Anda di halaman 1dari 26

MESIN LISTRIK 2

Disusun Oleh :

Artita Putri Melati 061730311360


Bima Arya Pratama 061730311362

Dosen :
Mohammad Noer S, ST., MT

Fakultas Teknik Elektro


Prodi Teknik Listrik
Politeknik Negeri Sriwijaya
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam penggunaan energi listrik untuk pergerakan kipas angin (fan), mesin cuci,
belt converyor, elevator/lift,crane, turbin, escalator dll. diperlukan bentuk energi
mekanik, berupa gerakan rotasi maupun translasi. Suatu bentuk energi dapat dirubah
menjadi bentuk energi lain dengan bantuan konverter. Konverter yang digunakan secara
terus menerus merubah energi listrik (input) menjadi energi mekanik (output) disebut
motor listrik.

Dalam pengertian lain, motor listrik dapat juga dianggap sebagai penghubung
(link) antara sistem elektrik dan sistem mekanik. Selama beberapa waktu, untuk
penggunaan pegerakan dengan kecepatan yang bervariasi, motor dc merupakan pilihan
yang sangat populer dilakukan. Hal ini dikarenakan sistem penggerak dan pengontrolan
motor dc yang relatif sederhana. Adanya komutator dan sikat pada motor dc merupakan
sumber dari kelemahan motor dc dibandingkan motor induksi.

Motor induksi dalam berbagai ukuran digunakan untuk berbagai keperluan pada
industri, transfortasi, perkantoran dan rumah tangga. Mesin induksi 1-phasa dalam
kapasitas kecil digunakan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan di rumah tangga, seperti
blender, juice mixers, washing machines, refrigerators, dll. Mesin induksi 3-phasa dalam
kapasitas puluhan sampai ratusan hp digunakan untuk menggerakan pompa, fans,
compressor, paper mills, textile mills, belt converyor, Crane dll. Sementara itu Linear
Induction Machine (LIM) digunakan untuk sistem transfortasi.
Salah satu penggunaan dari motor induksi tiga phasa adalah pada crane yang
menggunakan motor induksi rotor sangkar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian crane dan prinsip kerjanya ?
2. Apa yang diketahuitentang rumus-rumus terkait crane ?
3. Bagaimana cara pemeliharaan crane ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Motor Induksi


2.1.1 Motor DC

Motor DC adalah sebuah peralatan listrik yang berfungsi mengubah energi


listrik DC menjadi energi mekanik. Konstruksi motor arus searah sama dengan
generator arus searah. Oleh karena itu, mesin listrik ini dapat berfungsi sebagai motor
maupun generator. Motor DC tersedia dalam banyak ukuran, namun penggunaannya
pada umumnyaprinsip dasar motor listrik arus searah adalah jika kumparan jangkar
yang dialiri listrik dan kumparan medan diberi penguatan, maka akan timbul gaya
lorenz pada tiap-tiap sisi kumparan jangkar tersebut.Besarnya gaya
Lorenzyang timbuladalahdinyatakansebagai berikut:

Pada saat lilitan jangkar dan lilitan medan diberi tegangan, maka kumparan
jangkar akan berputar memotong garis gaya magnet. Berdasarkan hukum yang
dikemukakan Faraday, maka pada penghantar yang memotong garis gaya magnet
tersebut akan diinduksikan tegangan listrik, yang arahnya berlawanan dengan
tegangan yang bekerja padanya, tegangan induksi yang arahnya berlawanan dengan
tegangan yang bekerja pada kumparan jangkar akan menghasilkan gaya gerak listrik
lawan (back EMF).

Gambar Stator Mesin DC dan Medan Magnet Utamadan Medan Magnet Bantu
2.1.2 Motor AC

Motor AC memiliki fungsi yang hampir sama motor DC. Motor AC adalah
sebuah peralatan listrik yang berfungsi mengubah energi listrik AC menjadi energi
mekanik. Motor listrik AC juga memiliki dua buah bagian dasar listrik: "stator" dan
"rotor" seperti motor DC. Stator merupakan komponen listrik statis.Sedangkan rotor
merupakan komponen listrik berputar untuk memutar as motor.

Motor AC dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu motor asinkron
ataudibatasi untuk beberapa penggunaan berkecepatan rendah, motor tersebut dibatasi
hanya untuk penggunaan di area yang bersih dan tidak berbahaya sebab resiko
percikan api pada sikatnya. Motor DC juga relatif mahal dibanding motor AC. Pada
mesin-mesin pengangkut lebih banyak digunakan motor DC tipe shunt, hal ini
dikarenakan motor DC tipe shunt adalah tipe motor yang cenderungmemiliki torsi
yang konstan dan besar dengan putaran motor yang rendahyang sering disebut motor
induksi dan motor sinkron.

