Anda di halaman 1dari 17

Persiapan Operasi

A. ANAMNESA.
B. PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan fisik rutin meliputi: keadaan umum, kesadaran, anemis / tidak, BB, TB, suhu,
tekanan darah, denyut nadi, pola dan frekuensi pernafasan.
 Dilakukan penilaian kondisi jalan nafas yang dapat menimbulkan kesulitan intubasi
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Darah : Hb, Ht, hitung jenis lekosit, golongan darah, waktu pembekuan dan perdarahan
 Urine : protein, reduksi, sedimen
 Foto thorak : terutama untuk bedah mayor
 EKG : rutin untuk umur > 40 tahun
 Elekrolit ( Natrium, Kalium, Chlorida )
 Dilakukan pemeriksaan khusus bila ada indikasi ,misal:
 EKG : pada anak dan dewasa < 40tahun dengan tanda-tanda penyakit kardiovaskuler.
 Fungsi hati ( bilirubin, urobilin dsb ) bila dicurigai adanya gangguan fungsi hati.
 Fungsi ginjal (ureum, kreatinin ) bila dicurigai adanya gangguan fungsi ginjal.

PERSIAPAN DI HARI OPERASI


1. Pengosongan lambung, penting untuk mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi /
muntah. Untuk dewasa dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi , sedang anak / bayi 4-5 jam.
2. Tentang pemberian cairan infus sebagai pengganti defisit cairan selama puasa, paling lambat
1 jam sebelum operasi (dewasa) atau 3 jam sebelum operasi , untuk bayi / anak dengan
rincian :
* 1 jam I : 50%
* 1 jam II : 25%
* 1 jam II : 25 %
3. Gigi palsu / protese lain harus ditanggalkan sebab dapat menyumbat jalan nafas dan
mengganggu.
4. Perhiasan dan kosmetik harus dilepas /dihapus sebab akan mengganggu pemantauan selama
operasi.
5. Pasien masuk kamar bedah memakai pakaian khusus, bersih dan longgar dan mudah dilepas
6. Mintakan ijin operasi dari pasien atau keluarganya
Penatalaksanaan
1. Sudah terpasang jalur / akses intravena menggunakan iv catheter ukuran minimal 18 atau
menyesuaikan keadaan pasien dimana dipilih ukuran yang paling maksimal bisa dipasang.
2. Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan saturasi O2
3. Dilakukan pemeriksaan fisik ulang, jika ditemukan perubahan dan tidak memungkinkan untuk
dilakukan pembedahan elektif maka pembedahan dapat ditunda untuk dilakukan pengelolaan
lebih lanjut.
4. Jika pasien gelisah /cemas diberikan premedikasi :
 Midazolam dosis 0,07 – 0,1mg/kgBB iv
 Pada anak SA 0,01–0,015 mg/kgBB + midazolam 0,1mg/kgBB + ketamin 3 – 5mg/kgBB
im atau secara intra vena SA 0,01 mg/kgBB + midazolam 0,07 mg/kgBB
5. Sebelum dilakukan induksi diberikan oksigen 6 liter/menit dengan masker ( pre oksigenasi
) selama 5 menit.
6. Obat induksi yang digunakan secara intravena :
 Ketamin ( dosis 1 – 2 mg/kgBB )
 Penthotal (dosis 4 – 5 mg/kgBB )
 Propofol ( dosis 1 – 2mg/kgBB )
7. Pada penderita bayi atau anak yang belum terpasang akses intravena, induksi dilakukan
dengan inhalasi memakai agent inhalasi yang tidak iritasi atau merangsang jalan nafas seperti
halothane atau sevoflurane.
8. Selama induksi dilakukan monitor tanda vital ( tekanan darah, nadi maupun saturasi oksigen
)
9. Pada kasus operasi yang memerlukan pemeliharan jalan nafas, dilakukan intubasi
endotracheal tube.
10. Pemeliharaan anestesi dilakukan dengan menggunakan asas trias anestesia (balance
anaesthesia ) yaitu : sedasi, analgesi, dan relaksasi
11. Pemeliharaan anestesi dapat menggunakan agent volatile ( halothane, enflurane, maupun
isoflurane ) atau TIVA ( Total Intravena Anestesia ) dengan menggunakan ketamin atau
propofol.
12. Pada pembedahan yang memerlukan relaksasi otot diberikan pemeliharaan dengan obat
pelumpuh otot non depolarisasi.
13. Ekstubasi dilakukan setelah penderita sadar.
14. Setelah operasi penderita dirawat dan dilakukan pengawasan tanda vital secara ketat di ruang
pemulihan.
15. Penderita dipindahkan dari ruang pemulihan ke bangsal setelah memenuhi kriteria ( Aldrete
score > 8 untuk penderita dewasa atau Stewart Score > 5 untuk penderita bayi / anak )
16. Apabila post-operasi diperlukan pengawasan hemodinamik secara ketat maka dilakukan di
ruang intensif ( ICU ).

