Anda di halaman 1dari 12

KEMAS 7 (1) (2011) 51-62

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

FAKTOR RISIKO PENYAKIT BATU GINJAL

Dwi Nur Patria Krisna

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Masalah penelitian adalah apakah faktor risiko penyakit batu ginjal. Tujuan
Diterima 15 Maret 2011
Disetujui 3 Mei 2011
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko penyakit batu ginjal di
Dipublikasikan Juli 2011 wilayah kerja Puskesmas Margasari Kabupaten Tegal. Metode penelitian adalah
analitik dengan menggunakan desain kendali kasus. Sampel penelitian terdiri
Keywords: atas 74 responden diantaranya 37 orang menderita penyakit batu ginjal, 37
Hardness;
Water;
lainnya tidak. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
Nephrolithiasis. kuesioner. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan
rumus uji chi square. Hasil analisis bivariat menunjukkan kesadahan air sumur
gali (nilai p=0,001, OR=4,796), riwayat keluarga (nilai p=0,01, OR=5,346),
konsumsi sumber protein (nilai p=0,001, OR=6,781), konsumsi sumber kalsium
phospor (nilai p=0,010, OR=3,423), konsumsi sumber asam urat (nilai p=0,001,
OR=6,756), konsumsi sumber oksalat (nilai p=0,009, OR=3,660), dan konsumsi
sumber asam sitrat (nilai p=0,001, OR=27,429) berhubungan dengan kejadian
penyakit batu ginjal. Simpulannya kesadahan air sumur gali, riwayat keluarga,
konsumsi sumber protein, konsumsi sumber kalsium phospor, konsumsi
sumber asam urat, konsumsi sumber oksalat, dan konsumsi sumber asam sitrat
merupakan faktor risiko penyakit batu ginjal.
RISK FACTOR OF NEPHROLITHIASIS

Abstract
The research problem was the risk factors of nephrolithiasis. The purpose of this
study was to determine the risk factors of nephrolithiasis in Margasari Public
Health Center, Tegal regency . The method was analytic study using a case control
design . The study sample consisted of 74 respondents which 37 people suffering
nephrolithiasis, and the other 37 did not. The instrument used in this study was
a questionnaire. The data obtained in this study was analyzed by chi square test
formula . The results of the bivariate analysis showed dug well water hardness
(p=0.001, OR= 4.796) , family history (p=0.01 , OR=5.346), the consumption
of protein (p=0.001, OR=6.781), a source of calcium phosphorus consumption
(p=0.010, OR=3.423), uric acid consumptions (p value=0.001, OR=6.756 ), the
source of oxalate consumption (p=0.009, OR=3.660), and consumption sources
of citric acid (p=0.001, OR = 27.429) associated with nephrolithiasis. Conclusion,
the risk factors of nephrolithiasis were dug well water hardness, family history,
consumption of protein, calcium phosphorus resource consumption, uric acid
resource consumption, oxalate resource consumption, and citric acid sources
consumption.
© 2011 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Email: dwipkrisna@gmail.com
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62

Pendahuluan terlarut, seperti Na, Mg, Ca dan Fe. Air yang


mengandung komponen-komponen tersebut
Dalam istilah kedokteran penyakit batu dalam jumlah tinggi disebut air sadah (Kristan-
ginjal disebut nephrolithiasis atau renal calculi. to, 2004). Kesadahan air yang tinggi dapat
Batu ginjal adalah suatu keadaan dimana ter- merugikan karena akan mempengaruhi syaraf
dapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau otot dan otot jantung yang ditandai lemahnya
calyces dari ginjal (Indridason et al., 2005). refleksi dan berkurangnya rasa sakit pada otot
Pembentukan batu ginjal dapat dapat terjadi di yang rusak.
bagian mana saja dari saluran kencing, tetapi Kesadahan dalam tingkat tertentu akan
biasanya terbentuk pada dua bagian tebanya bermanfaat bagi kesehatan, namun ketika ke-
pada ginjal, yaitu di pasu ginjal dan calcyx re- sadahan menjadi tinggi dan dikonsumsi manu-
nalis. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, sia dalam jangka waktu yang lama akan dapat
atau kombinasi asam urat yang biasanya larut mengganggu kesehatan. Secara khusus kele-
dalam urin (Sun et al., 2010). bihan unsur kalsium akan menjadikan hyper-
Pembentukan batu ginjal dipengaruhi paratyroidsm, batu ginjal (kidney stone), dan
oleh banyak faktor. Secara garis besar pem- jaringan otot rusak (musculusweaknes). Kelebi-
bentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor han logam magnesium dalam darah akan mem-
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik pengaruhi syaraf otot dan otot jantung yang
antara lain umur, jenis kelamin dan keturunan. ditandailemahnya refleksi dan berkurangnya
Faktor ekstrinsik antara lain kondisi geografis, rasa sakit pada otot yang rusak, ini merupakan
iklim, kebiasaan makan, zat atau bahan kimia kekhasan dari kelebihan magnesium. Selain itu
yang terkandung dalam air dan lain sebagainya kelebihan magnesium dalam darah juga ditan-
(Eric, 2005). dai adanya keluarnya cairan asetil cholin dan
Air merupakan bahan yang penting berkurangnya gerakan karena terdapatnya pe-
dalam kehidupan. Tanpa air kehidupan di lapisan asetil cholin pada otot. Adanya depresi
alam ini tidak dapat berlangsung, baik manu- pada vasodilatasi myocardial berperan dalam
sia, hewan maupun tumbuhan. Seiring dengan terjadinya hipotensi.
naiknya jumlah penduduk serta laju pertum- Dalam pemakaian yang cukup lama, ke-
buhannya semakin naik pula laju pemanfaatan sadahan dapat menimbulkan gangguan ginjal
sumber-sumber air. Meningkatnya kebutuhan akibat terakumulasinya endapan CaCO3 dan
air ini bukan hanya disebabkan oleh jumlah MgCO3. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
penduduk dunia yang makin bertambah juga yang menyatakan bahwa ada hubungan ber-
sebagai akibat dari peningkatan taraf hidupnya makna antara kualitas kesadahan total air ber-
yang di ikuti oleh peningkatan kebutuhan air sih dengan kejadian penyakit batu ginjal dan
untuk keperluan rumah tangga, industri, re- saluran kemih. Hasil perhitungan OR menun-
kreasi, dan pertanian. Sebagai akibatnya saat jukkan bahwa responden yang kadar kesada-
ini, sumber air tawar dan air bersih menjadi se- han air bersihnya tidak memenuhi syarat mem-
makin langka. Laporan keadaaan lingkungan di punyai risiko terkena penyakit batu ginjal dan
dunia tahun 1992 menyatakan bahwa air sudah saluran kemih sebesar 5,916 kali lebih besar
saatnya di anggap sebagai benda ekonomi. dari pada responden yang kadar kesadahan air
Air tanah melalui berbagai filtrasi tanah bersihnya memenuhi syarat (Supriyadi, 2011;
sehingga dianggap bersih secara bakteriologis. Bartoletti, 2007).
Meskipun demikian, air tanah mengandung Zat atau bahan kimia yang terkandung
lebih banyak mineral terlarut dibandingkan dalam air misalnya adanya Ca2+, Mg2+ dan
dengan air permukaan. Permasalahan pada CaCO3 yang melebihi standar kualitas, tidak
air tanah yang timbul adalah tingginya angka baik pada orang yang mempunyai fungsi ginjal
kandungan total dissolved solids (TDS), kesa- kurang baik, karena akan menyebabkan batu
dahan serta kandungan zat mangan (Mn) dan ginjal (Pramanik et al., 2008; Shah et al., 2010).
besi (Fe). Kebiasaan minum juga merupakan faktor ter-
Air permukaan dan air sumur pada jadinya batu pada saluran kencing yaitu orang
umumnya mengandung bahan-bahan metal yang mengkonsumsi air yang banyak me-