Gambar .Bentuk lengkap motor induksi

2.1.3 Proteksi pada Motor

Mesin-mesin dengan rancangan terbaru pada umumnya jarang sekali


mengalami gangguan, hal ini disebabkan karena adanya penggunaan bahan-bahan
bermutu tinggi, teknis pengerjaan dan pengendalian mutu yang lebih baik, jika
dibanding dengan mesin-mesin buatan terdahulu.Walaupun demikian kemungkinan
terjadinya gangguan tidak dapat dihindarkan.

Gangguan dapat menyebabkan kerusakan pada mesin yang sedang


dioperasikan dan biasanya akan diikuti dengan pemutusan suplai. Mengingat motor
merupakan peralatan yang penting dan nilainya juga cukup mahal (biaya penggantian
maupun perbaikan mesin lama) maka diusahakan pengaruh gangguan dibatasi sampai
sekecil mungkin. Antara lain dengan menditeksi keadaan gangguan secara tepat dan
mengisolasikan mesin terhadap sistem yang sehat secara cepat.

Gangguan pada motor antara lain dapat disebabkan oleh:

a. Hubung singkat (short-circuit) pada lilitan stator.


b. Beban lebih (overload).
c. Panas lebih (overheating) pada lilitan dan bearing.
d. Tegangan lebih (overvoltage) dan kecepatan lebih.
e. Kehilangan medan penguat (loss of field).
f. Daya balik (motoring).
g. Arus tidak seimbang (unbalance current) pada stator.
h. Out of step.

Sebagian besar gangguan di atas perlu dihilangkan dengan cara melepaskan


generator terhadap sistem melalui pemutus tenaga utama (main circuit breaker) dan
bila memungkinkan melepas pemutus tenaga medan penguat. Untuk jenis gangguan
tertentu selain cara di atas, mesin penggerak dihentikan beroperasi. Bila terjadi
gangguan yang masih pada batas yang diizinkan biasanya sistem hanya memberikan
peringatan saja.

2.1.4 Rangkaian Ekuivalen Motor Induksi

Rangkaian Ekivalen yang akan dipelajari adalahrangkaian ekivalen perfasa.


Dimana rangkaian rangkaian ekivalen motor induksi ini terdiri dari rangkaian stator
dan rangkaian rotor. Stator sebagai sisi primer, dan rotor sebagai sisi sekunder yang
penghantar-penghantarnya dihubung-singkat dan berputar.Kopling antara sisi primer
dan sisi sekunder dipisahkan oleh celah udara (Air gap).

Gambar 1. Rangkaian Ekivalen Lengkap Motor

Induksi Perfasa

(Sumber : Sudaryanto sudirham, motor asinkron)


Keterangan Gambar :
V1 = Tegangan masukan motor (Volt)
I1 = Arus Stator (A)
I2 = Arus Rotor (A)
I0 = Arus Eksitasi (A)
R1 = Resistansi pada bagian stator (Ω)
X1 = Reaktansi pada bagian stator (Ω)
R2’ = a2R2 = Resistansi pada bagian rotor (Ω)
X2’ = a2X2= Reaktansi pada bagian rotor (Ω)
Rc = Resistansi Magnetitasi (Ω)
Xc = Reaktansi Magnetitasi (Ω)
1
R2′ (𝑆-1)= Tahanan yang mewakili beban yangmerupakan fungsi dari s.

2.1.5 Torka
Torka adalah ukuran kemampuan mesin untuk melakukan kerja, jadi torka
adalah suatu energi.Besaran torka adalah besaran turunan yang biasa digunakan
untuk menghitung energi yang dihasilkan dari benda yang berputar pada porosnya.

Pada motor induksi terjadi alih daya dari daya elektrik di stator menjadi daya
mekanik di rotor. Sebelum dikurangi rugi-tembaga rotor, alih daya tersebut adalah
sebesar daya celah udara Pg dan ini memberikan torka yang kita sebut torka
elektromagnetik dengan perputaran sinkron. Jadi jika T adalah torka elektromagnetik
maka :

2.1.6 Pengaruh pembebanan pada kerja motor


Dalam praktek torka beban aktif maupun pasifselalu ada dalam sistem
penggerak. Dengan demikian motor sebagai penggerak beban bukan saja beroperasi
sebagai motor penggerak akan tetapi dapat juga beroperasi sebagai generator atau
sebagai pengereman. Juga dalam pemakaian motor seringkali dioperasikan dalam dua
arah putaran.Untuk menganalisa pengaruh pembebanan pada kerja motor, perhatikan
gambar berikut ini.
Dasar persamaan torka yang kita kenal sebagai persamaan gerak untuk
sistem ini adalah :

