Anda di halaman 1dari 6

2.

2 Patogenesis Celah Bibir Dengan Atau Tanpa Celah Langit langit


Terdapat beberapa teori yang menerangkan tentang perkembangan embrional kelainan
CB/L, patogenesis CB/L, serta teori-teori yang mengemukakan tentang patogenesis CB/L.
Sampai saat ini patogenesis dari CB/L belum dapat disimpulkan dengan baik. Teori tentang
patogenesis CB/L antara lain adalah teori dari perkembangan embrional CB/L. Sebuah teori
lain menerangkan tentang mekanisme terjadinya CB/L yaitu teori penguatan oleh jaringan
mesodermal pada membran brankialis dan gabungan teori fusi dengan teori penetrasi
mesoderm.Teori fusi dan teori klasik menyatakan bahwa celah bibir terjadi akibat kegagalan
penyatuan antara prosesus maksilaris dengan prosesus nasalis medialis. Gabungan teori fusi
dan teori penetrasi mesoderm diajukan pertama kali oleh Patten.
2.3 Etiologi
Etiologi celah bibir adalah multifaktorial dan etiologi celah bibir belum dapat
diketahui secara pasti. Pembentukan bibir terjadi pada masa embrio minggu keenam sampai
minggu kesepuluh kehamilan. Penyebab kelainan ini dipengaruhi berbagai faktor, disamping
faktor genetik sebagai penyebab celah bibir, juga faktor non genetik yang justeru lebih sering
muncul dalam populasi, kemungkinan terjadi satu individu dengan individu lain berbeda.
2.3.1 Faktor Genetik
Faktor herediter mempunyai dasar genetik untuk terjadinya celah bibir telah diketahui
tetapi belum dapat dipastikan sepenuhnya. Kruger (1957) mengatakan sejumlah kasus yang
telah dilaporkan dari seluruh dunia tendensi keturunan sebagai penyebab kelainan ini
diketahui lebih kurang 25-30%. Dasar genetik terjadinya celah bibir dikatakan sebagai
gagalnya mesodermal berproliferasi melintasi garis pertemuan, di mana bagian ini seharusnya
bersatu dan biasa juga karena atropi dari pada epithelium ataupun tidak adanya perubahan
otot pada epithelium ataupun tidak adanya perubahan otot pada daerah tersebut.
Sebagai tanda adanya hipoplasia mesodermal. Adanya gen yang dominan dan resesif
juga merupakan penyebab terjadinya hal ini. Teori lain mengatakan bahwa celah bibir terjadi
karena :
- Dengan bertambahnya usia ibu hamil dapat menyebabkan ketidak kebalan embrio terhadap
terjadinya celah.
- Adanya abnormalitas dari kromosom menyebabkan terjadinya malformasi kongenital yang
ganda.
-Adanya tripel autosom sindrom termasuk celah mulut yang diikuti dengan anomali
kongenital yang lain.

2.3.2 Faktor Sindrom


Anomali celah orofasial dapat disebabkan oleh sindrom. Sindrom tersebut dapat
berupa sindrom monogenik maupun sindrom kromosomal. Sindrom monogenik merupakan
sindrom yang terjadi karena adanya mutasi dari gen tunggal. Mutasi dapat melibatkan salah
satu maupun sepasang kromosom. Sindrom kromosomal merupakan sindrom yang terjadi
karena adanya kekurangan ataupun kelebihan gen yang terletak di kromosom dan dapat juga
terjadi karena adanya perubahan struktur kromosom.
a. Sindrom Monogenik
Menurut Gorlin, terdapat 72 sindrom monogenik yang melibatkan celah pada
oral. Penelitian tersebut dikuatkan oleh penelitian Cohen, di mana terdapat 154
sindrom monogenik yang melibatkan celah oral. Pada tahun 2001, terdapat versi
yang berbeda dari database London Dysmorphology yang diungkapkan oleh
Winter dan Baraiser, yaitu terdapat 487 sindrom monogenik yang terlibat dengan
pembentukan celah oral. Salah satu contoh yaitu sindrom Van der Woude dan
Treacher Collins. Sindrom autosomal yang paling sering yaitu Van der Woude, di
mana sindrom ini ditandai dengan adanya cekungan pada bibir bawah, celah bibir,
celah palatum, hipodonsia, tidak adanya premolar kedua baik pada maksila
maupun mandibula, tidak adanya insisivus lateral pada maksila dan ankiloglosia.
b. Sindrom Kromosomal
Sindrom ini melibatkan abnormalitas yang signifikan pada kromosom baik
secara struktural maupun numerikal. Contohnya pada sindrom Velokardiofasial,
sindrom Shprintzen, Trisomi 13 dan 18 dan beberapa sindrom lainnya. Sindrom
yang sering menyebabkan celah pada oral yaitu sindrom Pierre Robin yang
ditandai dengan mikrognasia, celah langit-langit dan glosoptosis.