52
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62

ngandung kapur tinggi akan menjadi predispo- Metode


sisi pembentukan batu saluran kencing. Maka
air yang digunakan manusia tidak boleh me- Jenis penelitian yang digunakan pada
ngandung kadar kesadahan total melebihi 500 penelitian ini adalah penelitian analitik dengan
Mg/l CaCO3 (Wei Chen, 2009; Matlaga, 2009). rancangan penelitian kasus kontrol (case con-
Dari hasil observasi awal pada tanggal trol study), karena variabel penelitiannya yaitu
25 Maret 2010 terhadap penggunaan air bersih kejadian penyakit batu ginjal yang merupakan
di wilayah kerja Puskesmas Margasari Kabu- penyakit dengan periode masa laten yang pan-
paten Tegal, diperoleh data sementara bahwa jang (kronik). Selain itu jumlah kasus terbatas
air minum dari dua buah sumur menunjukkan sehingga lebih cocok menggunakan rancangan
kesadahan total 575,2 mg/l CaCO3, dan 515 penelitian kasus kontrol. Pada penelitian ini,
mg/l CaCO3. Berdasarkan Permenkes RI No. kelompok kasus (kelompok yang menderita
416/PERIX/1990 ditetapkan bahwa kesadahan penyakit yang sedang diteliti) dibandingkan
air yang dapat digunakan untuk air minum dengan kelompok kontrol (yang tidak mende-
adalah 500 mg/l. Hal ini diperbaharui dengan rita penyakit yang sedang diteliti).
Kepmenkes RI No. 907 Tahun 2002 bahwa per- Penelitian dilakukan dengan cara mengi-
syaratan kualitas air minum tidak boleh me- dentifikasi kelompok dengan penyakit tertentu
miliki tingkat kesadahan lebih dari 100 mg/l. (kasus) dan kelompok tanpa penyakit tertentu.
Dari kedua peraturan di atas, tingkat kesada- Kelompok kasus adalah penderita penyakit batu
han air dua sumur di wilayah kerja puskesmas ginjal di Kecamatan Margasari yang berobat di
Margasari keseluruhannya lebih dari 500 mg/l, Puskesmas Margasari, sedangkan kelompok
sehingga dapat disimpulkan bahwa air sumur kontrol adalah bukan penderita batu ginjal dan
di wilayah kerja puskesmas Margasari memiliki tidak mempunyai gejala khusus seperti rasa nye-
tingkat kesadahan di atas batas toleransi. ri yang hebat pada saluran kencing yang bero-
Wilayah kerja Puskesmas Margasari bat di Puskesmas Margasari. Kemudian secara
meliputi lima desa dengan jumlah penduduk retrospektif (penelusuran ke belakang), diteliti
sebanyak 25.402 jiwa. Dari jumlah tersebut se- apakah kasus dan kontrol terkena risiko ter-
luruhnya menggunakan air sumur gali untuk kena penyakit batu ginjal atau tidak.
kegiatan sehari-hari. Penggunaan air sumur Populasi kasus, yaitu seluruh penderita
gali yang memiliki tingkat kesadahan melebihi batu ginjal yang berobat di Puskesmas Mar-
ambang batas dalam kurun waktu yang lama gasari selama periode Januari samapai Desem-
dapat menyebabkan berbagai penyakit. Hal itu ber 2009 yang berjumlah 37 pasien. Populasi
dapat dibuktikan dengan tercatat sebanyak 43 kontrol, yaitu seluruh penduduk bukan pen-
warga di wilayah kerja Puskesmas Margasari derita batu ginjal dan tidak memiliki gejala
Kabupaten Tegal menderita penyakit batu gin- khusus yang berobat di Puskesmas Margasari
jal. Data penderita ini tidak sepenuhnya meru- selama periode Januari sampai Desember 2009.
pakan data tunggal, dikarenakan tidak semua Cara penghitungan besar sampel yang
penderita batu ginjal di wilayah kerja Puskes- digunakan dalam penelitian ini adalah Odd
mas Margasari melakukan pemeriksaan medis. Ratio (OR). Cara pengambilan sampel dalam
Umumnya puskesmas hanya akan memberikan penelitian ini adalah menggunakan simple ran-
diagnosa berdasarkan hasil laboratorium atau- dom sampling, yaitu pengambilan sampel se-
pun pemeriksaan gejala klinis penderita batu cara random atau acak dari populasi.
ginjal seperti kencing terasa sakit, perih atau Sampel kasus yaitu penderita batu gin-
panas, sakit pada bagian samping perut, dan jal di kecamatan Margasari Kabupaten Tegal
lain-lain. Keterbatasan diagnosa dan pelayanan yang berobat di Puskesmas Margasari selama
medis ini terjadi karena permasalahan biaya. periode Januari sampai Desember tahun 2009.
Kesadahan yang terjadi di Margasari ini akibat Dengan jumlah 37 pasien yang memenuhi kri-
adanya gunung kapur yang mengelilingi desa. teria inklusi dan ekslusi. Kriteria Inklusinya

