1793 4328 3 PB PDF
1793 4328 3 PB PDF
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
The research problem was the risk factors of nephrolithiasis. The purpose of this
study was to determine the risk factors of nephrolithiasis in Margasari Public
Health Center, Tegal regency . The method was analytic study using a case control
design . The study sample consisted of 74 respondents which 37 people suffering
nephrolithiasis, and the other 37 did not. The instrument used in this study was
a questionnaire. The data obtained in this study was analyzed by chi square test
formula . The results of the bivariate analysis showed dug well water hardness
(p=0.001, OR= 4.796) , family history (p=0.01 , OR=5.346), the consumption
of protein (p=0.001, OR=6.781), a source of calcium phosphorus consumption
(p=0.010, OR=3.423), uric acid consumptions (p value=0.001, OR=6.756 ), the
source of oxalate consumption (p=0.009, OR=3.660), and consumption sources
of citric acid (p=0.001, OR = 27.429) associated with nephrolithiasis. Conclusion,
the risk factors of nephrolithiasis were dug well water hardness, family history,
consumption of protein, calcium phosphorus resource consumption, uric acid
resource consumption, oxalate resource consumption, and citric acid sources
consumption.
© 2011 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Email: dwipkrisna@gmail.com
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62
52
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62
53
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62
54
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62
55
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62
Tabel 1. Tabulasi Silang Antara Kesadahan Air Sumur Gali, Riwayat Keluarga, Konsumsi Sumber
Protein, Konsumsi Sumber Kalsium dan Phospor, Konsumsi Sumber Asam Urat, Konsumsi Sum-
ber Oksalat dan Konsumsi Sumber Asam Sitrat dengan Penyakit Batu Ginjal
∑ % ∑ % ∑ %
Kesadahan Air Sumur
Tidak Memenuhi Syarat 23 31,1 2 5,4 23 31,1 0,001 22,969
Memenuhi Syarat 16 68,9 35 94,6 51 68,9
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0
Riwayat Keluarga
Ada 22 59,5 2 5,4 24 32,4 0,001 5,346
Tidak ada 15 40,5 35 94,6 50 67,6
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0
Konsumsi Sumber Protein
Sering 21 56,8 6 16,2 27 36,5 0,001 6,781
Cukup 13 35,1 17 45,9 30 40,5
Jarang 3 8,1 14 37,8 17 23,0
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0
Konsumsi Sumber Kalsium dan Phospor
Sering 25 67,6 14 37,8 39 52,7 0,010 3,423
Cukup 9 24,3 17 45,9 26 35,1
Jarang 3 8,1 6 16,2 9 12,2
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0
Konsumsi Sumber Asam Urat
Sering 19 51,4 5 13,5 24 32,4 0,001 6,756
Cukup 15 40,5 16 43,2 31 41,9
Jarang 3 8,1 16 43,2 19 25,7
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0
Konsumsi Sumber Oksalat
Sering 20 54,1 9 24,3 29 39,2 0,009 3,660
Cukup 15 40,5 16 43,2 31 41,9
Jarang 2 5,4 12 32,4 14 18,9
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0
Konsumsi Sumber Asam Sitrat
Sering 16 43,2 1 2,7 17 23,0 0,001 27,429
Cukup 16 43,2 12 32,4 28 37,8
Jarang 5 13,5 24 64,9 29 39,2
Total 37 100,0 37 100,0 74 100,0
56
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62
21 responden (56,8%) yang tingkat konsum- batu ginjal sebesar 3,423 kali dibandingkan
sinya sering, 13 responden (35,1%) pada ka- dengan responden yang mengkonsumsi sum-
tegori cukup dan sebanyak 3 responden (8,1%) ber kalsium phospor rendah.