Dengan :

TM = Torka motor yang diukur dalam N-m


TL = Torka beban yang diukur dalam N-m
J = Momen inersia dari sistem penggerakdalam kg.m2.
𝜔= Kecepatan sudut dalam mekanik radian/s t = waktu dalam detik

Gambar 3. Ilustrasi Tipikal dari persamaan 10

(Sumber : M.V Desphande, electric motors applicationsand control)

Dari gambar 3, menunjukan bahwa :

a. Jika TM> TL yaitu > 0, akan terjadi percepatan pada sistem penggerak dimana
kecepatan akan dibawa pada kecepatan nominal.
b. Jika TM< TL yaitu < 0 akan terjadi perlambatan pada sistem penggerak dan sistem
akan terhenti.
c. Jika TM= TL yaitu = 0 tidak terjadi percepatan atau perlambatan. Pada kondisi ini
motor akan tetap berputar dengan kecepatan yang sama. Akan tetapi jika motor
dalam keadaan diam akan tetap diam.
Pernyataan di atas hanya berlaku bila beban motor merupakan beban pasif. Bila
beban motor merupakan beban aktif seperti alat angkat (hoist), maka akan berlaku
sebaliknya.

2.2 Crane
2.2.1 Pengertian Crane

Crane adalah alat untuk pelayan beban mekanis atau muatan yang dilengkapi
dengan kerekan untuk mengangkat benda dan berfungsi juga untuk menggerakkan
benda yang diangkat melalui ruangan. Macam-macam crane adalah: Crane Gantung
berjalan, Crane Tower, dan Crane Derek.
Crane gantung berjalan adalah mesin berjalan mesin yang berjalan di rel yang
ditopang oleh bangunan yang memiliki troli dan diperlengkapi dengan kerekan yang
berjalan melintang di rel yang bertumpu pada bangnan untuk mengangkat beban.
Contoh penggunaan adalah pada PT DOK dan Perkapalan Surabaya (Persero) untuk
mengangkat plat baja, pipa dan peralatan kapal lainnya. Pada crane di perusahaan ini
menggunakan 3 (tiga buah) motor listrik yang masing-masing satu motor untuk
mengangkat beban, satu motor listrik untuk keperluan berjalan dan 1 (satu) motor
listrik lainnya untuk jalan rel. Besar kecilnya daya motor listrik bergantung dari
berdasarkan daya beban.
Sistem kontrol yang digunakan pada crane jenis ini adalah menggunakan
pengendal (pengontrolan) dengan kontaktor-kontaktor yang dilengkapi dengan saklar
push-button, sehingga motor listrik dapat beroperasi secara maksimal. Dengan
pengontrolan, kecepatan putaran dapat diatur.Misalnya untuk mengangkat beban
dengan kecepatan putaran tunggi atau rendah atau menurunkan beban dengan
menggunakan kecepatan putaran tinggi atau rendah.

2.2.2 Prinsip Kerja


Crane merupakan mesin yang dioperasikan menggunakan motor
listrik.Penggunaan mesin crane ini biasanya digunakan pada industri-industri besar
dan pada proyek-proyek dengan beban mekanik yang memiliki berat lebih dari
1000kg. Pada lapangan atau kenyataannya mesin crane ini memiliki beberapa jenis
diantaranya, mesin crane gantung berjalan, mesin crane tower, mesin crane derek, dll.
Mesin crane sendiri merupakan mesin yang berfungsi untuk memindahkan
barang/beban dari satu ruangan/tempat ke ruangan lain yang dilengkapi dengan
kerekan untuk mengangkat beban tersebut. Dari semua jenis mesin crane yang ada
pada dasarnya memiliki fungsi dan prinsip kerja yang sama, hal yang membedakan
dari semua jenis tersebut adalah bentuk fisik dan penempatan penggunaannya. Contoh
aplikasi mesin crane di industri adalah pada PT.DOK dan Perkapalan Surabaya
(Persero).
Dalam kerjanya mesin crane menggunakan tiga motor, ketiga motor tersebut
memiliki fungsi yang berbeda. Motor pertama untuk mengangkat beban, motor kedua
untuk berjalan, dan motor ketiga untuk berjalan dalam rel. Daya setiap motor
tergantung dari daya beban. Motor yang digunakan dalam sistem mesin crane ini
adalah motor dahlander. Kenapa menggunakan motor dahlander pada mesin crane
ini? Karena pertimbangannya adalah karena motor dahlander ini dapat diatur
kecepatannya dengan mengubah hubungan kumparan yang terdapat dalam motor
tersebut. Sesuai dengan kinerja dari mesin crane ini yang juga membutuhkan
kecepatan yang berubah-berubah pada kondisi tertentu.