53
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62

adalah: (1) ��������������������������������


Pernah berobat di Puskesmas Mar- Pengumpulan data awal meliputi studi
gasari selama periode Januari sampai Desem- literatur dan pengamatan langsung di lapangan.
ber 2009, didiagnosa menderita penyakit batu Pelaksanaan penelitian terdiri dari: Contoh air
ginjal, bertempat tinggal dan berada di wilayah di ambil dari sumber air yang digunakan oleh
kerja Puskesmas Margasari Kabupaten Tegal semua responden baik kelompok kasus mau-
pada saat penelitian dan bersedia untuk mengi- pun kelompok kontrol. Dalam mengambil con-
kuti penelitian, (2) Sumur yang digunakan pen- toh dengan menggunakan botol air mineral.
derita batu ginjal tidak mengalami perubahan Sampel diambil dari tengah-tengah sumur dan
minimal 6 bulan sebelum didiagnosis terkena teknik pengambilan sampel dengan cara mem-
batu ginjal sampai saat dilakukan penelitian. bilas botol air mineral dengan air yang akan di-
Kriteria ekslusinya adalah tidak bersedia untuk ambil sebagai sampel sambil dikocok beberapa
mengikuti penelitian. kali kemudian dibuang sebanyak 3 kali. Botol
Sampel kontrol yaitu bukan penderita air mineral di isi air sampai penuh kemudian
batu ginjal dan tidak mempunyai gejala klinis langsung ditutup.
batu ginjal yang pernah berobat di Puskesmas Sampel yang telah diambil kemudian di
Margasari selama periode Januari sampai De- kirim langsung ke Laboratorium Dinas Keseha-
sember 2009. Dengan jumlah 37 pasien yang tan Kabupaten Tegal untuk diperiksa parameter
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kri- kesadahan total. Sampel yang telah diambil dari
teria inklusinya adalah: (1) Pernah berobat di sumber air selanjutnya diperiksa kadar kesada-
Puskesmas Margasari selama periode Januari han total (CaCO3).
sampai Desember 2009 dan bukan merupakan Dalam penelitian ini kegiatan penelitian
penderita bau ginjal, (2) Tidak mempunyai ke- dibantu oleh petugas dari Puskesmas Margasari
luhan batu ginjal, (3) Bertempat tinggal dan dan pemeriksaan di laboratorium sepenuhnya
berada di wilayah kerja Puskesmas Margasari dikerjakan oleh petugas laboratorium.
pada saat penelitian, (4) Tidak satu rumah de- Data yang telah terkumpul diolah de-
ngan kasus, (5) Sumur yang digunakan tidak ngan menggunakan perangkat software, yang
mengalami perubahan minimal 6 bulan sampai meliputi editing, koding, tabulating, dan entri
saat dilakukan penelitian. Kriteria eksklusinya data. Analisis data adalah proses mengorga-
adalah tidak bersedia untuk mengikuti peneli- nisasikan dan megurutkan data ke dalam pola,
tian. kategori dan satuan uraian dasar sehingga da-
Variabel bebas dalam penelitian ini ada- pat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hi-
lah kejadian penyakit batu ginjal. Variabel teri- potesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
kat dalam penelitian ini adalah kesadahan air Data yang telah diolah kemudian dima-
sumur gali. Variabel pengganggu dalam peneli- sukkan dengan menggunakan progam kom-
tian ini adalah sosial ekonomi. Variabel peng- puter. Analisis data menggunakan analisis bi-
ganggu ini dikendalikan dengan kriteria inklusi variat yaitu mencari hubungan variabel bebas
dan eksklusi. dan variabel terikat dengan uji statistik yang
Data Primer dalam penelitian ini adalah disesuaikan dengan tujuan penelitian dan skala
hasil pemeriksaan sampel air, hasil observasi data yang telah diubah ke dalam bentuk nomi-
dan wawancara dengan petugas Puskesmas nal yaitu dengan menggunakan chi square.
Margasari, dan hasil wawancara langsung Pada studi kasus kontrol hubungan antara pe-
dengan responden pada kelompok kasus dan nyakit dengan faktor risiko dinyatakan dengan
kelompok kontrol. Data Sekunder yaitu data estimasi risiko relatif (ERR) atau odd ratio (OR)
yang diperoleh dari laporan atau pencatatan karena insidence rate dari penyakit pada kelom-
bulanan puskesmas serta buku-buku literatur. pok kasus maupun kelompok kontrol telah da-
Alat yang dipakai dalam penelitian ini pat diukur.
meliputi alat dan bahan pengambilan sampel Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ka-
air dan instrumen wawancara (kuesioner). Alat rangdawa Kecamatan Margasari Kabupaten
dan bahan pengambilan sampel air adalah bo- Tegal. Desa Karangdawa adalah salah satu
tol air mineral ukuran 500 ml, alat tulis, dan desa wilayah kerja Puskesmas Margasari, yang
spidol permanen. merupakan dari 13 desa yang ada di Kecamatan

54
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62

Margasari, Kabupaten Tegal. Desa Karangdawa dalam uraian berikutnya.