pada kategori sering. Sedangkan 37 responden Berdasarkan Tabel 1 diperoleh data
yang tidak menderita batu ginjal, sebanyak 6 bahwa dari 37 responden yang menderita
responden (16,2%) yang tingkat konsumsinya batu ginjal pada konsumsi sumber asam urat,
sering, 17 responden (45,9%) pada kategori sebanyak 19 responden (51,4%) yang tingkat
cukup, dan sebanyak 14 responden (37,8%) konsumsinya sering, 15 responden (40,5%)
dalam kategori jarang. pada kategori cukup dan sebanyak 3 responden
Dari analisis bivariat diperoleh nilai (8,1%) pada kategori jarang. Sedangkan 37 res-
p=0,001, yang berarti bahwa ada hubungan ponden yang tidak menderita batu ginjal, se-
antara konsumsi sumber protein dengan ke- banyak 5 responden (13,5%) yang tingkat kon-
jadian penyakit batu ginjal di Desa Karangdawa sumsinya sering, 16 responden (43,2%) pada
Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal. kategori cukup, dan sebanyak 16 responden
Berdasarkan uji chi squre terdapat sel (43,2%) dalam kategori jarang.
yang diharapkan kurang dari 5, maka dilakukan Dari analisis bivariat diperoleh nilai
penggabungan sel. Dari penggabungan sel per- p=0,001, yang berarti bahwa ada hubungan
hitungan risk estimate didapatkan OR=6,781 antara konsumsi sumber asam urat dengan ke-
(OR>1) dengan taraf kepercayaan (CI) 95% jadian penyakit batu ginjal di Desa Karangdawa
(2.281-20,161), yang artinya bahwa responden Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal.
yang mengkonsumsi sumber protein tinggi Berdasarkan uji chi squre terdapat sel
mempunyai risiko terkena penyakit batu ginjal yang diharapkan kurang dari 5, maka dilakukan
sebesar 6,781 kali dibandingkan dengan res- penggabungan sel. Dari penggabungan sel per-
ponden yang mengkonsumsi sumber protein hitungan risk estimate didapatkan OR=6,756
rendah. (OR>1) dengan taraf kepercayaan (CI) 95%
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh data (2,156-21,163), yang artinya bahwa responden
bahwa dari 37 responden yang menderita yang mengkonsumsi sumber asam urat tinggi
batu ginjal pada konsumsi sumber kalsium mempunyai risiko terkena batu ginjal sebesar
dan phospor, sebanyak 25 responden (67,6%) 6,756 kali dibandingkan dengan responden
yang tingkat konsumsinya sering, 9 responden yang tingkat konsumsi sumber asam uratnya
(24,3%) pada kategori cukup dan sebanyak 3 re- rendah.
sponden (8,1%) pada kategori jarang. Sedang- Berdasarkan Tabel 1 diperoleh data
kan 37 responden yang tidak menderita batu bahwa dari 37 responden yang menderita batu
ginjal, sebanyak 14 responden (37,8%) yang ginjal pada konsumsi sumber oksalat, sebanyak
tingkat konsumsinya sering, 17 responden 20 responden (54,1%) yang tingkat konsum-
(45,9%) pada kategori cukup, dan sebanyak 6 sinya sering, 15 responden (40,5%) pada ka-
responden (16,2%) dalam kategori jarang. tegori cukup dan sebanyak 2 responden (5,4%)
Dari analisis bivariat diperoleh nilai pada kategori jarang. Sedangkan 37 responden
p=0,010, yang berarti bahwa ada hubungan yang tidak menderita batu ginjal, sebanyak 9
antara konsumsi sumber kalsium dan phospor responden (24,3%) yang tingkat konsumsinya
dengan kejadian penyakit batu ginjal di Desa sering, 16 responden (43,2%) pada kategori
Karangdawa Kecamatan Margasari Kabupaten cukup, dan sebanyak 12 responden (32,4%)
Tegal. dalam kategori jarang.
