Anda di halaman 1dari 17

PEMBAHASAN

1.1 SUSPENSI
A. Pengertian Suspensi Menurut Buku Referensi
a. Farmakope Indonesia IV Th. 1995
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair.
Sedangkan Suspensi Oral adalah sediaaan cair mengandung partikel padat
yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan
ditujukan untuk penggunaan oral.
b. Farmakope Indonesia III Th. 1979
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (halaman 32)
c. USP XXVII 2004 halaman 2587
Suspensi oral adalah sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat
terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang
dimaksudkan untuk pemberian oral.
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat
yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian
pada kulit.
Suspensi otic adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro
dengan maksud ditanamkan di luar telinga.
d. Fornas Edisi 2 Th. 1978 halaman 333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari
obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama
berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang
harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
e. IMO
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus
halus, tidak boleh cepat mengendap, bila digojok perlahan – lahan, endapan harus
segera terdispersii kembali.
B. Pengertian Suspensi Secara Umum
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai
fase dispersi, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium dispersi. Untuk menjamin
stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi
atau suspending agent.
Suspensi oral adalah sediaan cair rnengandung-partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.
Beberapa suspensi-yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini.
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat
yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum
digunakan.
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang
diberi etiket sebagai "lotio" termasuk dalam kategori ini.
Suspensi tetes telinga adalah sediaan : cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk di teteskan telinga bagian luar.
Suspensi optalmik adalah sediaan cair steal yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus
dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.
Suspensii obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi masses yang mengeras atau
penggumpalan.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair
yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk
suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

C. Persyaratan Sediaan Suspensi


A. Menurut Farmakope Indonesia edisi III
Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap. Jika dikocok harus
segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas
suspense. Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau
sedia dituang. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel
dari suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama.
B. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV
Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal. Suspensi
yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti
mikroba. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.

D. Faktor dan Ciri sedian Suspensi


Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :

1. Ukuran partikel.
2. Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4. Kadar partikel terdispersi

Ciri-ciri sediaan suspensi adalah :

- Terbentuk dua fase yang heterogen


- Berwarna keruh
- Mempunyai diameter partikel > 100 nm
- Dapat disaring dengan kertas saring biasa
- Akan memisah jika didiamkan

D. Macam-macam suspensi.

Suspensi berdasarkan kegunaanya

1. Suspensi oral.
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditunjukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel padat
yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada
kulit.
3. Suspensi tetes telinga.
Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk
diteteskan pada bagian telinga luar.
4. Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi
dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.

Suspensi berdasarkan istilah

1. Susu
Yaitu suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk
penggunaan oral. Contohnya : susu magnesia
2. Magma
Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya
mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat yang menghasilkan
konsistansi seperti jell dan sifat relogi tiksotropik
3. Lotio
Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi untuk pemakaian pada kulit.

Suspensi berdasarkan sifatnya

1. Suspensi deflokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi kuat
b. Partikel dispersi mudah mengendap
c. Partikel dispersi mudah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi tidak membentuk cacking yang keras
2. Suspensi flokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi lemah
b. Partikel dispersi mengendap secara perlahan
c. Partikel dispersi susah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi membentuk cacking yang keras

E. Syarat-syarat suspensi adalah sebagai berikut :

Menurut FI edisi III adalah :

 Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap


 Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
 Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
 Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia
dituang
 Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama

Menurut FI edisi IV adalah :

 Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal


 Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus
mengandung anti mikroba
 Suspensi harus dikocok sebalum digunakan.

F. Cara pembuatan suspensi


Suspensi dapat dibuat dengan cara :
1. Metode dispersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan kedalam cairan pembawa. Umumnya
sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting
adalah pertikel-pertikel harus terdispersi betul dalam fase cair. Mendispersikan
serbuk yang tidak larut dalam air kadang-kadang sukar, hal ini disebabkan karena
adanya udara, lemak yang terkontaminasi pada permukaan serbuk. Serbuk dengan
sudut kontak 900C disebut hidrofob. Contohnya sulfur, magnesium stearat, dan
magnesium karbonat. Untuk menurunkan tegangan antar muka, antara partikel
padat dan cairan pembawa digunakan zat pembasah dengan nilai HCB (hidrofil
lipofil balance) atau keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut
kontak jadi kecil. Udara yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi dapat pula
menggunakan gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi parikel
padat. Biasa juga digunakan Gom (pengental).
2. Metode presipitasi
Metode ini terbagi atas 3 yaitu :
a. Metode presipitasi dengan bahan organic
Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu dengan
pelarut organic yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang digunakan
adalah etanol, methanol, propilenglikol, dan gliserin. Yang perlu diperhatikan
dari metode ini adalah control ukuran partikel yang terjadi bentuk polimorfi
atau hidrat dari Kristal.
b. Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media
Dipakai untuk obat yang kelarutannya tergantung pada PH.
c. Metode presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian
Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila
suspensi diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa berstruktur
atau pensuspensi tipe koloid hidrofi. Bila serbuk telah dibasahi dan
didispersikan diusahakan untuk membentuk flokulasi terkontrol agar tidak
terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi kembali. Untuk membentuk
flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan, dan polimer.

