Laporan
Laporan
“Ovariohisterectomy”
OVI PRUDENTA
115130100111011
KELOMPOK A2
Saluran kelamin betina terdiri atas : tuba fallopii, cornua uteri, corpus
uteri, cervix uteri, vagina dan vulva (Fossum,2002). Tuba falopii berfungsi
sebagai tempat terjadinya fertilisasi ovum dan sperma. Cornua uteri, cervix
uteri dan corpus uteri merupakan bagian dari uterus yang berfungsi sebagai
lokasi pertumbuhan janin dan sebagai tempat seleksi sperma sebelum
mencapai tuba fallopi. Vagina dan vulva merupakan organ reproduksi betina
paling luar sebagai lokasi terjadinya kopulasi.
2.2 Ovariohisterectomy
2.2.1 Pengertian Ovariohisterectomy
Secara istilah kedokteran, ovariohisterectomy merupakan
gabungan tindakan pengambilan ovarium, corpus uteri dan cornua uteri
(Slatter,2003). Dalam istilah medis, desexing pada kucing betina
disebut dengan spaying, femal neutering, sterilization, fixing, desexing,
ovary and uterine ablation. Tindakan ini bertujuan untuk mengatasi
kelainan pada ovarium dan saluran reproduksi betina apabila terapi
secara kimia sudah tidak dapat dilakukan dan tidak memberikan efek
lebih baik.
Ovariohisterectomy dapat dilakukan pada hampir semua fase
siklus reproduksi tetapi paling baik dilakukan sebelum fase pubertas
dan selama anestrus (Pearson,1973). Usia yang masih sangat muda
membutuhkan waktu bedah yang lebih singkat dan pendarahan lebih
sedikit sehingga akan sembuh lebih cepat, pada akhirnya kucing dan
pemiliknya akan mengalam stres yang lebih sedikit. Efek yang timbul
akibat ovariohisterectomy adalah ketidakseimbangan hormon karena
hilangnya ovarium sebagai kelenjar endokrin (Hosgood,1998).
2.2.3.2 Ketamin
Ketamin HCl merupakan analgesia yang tidak
menyebabkan depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi
berperan sebagai kataleptika (Honamand,2008).
Setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan
tetap ada dan mata masih terbuka.
Ketamin dapat diberikan secara oral, IM, rectal, nasal
dan epidural dengan bioavibilitas pada oral sebesar 20%,
intramuscular 90 %, rectal 25% , epidural 77% dan nasal 50%.
Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang bagus
(Sardjana dan Kusumawati, 2004). Dosis pada kucing 10-30
mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama
kerja obat 30-40 jam dan recoverinya 100-150 menit. Dosis
ketamin pada anjing dan kucing ialah 10-20 mg/kg diberikan
secara intra muskuler. Penggunaan kombinasi ketamine-
xylazine memiliki keuntungn memudahkan pemberian,
ekonomis, induksi cepat, dan jarang menimbulkan komplikasi
klinis (Benson et all, 1985)
2.2.3.3 Xylazine
Dalam tindakan anesthesia hewan, xilazin
dikombinasikan dengan ketamine sebagai sedatif, analgesik dan
relaksasai otot. Kelemahan xylazine adalah efek analgesia yang
tidak dapat diukur. Efek samping dari xylazine adalah
mengalami penurunan tekanan darah dan menimbulkan
bradikardi. Pada kucing xylazine merangsang pusat muntah
sehingga sering digunakan sebagai emetic.
Pada penggunaannya, xylazine tidak boleh digunakan
pada hewan yang hypersensitive terhadap senyawa xylazine dan
tidak dianjurkan pada hewan yang menerima epinefrin
(Honarmand,2008).
BAB III
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
Menit 165 180 195 210 225 240 255 270 285 300 315
Pulsus 120 80 84 120 108 96 80 96 88 104 108
Temp.(̊C) 36,9 36,5 35,5 36,5 35,7 35,4 35 35,4 35,9 35,9 36,1
Menit 330 345 360 375 390 405 420 435 450 465 480
Pulsus 100 116 144 116 100 144 112 100 116 116 108
Temp.(̊C) 36,3 36,1 36,5 36,7 37,1 37,3 37,2 37,5 37,6 37,9 38,3
Gb.1 Pencukuran Rambut Gb.2 Pemasangan duk clem Gb.3 Insisi dan Preparasi
4.2 Preoperasi
Hewan yang digunakan pada operasi ovariohisterectomy merupakan
kucing peliharaan rumahan milik individu. Pemeriksaan hewan sebelum
operasi dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan terkini dari pasien
karena berpengaruh besar pada kelancaran operasi dan recovery pascaoperasi.