II. OPERASI DARURAT ( EMERGENCY )


1. Dilakukan perbaikan keadaan umum seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu.
2. Dilakukan pemeriksaan laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih
mungkin dapat dilakukan.
3. Pada operasi darurat, dimana tidak dimungkinkan untuk menunggu sekian lama, maka
pengosongan lambung dilakukan lebih aktif dengan cara merangsang muntah dengan
apomorfin atau memasang pipa nasogastrik.
4. Dilakukan induksi dengan metode rapid squence induction menggunakan suksinil kolin
dengan dosis 1 – 2 mg /kgBB.
5. Pemeliharaan anestesi dan monitoring anestesi yang lainnya sesuai dengan operasi
elektif.

ANESTESI REGIONAL

KONTRA INDIKASI :

1. Penderita menolak
2. Infeksi pada tempat penyuntikan
3. Gangguan fungsi hepar
4. Kerusakan syaraf
5. Gangguan koagulasi
6. Tekanan intra cranial tinggi
7. Sepsis
8. Pengguna obat antikoagulan
9. Pemakai pace maker
10. Pengguna obat tricyclic antidepresant, MAO inhibitor
11. Allergi obat anestesi lokal
12. Hipertensi tak terkontrol
Prosedur
1. Dilakukan oleh dokter spesialis anestesi
2. Dilakukan loading cairan koloid 500 cc untuk mencegah terjadinya hipotensi
3. Dilakukan pengukuran ulang tanda vital ( tekanan darah, nadi dan saturasi oksigen]
4. Tarik garis lurus melalui kedua crista iliaca , garis ini akan memotong vertebra lumbal
setinggi L4 atau L4-L5 interspace
5. Posisi penderita duduk atau tidur miring untuk ibu hamil dianjurkan dalam posisi left lateral
decubitus.
6. Dilakukan infiltrasi dengan anestesi lokal pada daerah puncture.
7. Dilakukan puncture pada L2-3, L3-4 atau L4-5 interspace.
8. Tehnik puncture dapat dengan mid line approach atau paramedian approach
9. Obat anestesi lokal yang digunakan lidokain 5% hiperbarik ( lidodexR ) atau bupivakain
0,5% hiperbarik ( bunascan 0,5%, decain 0,5% atau marcain 0,5% hiperbarik ) untuk
anestesi spinal sedangkan untuk anestesi epidural menggunakan bupivacain isobarik (
marcain 0,5% isobarik ) atau levobupivacain isobarik ( chirocain isobarik )
10. Untuk memperpanjang kerja obat anestesi lokal dapat ditambahkan adrenalin atau catapres.

Monitoring
Dilakukan monitoring tanda-tanda vital : tekanan darah , nadi dan saturasi secara kontinyu tiap 3
menit.

