Askep Fajar
Askep Fajar
KEGAWATDARURATAN
SISTEM PERNAPASAN
INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
PURWOKERTO
B. FUNGSI PARU
Pada keadaan istirahat, frekuensi pernafasan manusia normal berkisar antara
12 – 15 kali permenit. Satu kali pernafasan , 500 ml udara, atau 6 – 8 L udara per
menit dimasukan dan dikeluarkan dari paru-paru. Udara ini akan bercampur dengan
gas yang terdapat dalam alveoli, dan selanjutnya oksigen masuk ke dalam darah di
kapiler paru, sedangkan karbondioksida masuk ke dalam alveoli, melalui proses
difusi sederhana. Dengan cara ini, 250 mL oksigen per m,enit masuk ke dalam
tubuh dan 200 mL karbondioksida akan dikeluarkan.
B. Faktor pencetus.
▪ Alergen
▪
▪
Saluran nafas normal Tak terjadi
Alrgen
▪ asma
▪ Ketegangan jiwa
▪ Kegiatan jasmani
▪ Obat – obatan
▪ Polusi udara
▪ Lingkungan kerja
▪
yang berlebihan
Gejala asma
C. Etiologi.
Dua tipe dasar imunologik dan non imunologik .Asma alergik ( disebut
ekstrinsik ) terjadi pada saat kanak – kanak terjadi karena kontak dengan elergan
dengan penderita yang sensitive.
Asma non imunologik atau non alergik ( di sebut instrinsik ), biasanya terjadi
pada usia diatas 35 tahun. Serangan dicetuskan oleh infeksi pada sinus atau cabang
pada bronchial.
Asma campuran yang serangannya diawali oleh infeksi virus atau bacterial
atau oleh allergen. Pada saat lain serangan dicetuskan oleh factor yang berbeda atau
juga dapat di cetuskan oleh perubahan suhu dan kelembaban, uap yang mengiritasi,
asap, bau – bauan yang kuat, latihan fisik dan stress emosional.
D. Pemeriksaan penunjang.
▪ Test fungsi paru ( Spirometer )
▪ Foto thorax
▪ Pemeriksaan darah (DL, BGA)
▪ Test kulit
▪ Test Provokasi bronkhial
E. Manifestasi klinik
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajad
hiperaktifitas bronkus.Obstruksi jalan nafas dapat revesible secara spontan maupun
dengan pengobatan.
Gejala asma antara lain :
a. Bising mengi ( weezing ) yang terdengar atau tanpa stetoskop
b. Batuk produktif, sering pada malam hari
c. Sesak nafas
d. Dada seperti tertekan atau terikat
e. Pernafasan cuping hidung
F. Terapi
1. Oksigen 4 – 6 liter / menit
2. Agonis B2 ( salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau terbulatin 10 mg )
intalasi nebulasi dan pemberiannya dapa diulang setiap 20 menit sampai 1 jam.
Pemberian agonis B2 dapat secara subcutan atau iv dengan dosis salbutamol
0,25 mg atau terbulatin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5 % dan diberikan
perlahan.
3. Aminofilin bolus iv 5 – 6 mg / kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam
12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
4. Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200 mg iv jika tak ada respon segera atau
pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
G. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
1. Pengkajian
a. Keluhan :
- Sesak nafas tiba-tiba, biasanya ada faktor pencetus
- Terjadi kesulitan ekspirasi / ekspirasi diperpanjang
- Batuk dengan sekret lengket
- Berkeringat dingin
- Terdengar suara mengi / wheezing keras
- Terjadi berulang, setiap ada pencetus
- Sering ada faktor genetik/familier
b. Airway
- Inspeksi jalan nafas : sumbatan lendir, lidah, benda asing
- Auskultasi : suara sumbatan jalan nafas, whesing, mengi.