G. Bentuk dan Hal yang harus diperhatikan dalam Suspensi


Bentuk suspensi yang diinginkan
- Partikel-partikel harus mengendap secara perlahan
- Partikel-partikel yang mengendap harus mudah didispersikan kembali
- Suatu suspensi yang terflokulasi lebih diinginkan daripada suspensi yang
terdeflokulasi.
- Suatu suspensi tidak boleh terlalu kental untuk mengurangi kecepatan
sedimentasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam suspensi adalah :
1) Kecepatan sedimentasi (hokum stokes)
Untuk sediaan farmasi, tidak mutlak dipakai untuk sediaan farmasi
biasanya dimana bentuk suspensorik tidak teratur, tetapi dapat dipakai sebagai
pegangan supaya suspensi stabil sehingga tidak cepat mengendap. Maksudnya
akan terbentuk cacking dan homogenitas kurang.
2) Pembahasan serbuk
Pembasahan adalah fenomena terjadinya kontak antara medium pendispersi
dan medium terdispersi dimana permukaan padat udara digantikan oleh padat
cair. Untuk menurunkan tegangan permukaan digunakan wetting agent atau
surfaktan (zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan) misalnya span
dan tween.
3) Floatasi
Floatasi atau trafung disebabkan oleh :
- Perbedaan densitas
- Partikel padat hanya terbasahi dan tetap pada permukaan
- Adanya absorbsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan humektan
4) Pertumbuhan Kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh, bila terjadi
perubahan suhu akan terjadi pertumbuhan kristal ini dapat dicegah dan
penambahan surfaktan.
5) Pengaruh gula
- Penambahan larutan gula dalam suspensi akan mengakibatkan
fiskositas suspensi naik.
- Konsentrasi gula yang besar akan menyebabkan akan terbentuknya
kristalisasi dengan cepat Gula cair 25% mudah ditumbuhi bakteri
hingga diperlukan pengawet
- Hati-hati jika ada alkohol dalam suspensi
- Pemilihan metode dispersi, depokulasi, dan prokulasi

H. Komponen sediaan suspensi :


Komposisi sediaan suspensi yaitu :
A. Zat aktif
B. Bahan tambahan :
- Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk
memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan
mencegah penggumpalan resin, dan bahan berlemak. Contoh untuk
golongan polisakarida yaitu seperti gom akasia, tragakan, alginat starc.
Sedangkan pada golongan selulosa larut air yaitu seperti metil selulosa,
hidroksi etilselulosa, avicel, dan na-cmc.untuk golongan tanah liat
misalnya seperti bentonit, aluminium magnesium silikat, hectocrite,
veegum. Sementara itu untuk golongan sintetik seperti carbomer,
carboxypolymethylene, colloidal silicon dioxide.
- Bahan pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya adalah untuk
menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan
meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Misalnya gliserin,
propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-lain.
- Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya
sorbitol dan sukrosa.
- Pewarna dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya
vanili, buah-buahan berry, citrus, walnut, dan lain-lain.
- Pengawet, sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut
mengandung bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer
(karena merupakan tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet
diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang.
Pengawet yang sering digunakan adalah metil atau propil paraben,
asam benzoat, chlorbutanol, dan senyawa ammonium.
- Antioksidan, jarang digunakan pada sediaan suspensi kecuali untuk zat
aktif yang mudah terurai karena teroksidasi.misalnya hidrokuinon,
asam galat, kasein, sisteina hidroklorida, dan juga timol.
- Pendapar, fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar potensial
pengawet, meningkatkan kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar fosfat,
dapar asetat, dan juga dapar karbonat.
- Acidifier, fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan
suspensi, memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan
kelarutan. Misalnya asam sitrat.
- Flocculating agent, merupakan bahan yang dapat menyebabkan suatu
partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau
floc. Misalnya polisorbat 80 (untuk surfaktan), tragakan (polimer
hidrofilik), bentonit (untuk clay), dan juga NaCl (untuk elektrolit).