Komplikasi
1. Dini : hipotensi, mual-muntah, prekardial discomfort, menggigil, depresi nafas, total spinal,
anafilaktik, hematom.
2. Lambat : sakit kepala, sakit punggung, retensi urine, meningitis, sequelae neurology,
chronic adhesive arachnoiditis.
3. Blok tidak adekuat

Pengobatan komplikasi
1. Hipotensi : efedrin 15 mg iv atau preventif pada m. deltoideus 15 – 20 mg im
2. Menggigil : pethidine 25 mg iv atau largactil 10 15 mg iv
3. Kejang : pentotal 2-3 mg/kgBB iv atau diazepam 0,2 mg/kgBB iv
4. Kesadaran menurun : bebaskan jalan nafas, infus kristaloid, beri O 2
5. Sakit kepala : tidur terlentang, cairan, analgetik, epidural blood patch ( 5 – 20 cc ), pengikat
perut / stagen.

ANESTESI PADA DIABETES MELLITUS ( DM )

Pengertian
Diabetes melitus adalah ketidakmampuan metabolisme karbohidrat karena defisiensi aktifitas
insulin ditandai dengan hiperglikemia dan glikosuria

Kriteria Diagnosa
1. Kadar glukosa darah sewaktu ( plasma vena ) > 200 mg/dl atau
2. Kadar glukosa darah puasa ( plasma vena ) > 126 md/dlatau
3. Kadar glukosa plasma > 200 mg/dl pada 2 jam sesudah pembebanan glukosa 75 gram pada
TTGO
DM terkontrol : gula darah 100 – 200 mg%
DM tak terkontrol: gula darah < 100 mg% atau > 300 mg%

Persiapan Operasi
 Pemeriksaan gula darah berkala sebelum MRS
 Penilaian keadaan metabolik, jantung, ginjal ( elektrolit, gula darah, kreatinin, BUN, protein
urine, benda keton, EKG, faal hepar )
 Diabetes melitus terkendali dengan OAD/diet, pembedahan kecil/sedang yang diperkirakan
dapat intake peroral pasca bedah, tidak perlu konversi OAD ke insulin.
 Kadar gula darah pra bedah dipertahankan antara 120 – 180 mg/dl ( sampel darah WB atau
140 mg/dl ( puasa ) dan 200 mg/dl ( 2 jam PP ) bila yang diperiksa plasma.
 Untuk pasien dengan regimen insulin :
§ Pada hari pembedahan infus D5% dengan kecepatan 100 – 150 ml / jam
§ Diberikan insulin ½ sampai 2/3 dosis yang biasa digunakan subkutan
§ Kadar gula darah diperiksa berkala setiap 4 jam selama pembedahan dan pasca bedah
§ Pasca bedah dini diberikan insulin ½ sampai 1/3 dosis sehari-hari.
§ Tambahan insulin dapat diberikan setiap 4 – 6 jam bergantung pada hasil pemeriksaan kadar
gula darah.
 Gula darah 200 – 250 mg/dl : Insulin 2 – 3 unit subkutan ( RI )
 Gula darah 250 – 300 mg/dl : Insulin 3 – 4 unit subkutan ( RI )
 Gula darah 300 – 400 mg/dl : Insulin 5 – 8 unit, periksa gula darah setelah 1 – 2jam
 Gula darah > 400 mg/dl : Insulin 10 unit, periksa gula darah setiap 1 jam
 Premedikasi dengan histamin antagonis atau metokloperamide 10 mg terutama pada
pasien gastroparesis, 1,5 jam sebelum induksi.
 Tentukan urgensi operasi :
 DM tidak terkontrol :
1. Elektif : tunda, terapi dulu
2. Emergensi : segera terapi :
 Hipoglikemia : Dextrosa 5%
 Hiperglikemia :
- Ketonuria < +2 ® insulin loading dose 0,1 U/kgBB iv, lanjutkan drips 0,1 U/kg/jam
sampai gula darah 250 mg%
- Ketonuria > +2 ® insulin loading dose 0,3 U/kg iv, lanjutkan drips: 0,1 U/kg/jam
- K+ 20 meq/jam
- Atau sliding scale : tiap urine +1 ® beri reguler insulin 4 U
 DM terkontrol : dapat dilakukan operasi
 Rehidrasi

Monitoring
Tekanan darah, Nadi, EKG, Saturasi O2 , Gula darah,Urine Output

Tehnik Anestesi

1. Regional Anestesi
2. General Anestesi
· Premedikasi : atropine ( kecuali IHD ) dan benzodiasepin
· Induksi : Penthotal dan atracurium
· Maintenance : N2 O, O2 , atracurium dan isoflurane

Komplikasi Pasca Anestesi

· Hipo /hiperglikemia
· Iskemi / infark miokard
· Coma persisten

PENATALAKSANAAN ANESTHESI PADA PENDERITA


PRE-EKLAMPSIA & EKLAMPSIA
Kriteria Diagnosa
 Preeklampsia
· Kehamilan > 20 minggu
· Tekanan distolik > 110 mmHg pada wanita dengan tekanan darah yang normal
sebelumnya
· Proteinuria
· Oedema
 Pre eklampsia berat
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg saat istirahat atau sistolik > 140
mmHg atau diastolik > 90 mmHg yang disertai keadaan sebagai berikut :
· Proteinuria >5 g/24 jam atau urine dipstick 3+ / 4+
· Oliguria : < 30 ml /jam selama 3 jam berturut-turut
· Gejala sistemik : edema paru, nyeri kuadran kanan atas, gangguan fungsi hepar, sakit
kepala, pandangan kabur atau trombocitopenia

Problem
Hipovolemia, vasokontriksi ® hipertensi , edema
Persiapan Operasi
1. Atasi hipertensi :
a. Hidralazine : 2.5 – 5 mg iv lambat setiap 15 – 20 menit dalam 3 dosis. Sampai diastolic
< 110 mmHg.
b. Labetolol : 20 mg iv kemudian dititrasi setiap 10 - 15 menit
2. Oksigen : untuk mempertahankan PaO2 > 70 torr dan saturasi > 94%
3. Perbaiki sirkulasi organ vital
4. Koreksi : hipoalbumin, elektrolit, asidosis

Tehnik Anestesi

1. Regional anestesi : terpilih epidural anestesi ® memperbaiki renal dan uteroplacental


blood flow, kontrol tekanan darah ibu lebih mudah, membantu stabilitas cardiac output
2. General anestesi : Rapid induction
 Indikasi : eklampsia dengan kejang tak terkontrol
 Premedikasi : atropine 0,01 mg/kg
 Induksi : penthotal 3mg/kg iv, succinilkolin 1-1,5 mg/kgiv
 Maitenance : N2O, O2, enflurane, dan atracurium

Monitor
CVA, DIC, gagal ginjal, gagal jantung
Post operasi dilakukan observasi di ruang perawatan intensif ( ICU )
PENATALAKSANAAN ANESTESI PADA PENDERITA

HIPERTENSI

Derajat hipertensi menurut standart WHO


1. Ringan : diastole 90 – 105 mmHg
2. Sedang : diastole 105 – 115 mmHg
3. Berat : diastole > 115 mmHg
4. Hipertensi maligna : diastole > 130 mmHg
Prosedur
Sebelum operasi tentukan Urgency operasi :
1. Elektif : tunda, terapi dulu sampai tensi < 160/100 mmHg
2. Emergency : segera terapi preoperasi
 Diuretika
 Hidralazine : 5 mg iv, total 20 mg
 Nifedipin sublingual
 Nitropruside : 10 – 100 mg/mnt
Persiapan operasi
1. Terapi hipertensi diteruskan menjelang praoperasi
2. Rehidrasi, bila terdapat dehidrasi
3. Koreksi bila ada gangguan : elektrolit, asam basa, ureum, kreatinin
4. Atasi komplikasi
5. Periksa : EKG, foto thorak, Laboratorium ( elektrolit, asam basa, ureum,kreatinin, gula
darah,kolesterol )

Premedikasi :

Midazolam 0,07 mg/kg im setengah jam sebelum operasi atau dengan neurolep analgesia :
droperidol 0,1 – 0,15 mg/kgiv + pethidin 1 mg/kg iv atau fentanil 1-2ug/kg iv.

