Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Brunner &
Suddarth, 2002).

Klasifikasi hipertensi menurut usia dapat di golongkan : Umur 20 – 45


Tahun : > 140-160(sistolik) / 90-95(diastolik) mmHg dan Umur > 65 Tahun: >
160(sistolik) / 90(diastolik) mmHg.( http://ceksehat.com/tekanan-darah-
normal)

Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang sering dijumpai di


masyarakat. Di Amerika Serikat hampir 60 juta penduduknya mempunyai
tekanan darah tinggi yakni mempunyai tekanan darah lebih besar dari 140/90
mmHg. Darmodjo 1983 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di
Indonesia berkisar antara 6-15%, sedangkan WHO 1979 melaporkan bahwa 8
- 18% penduduk dunia menderita hipertensi. Angka kejadian antara kota dan
desa, suatu negara dan negara yang lain berbeda-beda, tetapi pada umumnya
hipertensi meningkat sejalan dengan peningkatan umur. Di Amerika Serikat
angka kematian oleh karena hipertensi mencapai kurang lebih 30.700 orang
pertahun ada beberapa suku bangsa di dunia menunjukkan tidak adanya
peningkatan tekanan darah dengan bertambahnya umur antara lain, di Kongo
Afrika, Indian di Amerika, penduduk lembah Balian Irian Jaya (0,6%),
penduduk Ungaran (1,*%) Jawa Tengah serta penduduk Aborigin di
Australia. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan disamping faktor
genetik memegang peranan yang penting.

Pada pasien dengan hipertensi diperlukan perawatan dan pengawasan


yang baik. Banyak kasus penderita dan kematian akibat penyakit
kardiovaskuler dapat dicegah jika seorang merubah perilaku kebiasaan yang
kurang sehat dalam mengkonsumsi makanan yang menyebabkan terjadinya
hipertensi, selalu berolah raga secara teratur serta merubah kebiasan hidup
lainnya yang dapat mencetus terjadinya penyakit hipertensi seperti merokok,
minum-minuman beralkohol. Adapun factor dietik dan kebiasaan makan yang
mempengaruhi tekanan daran yang meliputi, cara mempertahankan berat
badan ideal, natrium klorid, Kalium, Kalsium, Magnesium, lemak dan
alcohol.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa atau mahasiswi dapat mengetahui secara umum tentang
penyakit hipertensi.

2. Tujuan Khusus
 Agar mahasiswa atau mahasiswi dapat menjelaskan pengertian konsep
dasar hipertensi
 Agar mahasiswa atau mahasiswi dapat menjelaskan pengkajian pada
pada pasien dengan penyakit hipertensi
 Agar mahasiswa atau mahasiswi dapat menjelaskan diagnosa
keperawatan tentang hipertensi
 Agar mahasiswa atau mahasiswi dapat menjelaskan perencanaan
meliputi terapi modalitas keperawatan termasuk terapi komplementer
 Agar mahasiswa atau mahasiswi dapat menjelaskan implementasi pada
pasien dengan hipertensi
 Agar mahasiswa atau mahasiswi dapat menjelaskan evaluasi terhadap
tindakan yang dilakukan pada pasien hipertensi
 Agar mahasiswa atau mahasiswi dapat menjelaskan pendidikan
kesehatan tentang hipertensi
 Agar mahasiswa atau mahasiswi dapat menjelaskan peran dan fungsi
perwat dalam merawat pasien
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medik


1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90
mmHg.( Brunner & Suddarth, 2002).
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya
adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawah oleh darah, terhambat sampai
kejaringan tubuh yang membutuhkan. Tubuh akan bereaksi lapar, yang
mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan
menetap, timbullah gejala yang disebut penyakit tekanan darah tinggi.
(Dalimartha Setiawan, 2008 )
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan
tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg. ( Nasrin, 2003 ).
Klasifikasi hipertensi menurut usia dapat di golongkan : Umur
20 – 45 Tahun : > 140-160(sistolik) / 90-95(diastolik) mmHg dan
Umur > 65 Tahun: > 160(sistolik) / 90(diastolik) mmHg.
( http://ceksehat.com/tekanan-darah-normal)
2. Klasifikasi
Tingkatan Sistolik Diastolik
Hipotensi < 90 < 60
Normal 90-120 60-80
Pre hipertensi 120-140 80-90
Stadium 1/ringan 140-160 90-100
Stadium 2/sedang 160-180 100-110
Stadium 3/berat 180-210 110-120
Stadium 4/emergency > 210 > 120
Perlu diingat bahwa klasifikasi hipertensi diatas tidak untuk menilai
seseorang yang sedang mengkomsumsi obat anti hipertensi. Jadi
klasifikasi diatas diperuntukkan untuk seseorang yang murni
mengalami hipertensi tanpa konsumsi obat anti hipertensi ( Brunner &
Suddarth, 2002).

