Anda di halaman 1dari 17

PURIFIKASI BIOGAS DALAM BIODIGESTER

Oleh :
EVAN KURNIAWAN
P2C018003

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER BIOTEKNOLOGI
2019
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bioteknlogi merupakan teknologi yang berkembang dengan pesat di dunia
ilmu pengetahuan. Salah satu bagian dari bioteknologi yakni bioindustri yang
menerapan mikroorganisme dan enzin dalam skala besar (skala industri) untuk
memperhitungkan kajian ekonomi untung rugi dalam proses produksi. Bioindustri
yang melibatkan kerja mikroba dalam memproduksi barang dan jasa agar dapat
berlangsung secara optimal, setidaknya terdapat dua komponen penting dalam
bioindustri, yaitu biokatalis (enzim atau sel hayati) dan kondisi lingkungan.
Pengendalian lingkungan yang optimal pada sistem bioindustri memerlukan
suatu wahana pendukung. Wahana untuk proses biologis dalam hal ini adalah
bioreaktor. Bioreaktor merupakan peralatan atau wadah dimana di dalamnya
terjadi transformasi biokimia dengan adanya aktivitas sel mikroba atau enzim.
Bioreaktor (fermentor) merupakan bejana fermentasi aseptis untuk produksi
senyawa oleh mikrobia melalui fermentasi. Kendala yang timbul adalah terjadinya
kontaminasi selama proses fermentasi terutama bila sistemnya berkesinambungan
(kontinyu).
Hasil bioreaktor selalu rnenghasilkan produk lanjutan yang perlu di olah
kemudian agar terolah semua dengan baik. Cara kerja bioreaktor tergantung tipe
proses transformasi biokimia yang ingin di rancang. Untuk makalah ini akan
membahas lanjutan dari proses bioreactor lanjutan hasil sampingan ataupun residu
yang di hasilkan dalam digester pengolahan kotoran ternak.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diambil suatu rumusan masalah, yaitu
sebagai berikut:
1. Efektifitas pemurnian kadar CO2 dalam biogas menggunakan zeolit
sebagai bahan pemurni biogas.
2. Bagaimana merancang peralatan untuk pemurnian biogas dan sejauh mana
kinerja motor bensin dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Sebagai media pembelajaran dan latihan dalam penyusunan makalah.
2. Sebagai bahan bacaan tambahan mengenai sistem bioreaktor

1.4 Metode Penyusunan


Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu
metode stuudi pustaka, yang merupakan metode mengumpulkan, menyaring, dan
menyimpulkan suatu bahan bacaan dari berbagai buku dan sumber lainnya.
II. PEMBAHASAN

Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik seperti


kotoran hewan ternak, buah-buahan, sayur-sayuran dan/atau sampah rumah
tangga lainnya. Keuntungan yang didapat antara lain memaksimalkan
pengurangan sampah domestik, lebih ekonomis, dan mudah dalam proses
pembuatannya. Dengan keuntungan tersebut maka pengolahan dengan
menggunakan biodigester mudah diaplikasikan oleh masyarakat, karena
menghasilkan biogas dan manfaatnya dapat langsung dirasakan (Amandasari,
2016).
Bionergi merupakan sumber energi yang dihasilkan oleh sumber daya
hayati seperti tumbuh-tumbuhan, limbah peternakan dan juga limbah pertanian.
Jenis energi yang dihasilkan bisa berbentuk gas (biogas), cair (biofuel), atau padat
(biocoal). Pemanfaatan bioenergi dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan alat
yang digunakan baik untuk menghasilkan panas (kalor), untuk menghasilkan
gerak (mekanik), atau untuk pembangkit listrik. Dengan kekayaan dan keragaman
sumber daya hayati yang ada di Indonesia, pengembangan dan pemanfaatan
bioenergi merupakan pilihan yang tepat dalam rangka penyediaan energi yang
terbarukan, murah, dan ramah lingkungan.
Salah satu sumber energi terbarukan yang berasal dari sumber daya alam
hayati yang sedang dikembangkan di berbagai negara adalah energi biogas.
Sumber bahan baku untuk menghasilkan biogas dapat berupa kotoran ternak
seperti sapi, kerbau, babi, kuda dan unggas, dapat juga berasal dari sampah
organik seperti sisa makanan, buah busuk dan sayur busuk. Namun pemanfaatan
biogas masih perlu ditingkatkan karena teknologi tersebut merupakan hal yang
baru di masyarakat, padahal biogas merupakan sumber energi alternatif yang
ramah lingkungan, terbarukan, dan dapat digunakan sebagai sumber energi
penggerak generator listrik
Alat ini dapat menghasilkan biogas dengan mencampurkan kotoran sapi
dan air kemudian disimpan dalam tempat tertutup (anaerob). Dalam rumah tangga
biogas ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak dengan
menggunakan kompor gas biasa yang telah dimodifikasi atau dengan membuat
kompor biogas sendiri. Dalam rangka memenuhi keperluan energi rumah tangga,
teknologi biogas ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam menghadapi
kelangkaan minyak dan mahalnya harga bahan bakar di masyarakat.
Biogas merupakan salah satu solusi teknologi energi untuk mengatasi
kesulitan masyarakat akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Biogas
adalah suatu jenis bahan bakar alternatif dalam bentuk gas yang dapat dibakar dan
diproduksi melalui proses fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran
hewan ternak seperti sapi, kerbau, dan sebagainya serta tumbuhan dan manusia
oleh bakteri pengurai metanogen pada sebuah biodigester (Kadir, 2015).
Biodigester merupakan suatu teknologi yang memanfaatkan proses
biologis di mana bahan organik oleh mikroorganisme anaerobik terurai dalam
ketiadaan oksigen terlarut (kondisi anaerob).
Analisis digestate yang dilakukan oleh program BIRU (biogas rumah)
pada tahun 2011 menunjukkan kandungan C-organik, N-total, C/N, P2O5, dan
K2O (Tabel 1 dan Tabel 2).
Tabel 1. Kandungan digestates feses ternak analisis berbasis basah
Analisis Berbasis Basah (%)
No Jenis Digester
Bahan Organik C-org N-tot C/N P2O5 K2O
1. Digestate babi - 52,38 2,72 21,43 0,55 0,35
2. Digestate sapi - 47,99 2,92 15,77 0,21 0,26
Sumber : Anonim, 2011
Tabel 2. Kandungan digestates feses ternak analisis berbasis kering
Analisis Berbasis Kering (%)
No Jenis Digester Bahan
C-org N-tot C/N P2O5 K2O
Organik
1. Digestate babi 65,88 15,60 1,57 9,97 1,92 0,41
2. Digestate sapi 68,59 17,87 1,47 9,09 0,52 0,38
3. Kompos/ digestate sapi 54,50 14,43 1,60 10,20 1,19 0,27
Sumber : Anonim, 2011
Analisis berbasis basah merupakan analisis yang ditujukan untuk
mengetahui kandungan nutrisi dalam bentuk cair, sedangkan analisis berbasis
kering yaitu analisis yang ditujukan untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam
bentuk padatan. C-organik merupakan kandungan karbon (C) di dalam bahan
organik, C/N yaitu perbandingan antara kandungan karbon (C) organik dengan
nitrogen (N) total.
Kandungan lain dari digestate adalah asam amino, asam lemak, asam
organik, asam humat, vitamin B-12, hormon auksin, sitokinin, antibiotik, nutrisi
mikro seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn) dan molybdenum
(Mo) (Sumber: Anonim, 2011). Kandungan dari digestate ini sangat bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari sebagai pupuk dan aktivator, pestisida, bahan
pangan, dan media tanam/budi daya
Menurut Wiliams dan Sandra (2011), potensi pasar untuk digestate
adalah sebagai berikut:
1. Aplikasi lahan misalnya pupuk.
2. Conditioner tanah.
3. Dikonversi ke kompos.
4. Media tumbuh tanaman.
5. Proyek regenerasi tanah.
6. Bahan bangunan (dipres menjadi blok).
7. Dikeringkan dan dibuat untuk digunakan sebagai bahan bakar padat atau
pupuk kering.