Tehnik Anestesi
1. General anestesi :
Induksi : pentotal 4 – 5mg/kg iv atau propofol 2 – 2,5 mg/kg iv
Pelumpuh otot : suksinilkolin 1 – 1,5 mg/kg iv, atrakurium 0,5mg/kgiv, vecuronium 0,1
mg/kg iv atau rokuronium 0,6 mg/kg iv
Lidokain 2% 1,5 mg/kg iv atau fentanil1 – 2 ug/kg iv
Rumatan anestesi : N2O, O2 , isoflurane/sevoflurane, atrakurium / vecuronium
2. Regional Anestesi :
Dapat dilakukan sebelumnya di loading cairan dahulu 10 – 15 cc/kg bb. Hindari spinal
anestesi ® dapat terjadi herniasi otak karena kebocoran LCS akibat peningkatan TIK

Monitor
Tekanan darah, Nadi, EKG,produksi urine, dan perdarahan
Komplikasi Paska Anestesi
1. Kardiovaskuler : CAD, LVH, CHF, Dysritmia
2. Renovaskuler : Renal insuffisiensi
3. Neurovaskuler : gangguan neurologis, stroke
PENATALAKSANAAN ANESTHESI PADA PENDERITA
GANGGUAN FUNGSI HATI
Persiapan preoperasi
Pemeriksaan pre operasi :
1. EKG
2. Foto thorak
3. BGA
4. Laboratorium :
 Homeostasis glukosa : gula darah
 Metabolisme bilirubin : bilirubin
 Sintesa protein : Albumin
 Sintesa protrombine : jumlah protrombin dan protrombin time
 Liver function test : SGOT, SGPT, LDH, alkaliphospatase
 Darah : Hb, lekosit, diff count, CT, BT
 Auto antigen : HbSAg
 Fungsi ginjal : Ureum, creatinin, dan elektrolit
Koreksi bila terdapat :
 Hipoglikemia : beri dextrose 5%
 Hiperbilirubinemia : bila > 20 mg% berikan manitol 20% : 0,25 - 1 g/kg per drips
sampai diuresis > 50 ml/jam
 Hipoalbuminemia : bila < 3 g% berikan albumin 25%
Drfisiensi protrombin : vit K injeksi 10 – 20 mg im tiap 6 jam
 Gangguan elektrolit
 Gangguan asam basa
 Ureum creatinin meninggi : dialisa
Persiapan Operasi
Atasi :
 Ascites : diuretika atau parasintesis
 Perdarahan GIT bagian atas : endoskopi
 Anemia : transfusi
 Terapi kortikosteroid : berikan hidrokortison
Tehnik Anestesi
1. Regional anestesi : Jika tidak terdapat gangguan koagulasi
2. General anestesi :
 Hindari : obat depresi HBF ( hepatic blood flow ) hepatotoksik, obat yang di
metabolisme dan ekskresi oleh hepar
 Hindari : succinilkolin, karena defisiensi kolinesterase
 Hindari : Halotan ® hepatotoksik
 Premedikasi : atropin, benzodiasepin
 Induksi : Ketamine 1 mg/kg iv dan atracurium 0,5mg/kg iv
 Maintenance : Ketamin drips, O2 , atracurium
Monitor
Tekanan darah, Nadi, EKG, dan urine out put
Komplikasi Pasca Anestesi
Hepatorenal syndrome, enchepalopati, hipoglikemia
PENATALAKSANAAN ANESTESI PADA PENDERITA