I. Kriteria suspensi yang ideal :


o Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dan tidak
mengendap cepat dalam wadah.
o Endapan yang terbentuk tidak boleh keras (kompak) dan harus terdispersi
dengan cepat dengan sedikit pengocokan.
o Harus mudah dituang, memiliki rasa enak dan tahan terhadap serangan
mikroba
o Untuk obat luar, harus mudah disebar dipermukaan kulit dan tidak cepat
hilang ketika digunakan serta cepat kering.
J. Keuntungan dan kerugian sediaan suspensi
a. Keuntungan :
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/ kapsul, terutama
anak-anak.
2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas permukaan
4. kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
5. Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
6. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
b. Kerugian :
1. Kestabilan rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), dan degradasi)
2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya turun
3. Alirannya menyebabkan sukar dituang
4. Ketetapan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system dispersi
terutama jika terjadi perubahan temperatur
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan.
K. Pengemasan dan Penandaan Sediaan

Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang
udara diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang. Kebanyakan suspensi
harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari pembekuan, panas
yang berlebihan dan cahaya. Suspensi perlu dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk
menjamin' distribusi zat padat yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang
diberikan setiap kali tepat dan seragam. Pada etiket harus juga tertera "Kocok Dahulu".
1.2 EMULSI

A. PENGERTIAN EMULSI
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat,terdispersi dalam cairan pembawa,distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok (Depkes,1979).
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi kedalam
kedalam cairan lain dalam benuk tetesan kecil (Depkes,1995).
Emulsi adalah suatusediaan yang engandung dua zat cair yang tidak mau
campur,biasanya air dan minyak dimana cairan satu terdispersi menjadi butir-butir
kecil dalam cairan yang lain.Dispersi ini tidak stabil,butir-butir ini akan bergabung
(koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah.Flavor dan
pengawet yang berada dalam fase air yang mungkin larut dalam minyak harus dalam
kadar yang cukup untuk memenuhi yang diinginkan.Emulgator merupakan komponen
yang penting untuk memperoleh emulsi yang stabil (Anief,1993)
Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam
sistem dispersi,fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase
cairan lainya,umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi ,fase cairan terdispersi
disebut fase dalam,sedangkan fase cairan pembayanya disebut fase luar.Jika fase dalam
berupa minyak atau larutan dalam minyak dan fase luarnya air atau larutan,maka
emulsi disebut emulsi minyak-air,sedangkan sebaliknya emulsi disebut air-minyak
(Depkes,1978).
Emulsi adalah suatu disperse dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.Dalam
batasan emulsi,fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium disperse
sebagai fase luar atau fase kontinu.Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan
fase luar air disebut emulsi minyak dalam air tapi sebaliknya emulsi yang memiliki
fase dalam air dan fase luar adalah minyak disebut emulsi air dalam
minyak(Ansel,1985).
Emulsi atau emulsions adalah sistem disperse kasar yang solid termodinamik
tidak stabil,terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang tidak bercampur satu sama
lain.Dimana cairan yang satu terdispersi didalam cairan yang lain dan untuk
memantapkannya diperlukan penambahan emulgator(voight,1994)
Oleh karena itu,dari cairan yang tidak dapat bercampur satu sama lain.Yang
satu terdistribusi kedalam yang lain dipertahankan untuk melayang.Maka garis tengah
tetesan cairan yang terdistribusi sangat penting untuk mengkarakterisasikan sebuah
emulsi.(Voight,1994)
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film ( lapisan) disekeliling butir-
butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinnya
koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebgai fase terpisah (Anief,1997)
Emulsi adalah sistem heterogen, terdiri dari kurang lebih satu cairan yang tidak
tercampurkan yang terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan-tetesan di
mana diameternya kira-kira 0,1 mm atau dapat diartikan sebagai dua fase yang terdiri
dari satu cairan yang terdispersi dalam cairan lainnya yang tidak
tercampurkan.(Martin,1971)
Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang mengandung 2
cairan yang tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seragam sebagai
globul.(Jenkins,1957)

