Anda di halaman 1dari 7

INDUKSI PERSALINAN

Nama Kelompok 2 :

1. Lintang Retno Rahayu (106117007)


2. Dewi Purnama Sari (106117011)
3. Velyna Okke Sudrajat (106117014)
4. Riyana Safitri (106117031)
5. Fina Karlina Putri (106117033)
6. Alfiana (106117035)
7. Rizal Nugroho (106117030)

STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP


PROGRAM D3 KEPERAWATAN 2A
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. PENGERTIAN INDUKSI PERSALINAN
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang
aterm, dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda persalinan atau
belum inpartu, dengan kemungkinan janin dapat hidup diluar
kandungan (umur diatas 28 minggu). Dengan induksi persalinan bayi
sudah dapat hidup diluar kandungan, sebagai upaya untuk
menyelamatkan janin dari pengaruh buruk apabila janin masih dalam
kandungan (Manuaba, 2010).
Induksi partus adalah suatu upaya agar persalinan mulai
berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan
jalan merangsang timbulnya his (Mochtar, 2012).

B. TUJUAN INDUKSI PERSALINAN


a. Mengantisipasi hasil yang berlainan sehubungan dengan kelanjutan
kehamilan
b. Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan
serviks dan penurunan janin tanpa menyebabkan hiperstimulasi uteru
atau komplikasi janin
c. Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman
mungkin dan memaksimalkan kepuasan ibu (Manuaba, 2010).

C. INDIKASI PERSALINAN
Indikasi dari induksi persalinan yaitu kehamilan lewat waktu,
ketuban pecah dini, kematian janin, inersia uiteri, kehamilan 21 dengan
hipertensi dan kehamilan dengan diabetes mellitus (Hanifa, 2010).
1) Indikasi dari ibu yaitu kehamilan dengan hipertensi, kehamilan
dengan diabetes mellitus, ketuban pecah dini.
2) Indikasi dari janin yaitu kehamilan lewat waktu, plasenta previa,
solusio plasenta, kematian intra uteri, kematian berulang dalam rahim,
pertumbuhan janin terhambat (Nugorho, 2012).
D. KONTRA INDIKASI INDUKSI PERSALINAN
a. Terdapat distosia persalinan
1) Panggul sempit atau disproporsi sefalopelvik
2) Kelainan posisi kepala janin
3) Terdapat kelainan letak janin dalam rahim
4) Perkiraan bahwa berat janin > 4000 gram
b. Terdapat kedudukan ganda
1) Tangan bersama kepala
2) Kaki bersama kepala
3) Tali pusat menumbung terkemuka
c. Terdapat overdistensi rahim
1) Kehamilan ganda
2) Kehamilan dengan hidramnion
3) Terdapat bekas operasi pada otot rahim
4) Bekas seksio sesaria
5) Bekas operasi mioma uteri
d. Pada grandemultipara atau kehamilan > 5 kali
e. Terdapat tanda atau gejala intrauterine fetal distress (Manuaba,
2010).

E. METODE INDUKSI

Induksi partus dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

a. Cara kimiawi

Yaitu dengan cara memberikan obat-obatan yang merangsang


timbulnya his.

1) Oksitosin drip

Kemasan yang dipakai adalah pitosin, sintosinon. Pemberiannya dapat


secara suntikkan intramuskular, intravena, infus tetes dan secara bukal.
Yang paling baik dan aman adalah pemberian infus tetes (drip) karena
dapat diatur dan di awasi efek kerjanya.
Cara :

a) Kandung kemih dan rektum terlebih dahulu dikosongkan.

b) Masukkan 5 satuan oksitosin ke dalam 500 cc Dektor 5% atau NaCl


0,9% dan diberikan per infus dengan kecepatan pertama 10 tetes per
menit.

c) Kecepatan dapat dinaikkan 5 tetes setiap 15 menit sampai tetes


maksimal 4-60 tetes per menit.

d) Oksitosin drip akan lebih berhasil jika nilai pelvis di atas 5 dan
dilakukan amniotomi (Mochtar, 2012).

2) pemberian larutan hipertonik intraamnion

Cara ini biasanya dilakukan pada kehamilan di atas 16 minggu dimana


rahim sudah cukup besar. Secara amniosentesis ke dalam kantong
amnion yaitu di masukkan larutan garam hipertonik atau larutan gula
hipertonik (larutan garam 20% atau larutan glukosa 50%) sebagai iritasi
pada amnion, dengan harapan akan terjadi his. Sebelumnya dengan
semprit cairan amnion dikeluarkan dahulu, sebagai gantinya
dimasukkan cairan hipertonik. Sebaiknya diberikan oksitosin drips
yaitu 10-20 satuan oksitosin dalam 500 cc larutan dekstrosa 5% dengan
tetesan 15 sampai 25 tetes per menit.Penderita diobservasi baik-baik.