terletak disebelah barat daya dari ibukota kabu- Untuk mengetahui hubungan antara ke-
paten dan berjarak ± 25 km dari ibukota Kabu- sadahan air sumur dengan penyakit batu ginjal
paten dapat dilihat dalam Tabel 1.
Desa Karangdawa merupakan daerah Berdasarkan Tabel 1 diperoleh data
dataran rendah dengan ketinggian sekitar 56 bahwa dari 37 responden yang yang mende-
m dari permukaan laut, memiliki jumlah pen- rita batu ginjal, sebanyak 23 responden (31,1%)
duduk sebanyak 15.301 jiwa dengan jumlah yang keadaan air sumurnya tidak memenuhi
penduduk laki-laki sebanyak 7.628 jiwa dan syarat dan sebanyak 16 responden (43,2%)
penduduk perempuan sebanyak 7.673 jiwa, memenuhi syarat. Sedangkan 37 responden
dengan jumlah KK sebanyak 3.398 KK (Data yang tidak menderita batu ginjal, sebanyak
kependudukan Desa Karangdawa Tahun 2009). 2 responden (5,4%) yang air sumurnya tidak
Wilayah Desa Karangdawa terbagi dalam memenuhi syarat dan sebanyak 35 (94,6%) res-
10 Rukun Warga (RW) dan 48 Rukun Tetangga ponden yang memenuhi syarat.
(RT). Jumlah penduduk tersebar di 4 peduku- Dari analisis bivariat diperoleh nilai
han yang ada yaitu Dukuh Limbangan, Dukuh p=0,001, yang berarti bahwa ada hubungan
Apo, Dukuh Kedawung dan Dukuh Karanga- antara kesadahan air sumur gali dengan ke-
sem. Penduduk Desa Karangdawa yang terba- jadian penyakit batu ginjal di Desa Karangdawa
nyak tinggal di Dukuh Kedawung dan Dukuh Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal.
Karangasem. Perhitungan risk estimate didapatkan
Kondisi sanitasi lingkungan di Desa Ka- OR=22,969 (OR>1) dengan taraf kepercayaan
rangdawa masih banyak yang belum memenuhi (CI) 95% (4,796-110,002), yang artinya bahwa
syarat kesehatan. Ini diperkuat dengan adanya responden yang air sumurnya memiliki tingkat
pemeriksaan sampel air sumur responden yang kesadahan tinggi 22,969 kali berisiko terkena
mengalami tingkat kesadahan di atas batas penyakit batu ginjal, dibandingkan dengan res-
yang telah ditetapkan dalam Permenkes RI ponden yang airnya memenuhi syarat.
No. 416/PERIX/1990. Ini disebabkan karena Berdasarkan Tabel 1 diperoleh data
wilayah Desa Karangdawa mayoritas dikelilingi bahwa dari 37 responden yang memiliki riwa-
oleh gunung kapur. yat keluarga terkena batu ginjal, sebanyak 22
Sarana air bersih penduduk desa Ka- responden (59,5%) ada riwayat keluarga dan
rangdawa semua barasal dari sumur gali. Setiap sebanyak 15 responden (40,5%) tidak ada ri-
satu rumah memiliki satu sumur gali untuk wayat keluarga. Sedangkan 37 responden yang
keperluan sehari-hari. tidak tidak memiliki riwayat keluarga terkena
Sampel kasus diambil dari Desa Ka- batu ginjal, sebanyak 15 responden (40,5%)
rangdawa dengan total populasi yang menderita yang ada riwayat terkena batu ginjal dan seba-
penyakit batu ginjal berdasarkan data Puskes- nyak 35 responden (94,6%) tidak ada riwayat.
mas Margasari sebanyak 43 orang dan dihi- Dari analisis bivariat diperoleh nilai nilai
tung kembali menggunakan rumus OR didapat p=0,001, yang berarti bahwa ada hubungan
hasil sampel sebanyak 37 orang. Sampel kontrol antara riwayat keluarga dengan kejadian pe-
juga diambil dari penduduk desa Karangdawa nyakit batu ginjal di Desa Karangdawa Ke-
yang sehat (berdasarkan kuesioner penjaringan camatan Margasari Kabupaten Tegal.
mengenai tanda dan gejala batu ginjal) dengan Perhitungan risk estimate didapatkan
karakteristik umur dan jenis kelamin matching OR=5,346 (OR>1) dengan taraf kepercayaan
dengan kasus sebanyak 37 orang. (CI) 95% (1,720-13,164), yang artinya bahwa
Untuk mengetahui ada hubungan atau responden yang memiliki keturunan terkena
tidak antara variabel bebas dengan variabel penyakit batu ginjal 5,346 kali berisiko terkena
terikat dengan menguunakan analisis bivariat penyakit batu ginjal, dibandingkan dengan res-
yaitu uji chi square dengan tingkat signifikan ponden yang tidak memiliki riwayat keluarga.
5% (0,05). Hasil analisis bivariat faktor-faktor Berdasarkan Tabel 1 diperoleh data
yang berhubungan dengan penyakit batu gin- bahwa dari 37 responden yang menderita batu
jal pada kelompok kasus dan kontrol dibahas ginjal pada konsumsi sumber protein, sebanyak

55
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62

Tabel 1. Tabulasi Silang Antara Kesadahan Air Sumur Gali, Riwayat Keluarga, Konsumsi Sumber
Protein, Konsumsi Sumber Kalsium dan Phospor, Konsumsi Sumber Asam Urat, Konsumsi Sum-
ber Oksalat dan Konsumsi Sumber Asam Sitrat dengan Penyakit Batu Ginjal

Kejadian Penyakit Batu Ginjal

Variabel Kasus Kontrol Total Nilai p OR

∑ % ∑ % ∑ %
Kesadahan Air Sumur
Tidak Memenuhi Syarat 23 31,1 2 5,4 23 31,1 0,001 22,969
Memenuhi Syarat 16 68,9 35 94,6 51 68,9
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0
Riwayat Keluarga
Ada 22 59,5 2 5,4 24 32,4 0,001 5,346
Tidak ada 15 40,5 35 94,6 50 67,6
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0
Konsumsi Sumber Protein
Sering 21 56,8 6 16,2 27 36,5 0,001 6,781
Cukup 13 35,1 17 45,9 30 40,5
Jarang 3 8,1 14 37,8 17 23,0
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0
Konsumsi Sumber Kalsium dan Phospor
Sering 25 67,6 14 37,8 39 52,7 0,010 3,423
Cukup 9 24,3 17 45,9 26 35,1
Jarang 3 8,1 6 16,2 9 12,2
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0
Konsumsi Sumber Asam Urat
Sering 19 51,4 5 13,5 24 32,4 0,001 6,756
Cukup 15 40,5 16 43,2 31 41,9
Jarang 3 8,1 16 43,2 19 25,7
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0
Konsumsi Sumber Oksalat
Sering 20 54,1 9 24,3 29 39,2 0,009 3,660
Cukup 15 40,5 16 43,2 31 41,9
Jarang 2 5,4 12 32,4 14 18,9
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0
Konsumsi Sumber Asam Sitrat
Sering 16 43,2 1 2,7 17 23,0 0,001 27,429
Cukup 16 43,2 12 32,4 28 37,8
Jarang 5 13,5 24 64,9 29 39,2
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0