Berdasarkan uji chi squre terdapat sel Dari analisis bivariat diperoleh nilai
yang diharapkan kurang dari 5, maka di- p=0,009 (<α=0,05), yang berarti bahwa ada
lakukan penggabungan sel. Dari penggabu- hubungan antara konsumsi sumber oksalat
ngan sel perhitungan risk estimate didapatkan dengan kejadian penyakit batu ginjal di Desa
OR=3,423 (OR>1) dengan taraf kepercayaan Karangdawa Kecamatan Margasari Kabupaten
(CI) 95% (1.315-8,909), yang artinya bahwa res- Tegal.
ponden yang mengkonsumsi sumber kalsium Berdasarkan uji chi squre terdapat sel
dan phospor tinggi mempunyai risiko terkena yang diharapkan kurang dari 5, maka dilakukan
57
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62
penggabungan sel. Dari penggabungan sel per- nung kapur. Air sumur yang sedianya diguna-
hitungan risk estimate didapatkan OR=3,660 kan sebagai bahan air bersih untuk keperluan
(OR>1) dengan taraf kepercayaan (CI) 95% sehari-hari masyarakatnya, telah tercampur
(1,359-9,860), yang artinya bahwa responden dengan endapan-endapan kapur yang bera-
yang mengkonsumsi sumber oksalat tinggi sal dari gunung kapur tersebut. Tidak sedikit
mempunyai risiko terkena batu ginjal sebesar warga yang mengeluh tentang keadaan ini. Se-
3,660 kali dibandingkan dengan responden bagian dari ibu mengeluhkan adanya endapan
yang mengkonsumsi sumber oksalat rendah. berwarna coklat kekuningan pada peralatan
Tabel 1 menunjukkan bahwa diantara 37 memasak yang sumber airnya berasal dari air
responden kasus yang konsumsi sumber asam sumur yang telah tercemar oleh endapan kapur.
sitrat pada tingkat jarang tardapat 16 orang Warga tetap memilih menggunakan air sumur
(43,2%), cukup sebanyak 16 orang (43,2%) dan tersebut karena tidak ada lagi sumber air bersih
sering sebanyak 5 orang (13,5%). Sedangkan yang bisa digunakan. Dalam pemakaian yang
pada kelompok kontrol tedapat 1 orang (2,7%) cukup lama, air sadah dapat menimbulkan
memiliki tingkat jarang pada konsumsi sumber penyakit batu ginjal akibat terakumulasinya
asam sitrat, cukup terdapat 12 orang (32,4%), endapan CaCO3 dan MgCO3. Secara normal,
dan 24 orang (64,9%) pada tingkat sering. zat-zat penghambat kristalisasi seperti CaCO3,
Dari analisis bivariat diperoleh nilai magnesium, protein Tamm-Horsfall, dan bi-
p=0,001, yang berarti bahwa ada hubungan kunin di dalam air kemih terdapat dalam kon-
antara konsumsi sumber asam sitrat dengan ke- sentrasi yang cukup memadai untuk mencegah
jadian penyakit batu ginjal di Desa Karangdawa terbentuknya batu. Penurunan jumlah zat-zat
Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal. tersebut meningkatkan risiko terbentuknya
Berdasarkan uji chi square terdapat batu. Partikel-partikel yang berada di dalam
sel yang diharapkan kurang dari 5, maka di- larutan yang kelewat jenuh (supersaturated)
lakukan penggabungan sel. Dari penggabu- akan mengendap di dalam nukleus sehingga
ngan sel perhitungan risk estimate didapatkan akhirnya membentuk batu. Terbentuknya inti
OR=27,429 dengan taraf kepercayaan (CI) 95% batu dan kejenuhan dalam air kemih merupa-
(3,390-221,921), yang artinya bahwa responden kan prasyarat terbentuknya batu. Terbentuknya
yang mengkonsumsi sumber asam sitrat tinggi inti saja tanpa disertai dengan unsur-unsur atau
mempunyai risiko terkena batu ginjal sebesar mineral pembentuk batu yang kelewat jenuh di
27,429 kali dibandingkan dengan responden tubulus ginjal tidak akan menyebabkan terben-
yang mengkonsumsi sumber asam sitrat ren- tuknya batu. Kristalisasi akan semakin banyak
dah. dan saling menyatu apabila unsur pembentuk
Dari hasil penelitian menunjukkan batu berada dalam jumlah berlebihan dalam
bahwa ada hubungan antara kesadahan air system tubulus.
sumur dengan penyakit batu ginjal di wilayah Hasil penelitian ini sejalan dengan pe-
kerja Puskesmas Magasari Kabupaten Tegal. nelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2006)
Hal tersebut dibuktikan dalam hasil analisis bi- yang menyatakan bahwa ada hubungan ber-
variat diperoleh nilai p= 0,01 (p<0,05). Dari ha- makna antara kualitas kesadahan total air
sil analisis juga diperoleh nilai odd ratio (OR)= sumur dengan penyakit batu saluran kencing di
22,969 (OR>1) dengan taraf kepercayaan (CI) Kabupaten Brebes.
