SPO Pasien Coma
SPO Pasien Coma
Coma adalah keadaan tidak sadar lebih dari 6 (enam) jam, di mana seseorang tidak
dapat dibangunkan, gagal merespon rangsang nyeri secara normal, cahaya, atau
suara, hilangnya siklus bangun tidur yang normal dan tidak dapat memulai gerakan
PENGERTIAN
spontan. Seseorang dalam keadaan coma disebut comatous. Coma bukanlah
penyakit, tetapi merupakan gejala dari proses patologi yang didasari penyakit berat.
Diagnosis dan terapi perlu dilakukan secara simultan.
1. Menangani pasien secepat mungkin untuk penilaian awal coma.
2. Menilai tingkat kesadaran, seperti gerakan spontan, respon terhadap rangsang
TUJUAN
suara dan rangsang nyeri.
3. Pasien dan keluarga pasien memahami dan menerima kondisi pasien.
1. Diffuse (toxic, metabolic atau infeksi). Alkohol dan keracunan dapat
merupakan faktor utama.
KEBIJAKAN 2. Lesi Subtentorial (fossa posterior atau brainstem). Infark dan perdarahan RAS
(Reticular Activating System) termasuk diantaranya.
3. Lesi Supratentorial dengan efek massa.
1. Penilaian Awal dan Evaluasi
Pada penilaian awal coma, ukuran terbanyak untuk menilai tingkat kesadaran
adalah gerakan spontan, respon terhadap rangsang suara (Anda dapat
mendengar saya?) dan rangsang nyeri. Hal ini dikenal sebagai AVPU (Alert,
Vocal Stimuli, Paintful Stimuli, Unconscious) skala. Skala yang lebih
terperinci, misalnya Glasgow Coma Scale, menghitung reaksi individu, antara
lain membuka mata, respon gerakan dan bicara. GCS diindikasikan pada
luasnya kerusakan otak yang bervariasi dari nilai 3 (indikasi kerusakan otak
berat dan kematian) sampai maksimum 15 yang mengindikasi kerusakan otak
ringan atau normal.
PROSEDUR
2. Anamnesa
Semua sumber informasi yang ada harus digali, termasuk keluarga penderita
dan temannya, saksi lainnya, termasuk catatan paramedic. Perlu ditanyakan
riwayat adanya trauma, penggunaan obat-obatan atau alcohol, kondisi medis
(penyakit infeksi), nyeri kepala sebelumnya dan kelainan psikiatri. Perlu
ditanyakan mengenai waktu timbulnya coma, apakah berlangsung cepat (over
dosis obat, trauma, intercerebral atau perdarahan fossa posterior), atau gradual
(penyakit toxic-metabolic, infeksi, tumor otak atau perdarahan subdural
chronic).
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sangat penting setelah stabilisasi, meliputi tanda vital,
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman
/ / /2018 0 2/3
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
PROSEDUR Laboratorium
Radiologi
CT Scan
Tes Reflek Khusus