3. Jenis Hipertensi
Menurut Aspriani, Reny Yuli : 2016
1) Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yag belum diketahui
penyebabnya hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh faktor
sebagai berikut:
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseoranga kan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yag mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan),
dan ras (kulit hitam lebih bayak dari pada kulit putih).
c. Kebiaaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbul hipertensi
adalah komsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 gr),
kegemukan, atau makan berlebihan, stress merokok, minum
alcohol, minum obat-obatan.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan penyakit ikutan dari
penyakit yang diderita. Adapun penyakit yang memicu timbulnya
hipertensi sekunder diantaranya penyakit- penyakit pada ginjal,
pada kelenjar adrenal, efek obat- obatan dan kelainan pembuluh
darah serta pada kehamilan. (Dalimartha Setiawan, 2008 )
Hipertensi Gestasional
Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional
adalah jenis hipertensi sekunder. Hipertensi gestasional adalah
peningkatan tekanan darah lebih dari 140 mmHg pada sistolik dan
lebih dari 90 mmHg pada diastolik terjadi setelah usia kehamilan
20 minggu pada wanita non-hipertensi dan membaik dalam 12
minggu pascapartum. Hipertensi jenis ini tampaknya terjadi akibat
kombinasi dan peningkatan curah jantung dan peningkatan total
peripheral resistance (TPR). Jika hipertensi terjadi setelah 12
minggu pascapartum, atau telah ada sebelum kehamilan 20
minggu, masuk kedalam kategori hipertensi kronik. Pada
preeklamsia, tekanan darah tinggi disertai dengan
proteinuria.(Aspriani, Reny Yuli : 2016 )

4. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jatung atau
peningkatan tekanan perifer.
Faktor penyebab hiprtensi
1. Usia dan riwayat keluarga.
Diperkirakan populasi kaum muda yang menderita
hipertensi adalah 2-12%. Angka kejadian ini menjadi lebih tinggi
yaitu 28% jika salah satu orang tuanya menderita hipertensi atau
41% jika ke 2 orang tuanya menderita hipertensi. Pada usia tua,
tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama penyakit
kardiovaskuler.
2. Pengaruh gaya hidup
Moderenisasi biasanya merubah pola hidup menjadi lebih praktis,
termasuk juga soal makanan. Pada umumnya masyarakat perkotaan
cenderung memilih makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan
makan berlebihan, kurang olah raga, merokok berlebihan, dan
kurang istirahat.
3. Asupan garam yang tinggi..
Efeknya melalui beberapa mekanisme lain seperti
mekanisme renin-angiostensin- aldosteron. Kelebihan intake garam
tidak menyebabkan hipertensi pada semua orang, dan pengurangan
intake garam menurunkan tekanan darah tidak terjadi pada semua
orang.
4. Obesitas
Blood presure yang berlebihan biasanya diboservasi
bersamaan dengan hipertensi. Orang dengan berat badan berlebih
lebih mungkin untuk menderita penyakit jantung walaupun mereka
tidak memiliki faktor resiko lain. Kelebihan berat badan tidak sehat
karena dapat meningkatkan desakan pada janting dan
mempengaruhi tekanan darah, kolesterol darah, bahkan akan
mengarah pada diabetes. Lemak yang didistribusikan keseluruh
tubuh akan meningkatkan resiko PJK.
5. Merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan.
Studi menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi
alkohol dan hipertensi dimana 10% penyebab hipertensi
berhubungan dengan konsumsi alkohol. Hipertensi juga dirangsang
oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang dihisap seseorang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nikotin dapat meningkatkan
penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu nikotin
juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding
pembuluh darah.
Efek dari konsumsi alkohol juga merangsang hipertensi
karena adanya peningkatan sintesis kathekolamin yang dalam
jumlah besar dapat memicu kenaikan tekanan darah.
6. Stres.
Stres fisik dan emosional pasti mempengaruhi perubahan
dalam tekanan darah yang sementara. Karena dalam kondisi
tertekan , adrenalin dan kortisol dilepaskan kealiran darah sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan darah agar tubuh siap untuk
bereaksi.
7. Penggunaan obat-obat kontrasepsi oral.
Beberapa wanita yang mengonsumsi Pil KB ditemukan naik
tekanan darahnya. Ini disebabkan oleh hormon yang terkandung
dalam pil menyebabkan menyempitnya pembuluh darah. Hampir
semua pil KB menaikkan tekanan darah, silahkan konsultasikan
pada dokter jika ingin menggunakan pil KB. Kontrasepsi oral yang
mengandung estrogen menyebabkan peningkatan angiotensinogen
dan kemudian akan meningkatkan angiotensi II. Peningkatan
angiotensin II ini juga dirangsang oleh pengeluaran renin akibat
peningkatan stimulasi syaraf simpatis. Akibat peningkatan
angiotensin II ada dua hal yaitu: Aspek konstriktor arteriola perifer
dan peningkatan sekresi aldosteron yang mengakibatkan reabsobsi
Natrium dan air.
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
yang terletak di pusat vasomotor. Pada medulla otak dari pusat vasomotor
ini bermula jelas saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah, ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepasnya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti : kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstruksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontruksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldesteron dan korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler, semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi. Perubahan struktur fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elasitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya tegang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurangnya kemampuan dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.( Brunner & Suddarth,
2002).
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi akibat
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam
yang berlebihan. Penelitian epidemiologis, migrasi, dan genetic pada
manusia dan hewan memperlihatkan bukti yang kuat berhubungan antara
asam tinggi garam dan peningkatan tekanan darah. Selain peningkatan
asupan diet garam, peningkatan abnormal kadar rennin dan aldosteron atau
penurunan aliran darah ke ginjal juga dapat mengganggu pengendalian
garam dan air. Peningkatan TPR (Tahanan Perifer Total), yang kronis
dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf simpatis atau hormone
pada arteriol, atau responsvitas yang berlebihan dari arteriol terhadap
rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Pada peningkatan TPR (Tahanan Perifer Total) jantung
harus memompa lebih kuat, dengan demikian menghasilkan tekanan yang
lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh-pembuluh yang
menyempit. Hal ini disebut peningkatan pada afterload jantung dan
biasanya berdekatan dengan peningkatan tekanan diastolic. Apabila
peningkatan afterload berlangsung lama, ventrikel kiri mungkin mulai
mengalami hipertrofi (pembesaran). Dengan hipertrofi, kebutuhan oksigen
ventrikel semakin meningkat sehingga ventrikel harus memompa darah
lebh keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. (Elizabeth J. Corwin)
 Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara:
 Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya
 Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada
setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya
telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
"vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau
hormon di dalam darah.
 Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam
tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.