c. Breathing
- Saat serangan anak tampak gelisah, sesak nafas tak ada perubahan dg
merubah posisi
- Respirasi rate sedikit meningkat dengan ekspirasi diperpanjang
d. Cirkulasi
- Kadang disertai sianosis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Pola nafas tidak efektif
c. Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian (sesaka nafas akibat
serangan ashma)
3. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan criteria Hasil Intervensi
Breathing
Terapi Oksigen
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
Respiratory Monitoring
• Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
respirasi
Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
Monitor suara nafas, seperti dengkur
Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan
paradoksis )
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama
Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
Circulation
Circulation status
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
eliminaSi
• Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik,
kelainan renal, gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll )
• Monitor serum dan elektrolit urine
• Monitor serum dan osmilalitas urine
• Monitor BP, HR, dan RR
• Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan
irama jantung
• Monitor parameter hemodinamik infasif
• Catat secara akutar intake dan output
• Tetapkan kolaborasi pemberian cairan panaenteral
(infus)
Decompression
Fluid Managemen
❖ Monitor status cairan termasuk intake dan
ourput cairan
❖ Pelihara IV line
❖ Monitor tingkat Hb dan hematokrit
❖ Monitor tanda vital
❖ Monitor responpasien terhadap penambahan
cairan
❖ Monitor berat badan
❖ Dorong pasien untuk menambah intake oral
❖ Pemberian cairan Intravena
❖ monitor adanya tanda dan gejala
kelebihan/kekurangan volume cairan
2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
❖ Respiratory status : Ventilation
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ❖ Respiratory status : Airway patency Airway Management
ekspirasi tidak adekuat ❖ Vital sign Status • Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
Kriteria Hasil : jaw thrust bila perlu
Batasan karakteristik : ❖ Mendemonstrasikan batuk efektif dan • Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi suara nafas yang bersih, tidak ada • Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
sianosis dan nafas
- Penurunan pertukaran udara per menit dyspneu (mampu mengeluarkan buatan
- Menggunakan otot pernafasan tambahan sputum, mampu bernafas dengan Pasang mayo bila perlu
- Nasal flaring mudah, tidak ada pursed lips) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Dyspnea Menunjukkan jalan nafas yang paten Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Orthopnea (klien tidak merasa tercekik, irama Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Perubahan penyimpangan dada nafas, frekuensi pernafasan dalam tambahan
- Nafas pendek rentang normal, tidak ada suara nafas Lakukan suction pada mayo
- Assumption of 3-point position abnormal) Berikan bronkodilator bila perlu
- Pernafasan pursed-lip Tanda Tanda vital dalam rentang Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama normal (tekanan darah, nadi, Lembab
- Peningkatan diameter anterior-posterior pernafasan)
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Pernafasan rata-rata/minimal
▪ Bayi : < 25 atau > 60 keseimbangan.
▪ Usia 1-4 : < 20 atau > 30 Monitor respirasi dan status O2
▪ Usia 5-14 : < 14 atau > 25
▪ Usia > 14 : < 11 atau > 24
- Kedalaman pernafasan Vital sign Monitoring
▪ Dewasa volume tidalnya 500 ml saat Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
istirahat Catat adanya fluktuasi tekanan darah
▪ Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
- Timing rasio berdiri
- Penurunan kapasitas vital Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
Faktor yang berhubungan : Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
- Hiperventilasi setelah aktivitas
- Deformitas tulang Monitor kualitas dari nadi
- Kelainan bentuk dinding dada Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Penurunan energi/kelelahan Monitor suara paru
- Perusakan/pelemahan muskulo- Monitor pola pernapasan abnormal
skeletal Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Obesitas Monitor sianosis perifer
- Posisi tubuh Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
- Kelelahan otot pernafasan yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
- Hipoventilasi sindrom Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi Neuromuskuler
- Kerusakan persepsi/kognitif
- Perlukaan pada jaringan syaraf
tulang belakang
- Imaturitas Neurologis
Identitas Pasien
Nama : Tn. A
No RM : 03 33 76
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 27/5/ 2019
Jam Kedatangan : 09.25 WIB
Jam Pengkajian : 09.28 WIB
Alasan Masuk : Pasien datang dengan keluhan sesak nafas mendadak dan batuk
sudah 3 hari yang lalu, gatal gatal,riwayat asma dan alergi debu
Initial Survey
A (alertness) :+
V (verbal) :+
P (pain) : + (Nyeri ulu hati seperti ditusuk tusuk skala 4 dari 10)
U (unrespons) :-
B. BREATHING
1. Fungsi Pernafasan
Jenis Pernafasan : Snoring (-), Gurgling (-), Stridor (-), Wheezing (+)
Frekwensi Pernafasan : Respirasi 31x/menit
Retraksi Otot Bantu Nafas :+
Kelainan Dingding Thoraks : simetris, perlukaan (-), jejas (-), trauma (-)
Bunyi Nafas : Whezing
Hembusan Nafas :+
2. Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan Pola Nafas
C. CIRCULATION
1. Keadaan sirkulasi
Tingkat Kesadaran : Somnolen
Perdarahan (internal/eksternal): Tidak ada perdarahan
Nadi Radial/carotis : Teraba
Akral Perifer : Hangat
Kapilari Refill : <2 detik
Pulse : 118x/menit
Blood Preasure : 200/120 mmHg
D. DISABILITY
1. Pemeriksaan Neurologis
GCS : E3 V5 M6 ( 14 )
Reflex Fisiologis :+
Reflex Patologis :-
Kekuatan Otot :444 444
444 444
2. Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
3. Intervensi / Implementasi
-
4. Evaluasi
-
Pengkajian Sekunder / Survey Sekunder
1. Riwayat Kesehatan
a. RKD :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah memiliki riwayat asma sejak
+10 tahun yang lalu.
b. RKS :
Keluarga pasien mengatakan bahwa sekarang asma yang dideritanya sering
kambuh jika terdapat debu dalam jumlah banyak atau pasien mengalami
kelelahan.
c. RKK
Keluarga pasien mengatakan ibu pasien memiliki riwayat asma.
2. Riwayat dan Mekanisme Trauma
-
3. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Kepala
Kulit Kepala : Bersih, Tidak nyeri tekan
Mata : Simetris, palpebrae tidak oedema, sclera non ikterik,
Konjungtiva non anemis,pupil isokor tidak ada nyeri
tekan.
Telinga : Canalis bersih, pendengaran baik, tidak memakai
alat
Bantu pendengaran.
Hidung : Tidak ada polip, secret (-), radang (-), benjolan (-),
mukosa hidung lembab , fungsi penciuman baik.
