Review Buku 1 The Practice of Cultural Studies
Review Buku 1 The Practice of Cultural Studies
net/publication/326958073
CITATIONS READS
0 317
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
BUILD NEW RELATIONS: RADIO LISTENERS, RADIO PROGRAMS AND RADIO MANAGERS IN A NETWORK SOCIETY (Study of Virtual Ethnography on Cultural Radio in East
Java with Mediamorphosis Changes) View project
All content following this page was uploaded by Zainal Abidin Achmad on 10 August 2018.
BOOK REVIEW
THE PRACTICE OF CULTURAL STUDIES
Buku ini memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan
mendasar seperti: Apa yang khas tentang cultural studies?
Bagaimana seseorang melakukan Cultural Studies? Tidak seperti
banyak disiplin studi yang lain, cultural studies belum ada yang
secara eksplisit memaparkan tentang sifat prakteknya. Buku
mudah dipahami baik itu oleh mahasiswa tingkat sarjana,
tingkat master, hingga yang menempuh program doctor. Buku
ini bertujuan untuk memberikan gambaran dari tradisi
penelitian khusus dalam cultural studies, serta meletakkan
tradisi tersebut dalam konteks sejarah.
Oleh:
Zainal Abidin Achmad
yang sangat genial dan mencerahkan tentang berbagai isu dan konsep dasar
ranah studi budaya secara komprehensif. Buku ini sangat penting untuk
melakukan Cultural Studies? Tidak seperti banyak disiplin studi yang lain,
1 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
cultural studies belum ada yang secara eksplisit memaparkan tentang sifat
komprehensif untuk meneliti dan menulis. Sangat mudah dipahami baik itu
hingga mereka yang baru menempuh program doctor. Bagi dunia akademis,
buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran dari tradisi penelitian khusus
dalam cultural studies, serta meletakkan tradisi tersebut dalam konteks sejarah.
dari setiap perubahan budaya dan pembelokan budaya, sebagai salah satu
budaya. Dan menjadi panduan yang berguna bagi siapapun yang mempelajari
2 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
metodologis. Buku ini menggunakan konsep dan definisi yang ‚membumi‛,
terminologi filosofis dan tanpa mengacu pada "Teori". Buku ini jelas berorientasi
adalah filsuf yang paling sering disebutkan. Teori adalah tentang membuat pra-
teori yang lebih eksplisit dan terbuka untuk menantang. Metode dan teknik
Beberapa kekurangan yang ditemukan dalam buku ini ini antara lain.
Bab-bab tentang strukturalis dalam membaca teks kurang diuraikan dan Post-
strukturalis dekonstruksi juga kurang. Teori gender dan analisis rasisme hampir
tidak ada dalam buku ini. Gagasan Gramsci hegemoni disebutkan tetapi tidak
eksplisit.
Kelemahan yang menjadi kelebihan dalam buku ini adalah bahwa para
penulis menangani masalah, secara multi-disiplin. Baik itu geografi, sejarah dan
3 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
Richard Johnson adalah mantan direktur CCCS. Rekan-penulis adalah
tahun 60-an dan 70-an. Setelah 1968, Cultural Studies menjadi pendamping
Marxisme sebagai dari gerakan sosial baru. Buku ini menjelaskan sejarah
intrinsik dan abadi (how good), tetapi dengan menunjuk seluruh peta relasi
sosial (in whose interest). Dengan demikian setiap pemilahan antara masyarakat
klas.
4 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
yang berusaha menempatkan dan menemukan kembali kebudayaan dari
media.
tumbuh subur pada batas-batas dan pertemuan bermacam wacana yang sudah
hasilnya, dan bagian dari pergolakan politik dan intelektual tahun 1960 an (yang
Alat bantu untuk memindahkan pesan dari satu sumber kepada penerima.
Media komunikasi ini menjadi alat bantu atau seperangkat sarana yang
5 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
digunakan untuk kelancaran proses komunikasi. Istilah ‘media’ mencakup
informasi dan interpretasi. Informasi adalah tentang bukti dari sumber primer
dan sekunder. Sumber primer dapat berupa hasil wawancara. Sebagai informasi
tangan pertama. Sumber sekunder dapat berupa materi dari media apa pun,
berita dari koran, majalah, atau acara televisi. Sebagai informasi tangan kedua
karena sumbernya berasal dari para produser, editor atau institusi. Kita bisa saja
artikel koran, atau mendengar sekaligus melihat berita di televise, tetapi kita
tidak bisa melakukan itu ketika berbicara kepada para reporter dan para editor
dengan teori-teori dominan tentang media berfokus pada poin-poin berikut ini :
6 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
• Perubahan dalam berbagai produk dan bentuk media, terutama dalam
media.
