Lupa Apa Namanya
Lupa Apa Namanya
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan gedung–gedung baru cenderung bertingkat, hal ini sebagai
solusi semakin sempitnya lahan tanah yang ada. Namun disisi lain, dengan semakin
banyak berdirinya bangunan bertingkat, beberapa permasalahan mengenai keamanan
bangunan menjadi hal penting untuk diperhatikan, karena bangunan bertingkat lebih
beresiko mengalami gangguan, baik gangguan secara mekanik maupun gangguan
alam. Salah satu dari gangguan mekanik bisa dimungkinkan kerobohan gedung
karena kurang kokoknya bangunan, sedangkan gangguan alam yang sering terjadi
adalah terkenanya sambaran petir.
1
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, ternyata permasalahan
yang ada masih kompleks. Oleh karena itu, identifikasi masalah akan diuraikan
sebagai berikut :
1. Apa itu petir
2. Mengapa terjadi petir?
3. Apa yang disambar petir?
4. Apa yang dimaksud system penangkap petir?
5. Mengapa system penangkap petir harus ada di bangunan gedung?
6. Bagaimana system penangkap petir dapat menetralisir bahaya petir?
7. Bagaimana memasang system penangkap petir?
8. Bagaimana system penangkap petir yang baik?
9. Apa itu Arrester?
10. Apa jenis jenis Arrester?
11. Apa yang dimaksud dengan grounding?
12. Bagaimana grounding yang baik?
13. Bagaimana cara memasang grounding?
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis akan mengangkat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa dampak dari sambaran petir?
2. Mengapa gedung harus menggunakan system penangkap petir?
3. Bagaimana kontruksi pemasangan system penangkap petir di gedung?
4. Penjelasan tentang Arrester?
5. Penjelasan tentang sistem grounding yang baik?
D. Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat mencapai tujuan
sebagai berikut :
2
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara memasang dan menentukan nilai tahanan
pada system grounding.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. Dampak dari Sambaran Petir
Selain petir dapat menyambar sebuah bangunan yang telah di lengkapi anti
petir/penangkal petir konvensional maupun elektrostatis, petir juga dapat menyambar
melalui jaringan listrik PLN yang kabelnya terbentang di luar dan terbuka. Pada
3
Umumnya jaringan listrik terbuka seperti ini masih ada dan di pergunakan di beberapa
negara termasuk Indonesia. Arus petir yang merusak perangkat panel listrik bukan di
sebabkan oleh sambaran petir yang menyambar langsung ke bangunan yang telah di
pasang penangkal petir atau anti petir melainkan sambaran petir mengenai jaringan
listrik PLN sehingga arus petir ini masuk ke bangunan mengikuti kabel listrik dan
merusak panel listrik tersebut.
Jadi biasanya sambaran petir mengenai sesuatu yang jauh dari bangunan yang
telah terpasang instalasi penangkap petir baik instalasi penangkap petir
konvensional maupun penangkap petir elektrostatis, hal ini sudah biasa terjadi
karena kabel distribusi PLN memakai kabel distribusi terbuka dan letaknya tinggi,
seperti yang terpasang pada jaringan listrik tegangan tinggi di Indonesia.
Untuk penanganan agar peristiwa ini tidak terjadi maka perlu sekali jaringan
listrik pada sebuah bangunan di lengkapi dengan perangkat Surya Arrester (Pelepas
tegangan lebih/over voltage). Jenis dan merk Surge Arrester ini banyak sekali tersedia
di pasaran umum, yang jelas pemasangan arrester harus di hubungkan
dengan grounding ke bumi.
4
bahkan dapat menimbulkan kematian. Banyak sekali peristiwa sambaran petir
langsung yang mengenai manusia dan biasanya terjadi di areal terbuka.
Pengamanan terhadap suatu bangunan atau objek dari sambaran petir pada
prinsipnya adalah sebagai penyedia sarana untuk menghantarkan arus petir yang
mengarah ke bangunan yang akan kita lindungi tanpa melalui struktur bangunan yang
bukan merupakan bagian dari sistem proteksi petir atau instalasi penangkap petir,
tentunya harus sesuai dengan standart pemasangan instalasinya.
Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu :
1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya kebakaran.
2. Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur bangunan retak,
rusaknya peralatan elektronik bahkan menyebabkan kematian.
5
a. Efek Listrik
Ketika arus petir melalui kabel penyalur (konduktor) menuju resistansi
elektroda bumi instalasi penangkap petir, akan menimbulkan tegangan jatuh resistif,
yang dapat dengan segera menaikan tegangan sistem proteksi kesuatu nilai yang
tinggi dibanding dengan tegangan bumi. Arus petir ini juga menimbulkan gradien
tegangan yang tinggi disekitar elektroda bumi, yang sangat berbahaya bagi makluk
hidup. Dengan cara yang sama induktansi sistem proteksi harus pula diperhatikan
karena kecuraman muka gelombang pulsa petir. Dengan demikian tegangan jatuh
pada sistem proteksi petir adalah jumlah aritmatik komponen tegangan resistif dan
induktif
c. Efek Termal
Dalam kaitannya dengan sistem proteksi petir, efek termal pelepasan
muatan petir adalah terbatas pada kenaikan temperatur konduktor yang dilalui
arus petir. Walaupun arusnya besar, waktunya adalah sangat singkat dan pengaruhnya
pada sistem proteksi petir biasanya diabaikan. Pada umumnya luas penampang
konduktor instalasi penangkap petir dipilih terutama umtuk memenuhi persyaratan
kualitas mekanis, yang berarti sudah cukup besar untuk membatasi kenaikan
temperatur 1 derajat celcius.
d. Efek Mekanis
6
Apabila arus petir melalui kabel penyalur pararel (konduktor) yang berdekatan
atau pada konduktor dengan tekukan yang tajam akan menimbulkan gaya mekanis
yang cukup besar, oleh karena itu diperlukan ikatan mekanis yang cukup kuat. Efek
mekanis lain ditimbulkan oleh sambaran petir yang disebabkan kenaikan temeratur
udara yang tiba-tiba mencapai 30.000 K dan menyebabkan ledakkan pemuaian udara
disekitar jalur muatan bergerak. Hal ini dikarenakan jika konduktifitas logam diganti
dengan konduktifitas busur api listrik, enegi yang timbul akan meningkatkan sekitar
ratusan kali dan energi ini dapat menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan
yang dilindungi.
Sampai saat ini belum ada alat atau sistem proteksi petir yang dapat
melindungi 100 % dari bahaya sambaran petir, namun usaha perlindungan mutlak dan
wajib sangat di perlukan. Selama lebih dari 60 tahun pengembangan dan penelitian di
laboratorium dan lapangan terus dilakukan, berdasarkan usaha tersebut suatu
rancangan sistem proteksi petir secara terpadu telah di kembangan oleh Flash Vectron
Lightning Protection "SEVEN POINT PLAN".
1. Menangkap Petir
8
penerima sambaran petir karena desainnya dirancang untuk digunakan khusus di
daerah tropis.
Sambaran petir yang telah mengenai terminal penangkap petir sebagai alat
penerima sambaran akan membawa arus yang sangat tinggi, maka dari itu harus
dengan cepat disalurkan ke bumi (grounding) melalui kabel penyalur sesuai standart
sehingga tidak terjadi loncatan listrik yang dapat membahayakan struktur bangunan
atau membahayakan perangkat yang ada di dalam sebuah bangunan.
3. Menampung Petir
Dengan cara membuat grounding sistem dengan resistansi atau tahanan tanah
kurang dari 5 Ohm. Hal ini agar arus petir dapat sepenuhnya diserap oleh tanah tanpa
terjadinya step potensial. Bahkan dilapangan saat ini umumnya resistansi atau tahanan
tanah untuk instalasi penangkap petir harus dibawah 3 Ohm.