Mulut dan Gigi : Gigi bersih, karies gigi (-), peradangan (-),bibir
kering.
Wajah : Bulat.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid maupun
vena jugularis.
c. Dada/thoraks
- Paru-paru
Inspeksi : Menggunakan otot bantu pernapasan
Palpasi : Simetris, Tidak ada nyeri tekan,
retraksi dingding dada (+)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Terdengar Wheezing
- Jantung
Inspeksi : Gerak jantung normal
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Redup
Auskultasi : S1 Lup, S2 Dup, tidak ada suara tambahan.
d. Abdomen
Inspeksi : Datar pada empat kuadran
Palpasi : Ada nyeri tekan
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bising usus (6x/menit)
e. Pelvis
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
f. Perineum dan Rektum : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
g. Genetalia : Pasien mengatakan tidak ada .keluhan
h. Ekstermitas
Status Sirkulasi : Teraba nadi brakialis, tidak ada perubahan warna
kulit.
Keadaan Injury : Tidak ada trauma
i. Neurologis
Fungsi Sensorik : Normal
Fungsi Motorik : Normal
4. Hasil Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium.
5. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
-
6. Terapi Dokter
a. Nebulizer ventolin + flexotide 1 ampul selama 10 menit
b. Kolaborasi pemberian O2 (nasal kanul) 4 liter
c. Methyprednisolone 125mg rute IV
ANALISIS DATA
Data Fokus Analisis Masalah
Data Subyektif : Faktor pencetus serangan Ketidakefektifan bersihan
pasien mengatakan pasien asma jalan nafas bersihan jalan
mengalami sesak nafas nafas berhubungan dengan
Edema mukosa dan dinding
mendadak disertai batuk bronkhus produksi mukus berlebih
berdahak sejak 3 hari yang ditandai dengan secret
lalu Peningkatan usaha dan berlebih, batuk tidak efektif,
frekuensi pernapasan
gelisah, dan orthopneu.
Data Obyektif : Penggunaan otot bantu
Adanya suara nafas napas
tambahan (wheezing),
Ketidakefektifan bersihan
dengan respirasi 31x/menit,
jalan napas
adanya pernafasan cuping
hidung, SPO2 = 80%
Data Subjektif : Faktor pencetus serangan Ketidakefektifan pola napas
pasien mengatakan pasien asma berhubungan dengan nyeri
mengalami sesak mendadak ditandai dengan adanya
Edema mukosa dan dinding
dan nyeri bronkhus takipneu, retraksi otot
pernafasan, dan penurunan
Data Objektif : Peningkatan usaha dan SpO2
frekuensi pernapasan
Adanya pernafasan cuping
hidung, respirasi 31x/menit, Penggunaan otot bantu
SpO2 80%, adanya retraksi napas
otot pernafasan.
Ketidakefektifan pola napas
napas
Data Subyektif : Faktor bawaan Nyeri akut berhubungan
P: dengan agen cedera biologis
Sistem imunologis
Keluarga pasien mengatakan ditandai dengan melaporkan
bahwa pasien mengeluh IgE menyerang sel-sel mast, intensitas nyeri
nyeri ketika asmanya maka terjadi reaksi antigen- menggunakan skala nyeri,
kambuh. antibody melindungi area nyeri, dan
Q: gelisah.
Terjadi proses pelepasan
keluarga pasien mengatakan produk-produk sel mast
nyerinya seperti ditusuk-
tusuk. Mempengaruhi otot polos
dan kelenjar jalan nafas
R:
Pasien mengatakan nyerinya Bronkospasme
terjadi pada ulu hati.
S: Kontraksi otot dada
Data Obyektif :
Pasien memegang bagian
tubuh yang nyeri, pasien
nampak gelisah, Pasien
nampak meringis,
Bood Preasure :
200/120mmHg
Pulse : 118x/menit
Respiration : 34x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bersihan jalan nafas berhubungan dengan
produksi mukus berlebih ditandai dengan secret berlebih, batuk tidak efektif,
gelisah, dan orthopneu.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri ditandai dengan adanya
takipneu, retraksi otot pernafasan, dan penurunan SpO2
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan melaporkan
intensitas nyeri menggunakan skala nyeri, melindungi area nyeri, dan gelisah.
PERENCANAAN
N0. Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1 Respiratory status: Airway Management Airway Management
Airway patency 1. Posisikan pasien untuk 1. Untuk mengefektifkan
Respiratory status:
memaksimalkan ventilasi aliran oksigen ke dalam
Ventilation
Setelah diberikan asuhan (semifowler) tubuh.
keperawatan selama 1x 24
2. Lakukan fisioterapi dada jika 2. Untuk mengeluarkan
jam masalah
ketidakefektifan bersihan perlu sekret.
jalan napas klien dapat
3. Auskultasi suara nafas, catat 3. Untuk menentukan
teratasi dengan kriteria
hasil : adanya suara tambahan tindakan selanjutnya
4. Menganjurkan klien untuk 4. Agar sekret keluar dengan
1. Mampu mengeluarkan
batuk efektif lebih cepat.