56
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62

21 responden (56,8%) yang tingkat konsum- batu ginjal sebesar 3,423 kali dibandingkan
sinya sering, 13 responden (35,1%) pada ka- dengan responden yang mengkonsumsi sum-
tegori cukup dan sebanyak 3 responden (8,1%) ber kalsium phospor rendah.
pada kategori sering. Sedangkan 37 responden Berdasarkan Tabel 1 diperoleh data
yang tidak menderita batu ginjal, sebanyak 6 bahwa dari 37 responden yang menderita
responden (16,2%) yang tingkat konsumsinya batu ginjal pada konsumsi sumber asam urat,
sering, 17 responden (45,9%) pada kategori sebanyak 19 responden (51,4%) yang tingkat
cukup, dan sebanyak 14 responden (37,8%) konsumsinya sering, 15 responden (40,5%)
dalam kategori jarang. pada kategori cukup dan sebanyak 3 responden
Dari analisis bivariat diperoleh nilai (8,1%) pada kategori jarang. Sedangkan 37 res-
p=0,001, yang berarti bahwa ada hubungan ponden yang tidak menderita batu ginjal, se-
antara konsumsi sumber protein dengan ke- banyak 5 responden (13,5%) yang tingkat kon-
jadian penyakit batu ginjal di Desa Karangdawa sumsinya sering, 16 responden (43,2%) pada
Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal. kategori cukup, dan sebanyak 16 responden
Berdasarkan uji chi squre terdapat sel (43,2%) dalam kategori jarang.
yang diharapkan kurang dari 5, maka dilakukan Dari analisis bivariat diperoleh nilai
penggabungan sel. Dari penggabungan sel per- p=0,001, yang berarti bahwa ada hubungan
hitungan risk estimate didapatkan OR=6,781 antara konsumsi sumber asam urat dengan ke-
(OR>1) dengan taraf kepercayaan (CI) 95% jadian penyakit batu ginjal di Desa Karangdawa
(2.281-20,161), yang artinya bahwa responden Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal.
yang mengkonsumsi sumber protein tinggi Berdasarkan uji chi squre terdapat sel
mempunyai risiko terkena penyakit batu ginjal yang diharapkan kurang dari 5, maka dilakukan
sebesar 6,781 kali dibandingkan dengan res- penggabungan sel. Dari penggabungan sel per-
ponden yang mengkonsumsi sumber protein hitungan risk estimate didapatkan OR=6,756
rendah. (OR>1) dengan taraf kepercayaan (CI) 95%
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh data (2,156-21,163), yang artinya bahwa responden
bahwa dari 37 responden yang menderita yang mengkonsumsi sumber asam urat tinggi
batu ginjal pada konsumsi sumber kalsium mempunyai risiko terkena batu ginjal sebesar
dan phospor, sebanyak 25 responden (67,6%) 6,756 kali dibandingkan dengan responden
yang tingkat konsumsinya sering, 9 responden yang tingkat konsumsi sumber asam uratnya
(24,3%) pada kategori cukup dan sebanyak 3 re- rendah.
sponden (8,1%) pada kategori jarang. Sedang- Berdasarkan Tabel 1 diperoleh data
kan 37 responden yang tidak menderita batu bahwa dari 37 responden yang menderita batu
ginjal, sebanyak 14 responden (37,8%) yang ginjal pada konsumsi sumber oksalat, sebanyak
tingkat konsumsinya sering, 17 responden 20 responden (54,1%) yang tingkat konsum-
(45,9%) pada kategori cukup, dan sebanyak 6 sinya sering, 15 responden (40,5%) pada ka-
responden (16,2%) dalam kategori jarang. tegori cukup dan sebanyak 2 responden (5,4%)
Dari analisis bivariat diperoleh nilai pada kategori jarang. Sedangkan 37 responden
p=0,010, yang berarti bahwa ada hubungan yang tidak menderita batu ginjal, sebanyak 9
antara konsumsi sumber kalsium dan phospor responden (24,3%) yang tingkat konsumsinya
dengan kejadian penyakit batu ginjal di Desa sering, 16 responden (43,2%) pada kategori
Karangdawa Kecamatan Margasari Kabupaten cukup, dan sebanyak 12 responden (32,4%)
Tegal. dalam kategori jarang.
Berdasarkan uji chi squre terdapat sel Dari analisis bivariat diperoleh nilai
yang diharapkan kurang dari 5, maka di- p=0,009 (<α=0,05), yang berarti bahwa ada
lakukan penggabungan sel. Dari penggabu- hubungan antara konsumsi sumber oksalat
ngan sel perhitungan risk estimate didapatkan dengan kejadian penyakit batu ginjal di Desa
OR=3,423 (OR>1) dengan taraf kepercayaan Karangdawa Kecamatan Margasari Kabupaten
(CI) 95% (1.315-8,909), yang artinya bahwa res- Tegal.
ponden yang mengkonsumsi sumber kalsium Berdasarkan uji chi squre terdapat sel
dan phospor tinggi mempunyai risiko terkena yang diharapkan kurang dari 5, maka dilakukan