Proses Purifikasi (Pemurnian) Biogas


Pemurnian gas (gas purification), adalah proses penghilangan impuritis
pada fase uap dari aliran gas. Proses permurnian gas bervariasi dari yang cara
sederhana melewati operasional pencucian sampai yang sistem multi kompleks
dengan tahap daur ulang. Pada beberapa kasus, kompleksitas proses timbul dari
kebutuhan recovery dari impurities atau reuse dari material yang digunakan,(Kohl
and Richard, 1997). Proses pemurnian gas pada umumnya terbagi menjadi
5(lima) kategori , yaitu :
1. Absorpsi ke dalam cairan
2. Adsorpsi pada padatan
3. Permeabel melalui membrane
4. Konversi kimia ke senyawa kimia lain
5. Kondensasi

a. Pemisahan dengan Metode Pengendapan


Dalam proses sedimentasi hanya partikel-partikel yang lebih berat dari
air yang dapat terpisah, misalnya lumpur. Sedimentasi adalah proses pemisahan
partikel dari fluidanya (air) yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi atau centrifugal
(Rushton et al, 1996 dalam Setiawan dan Bayu, 2010).
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi proses sedimentasi antara lain
adalah ukuran partikel padat, densitas partikel padat, dan kekentalan fluida. Faktor
lain yang mempengaruhinya yaitu bentuk partikel padat dan orientasinya, distorsi
partikel padat yang bisa berubah bentuk, persinggungan atau benturan antar
partikel padat untuk yang berkonsentrasi tinggi, kedekatan partikel padat terhadap
dinding kolam sedimentasi, dan arus konveksi likuida. Bhargava dan Rajagopal
(1990) mendapatkan kolerasi antara kurva pemisahan (pengendapan) total dengan
distribusi ukuran partikel dan berat jenis partikel padat (Haryati, 2010).

b. Pemisahan dengan Metode Penyaringan/Filtrasi


Filtrasi adalah operasi pemisahan campuran heterogen antara fluida
dengan partikel-partikel padatan oleh media filter yang meloloskan fluida tetapi
menahan partikel-partikel padatan, dengan cara melewatkan fluida melalui suatu
media penyaring atau septum yang dapat menahan padatan. Fluida mengalir
melalui media filter karena adanya perbedaan tekanan pada media tersebut. Oleh
karena itu, berdasarkan filter yang digunakan, filter terdiri atas dua macam, yaitu
filter yang beroperasi pada tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer di
sebelah hulu filter yang disebabkan oleh adanya gravitasi atau disebut filtrasi
gravitasi, dan yang beroperasi dengan tekanan atmosfer di sebelah hulu dan
vakum di sebelah hilir atau disebut dengan filtrasi sistem vakum (Pinalia, 2011).
Filtrasi adalah suatu prose pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun
gas) yang membawanya menggunakan suatu media berpori atau bahan berpori
lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan
koloid. Pada prosesnya air merembes dan melewati media filter sehingga akan
terakumulasi pada permukaan filter dan terkumpul sepanjang kedalaman media
yang dilewatinya. Filter juga mempunyai kemampuan untuk memisahkan
partikulat semua ukuran termasuk di dalamnya algae, virus, dan koloid-koloid
tanah (Selintung dan Syahrir, 2012).

c. Pemisahan dengan Metode Pemerasan/Pressing


Teknik pemerasan dapat digunakan untuk mengekstrak suatu senyawa
organik yang berbentuk cairan atau padatan dari bahan yang berbentuk padatan.
Metode pemerasan mempunyai keunggulan yaitu tidak meninggalkan residu
pelarut dalam bahan yang diekstrak.
Selain bertujuan untuk proses pembuatan bahan bakar Sebagai sumber
energi alternatif, proses produksi biogas juga Dapat digunakan sebagai sumber
produksi untuk penggadaan pupuk organik (Deressa et al., 􀍴􀍴􀍴􀍴􀍴. Sisa dari
hasil produksi biogas dapat digunakan atau dimanfaatkan sebagai pupuk.
Campuran sisa proses dengan pupuk organik dapat meningkatkan kinerja pupuk
organik terhadap produksi hasil-hasil pertanian (Sagagi et al.,).
Menurut Marchaim () dalam Npurwanto 20…, hasilSamping dari proses
produksi biogas yang berupa limbahBioreaktor (slurry), dapat digunakan untuk
pupuk organik tanaman, pupuk organik kolam perikanan, dan campuran bahan
pembuat pellet pakan ikan. Pupuk organik hasil limbah pemrosesan biogas
mempunyai kandungan unsur hara yang tidak terdapat di dalam pupuk lain dan
pemberian pada kolam ikan dapat menyuburkan plankton yang merupakan pakan
alami dari ikan atau hewan budidaya perairan lainnya.
Pemanfaatan limbah sisa produksi biogas, secara ekonomi akan sangat
kompetitif seiring meningkatnya harga pupuk anorganik yang pemanfaatannya
semakin tinggi yang berakibat rusaknya struktur fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pengunaan pupuk sisa proses produksi biogas merupakan teknologi baru dalam
usaha di bidang pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (Npurwanto,
2012).
Untuk proses pemurnian biogas dan mengumpulkan data-data yang
diperlukan, dibutuhkan alat-alat sebagai berikut:
1. Kolom absorber: digunakan untuk menempatkan absorben dan melewatkan
biogas yang akan dimurnikan
2. Kompresor: digunakan untuk memberi tekanan pada biogas sehingga bisa
mengalir melewati kolom absorber
3. Flowmeter gas: digunakan untuk mengukur aliran biogas
4. Manometer: digunakan untuk mengetahui tekanan di dalam absorber dan di
dalam tangki penampung biogas
5. Venojek : tabung yang digunakan untuk menempatkan sampel yang akan diuji
dengan gas kromatografi.
6. Spuit: suntikan yang digunakan untuk memvakumkan venojek, memasukkan
sampel biogas ke dalam venojek dan mengambil sampel dari venojek.
7. Voltameter: digunakan untuk mengukur tegangan listrik yang dihasilkan
genset.
8. Amperemeter: digunakan untuk mengukur arus listrik yang dihasilkan genset.
9. Gas Kromatografi: digunakan untuk mengetahui kandungan metana di dalam
biogas sebelum dan sesudah proses pemurnian.
10. Genset 1300 watt: digunakan untuk uji coba biogas sesudah proses pemurnian.
Pemurnian biogas banyak dilakukan sebagai proses lanjutan dari tahap
awal. Proses ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan atau tujuan tertentu.

A. PengujianPemurnian Biogas Sebagai Pengganti Bahan Bakar


1. Pengujian Kandungan Metana
Gas Kromatografi terlihat bahwa dengan melewatkan biogas melalui kolom
absorber akan menyebabkan kandungan metananya menjadi meningkat dibanding
biogas yang tidak dilewatkan kolom absorber. Kenaikan kandungan metana dalam
biogas yang dihasilkan tergantung dari absorben yang digunakan.
2. Pengujian Unjuk Kerja dengan Variasi Absorben
Daya listrik yang dihasilkan oleh genset dengan bahan bakar biogas yang
dilewatkan kolom absorber lebih besar dari daya listrik yang dihasilkan oleh
genset dengan bahan bakar biogas yang langsung dialirkan dari digester. Hal ini
menunjukkan bahwa biogas yang dilewatkan kolom absorber memiliki nilai
energi yang lebih besar. Kenaikan nilai energi ini seiring dengan meningkatnya
kandungan metana dalam biogas.
3. Pengujian Unjuk Kerja dengan Variasi Beban
Dengan beban yang semakin besar seharusnya aliran biogas ke genset juga
harus ditambah juga dengan aliran yang tepat. Akan tetapi genset yang digunakan
belum bisa mengatur secara otomatis penambahan aliran gas sesuai dengan
semakin besarnya beban seperti pada genset yang menggunakan bahan bakar
bensin.

Pembuatan Alat Purifikasi Biogas


Alat pemurni bio gas dibuat menggunakan pipa paralon 20 cm berdiameter
4 inchi yang diisi dengan tiga bilet chip baja yang sudah melalui proses anil,
kemudian ditutup dengan sambungan pipa 4:1,5 inchi pada bagian depan dan
belakangnya.
Langkah kerja dalam pembuatan purifikasi biogas yaitu:
1) Potong 20 cm pipa paralon berdiameter 4 inchi
2) Cetak 50 gram chip baja dengan 1 cm ketebalan, dengan 6 cm diameter. Proses
pencetakan dilakukan dengan menggunakan silinder mati dan dipadatkan
dengan menggunakan mesin pres hidrolik hingga terbentuk bilet baja.
Chip baja yang akan digunakan dalam proses pemurnian bio gas tidak
dapat langsung digunakan dalam proses pemurnian karena chip baja harus melalui
proses anil (pelunakan) dan pencetakan terlebih dahulu. Proses anil pada chip baja
(karbon rendah) dilakukan dengan membakar chip baja (karbon rendah) pada suhu
9000C selama 3-5 menit dengan perlahan pendinginan hal ini dilakukan supaya
chip baja bebas dari tegangan sisa akibat proses balik (pembubutan). Kemudian
baru dilakukan proses pencetakan menjadi bilet baja.

Gambar 1. Chip baja limbah pembubutan

Gambar 2. Chip baja yang sudah dicetak menjadi bilet.


3) Masukan bilet baja yang sudah melalui proses anil kedalam pipa paralon
berdiameter 4 inchi

Gambar 3. Pemasangan bilet baja kedalam pipa paralon


Gambar 6. Sambungan pipa
4) Lem bagian depan dan belakang pipa paralon berdiameter 4 inchi kemudian
pasang sambungan pipa 4:1,5 inchi pada
Bagian depan dan belakang pipa yang sudah diberi lem.

Gambar 4. Bagian depan dan Belakang pipa


Modifikasi Karburator
Perubahan yang dilakukan berupa perubahan saluran masuk gas yang
menjadi penganti suplai bahan bakar bensin ke dalam intake manifold. Langkah-
langkah pembuatan komponen modifikasi hingga menghasilkan karburator biogas
adalah sebagai berikut :
1) Menyiapkan bahan-bahan seperti : karburator mesin bensin 1 silinder merk
Honda, tembaga batangan dengan diameter 6 mm, dan juga baut.
2) Melakukan pembubutan batang tembaga dengan ukuran diameter luar batang
tembaga 6 mm dengan panjang 36 mm, diameter luar batang 4 mm dengan
panjang 8 mm dan 10 mm.
3) Melakukan pembubutan diameter dalam dengan ukuran 3 mm dengan
panjang 15 mm dan 36 mm pada batang tembaga yang telah dibubut
sebelumnya.
4) Pada bagian batang yang masih berukuran 6 mm dibuat alur drat yang
nantinya akan dimasukkan pada saluran bahan bakar. Dan diharapkan tidak
ada kebocoran pada sambungan ulir / drat.
5) Melakukan pembubutan pada batang tembaga yang lain dengan ukuran
diameter dalam 3 mm dan diameter luar 4 mm yang panjangnya 8 mm dan 10
mm. Setelah itu menyambungnya dengan cara di patri.
6) Pada ujung batang yang panjangnya 15 mm dilakukan pemangkasan untuk
saluran selang.
7) Melakukan penempelan dua buah batang tembaga yang telah dibubut tadi
menjadi bentuk “T” untuk dijadikan saluran dan setelan biogas.
8) Pasang mur penyetel pada batang tembaga yang telah di satukan menjadi
9) Huruf “T” kemudian pasangkan pada saluran bahan bakar di karburator.
10) Melakukan perakitan nozzle dalam saluran venture karburator.
11) Melakukan perakitan saluran biogas pada karburator.