Fokus studi cultural studies ini adalah pada aspek relasi budaya dan
kekuasaan yang dapat dilihat dalam budaya pop. Di dalam tradisi cultural
studies di Inggris yang diwarisi oleh Raymonds Williams, Hoggarts, dan Stuart
Hall, menilai konsep budaya atau ‚culture‛ merupakan hal yang paling rumit
diartikan sehingga bagi mereka konsep tersebut disebut sebuah alat bantu yang
7 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
praktik, dan makna semua orang dalam menjalani hidup mereka. Kebudayaan
yang didefinisikan oleh Williams lebih dekat ‘budaya’ sebagai keseluruhan cara
hidup.
Ideologi
Istilah ideologi pada buku ini lebih merujuk pada ide-ide tentang hakikat
masyarakat. Ideologi di sini juga merujuk pada berbagai kepercayaan dan nilai-
Secara ironis hal tersebut tampaknya juga merupakan dukungan yang kuat
Perihal Bentuk
film atau suratkabar. Serta merujuk pada cara media mengkonstruksi berbagai
8 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
kualitas seperti realisme. Artinya adalah seberapa jauh konstruksi ini
simbolisme logis. Hal itu dilakukan melalui sorotan pada wajah para figure-
Narasi
Konsep ini merujuk pada aspek bentuk yang berkaitan dengan konstruksi
cerita dan drama. Dapat diperdebatkan bahwa artikel berita mengisahkan cerita
makna. Sebagai contoh, banyak narasi (baik narasi berita maupun narasi fiksi)
Teks
produk tersebut adalah ‚buku‛. Dan menaruh perhatian kepada fakta bahwa
Artinya adalah bagaimana dan mengapa teks dapat atau tidak dapat dibaca
9 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
dengan cara yang berbeda oleh audiens yang berbeda. Dikaitkan dengan
menjadi teks untuk dibaca seperti halnya foto upacara pernikahan di majalah.
Genre
Konsep ini merujuk pada fakta bahwa sebagian besar produk media
berbagai kategori repetitif ini juga dapat mengulangi berbagai makna sosial dan
Kedua pandangan ini secara umum tidak benar dalam pengalaman sehari-hari
Representasi
sosial, yang dikategorikan dengan banyak cara, antara lain: melalui gender,
etnisitas, umur, dan kelas sosial. Konsep ini tidak hanya mencakup tipe-tipe
spesifik pada sebagian masyarakat (wanita tuna wicara) tetapi juga tipe-tipe
10 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
Semua hal ini dapat direpresentasikan, sering secara berulang dan
Audience
wanita sebagai audience dari siaran televisi fiksi romantis, atau pria muda
budaya yang lain) memengaruhi preferensinya terhadap materi dari media yang
ditargetkan kepadanya.
Efek
produk media memengaruhi para audiens. Artinya adalah seberapa jauh, baik
audiens pasif atau aktif dalam hal memahami media. Sebagai contoh, apakah
para penonton film dilihat sebagai kantung kosong yang siap menampung
semua makna budaya dari film yang ditontonnya? Atau apakah para penonton
11 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
akan menjadi pemangsa, yang mengabaikan hal-hal yang memikat dan menarik
Studies
meyakini bahwa perubahan semacam itu akan terjadi dalam dua cara, yaitu:
resolusinya akan mengarah pada hal yang positif. Dan kedua, dengan
tujuan yang hendak mereka capai adalah memberikan pukulan keras balik pada
khalayak melalui media agar tidak menjadi terlalu mudah menerima dengan
ilusi. Atau terlalu mudah menerima praktik-praktik media yang ada karena isi
David Barrat (1986) memuji karya tulis Dennis McQuail serta karya tulis
12 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
cultural studies, semua dengan penekanan terhadap ide tentang pengaruh-
pengaruh:
2. Dari 1940 sampai 1965. Selama periode ini disepakati bahwa media mungkin
tidak memiliki efek jangka pendek terhadap audiens (meskipun pers populer
3. Dari 1965 sampai 1985. Selama periode ini penekanan bergeser dari efek-efek
itu sendiri.