2.3.3 Faktor Lingkungan


Faktor lingkungan sebagai penyebab celah bibir dan langit-langit telah banyak
diketahui, walaupun tidak sepenting faktor genetik, tetapi faktor lingkungan merupakan
faktor yang dapat dikendalikan sehingga dapat dilakukan pencegahan. Beberapa faktor
lingkungan yang diketahui yaitu:
a. Nutrisis ibu
Kekurangan nutrisi, seperti kekurangan asam folat, merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya celah orofasial. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian dan percobaan
intervensional di mana subjek penelitian dberikan suplemen folat untuk mencegah terjadinya
kelahiran bayi dengan celah dalam keluarga yang memiliki riwayat menderita kelainan
tersebut. Dan hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan terjadinya celah pada beberapa
keluarga yang dijadikan subjek penelitian. Selain penelitian tentang asam folat, beberapa
penelitian lain tentang defisiensi zinc, defisiensi kolesterol dan defisiensi multivitamin
menunjukkan hasil positif menjadi faktor resiko terjadinya celah bibir dan langit-langit.
b. Konsumsi alkohol di masa kehamilan
Mengonsumsi alkohol juga diduga menjadi faktor risiko, namun bukti masih belum
jelas. Meskipun begitu bila alkohol dikonsumsi dengan dosis tinggi dalam waktu yang
singkat, diduga akan meningkatkan risiko kecacatan pada janin, termasuk celah bibir.
Berdasarkan penelitian Jones, seorang ibu yang mengonsumsi alkohol 3 kali sehari ketika
dalam masa trimester pertama kehamilan dapat berisiko memiliki bayi dengan berat badan
rendah, sementara ibu yang mengonsumsi alkohol 4 hingga 6 kali sehari, memiliki risiko
melahirkan bayi yang cacat. Biasanya bayi yang dilahirkan oleh ibu pengonsumsi alkohol
memiliki kelainan berupa celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit, berat badan
rendah, mikrosefalus, kelainan jantung, maupun retardasi mental.
c. Merokok dalam masa kehamilan
Menurut penelitian Radojičić dkk, merokok dalam masa kehamilan trimester pertama
merupakan faktor risiko yang besar dalam kenaikan jumlah kelahiran bayi dengan celah bibir
dan langit-langit. Hal ini dibuktikan dengan penelitian di Serbia di mana 51% dari ibu yang
merokok selama kehamilan memiliki anak dengan celah bibir.
d. Radiasi sinar rontgen
Radiasi sinar rontgen diduga menjadi salah satu faktor risiko terjadinya celah
bibir. Sebuah laporan kasus dari bagian kedokteran gigi anak Universitas Indonesia
menjelaskan bahwa paparan radiasi rontgen pada masa kehamilan trimester pertama
Universitas Sumatera Utara memiliki kemungkinan untuk menyebabkan terjadinya celah
bibir dan langitlangit, di mana seorang anak lahir dengan celah bibir dan langit-langit namun
tidak memiliki riwayat kelainan celah bibir dalam keluarganya. Ibunya juga menjelaskan
bahwa kondisinya sehat pada waktu kehamilan, akan tetapi pada trimester pertama, ibu
pernah terpapar radiasi rontgen.
e. Infeksi
Infeksi pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan kecacatan pada
janin, termasuk kelainan pada bibir berupa celah bibir dan langit-langit. Infeksi dapat berupa
infeksi bakteri maupun virus.
f. Konsumsi obat-obatan
Beberapa obat-obatan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh ibu hamil karena
bersifat teratogenik. Penggunaan obat-obatan seperti steroid, antikonvulsan (phenytoin dan
phenobarbital), asam retinoat dapat meningkatkan terjadinya celah bibir dan langit-langit bila
dikonsumsi pada masa trimester kehamilan.
2.4 Penanganan Bibir Sumbing
Bibir sumbing bisa ditangani dengan pembedahan. Tujuan dari operasi bibir sumbing
adalah memperbaiki kemampuan anak untuk makan dan minum, dapat bicara dan mendengar
secara normal, serta memiliki penampilan wajah yang normal. Secara umum, prosedur
pembedahan yang dilakukan meliputi:
 Operasi bibir sumbing. Untuk menutup celah pada bibir, dokter akan membuat
sayatan pada kedua sisi celah dan membuat lipatan jaringan yang kemudian disatukan
dengan cara dijahit. Operasi ini akan membuat penampilan dan fungsi bibir menjadi
lebih baik. Waktu yang tepat untuk operasi bibir sumbing bervariasi, tergantung
kondisi tubuh anak, berat badan, dan usia anak. Biasanya operasi bibir sumbing
dilakukan saat anak berusia 10 minggu – 1 tahun. Bila diperlukan, operasi pada
hidung juga dilakukan saat bersamaan.
 Operasi langit-langit sumbing. Operasi mungkin dilakukan beberapa kali untuk
menutup celah dan memperbaiki langit-langit mulut, baik bagian yang lunak maupun
yang keras. Dokter akan membuat sayatan pada kedua sisi celah dan menata ulang
posisi jaringan dan otot langit-langit mulut, kemudian dijahit. Operasi langit-langit
sumbing disarankan untuk dilakukan pada saat berusia 6-18 bulan. Lalu, operasi
lanjutan untuk langit-langit sumbing dapat dilakukan pada usia 8-12 tahun. Operasi
lanjutan yang dilakukan adalah mencangkok tulang untuk langit-langit agar
mendukung struktur rahang atas dan artikulasi bicara.
 Operasi pemasangan tabung telinga. Untuk anak-anak dengan langit-langit sumbing,
tabung telinga dipasang pada usia 6 bulan. Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi
risiko penurunan pendengaran dan dapat dilakukan bersamaan dengan operasi bibir
sumbing atau operasi langit-langit sumbing.
 Operasi untuk memperbaiki penampilan. Operasi tambahan mungkin diperlukan
untuk memperbaiki penampilan mulut, bibir dan hidung. Operasi ini dapat dilakukan
sampai usia anak remaja menjelang dewasa.Pemantauan dan pengobatan terhadap
bibir sumbing disarankan terus dilakukan sampai anak berusia 21 tahun, ketika
pertumbuhan telah berhenti.
2.5 Cara Pencegahan Bibir Sumbing
1. Jangan menjadi perokok
Salah satu cara untuk mengurangi resiko terkena bibir sumbing adalah dengan hindari
rokok. Jangan sampai merokok, terutama saat hamil. Sebab dengan merokok saat
hamil bisa menyebabkan kecacatan saat kelahiran. Selain itu, rokok juga akan
mengganggu kesehatan bagi ibu hamil sendiri. Waspadai efek samping rokok.
2. Jangan menjadi perokok pasif eksposur
Selain itu cara lain yang bisa di gunakan untuk mencegah resiko bibir sumbing adalah
dengan menghindari paparan rokok. Meskipun anda bukan perokok, selama masih
terkena paparan asap rokok juga membahayakan untuk kesehatan. Terutama bagi diri
dan janin yang ada dalam kandungan. Jika orang terdekat, seperti suami merokok
usahakan jangan merokok di depan anda dan jangan di dalam rumah. Selesai merokok
harus mandi, ganti pakaian, dan sikat gigi. Agar bekas rokonya sudah tidak
menempel.
3. Gunakan obat anti kejang
Bagi ibu hamil yang sedang menderita epilepsi, di sarankan untuk mengkonsumsi