secret
5. Monitor respirasi dan status 5. Agar tidak timbul resiko
2. Kedalaman inspirasi
O2 yang lebih tinggi
dalam batas normal
6. Kolaborasi pemberian terapi 6. Untuk mempercepat
3. Irama pernapasan
nebulizer proses penyembuhan
dalam batas normal
7. Kolaborasi pemberian terapi 7. Agar pasien lebih tenang
4. Tidak ada dispneu
oksigen dan respirasi normal.
ketika istirahat
Oxygen Therapy Oxygen Therapy
5. Tidak ada dispneu
1. Pertahankan jalan napas yang 1. Agar O2 dapat masuk
ketika selesai
paten secara efektif
beraktivitas
2. Atur peralatan oksigenasi 2. Untuk memperlancar
6. Tidak memakai otot
3. Monitor keefektifitasan aliran kinerja alat oksigenasi
bantu napas
7. Klien tidak batuk oksigen 3. Agar aliran O2 tetap
8. Saturasi oksigen dalam 4. Pertahankan posisi pasien masuk ke tubuh pasien
batas normal (95- 4. Agar masuk nya O2 lebih
100%). efektif
Catatan Keperawatan
No Tgl/ Jam Implementasi Respon Paraf
1 Kamis , 1. Melakukan S:-
27/5/2019-
pemasangan O2 canul
2019 O:
4 nltr/menit
Pukul 09.30 Airway pasien terkontrol,
2. Melakukan
WIB nafas (+), nadi (+), O2
pemasangan monitor
terpasang 15liter/menit,
pada pasien.
TD: 130/80mmHg, RR:
3. Mengkolaborasikan
31x/menit, N: 88x/menit,
pemberian terapi
S:360C, SpO2 : 80%,
oksigen
pasien tampak masih
4. Memonitor respirasi
lemas.
dan status O2 pasien
5. Mempertahankan
posisi pasien
6. Memonitor vital sign
pasien
7. Mengkolaboratif
pemberian obat
bronkhodilator,
ventolin ampul dan
Methylprednisolone
4mg (inhalasi)
2 Pukul 10.00 1. Mengkolaborasikan S:
WIB pemberian nebulizer Pasien mengatakan
2. Memonitor keefektifan nyaman dengan
aliran oksigen pemberian oksigen serta
masih merasa sesak.
O:
Pemberian O2
Menggunakan sungkup
sebanyak 4 Liter /mnt
Pemberian Nebulizer 1
amp Ventolin dan NaCl
10 menit.
3 Pukul 10.30 1. Memposisikan pasien S:
untuk memaksimalkan Pasien mengatakan
ventilasi (semifowler) merasa lebih nyaman
2. Mengobservasi suara dengan posisi yang telah
nafas, dan mencatat diberikan.
adanya suara tambahan O:
3. Mengobservasi TTV px Airway pasien terkontrol,
SpO2 pasien meningkat
menjadi 94%
Pasien kooperatif, adanya
suara nafas tambahan
(wheezing) dengan
adanya pernafasan cuping
hidung serta adanya
retraksi otot dada.
Respirasi : 28x/menit
TD: 120/80 mmHg
S : 36,5 OC
N : 92x/menit
4 Pukul 10.45 1. Delegatif pemberian S:
WIB obat Pasien mengatakan mau
2. Mengecek riwayat mendapatkan terapi obat
alergi pasien. dari perawat.
O:
Pasien kooperatif
Pasien tidak memiliki
riwayat alergi obat
5 Pukul 11.00 1. Memonitor vital sign S:
WIB 2. Mengevaluasi Pasien mengatakan sesak
afektivitas analgesik, berkurang, dahak masih
tanda dan gejala. sedikit keluar serta gatal-
3. Memonitor respirasi gatal
serta saturasi oksigen O:
pasien. TD: 110/90 mmHg
4. Mengevaluasi S : 36,OC
keefektifan kontrol N : 80x/menit
nyeri RR: 21 x/menit
SPO2 : 97%
Pasien sudah tidak
nampak meringis
kesakitan
Pasien terlihat lebih
tenang
6 Pukul 11.15 1. Mempersiapkan pasien S:
WIB pulang Pasien mengatakan sudah
merasa lebih baik dan bisa
pulang kerumah, hanya
batuk masih serta dahak
sedikit keluar.
O:
Tidak ada pernafasan
cuping hidung. Tidak ada
retraksi oto dada.
Dilakukan discharge
planning untuk pasien
pulang (HE pasien). Serta
pemberian resep obat oral
yaitu :
1. Methylprednisolone
3x4 mg
2. Cetrizin Kp 0,5 mg
EVALUASI
No Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf
Dx.
1 Kamis, S:
27/
Pasien mengatakan sesak sudah berkurang, batuk masih
5/2019-
serta dahak yang keluar hanya sedikit.
Pukul 11.30
O:
WIB
Tidak adanya retraksi otot dada, tidak adanya
pernafasan cuping hidung, respirasi 21x/menit dengan
saturasi 97%, Secret yang keluar hanya sedikit.
A:
Tujuan tercapai sebagian
P:
Pasien pulang, Lanjutkan intervensi dengan HE yaitu:
1. Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani
pemeriksaan, mendeteksi substansi yang
mencetuskan terjadinya serangan.