2.2.3 Motor listrik untuk mengangkat beban pada crane


Motor listrik yang digunakan memiliki dapat diatur arah putarannya, dalam
hal ini putaran kanan dan kiri. Sedangkan untuk kecepatan putaran yang dipilih adalah
bergantung dari berat beban.Sebagai contoh, crane yang dimiliki PT Dok dan
Perkapalan (Persero), karena crane yang dimiliki kapasitas 16 ton, maka
menggunakan putaran dengan kecepatan rendah.Namun demikian jika dikehendaki
dengan kecepatan putaran yang tinggi, maka tinggal mengubah bentuk belitannya
(karena motor listrik yang dimiliki jenis belitannya dahlander) dan belitannya
dahlander dengan tujuan jika bebannya besar.

2.2.4 Rangkaian Pengendali Kecepatan Motor Listrik Dahlander


Untuk mengatur hubungan belitan digunakan alat yang disebut
mainwinding menggunakan rangkaian kontaktor. Gambar X.1 menunjukkangambar
pengawatan untuk mengatur kecepatan (rendah dan tinggi) pada motor listrik untuk
crane.
Power Diagram Line Pengatur Kecepatan Motor Dahlander pada Crane

Keterangan gambar

K1 = kontaktor untuk kecepatanputaran rendah dengan arah putaran ke kanan


K2 = kontaktor untuk kecepatanputaran rendah dengan arah putaran ke kiri
K3 = kontaktor untuk kecepatanputaran tinggi dengan arah putaran ke kanan
K4 = kontaktor untuk kecepatanputaran tinggi dengan arah putaran ke kiri

Single Line Diagram Pengatur Kecepatan Motor Dahlander pada Crane

Jika tombol S2 ditekan, kontaktor K1 bekerja karena pada sistem control ini tidak
memakai sistem penguncian maka operator harus menekan terus menerus supaya
motor listrik dapat bekerja terus menerus juga. Pada kondisi ini, putaran motor listrik
kearah kiri.
Dengan menekan tombol S4 terus menerus maka motor akan berputar dengan
kecepatan tinggi kearah kanan dengan ketentuan tidak boleh menekan tombol lain
selain S4. dan untuk mengoperasikan motor dengan kecepatan tinggi kearah kiri
maka kita harus menekan S5 maka motor akan berputar cepat kearah kiri dengan
syarat tidak menekan tombol selain S5.

2.2.5Rumus-rumus yang terkait dengan crane

a. Untuk menentukan tenaga atau force gravitasi bumi adalah:

F = 9,8m

Keterangan:
F = Gaya benda(N-Newton)
M = masa tau berat (kg)
9,8 = grafitasi bumi

b. Torsi mekanik

T = F.d. (N-m) (11-2)

Contoh gambar menentukan torsi mekanik

Keterangan:

T = Torsi dalam Newton Meter (NM)


F = gaya (Force) dalam Newton (N)
d = Jarak benda dalam satuan meter

c. Tenaga Mekanik

W=F.d

Keterangan:

W = tenaga mekanik dalam Joule


F = Gaya (Force) dalam Newton (N)
d = jarak pemindahan benda dalam meter (m)
d. Daya mekanik

P = W . t Watt (11-4)

Keterangan
P = daya mekanik dalam Watt (W)
W = tenaga mekanik dalam Joule
F = Gaya (Force) dalam Newton (N)
t = waktu kerja dalam detik

e. Daya motor listrik

Keterangan

P = daya mekanik motor (W)


T = Torsi motor (N-m)
N = kecepatan motor dalam radial per menit (rpm)
9,55= konstanta

f. Efisiensi mesin listrik

Keterangan

 = efisiensi dalam satuan persen (%)


Po = daya output (W)
P1 = daya input

g. Energi Kinetik

Ek =1/2 m.V2

Keterangan

Ek = Energi kinetik dalam Joule


M = masa benda dalam kg
V = kecepatan benda dalam m/s (meter/detik}
h. Energi kinetik pada putaran dan momen enersi

Ek =5,48 x 10-3 Jn2 (11-8)

Keterangan

Ek = Energi kinetik dalam Joule


J = Momen Enersi dalam kg-m2
n = kecepatan putara (rpm)
5,48 x 10-3 constanta dari (p 2/1800)

2.3 Motor Area

2.3.1 Pengereman pada Motor Area

Motor yang dipergunakan untuk crane, termasuk motor arus bolak-balik dan
arus searah. Akan tetapi untuk keluaran nominal dari 200kW atau kurang, kebanyakan
dipergunakan motor tak serempak, pelayanan dan perawatan sederhana dan biaya
instalasi rendah. Karena perjalanan troli dan perjalanan crane sering tidak
memerlukan kendali kecepatan, maka motor ini kebanyakan dipergunakan untuk
keperluan ini. Motor crane sering mengalami berulang kali pengasutan, pengereman
dan pembalikan putaran dan sewaktu-waktu berbeban lebih, sehingga motor ini harus
kuat secara elektrik dan mekanik.