9
Melindungi seluruh perangkat elektronik seperti CCTV, mesin dll dengan
memasang surge arrester elektronik.
Secara garis besar, cara pemasangan instalasi penangkap petir/anti petir Flash
Vectron sebagai berikut.
11
Pada tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan bagian grounding
system terlebih dahulu, dengan pertimbangan keamanan dan kemudahan. Kemudian
dilakukan pengukuran resistansi/tahanan tanah menggunakan Earth Testermeter,
apabila hasil pengukuran tersebut menunjukan < 5 Ohm maka tahapan kerja
berikutnya dapat dilakukan. Seandainya hasil resistansi/tahanan tanah menunjukan >
5 Ohm maka di lakukan pembuatan atau penambahan grounding lagi di sebelahnya
dan di pararelkan dengan grounding pertama agar resistansi/tahanan tanahnya
menurun sesuai dengan standarnya < 5 Ohm.
12
Gb.3 pemasangan head terminal
Bila kabel penyalur petir telah terpasang dengan rapih, maka tahap selanjutnya
pemasangan head terminal petir Flash Vectron tentunya harus terhubung
dengan kabel penyalur tersebut sampai ke grounding sistem.
D. Arrester
Pada umumnya pusat pembangkit tenaga listrik menyalurkan energinya
melalui saluran transmisi udara dimana saluran transmisi tenaga listrik yang terpasang
di udara ini sangatlah rentanterhadap gangguan yang disebabkan oleh sambaran petir.
Sambaran petir ini akan menghasilkangelombang berjalan (Surja Tegangan) pada
saluran transmisi dan pada akhirnya dapat masuk kepusat pembangkit tenaga listrik.
Oleh alasan ini, dalam pusat pembangkit tenaga listrik harusdilengkapi
dengan lightening arrester (penangkap petir).
Saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan bagian
instalasi pusat pembangkit listrik yang paling rawan sambaran petir dan karenanya
harus diberi lightning arrester. Selain itu, lightning arrester harus berada di depan
setiap transformator dan harus terletak sedekat mungkin dengan transformator. Hal ini
perlu karena pada petir yang merupakan gelombang berjalanmenuju ke transformator
akan melihat transformator sebagai suatu ujung terbuka (karenatransformator
mempunyai isolasi terhadap bumi/tanah) sehingga gelombang pantulannya akan
saling memperkuat dengan gelombang yang datang. Berarti transformator dapat
mengalami tegangan surja dua kali besarnya tegangan gelombang surja yang datang.
Untuk mencegah terjadinya hal ini, lightning arrester harus dipasang sedekat mungkin
dengan transformator.
13
Lightening arrester ini akan bekerja pada tegangan tertentu di atas dari
tegangan operasi yang berfungsi untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan
berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi
arus pada tegangan operasi. Perbandingan dua tegangan ini disebut juga rasio proteksi
arrester. Tingkat isolasi bahan arrester harus berada di bawah tingkat isolasi bahan
transformator agar apabila sampai terjadi flashover, maka flashover diharapkan terjadi
pada arrester dan tidak pada transformator.
Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi normal
arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja, arrester berlaku sebagai
konduktor yang berfungsi melewatikan aliran arus yang tinggi ke tanah. Setelah itu
hilang arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator.
Pada pokoknya arrester ini terdiri dari dua unsure yaitu : 1. Sela api (spark
gap); 2. Tahanan kran (valve resistor). Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas
dan bawah dari tegangan percikan ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan
oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Sering kali masalah ini dapat
dipecahkan hanya dengan mengeterapkan cara – cara khusus pengaturan tegangan
(voltage control) oleh karena itu sebenarnya arrester terdiri dari tiga unsure
diantaranya yaitu :
3. Tahanan katup dan system pengaturan atau pembagian tegangan (grading system)
14
Jika hanya melindungi isolasi terhadap bahaya kerusakan karena gangguan
dengan tidak memperdulikan akibatnya terhadap pelayanan, maka cukup dipakai sela
batang yang memungkinkan terjadinya percikkan pada waktu tegangannya mencapai
keadaan bahaya.