2. Menghindari agen penyebab serangan antara lain
bantal, kasur (kapas), pakaian jenis tertentu,
hewan peliharaan, kuda, sabun, makanan tertentu,
jamur dan serbuk sari.
3. Hidrasi adekuat harus dipertahankan untuk
menjaga sekresi agar tidak mengental.
4. Serta dengan resep obat :
a. Methylprednisolone 3x4mg
5. Kontrol ke poli sesuai dengan anjuran dokter.
B. TUJUAN
Tujuan penulisan Laporan Pendahuluan ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami mengenai trauma dan cedera kepala, patofisiologi,
tanda aqn gejala serta penatalaksanaannya.
2. Mengatahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan cedera
kepala.
3. Mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan cedera kepala.
KLASIFIKASI
Beratnya cedera kepala saat ini didefinisikan oleh The Traumatik Coma Data Bank
berdasarkan Skore Scala Coma Glascow (GCS). Penggunaan istilah cedera kepala ringan,
sedang dan berat berhubungan dari pengkajian parameter dalam menetukan terapi dan
perawatan. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut :
1. Cedera Kepela Ringan
Nilai GCS 13 – 15 yang dapat terjadi kehilanga kedaran atau amnesia akan tetapi kurang
dari 30 menit. Tidak terdapat fraktur tengkorak serta tidak ada kontusio serebral dan
hematoma.
2. Cedera Kepala Sedang
Nilai GCS 9 – 12 yang dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 0 menit
tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3. Cedera Kepala Berat
Nilai GCS 3 – 8 yang diikuti dengan kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 24 jam
meliputi kontusio serebral, laserasi atau hematoma intrakranial.
Tabel 1.
Skala Koma Glasgow (Blak, 1997)
1. Membuka Mata
Spontan 4
Terhadap rangsang suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada 1
2. Respon Verbal
Orientasi baik 5
orientasi terganggu 4
Kata-kata tidak jelas 3
Suara Tidak jelas 2
Tidak ada respon 1
3. Respon Motorik
Mampu bergerak 6
Melokalisasi nyeri 5
Fleksi menarik 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
Tidak ada respon 1
Total 3 - 15
sumber : keperawatan kritis, pendekatan holostik vol, II tahun 1995, hal: 226
B. ETIOLOGI
» Kecelakaan
» Jatuh
» Trauma akibat persalinan.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologis dari cedera kepala traumatic dibagi dalam proses primer dan proses
sekunder. Kerusakan yang terjadi dianggap karena gaya fisika yang berkaitan dengan suatu
trauma yang relative baru terjadi dan bersifat irreversible untuk sebagian besar daerah otak.
Walaupun kontusio dan laserasi yang terjadi pada permukaan otak, terutama pada kutub
temporal dan permukaan orbital dari lobus frontalis, memberikan tanda-tanda jelas tetapi
selama lebih dari 30 tahun telah dianggap jejas akson difus pada substasi alba subkortex
adalah penyebab utama kehilangan kesadaran berkepanjangan, gangguan respon motorik
dan pemulihan yang tidak komplit yang merupakan penanda pasien yang menderita cedera
kepala traumatik berat.
Proses Primer
Proses primer timbul langsung pada saat trauma terjadi. Cedera primer biasanya fokal
(perdarahan, konusi) dan difus (jejas akson difus).Proses ini adalah kerusakan otak tahap
awal yang diakibatkan oleh benturan mekanik pada kepala, derajat kerusakan tergantung
pada kuat dan arah benturan, kondisi kepala yang bergerak diam, percepatan dan
perlambatan gerak kepala. Proses primer menyebabkan fraktur tengkorak, perdarahan
segera intrakranial, robekan regangan serabu saraf dan kematian langsung pada daerah
yang terkena.
Proses Sekunder
Kerusakan sekunder timbul beberapa waktu setelah trauma menyusul kerusakan primer.
Dapat dibagi menjadi penyebab sistemik dari intrakranial. Dari berbagai gangguan
sistemik, hipoksia dan hipotensi merupakan gangguan yang paling berarti. Hipotensi
menurunnya tekanan perfusi otak sehingga mengakibatkan terjadinya iskemi dan infark
otak. Perluasan kerusakan jaringan otak sekunder disebabkan berbagai faktor seperti
kerusakan sawar darah otak, gangguan aliran darah otak metabolisme otak, gangguan
hormonal, pengeluaran bahan-bahan neurotrasmiter dan radikal bebas. Trauma saraf proses
primer atau sekunder akan menimbulkan gejala-gejala neurologis yang tergantung lokasi
kerusakan.
Kerusakan sistem saraf motorik yang berpusat dibagian belakang lobus frontalis akan
mengakibatkan kelumpuhan pada sisi lain. Gejala-gejala kerusakan lobus-lobus lainnya
baru akan ditemui setelah penderita sadar. Pada kerusakan lobus oksipital akan dujumpai
ganguan sensibilitas kulit pada sisi yang berlawanan. Pada lobus frontalis mengakibatkan
timbulnya seperti dijumpai pada epilepsi lobus temporalis.