B. TIPE EMULSI
Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes minyak
terdispersi kedalam fase air,dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase ekstern
adalah minyak.Fase intern disebut pula fase dispers atau fase kontinu (Anief,1993).
Emulsi yang memliki fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi
minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “M/A”.Sebaliknya emulsi
yang mempunya fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak
dan dikenal sebaga emulsi “A/M”.Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat
kontinu,suatu emulsi minyak dalam air bias diencerkan atau ditambah dengan air atau
suatu preparat dalam air (Ansel,1985).
Emulsi terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur satu sama lainya,dimana
yang satu menunjukkan karakter hidrofil,yang lain lipofil.Hidrofil (lipofod) umumnya
adalah air atau suatu cairan yang dapat tercampur dengan air.Sedangkan sebagai fase
lipofil (hidrofod) adalah lemak mineral atau minyak tumbuhan atau lemak (minyak
lemak,paraffin,lilin,lemak coklat,malam bulu domba) atau juga bahan pelarut lipofil
kloroform,benzene dan sebagainya (Voight,1994)
Dengan demikian ada dua kemungkinan yang dapat terjadi,apakah fase hidrofil
yang terdispersi kedalam fase hidrofod,ataukah fase hidrofod kedalam fase
hidrofil.dengan demikian dapat dhasilkan dua macam emulsi yang berbeda.Yaitu yang
dinyatakan sebagai emulsi ar dalam minyak ‘’A/M’’ atau emulsi minyak dalam air
“M/A’’.(Voight,1994)
Jenis emulsi M/A dan A/M adalah sistem emulsi sederhana.Sistem emulsi ganda
akan diperoleh apabila didalam bola-bola emulsi yang terbentuk terdapat lagi bola-bola
dari fase lainya.Sistem semacam ini dikatakan sebagai emulsi A/M/A atau emulsi
M/A/M.Komponen-komponen yang terdistribusi didalam sebuah emulsi,dikatakan
sebagai fase terdispersi atau fase dalam atau fase terbuka.Komponen-komponen yang
mengandung cairan terdispersi,dinyatakan sebagai bahan pendispersi atau fase luar atau
fase tertutup.(Voight,1994).
Untuk emulsi yang diberika secara oral,tipe emulsi yang diberikan adalah minyak
dalam air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa
yag lebih enak walaupun sebenarnya diberikan minyak yang tidak enak rasanya,dengan
menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya,sehingga mudah
dimakan atau ditelan sampai ke lambung.Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola
minyak dapat mempertahankan minyak tersebut agar lebih cepat dicerna dn lebih mudah
diabsorpsi,atau jka bukan dimaksudkan untuk itu,tugasnya juga akan lebih
efektif,msalnya meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai katartik bila diberikan
dalam bentuk emulsi.(Ansel,1985)
Emulsi yang dipakai pada kulit atau sebagai obat luar bias dibuat sebagai emulsi
A/M atau emulsi M/A,tergantung pada berbagai factor seperti sifat zat terapeutik yang
akan dimasukkan ke dalam emulsi,keinginan untuk mendapatkan efek amolien atau
pelembut jaringan dari preparat tersebut,dan keadaan kulit.Zat obat yang mengiritasi
kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam fase luar yang mengalami kontak
langsung dengan kulit.Tentu saja dapat bercampurnya dan kelarutan dalam air dan dalam
minyak dari zat obat yang digunakan dalam preparat yang diemulsikan menentukan
banyaknya pelarut yang harus ada sifatnya yang meramalkan fase emulsi yang
dihasilkan.Pada kulit yang tidak luka,suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat
digunakan lebih rata karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan
permukaan ini mudah dibasahi oleh minyak dari pada oleh air.Suatu emulsi air dalam
minyak juga lebih lembut ke kulit,karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak
mudah hilang bila kena air.Sealiknya apabila diinginkan preparat yang mudah di
hilangkan dari kulit dengan air,digunakan suatu emulsi minyak dalam air(Ansel,1985).
Jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam fase air, fase kontinu, maka
emulsi disebut minyak dalam air (M/A). Jika minyak merupakan fase kontinu, emulsi
merupakan tipe air dalam minyak (A/M). Telah diamati bahwa emulsi M/A kadang-
kadang berubah menjadi emulsi A/M atau sebaliknya (inversi).Dua tipe emulsi tambahan
yang digolongkan sebagai emulsi ganda, tampaknya diterima oleh para ahli kimia.
Secara keseluruhan memungkinkan untuk membuat emulsi ganda dengan karakteristik
minyak dalam air dalam minyak (M/A/M) atau air dalam minyak dalam air (A/M/A)
(Lachman,1994)
Ketika air terdispersikan atau menjadi fase internal (fase dalam) emulsi disebut
air dalam minyak (W/o) emulsi. Dalam minyak ketika medium dispersi atau fase
eksternal.Sistem yang mengandung sedikit dari 25% air umumnya emulsi w/o. kadang-
kadang, lebih kecil dari 10% air akan dipastikan emulsi w/o.Ukuran partikel dari fase
dispersi umumnya 0,05 µ atau lebih kecil.(Martin,1971)