Dalam hal ini, tegangan system bolak – balik akan tetap mempertahankan
busur api sampai pemutus bebannya dibuka. Dengan menyambung sela api ini dengan
sebuah tahanan, maka mungkin apinya dapat dipadamkan. Tetapi bila tahanannya
mempunyai harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi besar sekali sehingga
maksud untuk meniadakan tegangan lebih tidak terlaksana, dengan akibat bahwa
maksud melindungi isolasi pun gagal.
Oleh sebab itu dipakailah tahanan kran (valve resistor), yang amempunyai
sifat khusus bahwa tahanannya kecil sekali bila tegangannya dan arusnya besar.
Proses pengecilan tahanan berlangsung cepat sekali yaitu selama teganngan lebih
mencapai harga puncaknya. Tegangan lebih dalam hal ini mengakibatkan penurunan
drastic dari pada tahanan sehingga jatuh tegangannya dibatasi meskipun arusnya
besar.
Bila tegangan lebih habis dan tinggal tegangan normal, tahanannya naik lagi
sehingga arus susulannya dibatasi kira – kira 50 ampere. Arus susulan ini akhirnya
dimatikan oleh sela api pada waktu tegangan sistemnya mencapai titik nol yang
pertama sehingga alat ini bertindak sebagai sebuah kran yang menutup arus, dari sini
didapatkan nama tahanan kran.
Pada arrester modern pemandangan arus susulan yang cukup besar (200 – 300
A) dilakukan dengan bantuan medan magnet. Dalam hal ini, maka baik amplitude
maupun lamanya arus susulan dapat dikurangi dan pemadamannya dapat dilakukan
sebelum tegangan system mencapai harga nol.
Dapat ditambahkan bahwa arus susulan tidak selalu terjadi tiap kali arrester
bekerja, ada tidaknya tergantung dari saat terjadinya tegangan lebih. Hal ini dapat
dimengerti karena arus susulan itu justru dipadamkan pada arus nol yang pertama atau
sebelumnya.
15
Sebelum melakukan instalasi lightening arrester, ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi, diantaranya adalah:
b. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus
seperti semula. Batas dari tegangan system dimana arus susulan ini masih
mungkin, disebut tegangan dasar (rated voltage) dari arrester.
3. JENIS-JENIS ARRESTER
1. Arrester jenis ekspulsi (expulsion type) atau tabung pelindung (protector tube)
Lightning Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung ini pada prinsipnya terdiri
dari sela percik yang berada dalam tabung serat dan sela percik yang berada diluar udara
atau disebut juga sela seri.
Prinsip kerja lightning arrester jenis ekspulsi.
16
Bila ada tegangan surja yang tinggi
sampai pada jepitan arrester, kedua sela
percik, yang diluar maupun yang di dalam
tabung serat, tembus seketika dan
membentuk jalan penghantar dalam bentuk
busur api. Jadi Arrester menjadi konduktor
dengan impedansi yang rendah dan
menyalurkan petir /surja dan arus daya
sistem bersama- sama ke bumi. Panas yang
timbul akibat mengalirnya arus petir
menguapkan sedikit bahan dinding tabung Gambar 3.1.1 arrester jenis ekspulsi
serat, sehingga gas yang di timbulkan menyembur dan memedamkan api pada waktu
arus susulan melewati titik nolnya. Arus susulan dalam arrester ini dapat mencapai harga
yang tunggi sekali tetapi lamanya tidak lebih dari 1 atau 2 gelombang, dan biasanya
kurang dari setengah gelombang. Jadi tidak menimbulkan gangguan. Arrester jenis
ekspulsi ini mempunyai karakteristik volt – waktu yang lebih baik dari sela batang dan
dapat memutuskan arus susulan. Akan tetapi tegangan impulsnya lebih tinggi daripada
arrester jenis katup. Kemampuan untuk memutuskan arus susulan tergantung dari tingkat
arus hubung singkat dari sistem pada titik dimana arrester itu di pasang. Dengan demikian
perlindungan dengan arrester jenis ini dipandang tidak memadai untuk perlindungan
transformator daya kecuali untuk sistem distribusi. Arrester jenis ini banyak digunakan
pada saluran transmisi untuk membatasi besar surja yang memasuki gardu induk.