57
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62

penggabungan sel. Dari penggabungan sel per- nung kapur. Air sumur yang sedianya diguna-
hitungan risk estimate didapatkan OR=3,660 kan sebagai bahan air bersih untuk keperluan
(OR>1) dengan taraf kepercayaan (CI) 95% sehari-hari masyarakatnya, telah tercampur
(1,359-9,860), yang artinya bahwa responden dengan endapan-endapan kapur yang bera-
yang mengkonsumsi sumber oksalat tinggi sal dari gunung kapur tersebut. Tidak sedikit
mempunyai risiko terkena batu ginjal sebesar warga yang mengeluh tentang keadaan ini. Se-
3,660 kali dibandingkan dengan responden bagian dari ibu mengeluhkan adanya endapan
yang mengkonsumsi sumber oksalat rendah. berwarna coklat kekuningan pada peralatan
Tabel 1 menunjukkan bahwa diantara 37 memasak yang sumber airnya berasal dari air
responden kasus yang konsumsi sumber asam sumur yang telah tercemar oleh endapan kapur.
sitrat pada tingkat jarang tardapat 16 orang Warga tetap memilih menggunakan air sumur
(43,2%), cukup sebanyak 16 orang (43,2%) dan tersebut karena tidak ada lagi sumber air bersih
sering sebanyak 5 orang (13,5%). Sedangkan yang bisa digunakan. Dalam pemakaian yang
pada kelompok kontrol tedapat 1 orang (2,7%) cukup lama, air sadah dapat menimbulkan
memiliki tingkat jarang pada konsumsi sumber penyakit batu ginjal akibat terakumulasinya
asam sitrat, cukup terdapat 12 orang (32,4%), endapan CaCO3 dan MgCO3. Secara normal,
dan 24 orang (64,9%) pada tingkat sering. zat-zat penghambat kristalisasi seperti CaCO3,
Dari analisis bivariat diperoleh nilai magnesium, protein Tamm-Horsfall, dan bi-
p=0,001, yang berarti bahwa ada hubungan kunin di dalam air kemih terdapat dalam kon-
antara konsumsi sumber asam sitrat dengan ke- sentrasi yang cukup memadai untuk mencegah
jadian penyakit batu ginjal di Desa Karangdawa terbentuknya batu. Penurunan jumlah zat-zat
Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal. tersebut meningkatkan risiko terbentuknya
Berdasarkan uji chi square terdapat batu. Partikel-partikel yang berada di dalam
sel yang diharapkan kurang dari 5, maka di- larutan yang kelewat jenuh (supersaturated)
lakukan penggabungan sel. Dari penggabu- akan mengendap di dalam nukleus sehingga
ngan sel perhitungan risk estimate didapatkan akhirnya membentuk batu. Terbentuknya inti
OR=27,429 dengan taraf kepercayaan (CI) 95% batu dan kejenuhan dalam air kemih merupa-
(3,390-221,921), yang artinya bahwa responden kan prasyarat terbentuknya batu. Terbentuknya
yang mengkonsumsi sumber asam sitrat tinggi inti saja tanpa disertai dengan unsur-unsur atau
mempunyai risiko terkena batu ginjal sebesar mineral pembentuk batu yang kelewat jenuh di
27,429 kali dibandingkan dengan responden tubulus ginjal tidak akan menyebabkan terben-
yang mengkonsumsi sumber asam sitrat ren- tuknya batu. Kristalisasi akan semakin banyak
dah. dan saling menyatu apabila unsur pembentuk
Dari hasil penelitian menunjukkan batu berada dalam jumlah berlebihan dalam
bahwa ada hubungan antara kesadahan air system tubulus.
sumur dengan penyakit batu ginjal di wilayah Hasil penelitian ini sejalan dengan pe-
kerja Puskesmas Magasari Kabupaten Tegal. nelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2006)
Hal tersebut dibuktikan dalam hasil analisis bi- yang menyatakan bahwa ada hubungan ber-
variat diperoleh nilai p= 0,01 (p<0,05). Dari ha- makna antara kualitas kesadahan total air
sil analisis juga diperoleh nilai odd ratio (OR)= sumur dengan penyakit batu saluran kencing di
22,969 (OR>1) dengan taraf kepercayaan (CI) Kabupaten Brebes.
95% (4,796-110,002). Hal ini menunjukkan Hal ini sesuai dengan Permenkes RI No.
bahwa responden yang air sumurnya tidak me- 416/PERIX/1990 tentang persyaratan dan pe-
menuhi syarat mempunyai faktor risiko 22,969 ngawasan air bersih yang menyatakan bahwa
kali terkena batu ginjal dibandingkan dengan air dengan kualitas kesadahan tinggi di atas 500
responden yang mempunyai kadar air sumur mg/l dapat menyebabkan penyakit batu ginjal.
yang memenuhi syarat. Hasil penelitian yang dilakukan di
Kesadahan yang terjadi pada beberapa wilayah kerja Puskesmas Magasari Kabupaten
responden ini bukan tanpa alasan. Seperti yang Tegal, menunjukkan bahwa riwayat keluarga
telah diterangkan sebelumnya bahwa mayoritas berpengruh terhadap terjadinya penyakit batu
wilayah desa Karangdawa dikelilingi oleh gu- ginjal.