Khusus pada motor sebagai pengangkat beban seperti pada motor area,
pengereman secara mekanik dengan menggunakan friksi mekanik yaitu kampas
sangatlah diperlukan sebagai penahan beban apabila motor itu dalam keadaan tidak
bekerja. Karena ditakutkan pada saat motor tersebut menahan beban, beban akan jatuh
ke bawah akibat adanya gaya gravitasi bumi karena tidak adanya pengereman
tersebut.

Pengereman mekanik sendiri pada dasarnya hampir sama dengan rem tromol
pada kendaraan, hanya saja cara kerjanya yang berbeda. Pada Motor, cara kerjanya
secara elektrik, yaitu dengan cara elektro magnetik, dan ada juga yang menggunakan
sistem hidrolik. Tetapi dalam penjelasan ini dibahas tentang pengereman mekanik
dengan cara elektro magnetik.
Untuk motor yang menggunakan pengereman mekanik seperti yang dijelaskan
di atas, motor tersebut dilengkapi dengan komponen penghasil magnet, penyearah
tegangan karena rangkaian magnet (spool) tersebut membutuhkan sumber tegangan
DC. Secara garis besar konstruksi dan pengereman motor area ditunjukkan pada
Gambar XI.16.

2.3.2 Sistem Kerja

Perlu ditekankan sebelumnya, motor area akan melakukan pengereman pada


saat motor tidak dalam bekeja. Spool rem membutuhkan tegangan DC agar supaya
dapat menghasilkan magnet yang kemudian menarik besi pendorong kampas sehingga
motor tidak berputar dan keadaaan mengerem. Dalam posisi seperti ini motor dalam
keadaan tidak bekerja atau mendapatkan tegangan. Sedangkan pada saat pengereman
itu sendiri telah ditekankan di depan bahwa motor dalam keadaan tidak bekerja atau
tidak mendapatkan tegangan. Secara otomatis, arus juga tidak mengalir pada spul,
sehingga kemagnetan pada spool akan hilang. Akibatnya, kampas terdorong oleh besi
pendorong akibat gaya pegas dari pegas yang dipasang sedemikian rupa sehingga
kampas rem mendesak pondasi motor dan motor akan mengerem. Jadi pengereman ini
mengandalkan pegas untuk mendorong kampas ke pondasi motor.

Pada cara ini motor pengangkat juga dijalankan untuk penurunan. Cara ini
sesuai bagi motor dengan keluaran sampai sekitar 75 kW, mempunyai laju rendah,
akan tetapi mempunyai kerugian remnya mudah aus. Maka sistem pengereman seperti
ini sangat cocok untuk motor area pada crane 10 T yang memiliki spesifikasi sebagai
berikut
1. Daya :11 kW

2. Arus nominal: 29 Ampere

3. Tegangan : 380 V AC

4. Frequensi : 50 Hz

5. Putaran : 1450 rpm dan 2940 rpm

2.4 Pemeliharaan Crane


2.4.1 Jenis-jenis Perawatan
a. Safety Instruction

Dalam melakukan proses pengerjaan perawatan harus adanya intrusksi-


instruksi keamanan. Petugas yang melaksanakan pengerjaan perawatan harus
memahami instruksi-instruksi sesuai dengan standar pengerjaannya, jika tidak maka
bisa terjadi kemungkinan bertambah buruknya kondisi motor karena penanganan yang
tidak sesuai.
b. General storage precautions

Tindakan pencegahaan sebelum dilakukannya pemasangan motor


mutlak harus dilakukan. Kondisi tempat peletakan motor (motor room) harus
diperhatikan karena bila kondisinya tidak sesuai maka dapat menimbulkan
terjadinya korosi dan kelambapan motor yang tinggi yang mana hal tersebut
dapat mempengaruhi kinerja motor.

c. Foundation
Pemasangan pondasi pada motor harus dilakukan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan oleh produsennya. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pemasangan pondasi motor adalah pondasi tersebut harus mampu
menahan beban mesin dan tahan terhadap reaksi torsi dan tekanan yang
ditimbulkan dari pengkopelan.