17
Gambar 3.1.2. Konstruksi sebuah lightning arrester buatan Westinghouse yang
menggunakan celah udara (air gap) di bagian atas
18
Tahanan tersebut mempunyai sifat khusus yaitu tahanan akan turun banyak sekali bila
arusnya naik dan berlangsung dalam waktu yang sangat cepat.
Tegangan frekuensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri. Apabila sela
seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi, maka alat tersebut akan
menjadi penghantar. Sela seri itu tidak dapat menimbulkan arus susulan. Dalam hal ini
dibantu oleh tahanan tak linier yang mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk arus
besar dan tahanan besar untuk arus susulan dari frekuensi dasar.
Prinsip kerja Arrester jenis Katup
Sela seri yang berfungsi sebagai switch apabila terjadi tegangan tinggi yang
menyebabkan sparkover maka tahanan elemen sela percik turun dengan teganagannya
saja, maka sela seri akan membuka, tahanannya naik kembali sehingga arus susulan dapat
dibatasi. Untuk memadamkan busur api yang timbul, tahanan sela percik yang tidak linier
tersebut berfungsi untuk mematikannya.
Arrester jenis katup ini dibagi dalam tiga jenis yaitu :
1. Arrester katup jenis gardu (station)
2. Arrester katup jenis saluran (intermediate)
3. Arrester katup jenis gardu untuk mesin – mesin
4. Arrester katup jenis distribusi untuk mesin – mesin (distribution)
19
3.2.1. Arrester katup jenis gardu
20
3.2.3. Arrester katup jenis gardu untuk mesin – mesin Lightning arrester ini
khusus untuk melindungi mesin-mesin berputar. Pemakaiannya untuk tegangan 2,4 kV
sampai 15 kV.
21
c/s. Karakteristik pembatasan tegangan impuls dari arrester adalah harga yang dapat
di tahan oleh terminal ketika melakukkan arus – arus tertentu dan harga ini berubah
dengan singkat baik sebelum arus mengalir maupun mulai bekerja.
Untuk batas termis ialah kemampuan untuk mengalirkan arus surja dalam
waktu yang lama atau terjadi berulang – ulang tanpa menaikkan suhunya.meskipun
kemampuan arrester untuk menyalurkan arus sudah mencapai 65000 – 100.000
Ampere, tetapi kemampuannya untuk melakukan surja hubung terutama bila saluran
menjadi panjang dan berisi tenaga besar masih rendah.
Maka agar supaya tekanan stress pada isolasi dapat dibuat serendah mungkin,
suatu sistem perlindungan tegangan lebih perlu memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Dapat melepas tegangan lebih ketanah tanpa menyebabkan hubung singkat ke
tanah
(saturated ground fault)
2. Dapat memutuskan arus susulan.
3. Mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang rendah, artinya tegangan
percikan sela dan tegangan pelepasannya rendah.
22
Metal Oxide Arrester. Komponen utama dari lightning arrester ini terbuat dari
bahan Zinc Oxide (ZnO) , kemudian lebih dikenal dengan sebutan metal oxide surger
arrester (MOA). Pada dasarnya arrester ini sama dengan arrester pendahulunya,
hanya saja arrester ini tidak mempunyai komponen sel gap (Gap Less).
Prinsip kerja metal oxide arrester adalah sebagai berikut :
Pada dasarnya metal oxide arrester ini mempunyai prinsip kerja yang sama
dengan arrester jenis katup. Karena arrester MOA ini tidak memiliki tahanan sela seri,
maka arrester ini sangat
bergantung psa tahanan yang
ada dalam arrester itu sendiri.