95% (4,796-110,002). Hal ini menunjukkan Hal ini sesuai dengan Permenkes RI No.
bahwa responden yang air sumurnya tidak me- 416/PERIX/1990 tentang persyaratan dan pe-
menuhi syarat mempunyai faktor risiko 22,969 ngawasan air bersih yang menyatakan bahwa
kali terkena batu ginjal dibandingkan dengan air dengan kualitas kesadahan tinggi di atas 500
responden yang mempunyai kadar air sumur mg/l dapat menyebabkan penyakit batu ginjal.
yang memenuhi syarat. Hasil penelitian yang dilakukan di
Kesadahan yang terjadi pada beberapa wilayah kerja Puskesmas Magasari Kabupaten
responden ini bukan tanpa alasan. Seperti yang Tegal, menunjukkan bahwa riwayat keluarga
telah diterangkan sebelumnya bahwa mayoritas berpengruh terhadap terjadinya penyakit batu
wilayah desa Karangdawa dikelilingi oleh gu- ginjal.
58
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62
Bagi seseorang, batu ginjal bisa meru- diikuti dengan menurunnya pH (tingkat keasa-
pakan turunan, jadi jika orang tua atau kakek man) urin dan pembuangan sitrat.
nenek memiliki penyakit batu ginjal maka ke- Risiko akibat makan dengan menu pro-
mungkinan besar anak atau cucunya akan me- tein hewani berlebihan tersebut dapat diper-
miliki batu ginjal juga. Telah diamati bahwa berat lagi jika pada saat bersamaan kita me-
seseorang dengan riwayat keluarga batu ginjal ngonsumsi dalam jumlah tinggi pula lemak dan
cenderung untuk membentuk batu ginjal juga. garam. Sementara itu, kebiasaan kurang dalam
Hal ini juga yang terjadi pada responden. Ke- menyantap makanan berserat tinggi yang me-
banyakan dari responden yang memiliki ri- ngandung magnesium, fosfat, dan vitamin B6.
wayat keluarga terkena batu ginjal lebih banyak Bagi penderita batu kalsium dianjurkan me-
akan mengalami batu ginjal. ngonsumsi tidak lebih dari 1,5-1,8 protein per
Dari hasil wawancara dengan responden, kg bobot badan per hari. Bagi penderita batu
diketahui bahwa responden yang mempunyai asam urat juga dianjurkan mengurangi protein
penyakit batu ginjal memiliki riwayat keluarga hewani.
pernah terkena batu ginjal. Bahkan dalam satu Dari hasil wawancara dengan responden
keluarga terdapat lebih dari satu orang yang penderita diperoleh informasi bahwa tingkat
memiliki penyakit batu ginjal. Hal ini disebab- konsumsi sumber protein memang tinggi. Di-
kan karena penyakit batu ginjal menurun sam- dapatkan hasil untuk tingkat konsumsi kategori
pai tiga generasi dalam satu keluarga. sering sebanyak 21 responden (56,8%). Ini di-
Berdasarkan uji chi square diperoleh karenakan responden tidak terlalu mengetahui
nilai p=0,001 (p<0,05) sehingga Ho ditolak, bahwa selain tingakat kesadahan yang tidak
yang berarti bahwa ada hubungan antara ri- memenuhi syarat, kebiasaan makan sumber
wayat keluarga dengan kejadian penyakit batu protein juga mempengaruhi terbentuknya batu.