Kelainan metabolisme yang dijumpai pada penderita cedera kepala disebabkan adanya
kerusakan di daerah hipotalamus. Kerusakan dibagian depan hipotalamus akan terjadi
hepertermi. Lesi di regio optika berakibat timbulnya edema paru karena kontraksi sistem
vena. Retensi air, natrium dan klor yang terjadi pada hari pertama setelah trauma
tampaknya disebabkan oleh terlepasnya hormon ADH dari daerah belakang hipotalamus
yang berhubungan dengan hipofisis. Setelah kurang lebih 5 hari natrium dan klor akan
dikeluarkan melalui urine dalam jumlah berlebihan sehingga keseimbangannya menjadi
negatif. Hiperglikemi dan glikosuria yang timbul juga disebabkan keadaan perangsangan
pusat-pusat yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat didalam batang otak.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
» CT Scan : tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik,
menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
» Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti
pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
» X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan / edema), fragmen tulang.
» Analisa Gas Darah : medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi)
jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
» Elektrolit : untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrakranial.
F. PATHWAY
Kecelakaan
Jatuh
Trauma persalinan
Kelainan metabolisme
Cidera otak primer Cidera otak sekunder
Kontusio Nyeri akut
Laserasi Kerusakan cel otak
H. KOMPLIKASI
• Perdarahan ulang
• Kebocoran cairan otak
• Infeksi pada luka atau sepsis
• Timbulnya edema serebri
• Timbulnya edema pulmonum neurogenik, akibat peninggian TIK
• Nyeri kepala setelah penderita sadar
• Konvulsi
Evaluasi epidural hematom dengan kontusio serebri lebih buruk daripada kalau hanya ada
epidural hematomnya (Guillermann, 1996)
Volume hematom epidural (EDH)
EDH < 50 cc → mortalitasnya 12 %
EDH 50 – 100 cc → mortalitasnya 33 %
EDH > 100 cc → mortalitasnya 66 %
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
BREATHING
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga terjadi
perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne
Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana
karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas.
BLOOD :
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan pada
pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang
akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan
intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan
bradikardia, disritmia).
BRAIN
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan otak
akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila perdarahan hebat/luas
dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi;
• Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
• Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan
sebagian lapang pandang, foto fobia.
• Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
• Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
• Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
• Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu
sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.
BLADER
Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
ketidakmampuan menahan miksi.
BOWEL
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin
proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia) dan
terganggunya proses eliminasi alvi.
BONE
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi yang
lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau
ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya
hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi
penurunan tonus otot.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Perfusi jaringan tidak efektif (cerebral)
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
4. Pola nafas tidak efektif
K. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosis Tujuan Intervensi
.1 Nyeri Akut berhubungan dengan agen NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri
injuri fisik, biologis, psikologis selama 5X24jam pasien mampu untuk − Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi:
Mengontrol nyeri dengan indikator: lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi,
Definisi : − Mengenal factor-faktor penyebab nyeri kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor
Sensori yang tidak menyenangkan dan − Mengenal onset nyeri presipitasi
pengalaman emosional yang muncul − Melakukan tindakan pertolongan non- − observasi isyarat-isyarat non verbal dari
secara aktual atau potensial kerusakan analgetik ketidaknyamanan, khususnya dalam ketidakmampuan
jaringan atau menggambarkan adanya − Menggunakan analgetik untuk komunikasi secara efektif
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri − Melaporkan gejala-gejala kepada tim − Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
kesehatan
Internasional): serangan mendadak − Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat
− Mengontrol nyeri
atau pelan intensitasnya dari ringan mengekspresikan nyeri
sampai berat yang dapat diantisipasi − Kaji latar belakang budaya pasien
Keterangan:
dengan akhir yang dapat diprediksi dan − Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap
− 1 = tidak pernah dilakukan
dengan durasi kurang dari 6 bulan. kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas
− 2 = jarang dilakukan
kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab
− 3 =kadang-kadang dilakukan
Batasan karakteristik : peran
− 4 =sering dilakukan
- Laporan secara verbal atau non − Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga
verbal − 5 = selalu dilakukan pasien
dengan nyeri kronis
- Fakta dari observasi
− Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol
- Posisi antalgic untuk menghindari
nyeri nyeri yang telah digunakan
Menunjukan tingkat nyeri