3) Pemberian prostaglandin

Prostaglandin dapat merangsang otot-otot polos termasuk juga otot-otot


rahim, prostaglandin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah
PGE2 dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan prostaglandin dapat
diberikan secara intravena, oral, vaginal, rektal dan intra amnion.
Pengaruh sampingan dari pemberian prostaglandin ialah mual, muntah,
diare (Hanifah, 2007).
b. Cara mekanis

1) Melepaskan selaput ketuban (stripping of the membrane) Dengan jari


yang dapat masuk kedalam kanalis servikalis selaput ketuban yang
melekat dilepaskan dari dinding uterus sekitar ostium uteri internum.
Cara ini akan lebih berhasil bila serviks sudah terbuka dan kepala sudah
turun. Dianggap bahwa dengan bersamaan turunnya kepala dan
lepasnya selaput ketuban, selaput ini akan lebih menonjol sehingga
akan menekan pleksus Frankenhauser yang akan merangsang timbulnya
his dan terbukanya serviks.

2) Memecahkan ketuban (amniotomi)

Hendaknya ketuban baru dipecahkan kalau memenuhi syarat sebagai


berikut :

a) Serviks sudah matang atau skor pelvis di atas 5,

b) Pembukaan kira-kira 4-5 cm,

c) Kepala sudah memasuki pintu atas panggul. Biasanya setelah 1-2 jam
pemecahan ketuban diharapkan his akan timbul dan menjadi lebih kuat.
Adapun cara amniotomi adalah: lakukan dulu stripping selaput ketuban,
lalu pecahkan ketuban dengan memakai setengah kocher atau alat
khusus pemecah ketuban. Kepala janin disorong masuk pintu atas
panggul.

3) Dilatasi serviks uteri

Dilatasi serviks uteri dapat dikerjakan dengan memakai gagang


laminaria dan dilatator (busi) Hegar. Pada beberapa kasus diperlukan
pembukaan kanalis servikalis yang lebih besar (misalnya pada
primigravida) untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
Cara :

a) Tahap pertama pasang gagang laminaria: Masukkan 2-3 gagang


laminaria ke dalam kanalis servikalis dengan ujung atas masuk dalam
cavum uteri dan ujung bawah dalam vagina, lalu masukkan tampon
kasa dalam vagina. Sifat alat ini adalah hidroskopis-menarik air
menjadi gembung perlahan-lahan sehingga membuka kanalis servikalis.
Gagang ini sebaiknya di pasang dari jam 6 atau 7 malam hari dan
setelah 12 jam, jadi pada besok pagi hari jam 6 atau 7 laminaria
dikeluarkan.

b) Tahap kedua bila pembukaan belum cukup besar, dapatdilakukan


dilatasi dengan busi Hegar sampai pembukaan yang dikehendaki
tercapai.

c) Tahap selanjutnya adalah melakukan pengeluaran isi kavum uteri


dengan cunam abortus atau dengan alat kuret. Bahaya yang mungkin
mengancam adalah infeksi dan perdarahan. Karena itu bekerjalah
asepsis. Kalau rahim agak besar berikan terlebih dahulu uterus tonika
untuk mencegah perdarahan.

c. Cara kombinasi kimiawi dan mekanis

Adalah memakai cara kombinasi antara cara kimiawi diikuti dengan


cara mekanis, misalnya amniotomi dengan pemberian oksitosin drip
atau pemecahan ketuban dengan pemberian prostaglandin per oral dan
sebagainya. Pada umumnya, cara kombinasi memiliki angka
keberhasilan yang lebih tinggi. Kalau induksi partus gagal, sedangkan
ketuban sudah pecah dan pembukaan serviks tidak memenuhi syarat
untuk pertolongan operatif per vaginam, satusatunya jalan adalah
mengakhiri kehamilan dengan seksio sesarea.

E. KOMPLIKASI
a. Terhadap ibu
1) Kegagalan induksi
2) Kelelahan ibu dan krisis emosional
3) Inersia uteri dan partus lama
4) Tetania uteri (tamultous labor) yang dapat menyebabkan solusio
plasenta, ruptur uteri dan laserasi jalan lahir lainnya,
5) Infeksi intrauterin.
b. Terhadap janin
1) Trauma pada janin oleh tindakan,
2) Prolapsus tali pusat,
3) Infeksi intrapartal pada janin (Mochtar, 2012).

Anda mungkin juga menyukai