DENGAN LAMBUNG PENUH


Problem
1. Aspirasi isi lambung
2. Dapat terjadi Mendelsons syndrome : pH< 2,5 dan volume > 0,4ml/kg
3. Particulate material dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas
Persiapan operasi
1. Pasang nasogastric tube
2. Berikan H2 antagonis: simetidin 300mg iv
Tehnik Anestesi
1. Regional anestesi
2. General anestesi : Rapid induction atau awake intubation. Ekstubasi harus sadar penuh
Tehnik rapid induction :
1. Pre oksigenasi : 3 – 5 menit , flow 7 liter/mnt
2. Prekurarisasi : dengan non depolarisasi muscle relaksan
3. Induksi : setelah tertidur lakukan cricoid pressure ( sellick’s manuver )
4. Suksinilkolin 1 – 1,5 mg/kg iv dan jangan diinflasi
5. Intubasi, setelah terpasang ETT cricoid pressure dihentikan.
PENATALAKSANAAN ANESTESI PADA PENDERITA
HYPERTHYROID
Problem
Thyroid krisis akibat :
1. Pembedahan : insisi , manipulasi
2. Medikal : stress psikis, agent anestesi volatil, ketoasidosis, toksemia.
Gejala krisis tiroid :
1. Hipermetabolik : suhu > 390 C , keringat berlebihan
2. Cardiovaskuler : takikardi, disritmia
3. Respirasi : hiperventilasi
4. Neurologi : gelisah, kejang
5. Gastrointestinal : mual, muntah, diare
ELEKTIF
. Tunda dan terapi sampai euthyroid dengan :
· PTU : initial dose 75 - 200 mg peros tiap 8 jam, kemudian 30 – 100 mg tiap 6 – 8 jam
· Lugol : 2 – 6 tetes 4 kali sehari peros
· Propanolol : 10 – 60 mg 3 kali sehari per os

EMERGENCY
Segera terapi dengan :
· Na iodida : 1-2 gram iv drips, hambat sekresi hormon
· Reserpin : 2,5 mg im, kurangi efek hormon terhadap target organ/ simpatolitik
· Hidrokortison : 100-300 mg iv, dapat diulang sampai total 0,1 mg/kg sampai HR < 90/mnt
Persiapan operasi
1. Koreksi hipertiroid
2. Rehidrasi
3. Turunkan suhu
4. Koreksi : elektrolit, asam basa

Pemeriksaan pre operasi


1. Jalan nafas
2. Laboratorium rutin
3. Foto ontgen leher
4. Thyroid function test : T3 , T4 dan TSH
Operasi Thyroid :
· Premedikasi : cegah takikardi
· Induksi : penthotal
Maintanance : N2O, O2, Atracurium, Isoflurane
Monitor.
Tekanan darah, nadi, EKG, saturasi O2, temperatur
Komplikasi paska anestesi
1. Nervus laringeal terputus trakeomalasia perlu trakeostomi
2. Glandula parathyroid terangkat hipokalsemia terapi Ca glukonas 10% 10-30ml
3. Krisis tiroid
PENATALAKSANAAN ANESTESI PADA SECTIO CAESARIA

Monitor
1. Monitor tekanan darah setiap 3 menit
2. Respirasi dan nadi
3. Tinggi blok

Komplikasi yang sering terjadi :


ANESTESI REGIONAL
1. Total blok spinal dilakukan monitoring tinggi blok secara baik
2. Blok gagal / parsial dilanjutkan atau di kombinasi dengan general anestesi
3. Nyeri kepala hebat ( PDPH ) dilakukan penyuntikan blood patch

ANESTESI UMUM :
1. Prosedur sama seperti penatalaksanaan anestesi umum dengan mempertimbangkan dua
kehidupan yang harus diselamatkan
2. Pemberian obat yang cenderung mempengaruhi janin diberikan setelah bayi lahir

Anda mungkin juga menyukai