58
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62

Bagi seseorang, batu ginjal bisa meru- diikuti dengan menurunnya pH (tingkat keasa-
pakan turunan, jadi jika orang tua atau kakek man) urin dan pembuangan sitrat.
nenek memiliki penyakit batu ginjal maka ke- Risiko akibat makan dengan menu pro-
mungkinan besar anak atau cucunya akan me- tein hewani berlebihan tersebut dapat diper-
miliki batu ginjal juga. Telah diamati bahwa berat lagi jika pada saat bersamaan kita me-
seseorang dengan riwayat keluarga batu ginjal ngonsumsi dalam jumlah tinggi pula lemak dan
cenderung untuk membentuk batu ginjal juga. garam. Sementara itu, kebiasaan kurang dalam
Hal ini juga yang terjadi pada responden. Ke- menyantap makanan berserat tinggi yang me-
banyakan dari responden yang memiliki ri- ngandung magnesium, fosfat, dan vitamin B6.
wayat keluarga terkena batu ginjal lebih banyak Bagi penderita batu kalsium dianjurkan me-
akan mengalami batu ginjal. ngonsumsi tidak lebih dari 1,5-1,8 protein per
Dari hasil wawancara dengan responden, kg bobot badan per hari. Bagi penderita batu
diketahui bahwa responden yang mempunyai asam urat juga dianjurkan mengurangi protein
penyakit batu ginjal memiliki riwayat keluarga hewani.
pernah terkena batu ginjal. Bahkan dalam satu Dari hasil wawancara dengan responden
keluarga terdapat lebih dari satu orang yang penderita diperoleh informasi bahwa tingkat
memiliki penyakit batu ginjal. Hal ini disebab- konsumsi sumber protein memang tinggi. Di-
kan karena penyakit batu ginjal menurun sam- dapatkan hasil untuk tingkat konsumsi kategori
pai tiga generasi dalam satu keluarga. sering sebanyak 21 responden (56,8%). Ini di-
Berdasarkan uji chi square diperoleh karenakan responden tidak terlalu mengetahui
nilai p=0,001 (p<0,05) sehingga Ho ditolak, bahwa selain tingakat kesadahan yang tidak
yang berarti bahwa ada hubungan antara ri- memenuhi syarat, kebiasaan makan sumber
wayat keluarga dengan kejadian penyakit batu protein juga mempengaruhi terbentuknya batu.
ginjal. Hal ini disebabkan karena hasil peneli- Berdasarkan uji chi square diperoleh
tian terdapat 24 (32,4%) ada keturunan me- nilai p=0,001 (p<0,05) sehingga Ho ditolak,
miliki riwayat keluarga terkena penyakit batu yang berarti bahwa ada hubungan antara kon-
ginjal. Perhitungan risk estimate didapatkan sumsi sumber protein dengan kejadian penya-
OR=5,346 (OR>1) dengan taraf kepercayaan kit batu ginjal. Hal ini disebabkan karena hasil
(CI) 95% (1,720-13,164), yang artinya bahwa penelitian terdapat 27 (36,5%) responden se-
responden yang memiliki keturunan terkena ring mengkonsumsi sumber protein Perhitu-
penyakit batu ginjal 5,346 kali berisiko terkena ngan risk estimate didapatkan OR=6,781
penyakit batu ginjal, dibandingkan dengan res- (OR>1) dengan taraf kepercayaan (CI) 95%
ponden yang tidak memiliki riwayat keluarga. (2,281-20,161), yang artinya bahwa responden
Hal ini sesuai dengan teori yang menya- yang mengkonsumsi sumber protein tinggi
takan bahwa seseorang dengan riwayat ke- mempunyai risiko terkena penyakit batu ginjal
luarga batu ginjal cenderung untuk memben- sebesar 6,781 kali dibandingkan dengan res-
tuk batu ginjal juga. Faktor genetik berperan ponden yang mengkonsumsi sumber protein
penting dalam terjadinya batu ginjal pada se- rendah.
seorang. Seseorang yang mempunyai keluarga Hal ini sesuai dengan teori yang menya-
penderita batu ginjal mempunyai risiko me- takan bahwa protein ternyata disebut sebagai
ngalami batu ginjal sebesar 25 kali diban- hal yang paling besar pengaruhnya terhadap
dingkan dengan seseorang yang tidak mem- kemungkinan terbentuknya batu. Sebab, pro-
punyai garis keturunan penyakit batu ginjal. tein tersebut dapat meningkatkan terbuangnya
Hiperkalsiuria idioptis bersifat familial atau kalsium dan asam urat dalam air kemih, yang
genetik. Dilaporkan bahwa 50% pasien hi- kemudian diikuti dengan menurunnya pH
perkalsiuria idioptik bersifat diturunkan. (tingkat keasaman) urin dan pembuangan si-
Protein ternyata disebut sebagai hal yang trat (Becker, 2007).
paling besar pengaruhnya terhadap kemungki- Semakin tinggi kalsium terkonsumsi ter-
nan terbentuknya batu. Sebab, protein tersebut bukti makin tinggi pula ekskresinya sekaligus
dapat meningkatkan terbuangnya kalsium dan menambah pembentukan kristalisasi garam-
asam urat dalam air kemih, yang kemudian garam kapur. Tingginya kadar kalsium dalam

59
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62

air kemih dinamakan hiperkalsiuria, yaitu ka- dengan kejadian penyakit batu ginjal. Keba-
dar kalsium dalam darah normal namun eks- nyakan responden tidak mengetahui makanan
kresi dalam air kemih dapat mencapai 200-350 sumber asam urat berpengaruh terhadap pe-
miligram (mg) per hari. Begitu juga pada ting- nyakit batu ginjal, selain kesadaahan air. Apala-
kat konsumsi phospor yang tinggi. gi bagi responden yang dalam golongan ekono-
Dari hasil wawancara dengan responden, mi menengah ke atas.
diperoleh hasil bahwa pengetahuan responden Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai
tentang kebiasaan makan dapat mempengaruhi p=0,001 (p<0,05) sehingga Ho ditolak, yang
terjadimya pembentukan batu. Ini dibuktikan menyatakan bahwa ada hubungan antara kon-
dengan hasil penelitian tingkat konsumsi sum- sumsi sumber asam urat dengan penyakit batu
ber kalsium dan phospor menunjukkan seba- ginjal. Hal ini disebabkan karena dalam hasil
nyak 25 responden (67,6%). penelitian terdapat 24 (32,4%) responden yang
Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai sering menkonsumsi sumber asam urat. Per-
p=0,010 (p<0,05) sehingga Ho ditolak, yang hitungan risk estimate didapatkan OR=6,756
menyatakan bahwa ada hubungan antara kon- (OR>1) dengan taraf kepercayaan (CI) 95%
sumsi sumber kalsium dan phosphor dengan (2,156-21,163), yang artinya bahwa responden
penyakit batu ginjal. Hal ini disebabkab karena yang mengkonsumsi sumber asam urat tinggi
hasil penelitian terdapat 39 (52,7%) responden mempunyai risiko terkena batu ginjal sebesar
yang berada pada tingkat sering mengkonsumsi 6,756 kali dibandingkan dengan responden
sumber kalsium dan phospor. Perhitungan risk yang tingkat konsumsi sumber asam uratnya
estimate didapatkan OR=3,423 (OR>1) dengan rendah.
taraf kepercayaan (CI) 95% (1.315-8,909), yang Hal ini sesuai dengan teori Becker (2007)
artinya bahwa responden yang mengkonsumsi yang menyatakan bahwa mengkonsumsi bahan
sumber kalsium dan phospor tinggi mempu- makanan dalam jumlah berlebih mengandung
nyai risiko terkena batu ginjal sebesar 3,423 kali purine (hati, usus, otak, dan udang) dapat me-
dibandingkan dengan responden yang meng- ngakibatkan tingginya kadar asam urat dalam
konsumsi sumber kalsium phospor rendah. air kemih. Tingginya kadar asam urat yang ter-
Hasil penelitian ini sejalan dengan pe- dapat dalam air kemih, memicu terjadinya batu
nelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2006) ginjal.
yang menyatakan bahwa ada hubungan ber- Makanan yang banyak mengandung pu-
makna antara konsumsi sumber kalsium dan rine adalah yang paling berpengaruh terhadap
phospor dengan kejadian penyakit batu saluran pembentukan batu ginjal. Batu urat di sini da-
kencing di Kabupaten Brebes. pat berupa campuran kalsium dan asam urat,
Hal ini sesuai dengan teori Khan and atau hanya asam urat saja. Sumber asam urat
Canales (2009) yang menyatakan bahwa se- adalah dari dalam tubuh sendiri (endogen) dan
makin tinggi kalsium terkonsumsi terbukti dari makanan seperti daging, hasil laut atau
kian tinggi pula ekskresinya sekaligus menam- seafood, gandum, beras, dan tepungtepungan.
bah pembentukan kristalisasi garam-garam ka- Pada wanita normal, ekskresi asam urat seba-
pur. Tingginya kadar kalsium dalam air kemih nyak 750 mg per 24 jam, sedangkan pada pria
dinamakan hiperkalsiuria, yaitu kadar kalsium lebih tinggi, yaitu 800 mg.
dalam darah normal namun ekskresi dalam air Dari hasil wawancara dengan
kemih dapat mencapai 200-350 miligram (mg) responden, diperoleh hasil bahwa responden
per hari. Hal ini yang menyebabkan terjadinya sering mengkonsumsi sumber oksalat. Ini
batu ginjal. dikarenakan makanan sumber oksalat dapat
Kadar asam urat sangat berhubungan dipeoleh dengan harga yang relatif murah dan
erat dengan makanan yang dikonsumsi. Oleh mudah didapat. Bahkan makanan sumber
karena itu, pengaturan pola makan sangat oksalat telah menjadi makanan sehari-hari
diperlukan. responden yang sering dikonsumsi, seperti
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada bayam, teh, tempe, dll.
hubungan antara konsumsi sumber asam urat