d. Machine installation

Dalam pemasangan mesin harus sesuai dengan petunjuk yang


diberikan oleh pihak produsen.Faktor ketepatan (alignment) pemasangan
komponen-komponen motor merupakan salah satu hal yang mutlak harus
diperhaikan. Pemasangan komponen-komponen penunjang seperti kopel harus
dilakukan sesuai dengan instruksi yang tertera, karena bila terjadi
ketidaksesuaian pemasangan akan berdampak buruk pada kinerja motor.
Selain hal-hal teknis tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan juga
yaitu, tempat yang akan dipasang harus dipastikan dalam kondisi bersih, siap
untuk dilakukan pemasangan, memiliki akses yang cukup untuk melakukan
perbaikan (terdapat unit pembantu lain), dan memiliki saluran udara yang
terbebas dari partikel-partikel yang dapat merusak kondisi mesin.

e. Commisioning

Sebelum melakukan starting pada motor ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan seperti, kopel motor dan perlengkapan mekanis lainnya sudah
terpasang dengan sesuai, motor fan berputar pada arah yang sesuai, kondisi
pendingin tidak tersumbat, posisi semua brushpada motor sudah sesuai,
kondisi komutator bersih, rangakain elektrik terhubung dengan baik,
komponen pelindung sudah terlihat baik, dan memiliki nilai isolasi hambatan
yang sesuai.

f. Observation and maintenance

Pengecekan kondisi-kondisi komponen pada motor harus dilakukan


secara berkala. Ada yang dilakukan sebulan sekali dan ada yang dilakukan 3
kali dalam setahun, tergantung dari komponennya.

g. Insulation resistance

Proses pengecekan nilai isolasi hambatan pada motor harus dilakukan


cukup sering. Selainterbilang mudah, dengan dilakuakn pengecekan ini maka
nilai isolasi hamabatan pada motor dapat terpantau terus.

h. Brushes and commutation


Pemilihan jenis brush yang digunakan pada motor menjadi salah satu
faktor penentu kinerja mesin. Brush juga harus dilakukan penggantian bila
sudah habis masa pemakainnya. Selain brush, kondisi komutasi (penyearahan)
juga harus diperhatikan.Banyak hal yang mempengaruhi kondisi tersebut,
seperti kelembapan udara, partikel debu, dan komposisi gas yang ada di udara.

i. Commutator
Bila dalam kondisi operasi komutator tidak memerlukan perawatan
khusus. Bila kondisi permukaan komutator sudah kasar baru biasanya akan
dilakukan pengecekan, apakah komutator tersebut sudah saatnya untuk
diganti.

j.Lubrication
Proses pelumasan biasanya dilakukan selama 1 tahun sekali,
tergantung dari kondisi pelumasitu sendiri. Parameter yang digunakan salah
satunya adalah suhu dari pelumas tersebut (biasanya suhunya kurang dari 800
C).
k.Cleaning
Faktor terpenting daritindakan pencegahan adalah memastikan kondisi
bagian-bagian motor bersih, mesin motornya itu sendiri ataupun komponen
penunjang lainnya. Dalam melakukan proses ini juga harus hati-hati karena
bila prosesnya salah maka dapat memperburuk kondisi motor.

l.Filter
Mesin-mesin motor yang menggunakan motorFan sebagai
pendinginnya pastinya membutuhkan filter sebagai penampung kotoran dari
sisa pembuangan motor Fan. Penggantian filter harus dialukan secara rutin
agar kotoran pada filter tidak menumpuk.

m. Dismantling and reassembling

Proses pembongkaran dan perakitan motor harus dilakukan secara


tepat. Bila tindakan-tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan prosedur
yang ada, maka hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja motor nantinya.

2.4.2 Pemeliharaan pada sistem mekanik

a. Pemeliharaan sistem mekanik maju mundur, putar kanan kiri dan naik turun,
meliputi pemeriksaan sistem pelumas, pemeriksaan keausan dan kekerasan baut mur
sistem mekanik

b. Pemeliharaan rel sebagai tumpuan, dalam hal ini pemeriksaan sistem pelumasan
antara talang atau ril sebagai landasan meluncur darigesekan crane. Selain
pemeriksaan juga dilakukan pembersihan pada landasan luncur atau pacu dan ril.
Bersihkan talang atau ril landasan gerakan dan beri pelumasan

c. Pemeliharaan kawat baja penarik, meliputi pemeriksaan kelenturan kawat baja dan
jika sudah kering beri tambahan pelumas sehingga kelenturannya meningkat