6. Tanda dan Gejala


Klien yang menderita hipertensi terkadang tidak menampakkan gejala
hingga bertahun-tahun. Gejala jika ada menunjukkan adanya kerusakan
vascular, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang di
vaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis
pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi
pada malam hari) dan azetoma ( peningkatan nitrogen urea darah dan
kreatinin).
Gejala umum yang di timbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama
pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum
gejala yang di keluhakan oleh penderita hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging
Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intracranial
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapile.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu
pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk tiba-tiba pegal dan lain-lain (Novianti, 2006).

7. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim
ginjal dengan gagal ginjal akut
c. Darah perifer lengkap
d. Kimia darah (kalium,natrium,kreatinin,gula darah puasa).
2. EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Iskemia atau infark miokard
c. Peninggian gelombang P
d. Gangguan konduksi
3. Foto rontgen
a. Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.
b. Pembendungan, lebarnya paru
c. Hipertrofi parenkim ginjal
d. Hipertrofi vaskular ginjal
4. Berdasarkan pada pengukuran tekanan darah rata-rata dua kali atau lebih
yang diukur pada 2 atau lebih kali berturut-turut menunjukkan adanya
peningkatan hasil.

8. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan pelaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan.Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan
diastolic dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat
dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi
(Mansjoer, 2000).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain :
1. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat dan /atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan:
a. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi sistem rennin- angiontensin sehingga dapat
berpotensi sebagai anti hiportensi.jumlah asupan natriu yang di
anjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
meknimesnya belum jelas. Pemberian kalium, secara intravena
dapat menyebabkan vasolidatasi,yang dipercaya dimediasi oleh
oksida nitrat pada dinding vascular.
c. Diet kaya buah dan sayur
d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
2. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara menurunkan
berat badan mengurangi tekakan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa
studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Penurunan berat badan dengan
menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena
umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehinggaa dapat meningkatkan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya
eksaserbasi anemia
3. Olahraga
Olaragah teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermamfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
Olaragah isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel,
vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olaragah
teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dianjurka untuk menurunka tekanan darah. Olaragah meningkatkan
kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuuknya aterosklerosis
akibat hipertensi.
4. Memperbaiki gaya hidup yag kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkomsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
menimbulkan kerja jantung.

Penatalaksanaan medis yag di terapkan pada penderita hipertensi


adalah sebagai berikut:
1. Terapi oksigen
2. Pemantauan hemodinamik
3. Pemantauan jantung
4. Obat-obatan
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya untuk menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi. Terapi farmakologis yaitu obat
antihipertensi yang dianjurkan oleh yaitu diuretika, terutama jenis
thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, Beta Blocker,
CalciumChanel Blocker atau Calcium Antagonist, Angiotensin
Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor
Blocker atau AT1,Receptor Antagonist/ Blocker (ARB).
9. Komplikasi
Penderita hipertensi beresiko terserang penyakit lain yang timbul
kemudian. Beberapa penyakit yang timbul sebagai akibat hipertensi
menurut (Dalimartha Setiawan, 2008 ) diantaranya sebagai berikut:
1) Penyakit jantung koroner
Terjadi sebagai akibat terjadi pengapuran pada dinding pembuluh
darah janting. Penyempitan lubang pembuluh darah jantung
mengakibatkan berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian
otot jantung. Hal ini mengakibatkan rasa nyeri dada dan dapat
berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan dapat menyebabkan
timbulnya serangan jantung.
2) Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih
berat untuk memompa darah. Kondisi ini berakibat otot jantung
akan menebal dan meregang sehingga daya pompa otot menurun.
Pada akhirnya dapat mengakibatkan kegagalan kerja jantung secara
umum. Tanda- tanda adanya komplikasi yaitu: sesak napas, napas
putus- putus.
3) Stroke: dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,
sehingga aliran darah ke otak yang di perdarahi berkurang. Arteri
otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
4) Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah
melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi
ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapt
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan.
5) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya
glomerulus aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik atau kematian. Dengan rusaknya
membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga
tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema,
yang sering di jumpai pada hipertensi kronis.

B. Pengkajian.
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
b. Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
2. Sirkulasi
a. Gejala
1) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler
2) Episode palpitasio
b. Tanda
 Peningkatan tekanan darah
 Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardia
 Murmur stenosis valvular
 Distensi vena jugularis
 Kulit pusat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)

3. Integritas ego
a. Gejala: riwayat perubaha kepribadian, ansietas, faktor stress
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
b. Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, menghela napas, peningkatan
pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu.
5. Makanan/ cairan
a. Gejala
 Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolesterol
 Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/menurun)
 Riwayat penggunaan diuretik
b. Tanda:
 Berat badan normal atau obesitas
 Adanya edema
 Glikosuria
6. Neurosensori
a. Gejala:
 Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam)
 Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur, epitaksis)
b. Tanda:
 Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,
efek, proses piker
 Penurunan kekuatan genggaman tangan
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit
kepala
8. Pernapasan
a. Gejala:
 Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea,
dispnea
 Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
 Riwayat merokok `
b. Tanda:
 Distress pernapasan/penggunaan otot aksesori pernapasan.
 Bunyi napas tambahan (cracles/mengi)
 Sianosis
9. Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensia postural.

10. Rencana pemulangan

Bantuan dengan pemantauan diri tekanan darah/perubahan dalam


terapi obat.

11. Fundus optic :


Ditemukan perubahan retina: tahap I: penyempitan minimal pembuluh
arterial atau irregularity. Tahap II: menunjukkan penyempitan arteriola
dan irregularity dengan arteri lokal berkelok-kelok atau spasme. Tahap
III: penyempitan arteriole dan irregularity ditambah kelokan arteri
meluas, bercak-bercak perdarahan, ada exudat seoerti kapas mentah.
Tahap IV: sama dengan tahap III ditambah papilledema.

C. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral.
2) Penurunan curah jantung barhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, hipertrofi ventrikel atau rigiditas ventrikuler, iskemia
miokard.
3) Gangguang perfusi jaringan tidak adekuat : serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan gangguan sirkulasi
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan :
 Kelemahan fisik
 Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
5) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium
6) Resiko kekambuhan/ketidakpatuhan program perawatan diri yang
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan program pengobatan,
aturan penanganan dan kontrol proses penyakit

D. Intervensi
1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral.
Goal : Rasa nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 X 24 jam dengan KH : Pasien mengatakan nyeri berkurang,
Ekspresi wajah klien rileks, skala nyeri berkurang.
Intervensi:
 Kaji keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan lamanya.
R/ Mengidentifikasi karakteristik nyeri merupakan faktor yang
penting untuk menentukan terapi yang cocok serta
mengevaluasi
 Pertahankan tirah baring selama fase akut.
R/ Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi.
 Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
R/ Napas dalam dapat mengurangi nyeri yang dirasakan klien
 Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala.
R/ Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan
sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
 Kolaborasi pemberian analgetik.
R/ Menurunkan/ mengontrol nyeri.

2) Penurunan curah jantung barhubungan dengan peningkatan afterload,


vasokontriksi, hipertrofi ventrikel atau rigiditas ventrikuler, iskemia
miokard.
 Goal: Setelah dilakukan asuahn keperawatan selama 2 ×24 jam
klien menunjukkan curah jantung adekuat
 Objektif : Tekanan darah dalam rentan normal, tolenransi terhadap
aktivitas, nadi perifer kuat, tidak ada distensi vena jugularis, tidak
ada bunyi jantung yang abnormal, tidak ada edema perifer, tidak
ada edema pulmonal, tidak ada diaphoresis, tidak ada mual dan
kelelahan
 Intervensi
 Pantau tekanan darah . Ukur pada kedua tangan untuk evaluasi
awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan tekhnik yang
akurat.
R/ Untuk mengetahui derajat hipertensi dan perbandingan dari
tekanan memberikan gambaran lengakp tentang keterlibatan
vaskuler. Hipertensi sistolik merupakan faktor resiko penyakit
cerebrovaskuler dan iskemia jantung bila tekanan diastolik 90-
115 mmHg.
 Observasi tanda-tanda vital dan amati kelembaban dan suhu
R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembab, dan masa pengisian
kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau
mencerminkan deskompensasi / penurunan CO.
 Berikan lingkungan tenang dan nyaman.
R/ Membantu menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan
relaksasi.
 Batasi aktivitas, seperti istirahat ditempat tidur, bantu melakukan
aktivitas perawatan diri.
R/ Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan
darah dan perjalanan penyakit hipertansi.
 Anjurkan teknik relaksasi.
R/ Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi
tekanan darah.
 Kolaborasi pemberian obat antihipertensi.
R/ Mengontrol tekanan darah.
3) Resiko perfusi jaringan tidak adekuat : serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : Mempertahankan/mencapai perfusi jaringan yang adekuat.
Intervensi :
 Kaji/periksa suhu kulit dan nadi perifer dengan sering
R/ : Untuk menentukan perfusi jaringan yang adekuat.
 Biarkan pasien di atas tempat tidur atau kursi istirahat.
R/ : Unutk mengurangi kelebihan beban kerja jantung.
 Kolaborasi dengan tim medis pemberian oksigen.
Rasional : Unutk memperbanyak suplai oksigen yang bersirkulasi.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : Kelemahan fisik,
Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
Goal: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dapat
meningkatakan toleransi aktivitas pasien dengan kriteria hasil : Dapat
memenuhi kebutuhan perawatan sendiri, menurunnya kelemahan dan
kelelahan, tanda vital dalam rentang normal.
 Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi
lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat, peningkatan
TD selama/ sesudah aktivitas, dispnea, diaforesis, pusing.
R/ Mengetahui respon fisiologi terhadap stress aktivitas.
 Kembangkan aktivitas klien dalam program latihan.
R/ Program latihan fisik mempunyai efek menguntungkan pada
kerja jantung.
 Instruksikan klien tentang teknik penghematan energi.
R/ Mengurangi penggunaan energi juga membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
 Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
bertahap.
R/ Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba
 Kolaborasi dengan klien dan keluarga untuk mendapatkan rencana
ADL yang konsisten dengan pola hidup.
R/ Mencapai dan mempertahankan pola hidup produktif sesuai
kemampuan jantung dalam berespon terhadap peningkatan aktivitas
dan stres.
5) Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan retensi natrium
 Kaji keadaan edema
Rasional : Edeme menunjukkan perpindahan cairan karena jaringan
rapuh sehingga mudah distensi oleh akumulasi caiaran
walaupun minimal , sehingga berat badan dapat
meningkat sampai 4,5 kg
 Kontrol intake dan out put tiap 24 jam
Rasional : Untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan penggantia
caiarn dan penurunan kelebihan resiko cairan.
 Timbang Berat badan dengan alat dan waktu yang sama
Rasional : Penimbangan Berat badan setiap hari membantu
menentukan keseimbangan dan masukan cauran yang
tepat. Penimbangan BB lebih dari 0,5 kg / hari dapat
menunjukkan perpindahan kesimbangan cairan.
 Beritahu keluarga agar klien dapat membatasi minum
Rasional : Manajemen cairan diukur untuk menggantikan
pengeluaran dari semua sumber ditambah perkiraan yang
tidak nampak (metabolisme dan diaforesis). Pasien
dengan kelebihan cairan yang tidak responsoif terhadap
pembatasan cairan dan diuretik memerlukan dialisis.
 Kolaborasi pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal
Rasional : Hasil dari pemeriksaan fungsi ginjal dapat memberikan
gambaran sejauh mana terjadi kegagalan ginjal.

6) Resiko kekambuhan/ketidakpatuhan program perawatan diri yang


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan program pengobatan,
aturan penanganan dan kontrol proses penyakit
Kriteria:
 Secara subjective klien mengatakan motivasi yang kuat untuk
melaksanakan program terapi
 Kemampuan klien dalam menjelaskan faktor- faktor yang
meningkatkan tekanan darah.
 Saat kunjungan rumah atau cek kerumah sakit tidak terdapat
peningkatan tekanan darah.
Intervensi:
1. Diskusikan dengan klien mengenai tekanan darah normal
R/ diharapkan dapat mempermudah menerangkan penyakitnya
2. Diskusikan farmakokinetik dan farmakodinamik obat
hipertensi yang dimiliki pasien
R/ pemahaman yang baik tentang fungsi semua obat dapat
membantu proses interaksi obat yang diminum
3. Jelaskan mengenai manfaat diet rendah garam, rendah lemak
dan mempertahankan berat yang ideal.
R/ rendah garam untuk meengurangi retensi cairan, rendah
lemak untuk mengurangi kolesterol, dan BBI untuk
mengurangi beban kerja jantung.
4. Diskusikan dengan pasien mengenai jenis makanan rendah
garam dan rendah lemak.
R/ diharapkan agar klien dapat mengurangi konsumsi makanan
tersebut untuk mengurangi resiko kambuh.
5. Jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai faktor yang dapat
meningkatkan resiko kambuh seperti rokok, konsumsi garam
yang berlebuhan dan mengenai stres
R/ gar klien dapat menghindari faktor- faktor yang
meningkatkan resiko kambuh dan keluarga dapat memberikan
lingkungan yang mendukung penyembuhan.
6. Berikan dukungan pada pasien dan keluarga tentang
pentingnya program pemeliharaan tekanan darah
R/ dukungan yang baik akan meningkatkan kemauan klien dan
keluarga untuk mendukung pemeliharaan tekanan darah
7. Jelaskan pada klien bila berat badan meningkat dan terdapat
edema ekstremitas agar segera memeriksakan diri
R/ berat badan meningkat merupakan indikasi yang
memungkinkan terjaadinya peningkatan tekanan darah
kembali.
8. Menyarankan kepada keluarga agar memanfaatkan sarana
kesehatan dimasyarakat.
R/ untuk memudahkan klien dalam memantau status
kesehatannya
9. Setelah meminum obat antihipertensi , maka pantau tanda vital
terutama tekanan darah dan denyut nadi.
R/ Efektifitas terapi obat ditentukan dengan terpeliharanya
tekanan darah dan denyut nadi yang diinginkan
10. Setelah meminum obat antihipertensi jangka panjang, maka
lakukan pemantuan elektrolit serum, terutama kalium dan
serum.
R/ retensi natrium dan air dapat terjadi pada kebanyakan obat-
obatan simpatolitik. Diuretik seringkali diresepkan sebagai
bagian dari regimen obat dan kehilangan elektrolit serta
ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi.