Gambar 5. Mesin

Hasil Pemurnian biogas dengan Alat Purifikasi menurut sunaryo (2014)


Pemurnian bio gas bertujuan untuk mengurangi kadar Hidrogen (H2),
Nitrogen (N2),dan Hidrogen sulfide (H2S) yang terkandung dalam bio gas.
Komposisi terbesar yang terkandung dalam bio gas adalah methana (CH4, 54-
80%-vol) dan karbon dioksida (CO2, 20-45%-vol) serta sejumlah kecil Hidrogen
(H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2) dan Hidrogen sulfide (H2S).
Komposisi metana (CH4) yang terkandung dalam bio gas sangat
menentukan besaran kualitas pembakaran yang dihasilkan. Misalnya pada
kandungan CH4 antara 40 hingga 50 %, walaupun bio gas memiliki kualitas nyala
api rendah tapi sudah mampu menjadi bahan bakar dalam memasak. Namun
ketika dipergunakan sebagai bahan bakar generator motor bensin memerlukan
komposisi metana minimal 70 %. Untuk meningkatkan efisiensi kalori dari
metana (CH4) dapat dilakukan dengan penggunaan aktivator bakteri metagenesis
sebagai pengurai. Kadar metana (CH4) yang tinggi saja tidak cukup, bio gas juga
harus bebas dari Hidrogen sulfida (H2S), karena Hidrogen sulfida (H2S)
merupakan kandungan berbahaya dan sangat korosif terhadap logam yang
menimbulkan korosi pada kompor, dan akan menjadi masalah serius lagi apabila
biogas digunakan sebagai bahan bakar mesin pembakaran internal seperti
generator motor bensin (mesin pemotong rumput, genset,Traktor), tanpa
dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu.
Proses pemurnian dilakukan dengan mengalirkan Bio gas melewati bilet
gram besi. Proses masukan bio gas sebelum menuju bilet penyaring, Selanjutnya
bio gas mengalir melewati bilet penyaring. Bilet penyaring inilah yang digunakan
untuk menyerap kandungan gas pengotor H2S dalam bio gas, sehingga bio gas
yang keluar dari bilet penyaring sudah mengalami penurunan kadar H2S.

B. Purifikasi Biogas Sistem Kontinyu Menggunakan Zeolit (Sugiarto, 2013)


Dalam proses tersebut dihasilkan gas yang sebagian besar berupa gas
metan (memiliki sifat mudah terbakar), karbon dioksida dan dalam prosentase
yang lebih kecil berupa gas H2S, N2, H2 dan O2.
Dalam proses pembakaran, gas-gas selain metana (CH4) tersebut akan
menurunkan nilai kalor biogas dan efisiensi pembakarannya. Sehingga untuk
mendapatkan nilai kalor yang lebih besar dari biogas harus memaksimalkan
prosentase gas metana (CH4) dengan jalan menurunkan gas lain utamanya CO2
karena kandungannya paling besar setelah CH4. Gas CO2 akan merugikan pada
proses pembakaran, karena dalam reaksi pembakaran CO2 merupakan gas hasil
reaksi pembakaran yang tidak bisa terbakar lagi
Zeolit adalah bahan yang mudah mengikat CO2 yang terkandung dalam
biogas sehingga sangat cocok digunakan dalam proses pemurnian biogas.
Sehingga perlu pengetahuan tentang efektifitas penggunaan zeolit sebagai
pengikat CO2 dalam upaya pemurnian biogas.
Skema instalasi seperti yang terlihat pada gambar 6