d. Periksa kawat baja, apakah sudah ada bagian kawat yang sudah terputus sebagian,
karena jika tidak ditangani akan cepat menyebar ke kawat lainnya
e. Periksa bagian sistem pengereman (khususnya pengerema mekanik) dan
pengereman mekanik maupun elektrik. Jenis pengereman dan prinsip kerja serta
komponen lainnya

f. Segera lakukan perbaikan jika ditemukan bagian yang tidak beres. Jika pengereman
dengan menggunakan sistem mekanis, periksa apakah rem sudah aus dan kekerasan
pegas apakah masih cukup atau sudah lembek dan apakah gerakannya tidak
terhalang benda lain. Jika pegasnya sudah lembek, segera lakukan penggantian dan
jika teromol remnya sudah aus segera lakukan penggantian.

g. Periksa pada sistem penggeraknya, apakah masih memilki kekuatansesuai dengan


benda yang diangkut dan atau dipindahkan

h. Periksa kecepatan sistem penggeraknya, apakah sudah mengalami penurunan yang


besar atau tidak. Jika sudah mengalami penurunan lakukan perbaikan

2.4.3 Pemeliharaan pada sistem kelistrikan, meliputi:

a. Sistem pengaman, lakukan pemeriksaan apakah pengaman masih dapat bekerja


dengan sempurna menggunakan alat kerja listrik (tespen, multi tester, obeng, tespen,
palu, tang dan lainnya. Gunakan tool kit untuk teknisi listrik agar peralatan lebih
lengkap dan digunakan berdasarkan kebutuhannya.

b. Pelihara bagian motor listrik (sesuai prosedur) yang ada untuk pemeliharaan motor
listrik .

c. Pemeliharaan pada generator pembangkit listrik.

d. Pemeliharaan pada sistem instalasi, yang perlu diperhatikan adalah apakah tahanan
isolasi, sambungan dan pengawatannya masih rapi atau tidak. Jika tahanan isolasi
sudah rendah, lakukan penggantian kabel. Pemeriksaan sambungan diperlukan
karena jika kurang kuat akan terjadi loncatan bunga api dan akan berpengaruh pada
sistem kelistrikan

e. Pemeliharaan sistem pengendali crane, karena jika tidak dipelihara juga berpengaruh
pada kinerja sistem. Apakah kinerja sistem pengendali masih baik atau mengalami
kerusakan
f. Pemeliharaan sumber tenaga listrik. Lakukan pemeriksaan besarnya sumber tenaga
listrik, baik sumber listrik arus bolak balik sebagai penggerak motor maupun
sumber listrik arus searah dan penyearah karena sumber listrik arus searah sebagai
sumber listrik bagi sistem alarm dan lampu indikator dan keperluan lainnya.
Pemeriksaan terkait dengan besar tegangan sumber apakah terjadi kenaikan atau
penurunan karena jika terlalu tinggi dapat merusak peralatan kelistrikan dan kontrol
serta indikator dan alarm serta penerangan. Jika terlalu rendah maka kinerja sistem
tidak optimal.

2.5 Analisis Pengukuran, Perhitungan, dan Simulasi

Berdasarkan hasil pengukuran, perhitungan, sampai hasil simulasi yang telah


diperoleh diatas. Sehingga dapat dibuat grafik karakteristiknya dengan
membandingkan nilai hasil pengukuran, perhitungan, sampai hasil simulasi, dapat
dilihat pada gambar berikut ini :

a. Karakteristik Arus terhadap Beban

Gambar 20. Karakteristik Arus terhadap Beban

Dari gambar 20, direpresentasikan karakteristik arus terhadap beban.Dimana


kurva garis berwarna biru merupakan nilai hasil simulasi yang diperoleh dari
simulasi simulink matlab, sedangkan kurva garis berwarna hijau merupakan nilai
yang diperoleh dari hasil pengukuran. Nilai arus hasil pengukuran dan hasil hasil
simulasi akan didapatkan arus yang sangat besar ketika beban angkat akan semakin
besar.
b. Karakteristik Putaran Rotor terhadap Beban

Gambar 21. Karakteristik Putaran terhadap Beban

Dari gambar 21, direpresentasikan karakteristik putaran terhadapa


beban.Dimana, kurva garis berwarna biru merupakan nilai hasil simulasi yang
diperoleh dari simulasi simulink matlab, sedangkan kurva garis berwarna hijau
merupakan nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran. Nilai putaran rotor hasil
pengukuran dan hasil simulasi yang terjadi ketika beban angkat semakin besar maka
putaran rotor akan menurun.