ginjal. Hal ini disebabkan karena hasil peneli- Berdasarkan uji chi square diperoleh
tian terdapat 24 (32,4%) ada keturunan me- nilai p=0,001 (p<0,05) sehingga Ho ditolak,
miliki riwayat keluarga terkena penyakit batu yang berarti bahwa ada hubungan antara kon-
ginjal. Perhitungan risk estimate didapatkan sumsi sumber protein dengan kejadian penya-
OR=5,346 (OR>1) dengan taraf kepercayaan kit batu ginjal. Hal ini disebabkan karena hasil
(CI) 95% (1,720-13,164), yang artinya bahwa penelitian terdapat 27 (36,5%) responden se-
responden yang memiliki keturunan terkena ring mengkonsumsi sumber protein Perhitu-
penyakit batu ginjal 5,346 kali berisiko terkena ngan risk estimate didapatkan OR=6,781
penyakit batu ginjal, dibandingkan dengan res- (OR>1) dengan taraf kepercayaan (CI) 95%
ponden yang tidak memiliki riwayat keluarga. (2,281-20,161), yang artinya bahwa responden
Hal ini sesuai dengan teori yang menya- yang mengkonsumsi sumber protein tinggi
takan bahwa seseorang dengan riwayat ke- mempunyai risiko terkena penyakit batu ginjal
luarga batu ginjal cenderung untuk memben- sebesar 6,781 kali dibandingkan dengan res-
tuk batu ginjal juga. Faktor genetik berperan ponden yang mengkonsumsi sumber protein
penting dalam terjadinya batu ginjal pada se- rendah.
seorang. Seseorang yang mempunyai keluarga Hal ini sesuai dengan teori yang menya-
penderita batu ginjal mempunyai risiko me- takan bahwa protein ternyata disebut sebagai
ngalami batu ginjal sebesar 25 kali diban- hal yang paling besar pengaruhnya terhadap
dingkan dengan seseorang yang tidak mem- kemungkinan terbentuknya batu. Sebab, pro-
punyai garis keturunan penyakit batu ginjal. tein tersebut dapat meningkatkan terbuangnya
Hiperkalsiuria idioptis bersifat familial atau kalsium dan asam urat dalam air kemih, yang
genetik. Dilaporkan bahwa 50% pasien hi- kemudian diikuti dengan menurunnya pH
perkalsiuria idioptik bersifat diturunkan. (tingkat keasaman) urin dan pembuangan si-
Protein ternyata disebut sebagai hal yang trat (Becker, 2007).
paling besar pengaruhnya terhadap kemungki- Semakin tinggi kalsium terkonsumsi ter-
nan terbentuknya batu. Sebab, protein tersebut bukti makin tinggi pula ekskresinya sekaligus
dapat meningkatkan terbuangnya kalsium dan menambah pembentukan kristalisasi garam-
asam urat dalam air kemih, yang kemudian garam kapur. Tingginya kadar kalsium dalam
59
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62
air kemih dinamakan hiperkalsiuria, yaitu ka- dengan kejadian penyakit batu ginjal. Keba-
dar kalsium dalam darah normal namun eks- nyakan responden tidak mengetahui makanan
kresi dalam air kemih dapat mencapai 200-350 sumber asam urat berpengaruh terhadap pe-
miligram (mg) per hari. Begitu juga pada ting- nyakit batu ginjal, selain kesadaahan air. Apala-
kat konsumsi phospor yang tinggi. gi bagi responden yang dalam golongan ekono-
Dari hasil wawancara dengan responden, mi menengah ke atas.