- Gerakan melindungi − Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat Terapi Oksigen
lama
Skala : ❖ Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Peningkatan diameter anterior- ❖ Pertahankan jalan nafas yang paten
posterior 1 : tidak
❖ Atur peralatan oksigenasi
- Pernafasan rata-rata/minimal adekuat 2 :
sedikit adekuat ❖ Monitor aliran oksigen
▪ Bayi : < 25 atau > 60
3 : sedang ❖ Pertahankan posisi pasien
▪ Usia 1-4 : < 20 atau > 30
4 : agak adekuat ❖ Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
▪ Usia 5-14 : < 14 atau > 25
5 : sangat adekuat ❖ Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
▪ Usia > 14 : < 11 atau > 24
- Kedalaman pernafasan
▪ Dewasa volume tidalnya 500 ml
saat
istirah
at
Vital sign Monitoring
▪ Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
▪ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Timing rasio
▪ Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Penurunan kapasitas vital
▪ Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
Faktor yang berhubungan : ▪ Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Hiperventilasi ▪ Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
- Deformitas tulang
▪ Monitor kualitas dari nadi
- Kelainan bentuk dinding dada
- Penurunan energi/kelelahan ▪ Monitor frekuensi dan irama pernapasan
▪ Monitor suara paru
- Perusakan/pelemahan
▪ Monitor pola pernapasan abnormal
muskulo- skeletal
▪ Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Obesitas
- Posisi tubuh ▪ Monitor sianosis perifer
- Kelelahan otot pernafasan ▪ Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
- Kecemasan
- Disfungsi Neuromuskuler
- Kerusakan persepsi/kognitif
- Perlukaan pada jaringan syaraf
tulang belakang
- Imaturitas Neurologis
4. Perfusi jaringan tidak efektif b/d NOC : NIC :
menurunnya curah jantung, hipoksemia ❖ Circulation status Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi
perifer)
jaringan, asidosis dan kemungkinan ❖ Tissue Prefusion :
❖ Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
thrombus atau emboli cerebral Kriteria Hasil :
terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
a. mendemonstrasikan status
❖ Monitor adanya paretese
Definisi : sirkulasi
❖ Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
Penurunan pemberian oksigen dalam yang ditandai
ada lsi atau laserasi
kegagalan memberi makan jaringan dengan :
❖ Gunakan sarun tangan untuk proteksi
pada tingkat kapiler ❖ Tekanan systole dandiastole
❖ Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
Batasan karakteristik : dalam rentang yang
❖ Monitor kemampuan BAB
Renal diharapkan
❖ Kolaborasi pemberian analgetik
- Perubahan tekanan darah di ❖ Tidak ada ortostatikhipertensi
❖ Monitor adanya tromboplebitis
luar batas parameter ❖ Tidak ada tanda tanda peningkatan
❖ Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
- Hematuria tekanan intrakranial (tidak lebih dari
- Oliguri/anuria 15 mmHg)
Vital sign Monitoring
- Elevasi/penurunan BUN/rasio b. mendemonstrasikan kemampuan
▪ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
kreatinin Gastro Intestinal kognitif yang ditandai dengan:
▪ Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Secara usus hipoaktif atau tidak ❖ berkomunikasi dengan jelas dan
ada ▪ Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
sesuai dengan kemampuan
berdiri
- Nausea
❖ menunjukkan perhatian,
▪ Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Distensi abdomen
konsentrasi dan orientasi
▪ Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
- Nyeri abdomen atau tidak
❖ memproses informasi aktivitas
terasa lunak (tenderness)
❖ membuat keputusan dengan benar ▪ Monitor kualitas dari nadi
Peripheral
c. menunjukkan fungsi sensori motori ▪ Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Edema
cranial yang utuh : tingkat kesadaran ▪ Monitor suara paru
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan involunter
- Tanda Homan positif ▪ Monitor pola pernapasan abnormal
- Perubahan karakteristik kulit Skala : ▪ Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
(rambut, kuku, air/kelembaban) 1 : tidak ▪ Monitor sianosis perifer
- Denyut nadi lemah atau tidak adekuat 2 : ▪ Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
ada
sedikit adekuat melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
- Diskolorisasi kulit
3 : sedang ▪ Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
- Perubahan suhu kulit
4 : agak adekuat
- Perubahan sensasi
5 : sangat adekuat
- Kebiru-biruan
- Perubahan tekanan darah
di ekstremitas
- Bruit
- Terlambat sembuh
- Pulsasi arterial berkurang
- Warna kulit pucat pada elevasi,
warna tidak kembali pada
penurunan kaki
Cerebral
- Abnormalitas bicara
- Kelemahan ekstremitas atau
paralis
- Perubahan status mental
- Perubahan pada respon motorik
- Perubahan reaksi pupil
- Kesulitan untuk menelan
- Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
- Perubahan frekuensi respirasi
di luar batas parameter
- Penggunaan otot
pernafasan tambahan
- Balikkan kapiler > 3 detik
(Capillary refill)
- Abnormal gas darah arteri
- Perasaan ”Impending Doom”
(Takdir terancam)
- Bronkospasme
- Dyspnea
- Aritmia
- Hidung kemerahan
- Retraksi dada
- Nyeri dada
Faktor-faktor yang berhubungan :
- Hipovolemia
- Hipervolemia
- Aliran arteri terputus
- Exchange problems
- Aliran vena terputus
- Hipoventilasi
- Reduksi mekanik pada vena
dan atau aliran darah arteri
- Kerusakan transport oksigen
melalui alveolar dan atau
membran kapiler
- Tidak sebanding antara
ventilasi dengan aliran darah
- Keracunan enzim
- Perubahan afinitas/ikatan O2
dengan Hb
- Penurunan konsentrasiHb
dalam
darah
L. DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Penerbit Media Aeusculapius FK-UI,
Jakarta
Doenges M.E. at al., 1992, Nursing Care Plans, F.A. Davis Company, Philadelphia
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth,
EGC, Jakarta
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St.
Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002,
NANDA
RESUME
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CEDIRA KEPALA PADA Sdr. E
DENGAN CIDERA KEPALA RINGAN,
DI RUANG IGD RSGM UNSOED
Oleh :
Tri Fajar Saputra, Amk
A. Pengkajian
Nama Pengkaji : Tri fajar Saputra
B. DATA PENUNJANG
1. Therapy
a. Infus RL 21 tts/menit
C. ANALISA DATA
No Tgl / Jam Data Etiologi Masalah
1 03/12/2018 DS : Gangguan Gangguan
Jam Klien mengatakan perfusi pemenuhan
16.00 untuk menggerakkan Jaringan pada kebutuhan dasar
kepala kaku dan otak akibat rasa aman nyaman;
merasakan nyeri cedera kepala nyeri
DO :
TD : 138/80 mmHg
N : 80 X/Menit
RR : 20 X/Menit
S : 36 C
Klien terlihat
kesulitan dalam
melakukan aktifitas
saat terbaring di
tempat tidur.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan pada otak akibat cedera dan penurunan
kesadaran
2. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik
RENCANA KEPERAWATAN
No Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi
1. 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Monitor keadaan umum dan
selama 1 x 24 jam diharapkan perfusi tingkat kesadaran
jaringan otak efektif dengan KH : b. Batasi klien dalam melakukan
a. Mempertahankan kesadaran aktifitas
b. N : 80 – 100 x/mnt c. Monitor TTV
b. RR : 16 – 24 x/mnt d. Berikan cairan parental sesuai
indikasi
e. Berikan program therapy
sesuai indikasi
2. 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Kaji keluhan nyeri, lokasi dan
selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri faktor yang memperburuk
terkontrol, KH : nyeri
a. Wajah tampak kesakitan pada luka b. Observasi adanya tanda-tanda
dikepala. nyeri non verbal
b. Klien tidak mengeluh pusing c. Berikan teknik relaksasi
c. Skala nyeri 1 – 3 d. Kolaborasi tentang pemberian
d. N : 80 – 100 x/mnt therapy
CATATAN KEPERAWATAN
No Hari /Tgl/ Jam Implementasi Respon
Dx
1. Senin, 03-12-18 Mengkaji keadaan umum S: klien mengatakan sakit di kepala
16.00 klien bagian belakang
O:
KU : lemah
TD : 138/80 mmHg
S : 36 C
RR : 20 x/meinit
16.30 mengobservasi adanya S:
tanda nyeri non verbal O: wajah klien tampak meringis
menahan sakit
Mengkaji keluhan nyeri, S:Klien menyatatakan nyeri sedang
skala nyeri O: skala nyeri 6
Mengobservasi daerah S:
kepala yang terluka O:Tidak ada perdarahan di kepala
Melakukan perawatan luka S:
dengan teknik aseptik O: merintih jika lukanya disentuh
17.00 mengukur TTV S:
O:
TD : 117/84 X/Menit
N : 86 x/mnt
RR : 28 x/mnt
S : 36,8 oC
18.00 mengkaji keadaan umum S:
pasien O:KU : sedang
mengamati tanda-tanda S:
inflamasi O:Tidak ada tanda inflamasi
mengukur TTV S:
O:
TD : 120/80 X/menit
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : 36,4 oC
19.00 Mengkaji tingkat S:
kesadaran O:GCS : E4 M5 V4
memberikan tempat yang S:
nyaman dan tenang O: klien tampak nyaman
mengkaji tingkat nyeri S:
O: skala nyeri 6
Pasien di rujuk ke RS
ananda purwokerto
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari / Tgl/ No.
No Evaluasi Ttd
Jam Dx
1 Senin 03-12-18 1 S : klien mengeluh sakit di kepala bagian
belakang
16.00 WIB O : - Pasien tampak gelisah
TD : 120/80 x/menit
N : 80 x/mnt
S : 36 C
A : masalah teratasi sebagian
P : - lanjutkan intervensi
Monitor tingkat kesadaran
Monitor TTV
Berikan program terapi sesuai indikasi
17.00 WIB 2 S:-
O : - luka di kepala
Wajah meringis
A : masalah teratasi sebagian
P : - lanjutkan intervensi
Kaji keluhan nyeri dan lokasinya
Berikan teknik relaksasi
Kolaborasi pemberian teraphy
18.00 WIB 1. S:-
O : - pasien tampak agak tenang
- TD : 117/84 mmHg
- N : 80 x/mnt
- Pasien sadar
- GCS : E4V5 M5
A : masalah teratasi sebagian
P : - monitor tingkat kesadaran
Monitor TTV
Berikan terapi sesuai indikasi
19.00 2. S : pasien mengatakan sakit kepala
O: klien tampak meringis kesakitan
TD : 120/80 X/Menit RR : 20 x/menit
S : 36,4 oC N : 80 x/mnt
GCS : E3 V 4 M 5
A : masalah teratasi sebagian
P : - pasien instruksiakan untuk rujuk ke RS
yang lebih memadai
DAFTAR PUSTAKA
Block & Mekassari. (2000). Medical Surgical Nursing, Book 2.Philadelpia : W.B.Saunders
Company.
Carpenito, L.J. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan., edisi 8. Jakarta : EGC
Smeltzer & Brenda. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Jakarta :
EGC