TERAPI KOMPLEMENTER

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Contoh Terapi
tanpa obat ini meliputi :

a. Bekam.
Pengobatan hipertensi dengan terapi komplementer bekam sangat
efektif apabila ditambah dengan Minyak Zaitun. Minyak Zaitun dapat
menyembuhkan berbagai penyakit diantaranya kolesterol, jantung,
stroke, kanker, kanker payudara, kanker rahim, kanker perut, kanker
kolon, kanker kulit, luka pada lambung, dan radang persendian
(Bagaskoro, 2011). Minyak zaitun dapat menurunkan Low Density
Lipoprotein (LDL) dalam darah dan meningkatkan High Density
Lipoprotein (HDL) yang berfungsi memperlancar sirkulasi darah serta
menurunkan tekanan darah (Kurniawan, 2013).
Bekam bekerja mengeluarkan darah kotor dengan melukai permukaan
kulit. permukaan kulit yang dilukai tersebut akan mengeluarkan
histamin. Apabila histamin telah diproduksi, maka akan terjadi
perbaikan sirkulasi aliran darah hingga terjadi relaksasi pembuluh
darah, begitu juga dengan kerja minyak zaitun yang memiliki banyak
senyawa polyfenolik dan mengandung vitamin E yang berfungsi
menjaga pembuluh darah agar tidak mengalami pengerasan. Ketika
pembuluh darah dalam kondisi lentur, senyawa polifenolik melakukan
fungsinya dengan mengendalikan LDL dalam darah menjadi turun dan
menggantinya dengan HDL sehingga aliran darah pada pembuluh
darah dapat kembali normal.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan kepada 33 responden
diketahui bahwa 33 responden (100%) mengalami penurunan tekanan
darah. Dengan kata lain terdapat penurunan tekanan darah baik
tekanan sistole maupun diastole terhadap terapi komplementer bekam
dan minyak zaitun. Penelitian ini terbukti efektif menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi dan diharapkan menjadi terapi
alternatif sebagai pengobatan tambahan selain menggunakan obat
antihipertensi serta dapat dijadikan sebagai masukkan dalam
menetukan rencana intervensi dalam mengatasi hipertensi. (
Kamaludin, Ridwan : 2010 )
b. Terapi Relaksasi
Terapi relaksasi ditujukan untuk menangani faktor psikologis dan
stress yang dapat emnyebabkan hipertensi. Hormon epineprin dan
kortisol yang dilepaskan saat stress menyebabkan peningkatan tekanan
darah dengan menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan
denyut jantung. Besarnya peningkatan tekanan darah tergantung pada
beratnya stress dan sejauh mana kita dapat mengatasinya. Penanganan
stress yang adekuat dapat berpengaruh baik terhadap penurunan
tekanan darah. Relaksasi yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan teknik pernapasan yang ritmis dan alami. Di dalam
relaksasi harus melakukan pernapasan yang ritmis agar dapat mencapai
hasil relaksasi yang optimal melalui penurunan gelombang otak dari
gelombang beta ke gelombang alpha. Pernapasan dengan irama yang
teratur akan menenangkan gelombang otak serta merelaksasikan
seluruh otot dan jaringan tubuh. Langkah-langkah melakukan relaksasi
dengan mendengarkan musik :
1. Siapkan musik klasik
2. Duduk di kursi dengan tenang dan santai, posisi tulang punggung
tegak lurus.
3. Pusatkan pikiran
4. Bernapaslah secara alamiah, secara wajar
5. Tarik nafas perlahan melalui hidung dan hembuskan melalui mulut
6. Lakukan berulang-ulang selama 10 - 15 menit. ( Kamaludin,
Ridwan : 2010 )
c. Pijat refleksi
adalah suatu praktik memijat titik-titik tertentu pada tangan dan kaki.
Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan sudah tidak perlu diragukan
lagi. Salah satu khasiatnya yang paling populer adalah untuk
mengurangi rasa sakit pada tubuh. Manfaat lainnya adalah mencegah
berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu
mengatasi stress, meringankan gejala migrain, membantu
penyembuhan penyakit kronis, dan mengurangi ketergantungan
terhadap obat- obatan . Teknik-teknik dasar yang sering dipakai dalam
pijat refleksi diantaranya: teknik merambatkan ibu jari, memutar
tangan dan kaki pada satu titik, serta teknik menekan dan menahan.
Rangsanganrangsangan berupa tekanan pada tangan dan kaki dapat
memancarkan gelombanggelombang relaksasi ke seluruh tubuh .
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, massage ekstremitas dengan
aroma terapi lavender berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia dengan hipertensi. Hasil penelitian ini diperkuat oleh
Nugroho (2012), menunjukkan bahwa pijat refleksi kaki lebih efektif
dibanding hipnoterapi dalam menurunkan tekanan darah. Penelitian
yang dilakukan Nugroho (2012) dengan judul “Pengaruh Pijat Refleksi
Kaki dan Hipnoterapi Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi” didapatkan hasil bahwa pijat refleksi mampu menurunkan
tekanan darah sistol sebesar 23,5 mmHg dan diastol sebesar 8,42
mmHg. ( Resky, Azhari, dkk : 2015 )
d. Rendam kaki di air hangat
Prinsip kerja terapi rendam kaki air hangat dengan mempergunakan
air hangat yaitu secara konduksi dimana terjadi perpindahan
panas/hangat dari air hangat ke dalam tubuh akan menyebabkan
pelebaran pembuluh darah dan penurunan ketegangan otot sehingga
dapat melancarkan peredaran darah yang akan mempengaruhi tekanan
arteri oleh baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus aorta yang akan
menyampaikan impuls yang dibawa serabut saraf yang membawa
isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak
perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua
organ ke pusat saraf simpatis ke medulla sehingga akan merangsang
tekanan sistolik yaitu regangan otot ventrikel akan merangsang
ventrikel untuk segera berkontraksi. Air hangat mempunyai dampak
fisiologis bagi tubuh sehingga rendam kaki air hangat dapat digunakan
sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot sendi yang kaku
serta menyembuhkan stroke apabila dilakukan melalui kesadaran dan
kedisiplinan (Kusumaastuti, 2008).
e. Pencegahan hipertensi dengan cara tradisional
Banyak ramuan tradisional yang dipercaya dapat menurunkan tekanan
darah. Beberapa ramuan sudah diteliti secara laboratoris. Contoh bahan
yang berkhasiat menurunkan tekanan darah : cincau hijau, daun dan
buah alpukat, mengkudu masak (pace), mentimun, daun seledri, daun
selada air, bawang putih, daun dan buah belimbing bintang, buah
belimbing wuluh, daun tapak dara, akar papaya, rambut jagung serta
adas pulowaras. Jika tekanan darah sudah kembali normal, dapat
dihentikan pemakaiannya. Pemakaian berlebihan dapat menurunkan
tekanan darah di bawah normal. ( Dalimartha, Setiawan: 2008)