Apabila terkena petir, tahanan
arrester akan langsung turun
sehingga menjadi konduktor
dan mengalirkan petir ke
bumi. Namun, setelah petir
lewat, tahan kembali naik dan
Gambar 6.1 metal oxide arrester
bersifat isolator. Keunggulan dari MOA
adalah memiliki reaksi yang cepat
dalam membumikan petir. Hal
inidisebabkan arrester ini tidak
memiliki sela seri. Sedangkan
kekeurangannya adalah akibat
ketergantunganya dengan tahanan yang
ada di dalam isolator dan bekerja karena pengaruh termal, maka arrester ini harus
betul betul memperhitungkan pengaruh termalnya.
23
Ada beberapa faktor dalam memilih Arrester yang sesuai untuk suatu
keperluan tertentu, beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah :
Kebutuhan perlindungan : ini berhubungan dengan kekuatan isolasi dari alat yang
harus dilindungi dan karakteristik impuls dari arrester.
MVA yang short circuit yang dinyatakan lewat persamaan S = kV x kA
Initial voltage Lightning arrester yaitu 80% dari BIL, atau sama dengan 100 kV
Tegangan sistem : ialah tergangan maksimum yang mungkin timbul pada jepitan
arrester
Arus hubung singkat sistem : hanya diperlukan pada arrester jenis ekspulsi
Faktor kondisi Luar : apakah normal atau tidak normal (2000 meter atau lebih diatas
permukaan laut), temperatur dakn kelembaban yang tinggi serta pengotoran
Faktor Ekonomi : merupakan perbandingan antara biaya pemeliharaan dan kerusakan
bila tidak ada lightning arrester, atau bila dipasang lightning arrester yang nilainya
lebih rendah mutunya. Untuk tegangan 69 kV dan lebih dapat di pakai arrester jenis
gardu, sedangkan tegangan 23 kV samapi 69 kV dapat dipakai jenis lainnya
tergantung pada segi ekonominya.
E. Sistem Grounding
24
Sambungan ke tanah diperlukan untuk melindungi peralatan – peralatan
komunikasi dan personal terhadap bahaya petir atau kesalahan pada power sistem dan
juga dapat berfungsi sebagai service pada suatu sistem.
Untuk merencanakan suatu sistem pentanahan ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan, antara lain Tahanan Jenis Tanah, Struktur tanah, keadaan
lingkungan, biaya, ukuran dan bentuk sistemnya.
Biasanya tahanan pentanahan yang lebih rendah sangat efektif, tetapi biaya
menjadi besar. Untuk itu perlu dipertimbangkan efek fungsi dan ekonomisnya. Oleh
karena itu perlu kiranya bagi kita untuk dapat merencanakan dan membuat sistem
pentanahan yang sesuai dengan keperluannya.
25
Dari ketiga faktor tersebut diatas yang dominan pengaruhnya adalah tahanan
sekeliling elektroda atau dengan kata lain tahanan jenis tanah (ρ).
Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang
hemispherical R = ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus dengan
besarnya ρ. Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan tergantung pada
beberapa faktor :
Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah. Bahan
dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya
mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan quartz bersifat sebagai
insulator.
TAHANAN JENIS
JENIS TANAH
No. TANAH (ohm.meter)
26
Tanah yang mengandung
1. 5–6
air garam
2. 30
Rawa
3. 100
Tanah liat
4. 200
Pasir Basah
5. 500
Batu-batu kerikil basah
6. 1000
Pasir dan batu krikil kering
7. 3000
Batu
Kandungan zat – zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun
anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula.
27
Dalam salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan
air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30
kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali.
TEMPERATUR TANAH
ELEKTRODA PENTANAHAN
Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem
pentanahan yaitu :
1. Elektroda Batang
2. Elektroda Pelat
3. Elektroda Pita
Elektroda – elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun multiple dan
juga secara gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.