McQuail (1983) berargumen bahwa terdapat tiga unsur kunci bagi semua
teori media, setidaknya jika kita berharap untuk menyelididiki hubungan antara
13 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
komunikasi massa dan perubahan sosial selama satu periode waktu, yaitu: (1)
Teknologi komunikasi. (2) Bentuk dan isi materi media. (3) Perubahan sosial itu
yang lainnya;
bagian dalam hal ini, tetapi bahwa media lebih merupakan refleksi dari
4. Otonomi: istilah ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang harus
14 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
postmodernisme, bahwa tidak mungkin ada realitas atau kebenaran objektif
tentang cara orang menginterpretasi dunia sosial. Yang ada hanyalah berbagai
media yang cepat, dunia yang dihuni oleh orang-orang makin artifisial.
menaruh perhatian pada gaya (yaitu bentuk) dan pada makna-makna yang
Kita telah bergerak dari periode teori modernis tentang audiens massa ke
suatu situasi ketika kita harus berbicara tentang media penyiaran dengan
audiens yang spesifik. Hal ini dikaitkan dengan semacam gaya (yaitu bentuk)
yang dilakukan orang-orang dengan media, dan pada materi media yang
konstan ketika studi tentang media mengalami kemajuan. Hal ini penting dalam
sebagian besar tidak dapat dibuktikan, dan bahwa adalah lebih bermanfaat
15 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
untuk berkonsentrasi kepada teks, konteks sosial, dan kelompok-kelompok
sosial.
Perdebatan ini dapat dilihat sebagai perbedaan opini antara kaum Marxis
dan kaum postmodernis. Dikaitkan dengan maksud dan hasil analisis terhadap
bagaimana item-item produksi massa digunakan. Karena itu, jika kita ingin
siapa yang melakukan apa bagi siapa dan bagaimana hanyalah buang-buang
waktu saja. Hal yang penting adalah memerhatikan makna dan hubungan sosial
16 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
yang diproduksi oleh artifak-artifak tersebut dan perilaku-perilaku budaya
populer.
Perdebatan ini secara esensial berkaitan erat dengan status budaya dalam
masyarakat dan kepemilikannya oleh satu kelompok sosial atau kelompok yang
lain. Secara kasar, perdebatan ini seperti meletakkan klub balet melawan klub
Kesenangan ini bernilai positif bagi audiens yang memiliki kontrol tertentu.
Pandangan POSTMODERNISME
populer. Pandangan ini adalah tentang studi mengenai bentuk serta isi, tentang
17 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
kaitan antara teks (intertekstualitas). Pandangan ini mempercayai bahwa media
bermain dengan gaya dan bentuk, tidak tertarik kepada struktur-struktur naratif
bagaimana berbagai hal bekerja ‘dibawah permukaan’: hal yang dapat kita
Pierre Bourdieu (1984) sering dijadikan oleh John Fiske dalam salah satu
bukunya, Memahami Budaya Populer (Fiske, 1989). Salah satu dari ide-ide
paling menarik milik Bourdieu secara luas membedakan antara budaya kelas
18 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
Jean Baudrillard menentang pandangan bahwa terdapat suatu realitas
budaya dan sosial mutlak yang ada selain dari apa yang kita lihat dan kita baca
bagian yang besar dari realitas, seperti halnya apa yang kita lakukan dlma
tanda yang lain. Dalam dunia Baudrillard, ujar Kenneth Thompson (1997),
Beberapa Isu Utama Tentang “Media Massa: antara Institusi dan Kekuasaan”
• Kekuasaan global. Isu kunci di sini adalah bagaimana kekuasaan ini dapat
pemerintah-pemerintah nasional.
19 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
tergantung kepada iklan sebagai pendapatan mereka. Isu kunci di sini
• Manufaktur berbagai gaya hidup. Isu kunci di sini adalah isu tentang
Salah satu bagian menarik dalam buku ini adalah diskusi tentang relasi
media dapat terjadi, meskipun hal ini tetap meninggalkan pertanyaan apakah
frasa:
aktivitas live (langsung, pemain dan penonton hadir secara fisik) lokal, atau
20 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015
2. Imperialisme kebudayaan. Frasa ini mengemukakan bahwa institusi-institusi
3. Kesadaran palsu. Frasa ini berasal dari Aliran Marxisme Frankfurt. Idenya
ide yang palsu tentang berbagai nilai dan hubungan sosial, sehingga apa
yang kita kira kita tahu sebagai benar adalah angan-angan. Artinya
21 Zainal Abidin Achmad. Program Studi S3 Ilmu Sosial, Universitas Airlangga. 2015