c. Karakteristik Slip terhadap Beban

Gambar 22. Karakteristik Slip terhadap Beban

Dari gambar 22, direpresentasikan karakteristik slip terhadap beban. Dimana,


kurva garis berwarna biru merupakan nilai hasil simulasi yang diperoleh dari simulasi
simulink matlab, sedangkan kurva garisberwarna hijau merupakan nilai yang
diperoleh dari hasil perhitungan. Nilai slip yang terjadi pada motor listrik hoist ini
ketika beban angkat semakin besar maka slip yang terjadi pada motor akan semakin
besar.
d. Karakteristik Torka Induksi Motor terhadap Beban

Gambar 23. Karakteristik Torka Induksi terhadapBeban

Dari gambar 23, direpresentasikan karakteristik torka induksi terhadap


beban.Dimana, kurva garis berwarna biru merupakan nilai hasil simulasi yang
diperoleh dari simulasi simulink matlab, sedangkan kurva garis berwarna hijau
merupakan nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan. Nilai torka induksi hasil
pengukuran dan hasil simulasi ketika beban angkat semakin besar maka nilai torka
induksi motor akan semakin besar.

e. Karakteristik Torka Induksi terhadap Putaran Rotor

Gambar 24. Karakteristik Torka Induksi terhadapPutaran Rotor

Dari gambar 24, direpresentasikan bahwa karakteristik torka induksi terhadap


putaran rotor. Dimana, kurva garis berwarna biru merupakan nilai hasil perhitungan
yang diperoleh dari rangkaian ekivalen motor listrik hoist perfasa. Berdasarkan
perhitungan didapatkan bahwa torka induksi starting motor diperoleh sebesar 81,576
N.m dengan putaran rotor sebesar 0 rpm. Torka induksi maksimum diperoleh sebesar
83,38 N.m dengan putaran rotor sebesar 300 rpm. Sedangkan daerah torka kerja
motor dimulai pada saat torka 83,38 N.m sampai 0 N.m dengan putaran rotor sebesar
300 rpm sampai menuju kecepatan sinrkronnya.
Sehingga, dari gambar 27 bagian daerah yang diarsir menunjukan bahwa
motor listrik hoist berada pada daerah torka starting, sedangkan daerah bagian yang
tidak diarsir adalah daerah torka kerja dari motor listrik hoist. Dimana motor listrik
hoist ini ketika motor di jalankan (starting) dengan putaran awal 0 rpm, maka akan
terjadi kenaikan torka yang besar. Semakin motor tersebut menuju kepada kecepatan
sinkronnya maka torka tersebut semakin menuju ke daerah torka kerjanya motor
listrik hoist.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
1. Crane/Hoist adalah alat untuk pelayan bebanmekanis atau muatan yang
dilengkapi dengan kerekan untuk mengangkat benda dan berfungsi juga untuk
menggerakkan muatan secara vertikal dan gerakan ke arah horisontal bergerak
bersama dan menurunkan muatan ke tempat yang telahditentukan dengan
mekanisme pergerakan Crane/hoist secara dua derajat bersamaan.
2. Untuk menjaga agar performa pada crane terus terjaga dan memiliki usia pakai
yang panjang perlu dilakukan perawatan dan perbaikan yang sesuai dengan
kebutuhan kerja dari Crane.
3. Perawatan mesin-mesin motor yang ada di Crane harus dilaksanakan
secaraprofesional dan harus memiliki standar yang jelas.

3.2 Saran

1. Melakukan semacam Training tentang sistem perawatan pada mesin-mesin motor


pada merk dan spesifikasi tertentu agar pemahaman tentang mesin menjadi lebih
banyak.

2. Melakukan peremajaan mesin-mesin motor pada Crane agar kualitas jasa


pelayanan bongakr muat di pelabuhan menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.Rangkaian Motor 3 Fasa Mesin Crane.online.www.dokumen.tips diakses tanggal


21 Mei 2018

Kikputririz.2014.Aplikasi Motor Listrik pada Mesin Crane.online.www.scribd.com diakses


tanggal 21 Mei 2018

Putra,Anton Stephen.Crane Motor.online.www.academia.edu diakses tanggal 21 Mei 2018

Siswanto.2012.Perawatan Motor Listrik pada Mesin Penggerak Sistem Crane di PT.


Krakatau Bandar Udara.online.www.elektro.undip.ac.id diakses tanggal 21 Mei
2018

Hariyanto,Nasrun dkk.2016.Analisis Karakteristik Kerja Motor Listrik Hoist di PT.Nikkatsu


Electric Works.online. www.academia.edu diakses tanggal 21 Mei 2018

Anda mungkin juga menyukai