E. Implementasi
 Diagnosa 1
 Mengkaji keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan
lamanya.
 Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
 Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
 Meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala.
 Memberi kolaborasi pemberian analgetik.
 Diagnosa 2
 Memantau tekanan darah . Ukur pada kedua tangan untuk evaluasi
awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan tekhnik yang akurat.
 Mengobservasi tanda-tanda vital dan amati kelembaban dan suhu
 Memberikan lingkungan tenang dan nyaman.
 Membatasi aktivitas, seperti istirahat ditempat tidur, bantu
melakukan aktivitas perawatan diri.
 Menganjurkan teknik relaksasi.
 Memberi kolaborasi pemberian obat antihipertensi.
 Diagnosa 3
 Mengkaji /periksa suhu kulit dan nadi perifer dengan sering
 membiarkan pasien istirahat di atas tempat tidur atau kursi istirahat.
 Memberikan kolaborasi dengan tim medis pemberian oksigen.
 Diagnosa 4
 Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi
nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat,
peningkatan TD selama/ sesudah aktivitas, dispnea, diaforesis,
pusing.
 Mengembangkan aktivitas klien dalam program latihan.
 Menginstruksikan klien tentang teknik penghematan energi.
 Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
bertahap.
 Mengkolaborasi dengan klien dan keluarga untuk mendapatkan
rencana ADL yang konsisten dengan pola hidup.
 Diagnosa 5

 Mengkaji keadaan edema


 Mengontrol intake dan out put tiap 24 jam
 Menimbang Berat badan dengan alat dan waktu yang sama
 Memberitahu keluarga agar klien dapat membatasi minum
 Melayani kolaborasi pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal
 Diagnosa 6
 Mendiskusikan dengan klien mengenai tekanan darah normal
 Mendiskusikan farmakokinetik dan farmakodinamik obat hipertensi
yang dimiliki pasien
 Menjelaskan mengenai manfaat diet rendah garam, rendah lemak
dan mempertahankan berat yang ideal.
 Mendiskusikan dengan pasien mengenai jenis makanan rendah
garam dan rendah lemak.
 Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai faktor yang dapat
meningkatkan resiko kambuh seperti rokok, konsumsi garam yang
berlebuhan dan mengenai stres
 Memberikan dukungan pada pasien dan keluarga tentang
pentingnya program pemeliharaan tekanan darah
 Menjelaskan pada klien bila berat badan meningkat dan terdapat
edema ekstremitas agar segera memeriksakan diri
 Menyarankan kepada keluarga agar memanfaatkan sarana kesehatan
dimasyarakat.
 Memantau tanda vital terutama tekanan darah dan denyut nadi.
 Memantau elektrolit serum, terutama kalium dan serum.