Prasyarat kucing yang akan dilakukan ovariohisterectomy harus dalam
kondisi sehat, tidak bunting dan menyusui, karena saat fase laktasi, akan
banyak pembuluh darah yang menginervasi kelenjar mamae.
Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil bahwa total pulsus
adalah 124x/menit (normal: 140-220x/menit), suhu 38,4 ̊C (normal: 38,1-
39,5’C), respirasi 40x/menit (normal: 24-42/menit) dan CRT < 2 detik.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, kucing tidak mengalami kebuntingan
dan laktasi sehingga laik untuk dilakukan ovariohisterectomy. Sebelum
tindakan operasi, kucing dipuasakan 8 – 12 jam.
4.3 Tahap Anaesthesi
Sebelum dilakukan operasi, kucing diberikan obat preanesthesi /
premedikasi untuk persiapan pasien sebelum pemberian obat anesthesia baik
local, regional maupun general (Sardiana, 2011). Pemberian premedikasi
berfungsi untuk menenangkan hewan sehingga mudah dikendalikan,
mengurangi dosis anesthesia, mengurangi efek otonomik berlebihan,
mengurangi efek samping dan mengurangi rasa nyeri saat operasi. Obat yang
digunakan dalam anesthesia premedikasi meliputi golongan antikolinergik,
analgesic, neuroleptanalgik, transquilizer, obat dissosiatif dan barbiturate
(Sardjana, 2004).
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan tindakan medis berupa pembedahan. Agen anestesi umum
dapat digunakan melalui injeksi, inhalasi atau melalui kombinasi beberapa
anastikum yang disebut balanced anesthesia untuk mendapatkan efek anestesi
yang diinginkan dengan efek samping minimal (Harvey,1980). Anesthesi
umum seara injeksi merupakan metode yang paling sering dilakukan karena
tidak merusak jaringan, tidak menimbulkan nyeri, cepat terabsorbsi dan
memiliki pengaruh minimal terhadap organ tubuh terutama system respirasi
dan kardiovaskuler (Susilo,2009). Pemilihan obat anestesi didasarkan atas
beberapa pertimbangan mencakup kondisi pasien, sifat obat, efek samping,
jenis tindakan medis yang dilakukan serta lamanya tindakan medis
berlangsung (Saunders, 2003).
Setelah pemberian zat pra-anastesi dan zat anastesi dilakukan maka
kemudian perlu juga diperhatikan efek anastesi terhadap pasien. Jika pasien
masih ada respon gerak dan rasa sakit perlu diberikan tambahan dosis anastesi
sepertiga dari dosis awal. Setelah dipastikan bahwa respon pasien sudah tidak
ada maka, hal selanjutnya yang perlu diperhatikan yakni respon pasien
terhadap zat anastesi, jika respon berlebihan maka denyut jantung, pulsus,
nafas suhu akan menurun dan pasien mencapai keaadaan kritis.
Pada tindakan ovariohisterectomy ini digunakan obat premedikasi
berupa castran 0,02 mg/kg BB sejumlah 0,052 ml secara Intramuskuler.
Selanjutnya diberi sedative atropine 0,04 mg/kgBB sejumlah 0,104 ml
melalui Subcutan selama 15 menit sedangkan anestesi yang digunakan adalah
campuran dari ketamine 10 mg/kgBB dan xylazine 2 mg/kgBB dengan
jumlah masing-masing 0,26 ml dan dikombinasikan menjadi 1 dengan
perbandingan 1 : 1 hingga reflek kesadaran menghilang.
4.4 Tahap Operasi
Kucing yang telah memasuki stadium anaesthesi direstrain
menggunakan tali kekang pada keempat kakinya serta dilakukan pencukuran
pada area abdomen. Mulut kucing diganjal dengan tampon dan lidah
dikeluarkan agar tidah terjadi penyumbatan jalan nafas. Setelah itu dibuat
sayatan pada posterior umbilical dengan panjang kurang dari 3-4 cm.
Penyayatan tidak perlu dilakukan terlalu lebar karena penyembuhan luka akan
tergolong lebih lama. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian
subkutan dan dilakukan preparasi tumpul hingga menemukan lapisan
peritoneum. Pada lapisan peritoneum akan terlihat garis putih yaitu linea
alba. Penyayatan pada linea alba berfungsi menghindari pembuluh darah
kecil yang menginervasi area peritoneum (Saunders,2003).
Setelah linea alba disayat maka dilakukan retraksi menggunakan
retractor untuk menyibakkan jaringan diatas peritoneum. Pencarian uterus dan
ovarium dilakukan menggunakan jari telunjuk. Setelah itu, uterus ditarik
keluar untuk selanjutnya dipreparir antara mesometrium, mesosalphinx dan
mesoovarium. Ovarium memiliki penggantung berupa mesovarium yang
berfungsi menjaga posisi ovarium dan dari guncangan serta tempat
vaskularisasi dan inervasi.
Daerah ini perlu dilakukan ligasi karena terdapat beberapa arteri besar.
Dengan menggunakan arteri klem dilakukan penjepitan pada bagian
penggantung ovarium dan pembuluh darahnya menggunakan dua arteri klem
yang bersebelahan. Pada anterior klem arteri dilakukan ligasi menggunakan
silk 2-3 kali untuk mengurangi resiko bocornya pembuluh darah. Setelah
ligasi cukup kuat maka dilakukan pemotongan pada daerah penggantung
menggunakan gunting. Rongga abdomen yang mengalami kontak dengan
udara akan lebih cepat kering sehingga perlu ditambahkan NaCl fisiologis
pada rongga abdomen.
Setelah dua ovarium terligasi maka bagian corpus yang dilakukan
ligasi dengan cara penjahitan menggunakan catgut chromic 3.0 dengan cara
kuat melingkar. Setelah itu dilakukan pemotongan dengan gunting dan
diberikan vicillin untuk antibiotik. Apabila sudah dipastikan tidak ada ligasi
yang mengalami kebocoran, dilakukan penjahitan pada perioneum dan linea
alba menggunakan catgut chromic3.0 dengan simple interrupted suture. Pada
daerah subkutan, dijahit menggunakan double metode yaitu simple
continuous suture dan matras continuous horizontal untuk memperkuat
jahitan dengan catgut chromic. Daerah kulit dijahit mengginakan silk dengan
tipe jahitan simple interrupted suture. Setelah operasi selesai, diberikan
povidone iodine pada area luka dan penicillin G tabur lalu ditutup dengan
kassa yang difiksasi menggunakan hipafix. Untuk mencegah kucing
menyentuh luka maka dipasang gurita untuk menutup wilayah abdomen.
Berdasarkan rekam medik selama operasi, sesaat setelah pemberian
anesthesia, suhu tubuh dan frekuensi nafas masih normal namun mengalami
penurunan pada menit ke 180. Hal ini terjadi karena waktu paruh obat
anaesthesi yang berkisar antara 2-3 jam. Setelah operasi selesai, kucing
mengalami hipotermia sehingga diberikan lampu penghangat berupa lampu
sampai kembali normal pada pukul 21.50 dengan suhu 38,3 0C
4.4 Tindakan Pascaoperasi
Perawatan pascaoperasi merupakan salah satu faktor paling berperan
dalam laju kesembuhan luka pasien (Aspinal,2006). Pemantauan kondisi
kucing dilakukan hingga kucing mencapai suhu normal, kucing sadar dan
mulai ada respon makan dan minum. Perawatan luka meliputi :
Pemberian antibiotic berupa amox syrup selama 5 hari berturut turut
Pengamatan kondisi pasien dengan mengukur pulsus, respirasi dan CRT
Perlindungan daerah luka dengan penggantian kassa 2 hari sekali
Pembersihan kandang untuk mencegah kontaminasi agen biologis
Pemberian nutrisi berupa makan dan minum sesuai dengan porsi
recovery
Dengan perawatan luka yang baik, maka dalam jangka 7 hari luka akan
menyatu dengan baik dan dapat dilakukan pengambilan jahitan kulit.
Pengambilan silk pada kulit berfungsi untuk menuntaskan penyembuhan
jaringan dan menghindari adanya akumulasi mikroorganisme pathogenic
yang mempengaruhi kesembuhan luka.
BAB V
KESIMPULAN
Saunders. 2003. Text Book Of Small Animal Surgery. The Curtis Center :
Philadelphia
Soegiri, Wulansari, Retno. 2007. Cara- cara mengekang Hewan. IPB Press :
Bogor
Slatter, DH. 2003. Textbook of Animal Surgery. WB Saunders : Philadelphia
Susilo. A. 2009. Manajemen dan Penelitian Kesehatan dengan Hewan
Coba.Warta UII : Jakarta