60
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62

Berdasarkan uji chi square diperoleh Penutup


nilai p=0,009 (p<0,05) sehingga Ho ditolak,
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara Kejadian penyakit batu ginjal di wilayah
konsumsi sumber oksalat dengan penyakit kerja Puskesmas Margasari Kabupaten Tegal
batu ginjal. Hal ini disebabkan karena dalam berhubungan dengan tingkat kesadahan air
hasil penelitian terdapat 29 (39,2%) responden sumur gali, riwayat keluarga, kebiasaan makan
yang sering menkonsumsi sumber oksalat. sumber protein, kebiasaan makan sumber
Perhitungan risk estimate didapatkan OR=3,660 kalsium dan phosphor, kebiasaan makan
(OR>1) dengan taraf kepercayaan (CI) 95% sumber asam urat, kebiasaan makan sumber
(1,359-9,860), yang artinya bahwa responden oksalat, dan kebiasaan makan sumber asam
yang mengkonsumsi sumber oksalat tinggi sitrat.
mempunyai risiko terkena batu ginjal sebesar
3,660 kali dibandingkan dengan responden Daftar Pustaka
yang mengkonsumsi sumber oksalat rendah.
Hal ini sesuai dengan teori yang Bartoletti R. 2007. Epidemology and Risk Factors in
menyatakan bahwa oksalat yang berasal dari Urolithiasis. Urol Int, 79: 3-7
dalam tubuh (endogen), dari makanan yang Becker, G. 2007. Uric Acid Stones. Nephrology, 12:
kita makan serta dari hasil metabolisme vitamin S21–S25
C, pada umumnya akan membentuk kristal Eric N. 2005. Obesity, Weight Gain and the risk of
Kidney Stones. JAMA, 293 (4): 455-462
dengan kalsium yang menyebabkan penyakit
Indridason, O.S. et. al. 2005. Epidemiology of
batu ginjal.
Kidney Stones in Iceland: A Population-
Berdasarkan uji chi square diperoleh Based Study. Scandinavian Journal of Urology
nilai p=0,001 (p<0,05) sehingga Ho ditolak, and Nephrology, 40: 21-220
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara Khan, S.R. and Canales, B.K. 2009. Genetic Basis
konsumsi sumber asam sitrat dengan penyakit of Renal Cellular Dysfunction, and The
batu ginjal. Hal ini disebabkan karena dalam Formation of Kidney Stones. Urol Res, 37:
hasil penelitian terdapat 17 responden (23,0%) 169–180
yang sering menkonsumsi sumber asam Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta:
sitrat. Perhitungan risk estimate didapatkan Andi
Matlaga, Brian R. 2009. Effect of Gastic Bypass
OR=27,429 (OR>1) dengan taraf kepercayaan
Surgecy on kidney Stone Dispte. The Journal
(CI) 95% (3,390-221,921), yang artinya bahwa
of Urology, 181 (6): 2573-2577
responden yang mengkonsumsi sumber asam Pramanik, R., Asplin, J.R., Jackson, M.E., James, C.
sitrat tinggi mempunyai risiko terkena batu and Williams, Jr. 2008. Protein Content of
ginjal sebesar 27,429 kali dibandingkan dengan Human Apatite, and Brushite Kidney Stones:
responden yang mengkonsumsi sumber asam Significant Correlation with Morphologic
sitrat rendah. Measures. Urol Res, 36: 251–258
Hal ini sesuai dengan teori yang Shah, A., Owen, N.R., Lu, W., Cunitz, B.W.,
menyatakan bahwa urin yang asam dalam Kaczkowski, P.J., Harper, J.D., Bailey, M.R.
jangka lama memudahkan terbentuknya kristal. and Crum, L.A. 2010. Novel Ultrasound
Method to Reposition Kidney Stones. Urol
Rendahnya ekskresi sitrat berarti hilangnya
Res, 38: 491–495
penghambat (inhibitor) pembentukan kristal
Sun, Q., Shen, Y., Sun, N., Zhang, G.J., Chen, Z.,
karena sitrat dapat mengikat kalsium dalam Fan, J.F., Jia, L.Q., Xiao, H.Z., Li, X.R. and
air kemih. Rendahnya ekskresi sitrat ini juga Puschner, B. 2010. Diagnosis, Treatment,
bisa menyebabkan penyakit mencret menahun, and Follow-up of 25 Patients with Melamine-
infeksi saluran kemih, rendahnya kadar kalium Induced Kidney Stones Complicated by
tubuh (hipokalemia), dan asidosis tubulus Acute Obstructive Renal Failure in Beijing
ginjal (Becker, 2007). Children’s Hospital. Eur J Pediatr, 169: 483–
489

61
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62

Supriyadi, Wagino., Sekar Ratih Widowati.2011. Wei Chen. 2009. Prevalence and risk factors
Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal associated with cronic kidney disease in
Kronik Terapi Hemodialistis. Jurnal Kemas, an adult popultion from southerm China.
6 (2): 107-112 Nephrol Dial Transplant, 24 (4): 1205-1212

62

Anda mungkin juga menyukai