C. KOMPONEN EMULSI

Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu


1. Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri atas:
a. Fase dispers/ fase internal / fase discontinue
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi atau butiran kecil kedalam zat cair lain.
b. Fase continue / fase external / fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari
emulsi tersebut.
c. Emulgator
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi
Menurut scovilles halaman 318 emulgator terbagi menjadi:
1. Emulgator alam
Emulgator dapat dibagi menjadi beberapa kelompok :
a. Berasal dari tumbuhan
 Karbohidrat,Gum dan bahan-bahan mucilago cocok untuk digunakan
dalam emulsi farmasetik. Mereka mempunyai kemampuan
mengemulsi banyak substansi secara murni dan menghasilkan emulsi
yang Bisaanya bekerja baik jika dilindungi dari fermentasi dengan
pengawet. Namun demikian, alkali, sodium borat, caitan alkohol dan
garam metalik harus ditambahkan ke dalam gum sangat kationik dan
encer, mencegah pemecahan karbohidrat yang banyak digunakan
adalah akasia, tragakan, agar, chondrus, dextrum, malt ekstrak dan
pektin membentuk minyak dalam air
b. Berasal dari hewan
 Protein
 Gelatin mengemulsi cairan petrolatum dengan lebih mudah
dibanding minyak lain dan membuat suatu sediaan yang sangat
putih dan lembut serta rasa yang enak. Protein juga membentuk
emulsi yang jika digunakan dalam konsentrasi
rendah.Kerugian : Emulsi gelatin sulit dijaga dari kerusakan
yang membatasi nilainya
 Kuning telur Keuntungan Emulsi yang dibuat dengan kuning
telur, stabil dengan asam dan garam. Jika kuning telur cukup segar,
dapat membentuk emulsi yang creaming yang menunjukkan sedikit
kecenderungan untuk memisah.Kerugian Jika digunakan kuning
telur, emulsi dapat membentuk koalesens dan dapat terwarnai lebih
dalam
 Albumin atau putih telur Keuntungan Serbuk putih telur lebih
efektif dari pada putih telur segar karena lebih kental.
Kerugian Diendapakan oleh banyak bahan.
 Kasein Protein dan susu telah digunakan sebagai bahan
pengemulsi tapi tidak memiliki keuntungan di bandingkan akasia
dan kurang stabil daripada akasia, tidak digunakan untuk tujuan
berarti
c. Lain – lain
 Sabun dan Basa Keuntungan Sering digunakan dalam dermatologi
untuk penggunaan luar. Sabun adalah emulgator yang lebih kuat
khususnya sabun lembut sebagai bahan yang mengurangi tegangan
permukaan dari air Kerugian Menghasilkan sediaan yang tidak
bercampur dengan asam dengan berbagai tipe.
 Alkohol
1. Padatan yang terbagi merata, Bagian emulgator ini membentuk lapisan khusus
disekelilin tetesan terdispersi dan menghasilkan emulsi yang meskipun
berbutr kasar, mempunyai stabilitas pisik. Hal ini dapat menyebabkan padatan
dapat bekerja sebagai emulgator dari efek yang ditimbulkan dari pewarna dan
serbuk halus
2. Emulgator sintetik
 Anionik pada sub bagian ini ialah sulfaktan bermuatan (-) Contoh : Na, K dan
garam-garam ammonium dari asam oleat dan laurat yang larut dalam air dan
baik sebagai bahan pengemulsi tipe o/w. Bahan pengemulsi ini rasanya tidak
menyenangkan dan mengiritasi saluran pencernaan
 Kationik. Aktivitas permukaan pada kelompok ini bermuatan (+). Komponen
ini bertindak sebagai bakterisid dan juga menghasilkan emulsi antiinfeksi
seperti ini pada lotion kulit dan krem
 Non ionic. Merupakan surfaktan tidak berpisah ditempat tersebar luas
digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika kerja keseimbangan molekul
antara hidrofik dan lipofilik
2. Komponen Tambahan
Menurut buku scovile’s zat tambahan pada emulsi terdiri dari:

1. Pengawet,Beberapa pengawet dibutuhkan dalam emulsi yang disimpan untuk


mencegah proses pembusukan protein dan proses fermentasi pada gum dan
struktur sekalian agar efektif, pengawet harus larut dalam fase air emulsi dimana
ia dapat menggunakan aksi perlindungannya alkohol dari konsertrasi 7 sampai 12
persen sering digunakan untuk tujuan ini. Asam benzoat 0,2%. Kadang-kadang
digunakan tapi kurang efektif. Gusein juga digunakan parahidroksi berzoat dalam
konsentasi 0,1 – 0,2 persen telah digunakan tapi penggunaannya dapat dibahasi
oleh karena kekuatannya dalam air besar. komponen amonium kuarter dari
konsentrasi 0,05 – 0,1 persen telah memberikan komponennya sebagai pengawet
untuk buatan gelatin dan sukrosa. Minyak menguap digunakan sebagai
pengaroma yang cenderung bekerja sebagai penjawab. Tidak sedikit emulsi yang
khusus positif untuk berubah atau dijaga untuk beberapa waktu. Akasia
mengandung enzim oksidatif yang cenderung untuk merusak vitamin A dalam
emulsi minyak hati ikan. Namun demikian, enzim dapat siap diinaktifkan dengan
pemanasan akasia mucilogo untuk beberapa menit noda rat 100oc.
2. Pengaroma, dibutuhkan untuk membuat emulsi enak dengan pertimbangan
dibutuhkan dalam penggunanya. Formulasion natural, memberikan sejumlah
campuran asumotik yang digunakan dengan efek yang baik. aroma dan rasa tajam
tidak menyebar pada minyak sebab pengaruhnya lebih lembut. Untuk minyak hati
ikan, ekstrat kering atau ekstrak glicynzhea yang diperoleh dari cengkeh atau mint
yang mempunyai rasa dan penyebaran yang paling efektif. Dalam beberapa
fomulasi, kedua fase diaromai, Bisaanya 0,1 – 0,5 persen minyak menguap cukup
untuk mengaroma emulsi. Semua pengaroma membutuhkan bahan pertonis
untuk membuatnya lebih berasa enak sirup, gula, sakarin dapat digunakan untuk
tujuan ini, dan alirerin juga mempunyai sifat sebagai pemanis. Namun demikian
bahan-bahan harus digunakan dengan pertimbangan agar sediaan lebih baik dan
tidak menutupi rasa dan beberapa komponen lain. kombinasi di beberapa bahan
ini tidak.
3. pewarna,Sebagian besar emulsi berwarna putih atau kuning dan gelap. Ini
dikarenakan oleh perbedaan refleksi cahaya yang diberikan oleh minyak dan air,
juga karena larutan gelap atau suspensi dari emulagator yang juga berwarna gelap.
Jika larutan dari bahan-bahan jernih dan minyak dan air dapat menerangi pada
refleksi yang sama, emulsi dari minyak hati ikan dengan penambahan gula yang
cukup untuk menyebabkan refleksi. Gliserin memiliki efek yang sama terhadap
minyak emulsi yang transparan dimana pertimbangannya mengandung jumlah
minyak

Menurut fornas edisi II zat tambahan pada emulsi terdiri dari:

1. zat pengawet,dapat digunakan metil paraben,propel paraben,campuran metal


paraben dan propil paraben,asam sorbet,atau zat pengawet lain yang cocok.
2. zat antioksidan,dapat digunakan butilhidroksanisol,butilhidrositoluen,propel
galat,asam sitrat atau antioksidan lain yang cocok.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh.1993.Farmasetika.Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.

Anief, Moh.1997.Ilmu Meracik Obat.Universitas Gajah Mada :Yogyakarta.

Ansel, C.H.1985.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Universitas Indonesia : Jakarta.

Depkes.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Departemen kesehatan RI : Jakarta.

Depkes,1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Depkes.1978.Formularium Nasional Edisi II.Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Jenkins,Glenn L.1957.Scoville’s the Art of Compounding Nineth edition.The McGraw Hill

Book Company : USA.

Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. Universitas Indonesia:

Jakarta.

Mardiana, N. 2015. Sediaan Suspensi. Tasikmalaya : STIKES Bakti Tunas Husada.

Martin,W.1971.Dispending of Medication 7th edition.Marck Publishing Company: USA.

Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC.

Voight,R.1994.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V.Universitas Gajah Mada :

Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai