Sistem penomoran yang baik adalah dianjurkan sistem unit, karena memiliki kelebihan yaitu:
a. Semua rekam medis pasien memiliki satu nomor yang tersimpan dalam satu folder.
b. Secara tepat memberikan informasi kepada klinis dan manajemen, satu gambaran yang lengkap
mengenai riwayat penyakit dan pengobatan seorang pasien.
c. Menghilangkan kerepotan mencari dan mengumpulkan rekam medis seorang pasien yang terpisah
pisah dalam sistem seri.
d. Menghilangkan kerepotan mengambil rekam medis, untuk disimpan ke nomor baru dalam seri unit.
Sistem nomor yang digunakan juga mempengaruhi rencana perkembangan ruang temapat
penyimpanan. Perlu sekali ruang lowong pada rak penyimpanan 25% apabila menggunkan sistem
nomor unit, karena tempat tersebut berguna untuk menyimpan berkas rekam medis yang makin
tebal. Apabila sistim seri unit yang dipakai, dimana rekam medis selalu disimpan di tempat nomor
yang terbaru, sehingga terjadi lowong pada bagian - bagian tertentu dari rak penyimpanan. Lowong
ini akan terjadi apabila persentase masuk ulang tinggi (high admission rate). Dengan sistim seri
rak – rak penyimpanan akan terisi secara konstan. Satu problem yang biasa timbul dalam sistim
unit adalah bertambahnya satu rekam medis menjadi berjilid – jilid karena seringnya penderita
tersebut mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Kadang-kadang begitu seringnya seorang
penderita dirawat, sehingga rekam medisnya harus dibuat jilid yang baru, karen terlalu tebal jika
hanya satu jilid saja. Untuk mengingatkan petugas penyimpanan tentang hal ini, maka pada saat
jilid harus dibuat catatan nomor jilid dan jumlah jilidnya, misalnya: Jilid 1 dari 2; Jilid 2 dari 2.
Pengambilan rekam medis yang tidak aktif dari rak penyimanan untuk dimusnahkan atau
untuk microfilm, sangat gampang dalam sistim seri atau sistim seri unit. Dalm sistim seri, makin
kecil nomor rekam medis, menunjukkan makin tuanya rekam medis tersebut. Dalam sistim seri
unit, rekam medis yang tua dimana pemiliknya datang lagi kerumah sakit untuk berobat, tentu
rekam medisnya akan disimpan dengan nomor yang lebih besar. Rekam medis yang tetap tinggal
ditempatnya dalam satu jangka waktu tertentu dapat digolongkan sebagai rekam medis yang tidak
aktif. Pada sistem seri rekam medis tua (yang nomo-nomor rendah) sangat mudah dipilih dari rak
penyimpanannya untuk disimpan ketempat penyimpanan rekam medis yang tidak aktif. Dalam
sistem unit, nomor-nomor rekam medis tidak menunjukan tua atau mudanya suatu rekam medis
sehingga untuk memilih rekam medis yang tidak aktif harus dilihat satu persatu tahun berapa
seorang penderita terakhir dirawat atau berkunjung ke poliklinik. Sehingga satu pasien hanya
mempunyai satu unit nomor seumur hidup kemanapun ia berobat di rumah sakit. Untuk itu
setiap pasien dapat dimasukkan kartu indeks pasien.
Sehubungan dengan sistem pelayanan di rumah sakit atau puskesmas merupakan suatu
sistem yang saling terkait, maka untuk mempercepat proses pelayanan di UGD dan kamar bersalin,
maka pemberian nomor rekam medis dapat dialokasikan terlebih dahulu. Pengalokasian nomor
rekam medis didasarkan pada banyak sedikitnya pasien yang dilayani sehingga antara pelayanan
kesehatan yang satu dengan yang lain dapat berbeda. Contoh alokasi nomor rekam medis:
a. Unit pelayanan bayi baru lahir: 00.00.00 s.d. 09.00.00 = 100.000 nomor rekam medis.
b. Unit pelayanan gawat darurat: 10.00.00 s.d. 49.00.00 = 400.000 nomor rekam medis.
c. Unit pelayanan pasien yang lewat TPPRJ memperoleh nomor dari 50.00.00 s.d. 99.99.99 = 500.000
nomor rekam medis.
Dengan demikian unit pelayanan yang bersangkutan tidak perlu setiap kali pelayanan
menanyakan dan meminta nomor rekam medis kepada unit rekam medis untuk memperoleh nomor
bagi pasien yang dilayani. Namun demikian, agar nomor tersebut tetap terkendali maka unit
pelayanan maupun unit rekam medis harus memiliki catatan penggunaan nomor rekam medis.
Satu rumah sakit biasanya membuat satu “bank nomor” dengan menentukan sampai nomor
tertinggi yang keberapa, baru mulai lagi dengan nomor satu. Sangat sukar untuk mengerjakan atau
mengingat nomor-nomor yang lebih dari enam angka, meskipun sistim angka akhir (terminal digit)
digunakan. Untuk hampir semua rumah sakit, nomor yang dimulai dari 000001 sampai dengan
999999 akan merupakan sumber (patokan) pemberian nomor yang bisa berjalan sampai bertahun
– tahun. Satu cara nomor dengan memberikan seri nomor tiap tahun, misalnya dengan menuliskan
angka tahun pada awal nomor seperti 85456231 tidak dianjurkan. Karena kesalahan menulis
angka tahun mengakibatkan sangat sukarnya mengetahui lokasi atau rekam medis.
Nomor – nomor disusun dalam satu “Buku Induk” atau register. Tempat dimana buku
rekam medis disimpan atau pengontrolan dilakukan ditentukan oleh kegunaan nomor dan prosedur
nomor. Tanggung jawab pemberian nomor, sebaliknya diberikan kepada satu orang yang khusus
menangani distribusi nomor.
1. KESIMPULAN
Sistem penomoran merupakan salah satu sistem dari penyelenggaraan RM dimana semua pasien yg
datang ke instansi pelayanan kesehatan diberikan suatu nomor Rekam Medis (No.RM) yg
berfungsi sebagai salah satu identitas pasien.
Pemberian nomor cara seri dikenal dengan nama Serial Numbering System (SNS) adalah suatu
sistem penomoran dimana setiap penderita yang berkunjung ke rumah sakit atau puskesmas selalu
mendapat nomor yang baru.
Pemberian nomor cara unit atau dikenal dengan Unit Numbering System (UNS) adalah suatu sistem
penomoran dimana sistem ini memberikan satu nomor rekam medis pada setiap pasien yang
berkunjung pertama kali datang ke rumah sakit atau puskesmas, dan digunakan selamanya pada
kunjungan berikutnya.
Pemberian nomor cara seri unit atau dikenal Serial Unit Numbering System (SUNS) adalah suatu
sistem pemberian nomor dengan cara penggabungan sistem seri dan sistem unit. Dimana setiap
pasien datang berkunjung ke rumah sakit atau puskesmas diberikan nomor baru dengan dokumen
rekam medis baru.Dokumen rekam medis baru dan lama dijadikan satu, dan yang menjadi patokan
nomor rekam medis adalah nomor yang lama. Sedang nomor baru diberikan lagi ke pasien yang
lain.