diperoleh hasil bahwa pengetahuan responden Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai
tentang kebiasaan makan dapat mempengaruhi p=0,001 (p<0,05) sehingga Ho ditolak, yang
terjadimya pembentukan batu. Ini dibuktikan menyatakan bahwa ada hubungan antara kon-
dengan hasil penelitian tingkat konsumsi sum- sumsi sumber asam urat dengan penyakit batu
ber kalsium dan phospor menunjukkan seba- ginjal. Hal ini disebabkan karena dalam hasil
nyak 25 responden (67,6%). penelitian terdapat 24 (32,4%) responden yang
Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai sering menkonsumsi sumber asam urat. Per-
p=0,010 (p<0,05) sehingga Ho ditolak, yang hitungan risk estimate didapatkan OR=6,756
menyatakan bahwa ada hubungan antara kon- (OR>1) dengan taraf kepercayaan (CI) 95%
sumsi sumber kalsium dan phosphor dengan (2,156-21,163), yang artinya bahwa responden
penyakit batu ginjal. Hal ini disebabkab karena yang mengkonsumsi sumber asam urat tinggi
hasil penelitian terdapat 39 (52,7%) responden mempunyai risiko terkena batu ginjal sebesar
yang berada pada tingkat sering mengkonsumsi 6,756 kali dibandingkan dengan responden
sumber kalsium dan phospor. Perhitungan risk yang tingkat konsumsi sumber asam uratnya
estimate didapatkan OR=3,423 (OR>1) dengan rendah.
taraf kepercayaan (CI) 95% (1.315-8,909), yang Hal ini sesuai dengan teori Becker (2007)
artinya bahwa responden yang mengkonsumsi yang menyatakan bahwa mengkonsumsi bahan
sumber kalsium dan phospor tinggi mempu- makanan dalam jumlah berlebih mengandung
nyai risiko terkena batu ginjal sebesar 3,423 kali purine (hati, usus, otak, dan udang) dapat me-
dibandingkan dengan responden yang meng- ngakibatkan tingginya kadar asam urat dalam
konsumsi sumber kalsium phospor rendah. air kemih. Tingginya kadar asam urat yang ter-
Hasil penelitian ini sejalan dengan pe- dapat dalam air kemih, memicu terjadinya batu
nelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2006) ginjal.
yang menyatakan bahwa ada hubungan ber- Makanan yang banyak mengandung pu-
makna antara konsumsi sumber kalsium dan rine adalah yang paling berpengaruh terhadap
phospor dengan kejadian penyakit batu saluran pembentukan batu ginjal. Batu urat di sini da-
kencing di Kabupaten Brebes. pat berupa campuran kalsium dan asam urat,
Hal ini sesuai dengan teori Khan and atau hanya asam urat saja. Sumber asam urat
Canales (2009) yang menyatakan bahwa se- adalah dari dalam tubuh sendiri (endogen) dan
makin tinggi kalsium terkonsumsi terbukti dari makanan seperti daging, hasil laut atau
kian tinggi pula ekskresinya sekaligus menam- seafood, gandum, beras, dan tepungtepungan.
bah pembentukan kristalisasi garam-garam ka- Pada wanita normal, ekskresi asam urat seba-
pur. Tingginya kadar kalsium dalam air kemih nyak 750 mg per 24 jam, sedangkan pada pria
dinamakan hiperkalsiuria, yaitu kadar kalsium lebih tinggi, yaitu 800 mg.
dalam darah normal namun ekskresi dalam air Dari hasil wawancara dengan
kemih dapat mencapai 200-350 miligram (mg) responden, diperoleh hasil bahwa responden
per hari. Hal ini yang menyebabkan terjadinya sering mengkonsumsi sumber oksalat. Ini
batu ginjal. dikarenakan makanan sumber oksalat dapat
Kadar asam urat sangat berhubungan dipeoleh dengan harga yang relatif murah dan
erat dengan makanan yang dikonsumsi. Oleh mudah didapat. Bahkan makanan sumber
karena itu, pengaturan pola makan sangat oksalat telah menjadi makanan sehari-hari
diperlukan. responden yang sering dikonsumsi, seperti
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada bayam, teh, tempe, dll.
hubungan antara konsumsi sumber asam urat
60
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62
61
Dwi Nur Patria Krisna / KEMAS 7 (1) (2011) 51-62
Supriyadi, Wagino., Sekar Ratih Widowati.2011. Wei Chen. 2009. Prevalence and risk factors
Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal associated with cronic kidney disease in
Kronik Terapi Hemodialistis. Jurnal Kemas, an adult popultion from southerm China.
6 (2): 107-112 Nephrol Dial Transplant, 24 (4): 1205-1212
62