Gambar 6. Skema instalasi


Keterangan Gambar :
1. Digester biogas.
2. Pengukur tekanan.
3. Alat purifikasi
4. Zeolit
5. Gas detector.
6. Kompor
7. Katup
Pertama yang dilakukan adalah mengisi alat purifikasi dengan zeolit dan
menyesuaikan tekanan biogas yang akan melewati alat purifikasi yaitu sebesar 15
cmh2o. Setelah itu menunggu sampai variasi waktu yang ditentukan yaitu selama
15; 30; 45; 60 menit. Pada setiap 15 menit tersebut dilakukan pengamatan biogas
menggunakan gas detector dan star gas. Dari alat ini akan didapat persentase
antara gas CO2 dan CH4 dari biogas. Dengan cara yang sama pengamatan juga
dilakukan terhadap variasi lapisan zeolit yaitu pada 1; 2; 3; 4; 5 lapisan.
Pasca purifikasi terhadap waktu disebabkan karena semakin lama waktu
kontak antara zeolit dan biogas menyebabkan absorbsi CO2 juga semakin banyak.
Sedangkan untuk kadar gas CH4 kecenderungannya meningkat dengan waktu
purifikasi yang semakin lama dan jumlah lapis absorber yang semakin banyak.
Kecenderungan meningkatnya kadar CH4 ini disebabkan karena semakin banyak
jumlah lapisan zeolit, membuat luas bidang kontak antara zeolit dan biogas
semakin besar, sehingga gas CO2 yang terabsorbsi juga semakin banyak. Dalam
proses purifikasi ini, gas CO2 terabsorbsi dalam zeolit menempati rongga-rongga
porous dalam zeolit sehingga tidak menimbulkan reaksi penguapan zeolit yang
berdampak pada perubahan warna nyala api.Selain dari data dan grafik di atas,
terjadinya penyerapan CO2 juga ditunjukan oleh perubahan warna zeolit pasca
purifikasi. Zeolit yang sudah digunakan untuk purifikasi warnanya cenderung
lebih gelap kehitam-hitaman,

Gambar 7.(kiri) Warna zeolit sebelum purifikasi (kuning kehijauan),


(kanan) Warna zeolit sesudah purifikasi (abu-abu kehitaman)
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir. Buku Pintar Pemrograman Arduino. Yogyakarta: Mediakom. 2015:


211.

Amandasari, Nh., S. Ainun, Dan E. Hartati. 2016. Studi Komparasi Sistem


Pengelolaan Sampah Dengan Biodigester. Jurnal Rekayasa Lingkungan
No.2 (4) : 1-11)

Kohl, A. And Richard, N., Gas Purification, 5thEdition, Gulf Publishing


Company, Texas,1997.

Npurwanto. Produksi Biogas Dari Limbah Peternakan AyamDengan Penambahan


Beban Organik Dan Waktu TinggalHidraulik Pada Biodigester Anaerob
Sistem Kontinyu.Surakarta : Universitas Sebelas Maret. [Tesis].

Sagagi BS, Garba B, dan Usman NS. 2009. Studies on biogas production from
fruit and vegetables w aste. Bajopas, 2(1) :115 –118

Sugiarto, T. Oerbandono, D. Widhiyanuriyawan,, Fsp Putra. 2013. Purifikasi


Biogas Sistem Kontinyu Menggunakan Zeolit. Jurnal Rekayasa Mesin
Vol.4, No.1 Tahun 2013 1-10

Sunaryo. 2014. Uji Eksperimen Pemurnian Biogas Sebagai Pengganti Bahan


Bakar Motor Bensin. Jurnal PPKM II. 123-130

Surono (2013). Peningkatan Kualitas Biogas Dengan Metode Absorbsi Dan


Pemakaiannya Sebagai Bahan Bakar Mesin Generator Set (Genset)

Viktor R, Shajin S, Roshni RM, dan Asha SR.2014. Augmentative invention of


biogas from the agronomic wastes using facultative anaerobic
bacterial strain. )nternational Journal of Current Microbiology and
Applied Sciences , 3(4) : pp.556 –564

Anda mungkin juga menyukai