kopling terhadap fly wheel dari hasil
pengukuran.
Tabel 4.3 Lebar celah plat kopling terhadap fly wheel
Jarak injakan pedal Celah plat Kondisi plat
No
(mm) kopling (mm) kopling
1 10 0 Tidak bebas
2 20 0 Tidak bebas
Belum terbebas
3 40 0,10
penuh
Belum terbebas
4 60 0,55
penuh
5 80 1,5 Terbebas penuh
Tabel 4.3 memperlihatkan hasil pengukuran jarak injak pedal terhadap celah plat
kopling, jarak injak pedal 10 mm dan 20 mm tidak terdapat celah pada plat kopling,
sehingga kopling tidak bebas, sedangkan pada jarak 40 mm, 60 mm dan 80 mm celah
plat kopling secara berurutan yaitu 0,10 mm, 0,55 mm dan 1,5 mm dengan kondisi plat
kopling bebas.
4.2 Pembahasan
Hasil rancang bangun alat peraga sistem kopling hidrolik Toyota Kijang Super 5K
dengan penggerak motor listrik, terdapat beberapa perbedaan antara perencanaan
dengan kenyataan. Hasil perencanaan diameter poros ds1 = 9,87 mm dan ds2 = 10,9
mm, sedangkan hasil kenyataan ds1 = 14,65 mm dan ds2 = 19 mm. Penulis memilih
diameter poros ds1 = 14,65 mm dan ds2 = 19 mm dikarenakan agar sesuai dengan
diameter pulley. Jika menggunakan diameter poros ds1 = 9,87 mm dan ds2 = 10,9 mm
kekuatan poros akan berkurang dan memperbesar faktor keolengan.
Hasil pengukuran rpm motor listrik (bawah) dan fly wheel (atas) memperlihatkan
kondisi putaran kopling tanpa beban atau pada saat pedal kopling diinjak putaran pulley
atas menunjukkan 901,8 rpm, pulley bawah menunjukkan 1405 rpm. Kondisi putaran
kopling dengan beban atau pedal kopling tidak diinjak putaran pulley atas menunjukkan
1064 rpm, dan pulley bawah 1427 rpm. Putaran tanpa beban lebih pelan dikarenakan
terdapat beban tekan pada pegas diafragma oleh bantalan pembebas dan beban poros
input shaft transmisi karena poros input shaft transmisi ikut berputar. Sedangkan pada
saat kondisi dengan beban, seluruh komponen sistem kopling tidak ada beban
tambahan, sehingga tenaga akan diteruskan menuju input shaft transmisi dengan
sempurna dan tanpa selip.
Hasil pengukuran jarak injak kedalaman pedal dan gaya tekan dengan beban
transmisi 200 N, didapatkan kondisi plat kopling bebas penuh pada jarak injak pedal 80
mm dengan gaya tekan pedal 80 N. Pada kondisi plat kopling belum bebas penuh pada
jarak injak pedal 40 mm dan 60 mm dengan gaya tekan pedal 40 dan 60 N. Sedangkan
kondisi plat kopling tidak bebas pada jarak injak pedal 10 mm dan 20 mm dengan gaya
tekan pedal 10 dan 20 N. Kondisi bebas atau tidaknya plat kopling dipengaruhi oleh
besar kecilnya beban pada transmisi, semakin besar beban transmisi maka semakin
pendek jarak injak pedal.
Hasil pengukuran lebar celah plat kopling terhadap fly wheel, jarak injak pedal 10
mm dan 20 mm tidak terdapat celah pada plat kopling, sehingga kopling tidak bebas,
sedangkan pada jarak 40 mm, 60 mm dan 80 mm celah plat kopling secara berurutan
yaitu 0,10 mm, 0,55 mm dan 1,5 mm dengan kondisi plat kopling bebas.