F. Evaluasi
a) Diagnosa 1:
 Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak
nyaman
 Wajah pasien tampak tidak kesakitan
b) Dignosa 2: -Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
-Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
-Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
c) Diagnosa 3:Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik
seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima,
tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam
batas normal. Haluaran urin 30 ml/ menit dan Tanda-tanda vital stabil
d) Diagnosa 4: pasien dapat memenuhi kebutuhan perawatan sendiri,
menurunnya kelemahan dan kelelahan, tanda vital dalam rentang
normal.
e) Diagnosa 5 : tidak ada tanda- tanda udem pada pasien
f) Diagnosa 6 : pasie sudah bisa mengidentifikasi faktor yang
meningkatkan resiko terhadap cedera, memperagakan tindakan
keamanan untuk mencegah cedera, meminta bantuan bila diperlukan.

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA PASIEN HIPERTENSI

Pendidikan kesehatan pada pasien hipertensi menurut Dalimartha Setiawan, 2008

1. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pengertian tekanan darah,


defenisi hipertensi, faktor-faktor yang mempengaruhi, menidentifikasi
faktor-faktor yang perlu dihindari dan efek-efek tekanan darah tinggi
terhadap jantungm ginjal dan otak.
2. Instruksikan pasien dan keluarga dalam memonitoring tekanan darah,
prosedur mengukur tensi di rumah, sering memonitor faktor-faktor yang
mempengaruhi,m menginterpretasi hasil tensi dan melakukan tindakan bila
ada perubahan-perubahan yang bermakna.
3. Jelaskan tentang diit: yang meliputi pembatasan garam, kalori, dan lemak,
jelaskan juga alasannya. Diskusikan tentang pentingnya membatasi minum
alkohol.
4. Jelaskan pentingnya mengontrol berat badan, dimana pada yang gemuk
kurangi BB 5% akan menurunkan tekanan darah.
5. Jelaskan pentingnya mengurangi rokok, rujuk pasien ke kelompok yang
sudah menghentikan merokok.
6. Jelaskan peran latihan atau olahraga dalam mengatur tekanan darah dan
kontrol berat badan.
7. Jelaskan hubungan antara stress dan hipertensim faktor-faktor yang
mengakibatkan stres dan cara memodifikasi stres.
8. Jelaskan tentang obat anti hipertensi, meliputi nama, rasionalnya,
dosisnya, dan side efek dari masing-masing obat.

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN


DENGAN HIPERTENSI

Prioritas keperawatan:
- Mempertahankan fungsi kardiovaskuler.
- Mencegah komplikasi.
- Kontrol aktif terhadap kondisi.
- Beri informasi tentang proses pengobatan, program pengobatan diet pasien
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.(
Brunner & Suddarth, 2002).
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah
suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen
dan nutrisi, yang dibawah oleh darah, terhambat sampai kejaringan tubuh
yang membutuhkan. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan
jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila
kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, timbullah gejala yang
disebut penyakit tekanan darah tinggi. (Dalimartha Setiawan, 2008 )
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius,
karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi
yang berbahaya. Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi,
misalnya stroke (perdarahan otak), penyakit jantung koroner, dan gagal
ginjal.

B. SARAN
Bila kita menemukan kasus Hipertensi di lingkungan, anjurkan untuk
segera berobat ke dokter atau segera masuk rumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan dan pengobatan yang sesuai, karena penyakit
hipertensi bila di biarkan akan sangat berbahaya. Maka kita sebagai
mahasiswa lebih meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai
perawatan pasien dengan hipertensi sehingga dapat mengaplikasikannya
pada saat praktek dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, Setiawan dkk. 2008. Care Your Self,Hipertensi. Penebar Plus: Jakarta
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Corwin, J Elizabeth. 2009. Buku saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta : EGC

Ns. Reny Yuli Aspiani, S.Kep, 2016, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Kardiovaskuler aplikasi NIC& NOC, penerbit buku
kedokteran, EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Sudart Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC.

http://www. Yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/files-of-drsmed-faktor-
yang-berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf.

Kamaludin, Ridwan . 2010. Tesis: Pengalaman Pasien Hipertensi yang mengalami


Terapi Komplementer di Kabupaten Banyumas .

Rezky, Azhari dkk. 2015 . Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Primer. Universitas Riau . Provinsi Riau

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/view/11393/10796

Anda mungkin juga menyukai