ELEKTRODA BATANG
28
Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel atau galvanised steel. Perlu
diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar dari galvanic couple yang
dapat menyebabkan korosi.
Ukuran Elektroda :
diameter 5/8 ” - 3/4 ”
Panjang 4 feet – 8 feet
Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun untuk
pemakaian pentanahan yang lain.
ELEKTRODA PELAT
ELEKTRODA PITA
29
Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan
metal berbentuk pita atau juga kawat BCC yang di tanam di dalam tanah secara
horizontal sedalam ± 2 feet. Elektroda pita ini bisa dipasang pada struktur tanah yang
mempunyai tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidak
mengalami kekeringan. Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan dimana
harga tahanan jenis tanah makin tinggi dengan kedalaman.
PENGKONDISIAN TANAH
Bagi daerah – daerah yang mempunyai struktur tanah dengan tahanan jenis
tanah yang tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan yang diinginkan seringkali
sukar diperoleh. Ada tiga cara untuk mengkondisikan tanah agar pada lokasi elektroda
ditanam tahanan jenis tanah menjadi rendah, yaitu :
Mengelilingi elektroda pada statu jarak tertentu diberi zat-zat nimia yang mana
akan memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zat-zat kimia yang biasa di pakai
adalah sodium chloride, calsium chloride, magnesium sulfat, dan coper sulfat.
1) Menggunakan bentonite
30
2) Menggunakan arang kayu
Bahan: arang kayu, garam dapur dan air
Adonan: tidak kritis, semuanya secukupnya
Pemasangan: buat lubang sesuai dengan ukuran yang diperlukan,
tanam/masukkan kutub pentanahan apapun bentuknya, tuangkan adonan
arang kayu sampai menutup seluruh kutub pentanahan, urug kembali dengan
tanah urug.
4) Menggunakan garam
Bahan: garam NaCL atau CaCL2 atau CuSO4
Adonan: campur sejumlah garam dengan air
Pemasangan: Buat parit disekeliling kutub pentanahan, tuangkan cairan air
garam dan tutup kembali.
Satu cara yang sangat efektif untuk menurunkan tahanan tanah adalah
memperdalam elektroda Grounding (pentanahan). Tanah tidak tetap tahanannya dan
tidak dapat diprediksi.Ketika memasang elektroda pentanahan, elektroda berada di
bawah garis beku (frosting line). Ini dilakukan sehingga tahanan tanah tidak akan
dipengaruhi oleh pembekuan tanah disekitarnya. Ada kejadian-kejadian dimana
secara fisik tidak mungkin dilakukan pendalaman batang elektroda grounding
(pentanahan) daerah-daerah yang terdiri dari batu, granit, dan sebagainya. Dalam
keadaan demikian, metode alternatif yang menggunakan semen pentanahan
31
(grounding cement) bisa digunakan. Dari hasil penelitian, membenamkan rod
dua kali lebih dalam (rodnya diperpanjang) dapat memperkecil nilai tahanan
grounding sebanyak 40.
32
tanah memiliki lapisan dan jarang yang sama (homogen). Nilai tahanan akan sangat
berbeda-beda.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
33
Sistem Penangkap Petir (SPP) sangat penting digunakan untuk melindungi
bangunan, terutama yang tinggi. Karena begitu dasyatnya akibat yang disebabkan
oleh sambaran petir bahkan dapat penghancurkan gedung tersebut. Maka dalam
pemasangan instalasi SPP harus memperhatikan semua faktor yang ada seperti niai
tahanan yang maksimal 5 Ω, karena jika di atas 5 Ω maka dapat merusak peralatan
elektronik dan membahayakan manusia yang terdapat di dalam gedung tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
34
[2] Rawan Hiba, Nur Aziz. Analisa Implementasi Sistem Pengamanan Perangkat Catu
Daya Telekomunikasi Menggunakan Arrester Di Pt. Telkom Indonesia, Tbk Divisi
Regional II Area Network Tangerang. Akademi Telkom Sandhy Putra Jakarta
35