obat anti kejang. Hal ini di sebabkan karena danya penggabungan zat anti convulsants
yang bisa mengurangi resiko tersebut. Namun perlu di ketahui, bahwa untuk
mengkonsumsi obat ini harus berdasarkan pengawasan dokter.
4. Konsumsi makanan kering pada trimester 1
Pada periode bulan 1 sampai 3 atau trimester pertama, ibu hamil masih melakukan
penyesuaian kehamilan. Biasanya di tandai dengan mutah, mual, hilang selera makan,
dan lain sebagainya. Maka di sarankan untuk makan makanan kering. Meskipun itu
tetap di jaga kandungan gizinya. Hal ini bisa berguna untuk mencegah bibir sumbing.
5. Penuhi gizi dengan seimbang
Agar bisa terhindar dari resiko bibir sumbing adalah dengan mengkonsumsi makanan
yang memiliki kandungan gizi seimbang. Terutama saat berada dalam masa
kehamilan. Makanan yang kaya akan nutrisi karbohidrat, vitamin, lemak, protein, dan
mineral harus di penuhi seimbang. Hal ini bisa mengurangi resiko terkena bibir
sumbing.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Bibir sumbing merupakan ………..(isiin pengertiannya ya rah)
2. Mekanisme terjadinya CB/L yaitu teori penguatan oleh jaringan mesodermal pada
membran brankialis dan gabungan teori fusi dengan teori penetrasi mesoderm.Teori
fusi dan teori klasik menyatakan bahwa celah bibir terjadi akibat kegagalan penyatuan
antara prosesus maksilaris dengan prosesus nasalis medialis. Gabungan teori fusi dan
teori penetrasi mesoderm diajukan pertama kali oleh Patten.
3. Etiologi celah bibir adalah multifaktorial dan etiologi celah bibir belum dapat
diketahui secara pasti. Pembentukan bibir terjadi pada masa embrio minggu keenam
sampai minggu kesepuluh kehamilan. Penyebab kelainan ini dipengaruhi berbagai
faktor, disamping faktor genetik sebagai penyebab celah bibir, juga faktor non genetik
yang justeru lebih sering muncul dalam populasi, kemungkinan terjadi satu individu
dengan individu lain berbeda.
4. Bibir sumbing bisa ditangani dengan pembedahan. Tujuan dari operasi bibir sumbing
adalah memperbaiki kemampuan anak untuk makan dan minum, dapat bicara dan
mendengar secara normal, serta memiliki penampilan wajah yang normal.
5. Adapula pencegahan yang dilakukan untuk bibir sumbing ialah bagi ibu yang sedang
hamil dianjurkan jangan merokok, jangan mengkonsumsi minuman beralkohol, dan
penuhi kebutuhan gizi.

3.2 Saran
Sebagai manusia kita harus hidup sehat karena penyakit dapat menyerang kapan saja.
Maka dari itu, kita harus melakukan pola hidup sehat dengan cara menjaga pola makan.
Terutama bagi ibu yang sedang hamil , dianjurkan menghindari hal hal yang toksinogen
dan mengkonsumsi obat-obatan yang teratogenik, karena hal tersebut dapat berpengaruh
terhadap perkembangan janin nanti kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Sufiawati, I . 2015. Epidemiologi dan Analisis Molekuler Dalam Rangka Preventif
danTatalaksana Penderita Kelainan Celah Bibir Dan Langit-Langit(diakses
pada tanggal 31 Mei 2019).Tersedia pada http://media.unpad.ac.id/files

Sudiono J. Gangguan tumbuh kembang dentokraniofasial. Jakarta: Penerbit Buku


Kedoteran EGC; 2008.h.5-11

Rudolph AM. Buku ajar Pediarti rudolph. Edisi ke-20. Jakarta: Penerbit Buku
Kedoteran EGC; 2006; h. 1063-8

Sjamsuhidajat R, Jong W.D. Buku ajar ilmu bedah.jakta:EGC.2005.h. 344-6

Anda mungkin juga menyukai