Laporan Praktikum Fkhub

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH BIOETIKA VETERINER

PEMBUATAN RANCANGAN PENELITIAN

Disusun oleh :

Ovi Prudenta (115130100111011)

PKH 2011 A

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Infeksi merupakan penyebab utama kematian di dunia terutama di daerah

tropis, seperti Indonesia. Infeksi merupakan akibat dasi invasi mikrobiologis berupa bakteri

terhadap suatu jaringan yang akan menimbulkan perubahan struktur dasar dan fungsional

jaringan sehingga diikuti dengan abnormalitas fisiologis tubuh. Penyakit infeksi masih

menempati urutan teratas penyebab penyakit dan kematian di Negara berkembang,

termasuk Indonesia. Bagi hewan ekonomi, penyakit infeksius berpengaruh dalam

perkembangan laju hasil produksi hewan yang berdampak pada materiil peternak.

(Wahyono, 2007).

Berdasarkan data statistik Amerika, kematian di ruang perawatan intensif di

Amerika sebanyak 40% disebabkan oleh bakteri gram positif dan 60% oleh bakteri gram

negative (Nasronuddin, 2007). Lisa (2007) menyatakan bakteri Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen terpenting dan berbahaya di antara marga

Staphylococcus dan Pseudomonas. Pada kasus yang sering terjadi di peternakan, kedua

jenis bakteri ini dapat menginduksi timbulnya penyakit mastitis yang berdampak pada hasil

produksi susu di peternakan. Pengobatan menggunakan senyawa kimia terkadang efektif

untuk menangani kasus infeksi namun, tidak sebanding dengan dampak yang diperoleh

akibat akumulasi antibiotik dalam sirkulasi tubuh sehingga mendorong para ahli untuk

meneliti senyawa bioaktif herbal yang memiliki fungsi antibiotic yang baik dengan efek

samping yang minimal salah satunya adalah dengan pemberian Binahong (Arnedera

cordifolia (Ten) Steenis).

Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) adalah tanaman obat

potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal dari dataran

Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi, dikenal dengan sebutan Madeira Vine.
(Manoi, 2009). Belum diketahui secara pasti kandungan kimia binahong, tetapi

tanaman dengan genus sama yaitu Anredera scandens (L) Mor telah diteliti

mengandung alkaloid, polifenol, dan saponin (Syamsul dan Sri, 2009). Penelitian

mengenai aktivitas antibakteri daun binahong dan kandungan metabolit sekundernya

pernah dilakukan, bahwa dalam simplisia daun binahong terkandung senyawa alkaloid,

polifenol, dan saponin (Annisa dan nurul, 2007).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini kami ajukan dengan judul

“Pengaruh Pemberian Ekstrak Binahong (Arnedera cordifolia (Ten) Steenis pada

Tikus (Ratus novergicus) terhadap Penurunan Jumlah Populasi Pseudomonas

aerugenosa dan Staphylococcus aureus dalam Kasus Mastitis”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan adanya penelitian untuk menjawab

rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak Binahong (Arnedera cordifolia (Ten)

Steenis) terhadap jumlah koloni bakteri Pseudomonas aerugenosa dan

Staphylococcus aureus dalam manifestasi penyakit mastitis.

1.2.2. Bagaimana pengaruh dari pemberian ekstrak kulit manggis terhadap keadaan

histopatologi kelenjar mamae.

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1.3.1 Melihat pengaruh pemberian ekstrak Binahong (Arnedera cordifolia (Ten)

Steenis) terhadap jumlah koloni bakteri Pseudomonas aerugenosa dan

Staphylococcus aureus dalam manifestasi penyakit mastitis.

1.3.2 Melihat pengaruh dari pemberian ekstrak kulit manggis terhadap keadaan

histopatologi kelenjar mamae.


1.4 Luaran

Luaran dari penelitian ini adalah artikel ilmiah yang akan dijadikan sebagai dasar

penelitian selanjutnya dan dasar dalam penggunaan ekstrak binahong sebagai terapi

dalam kasus mastitis dan diharapkan dapat dioptimalkan sebagai obat herbal alternative

dalam kasus infeksius,

1.5 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yakni:

1.5.1 Bagi Mahasiswa

- Menambah wawasan dan keterampilan proses penelitian dan lab skill

- Memiliki pioner produk ekstrak Binahong yang teruji pre-klinis.

1.5.2 Bagi Perguruan Tinggi

- Mengidentifikasi dan menguji khasiat pengobatan mastitis dari senyawa kimia

Binahong untuk digunakan sebagai acuan penelitian berikutnya.

1.5.3. Bagi Pemerintah

- Memberikan kontribusi bagi penanganan penyakit Mastitis yang berpengaruh dalam

bidang industry hasil peternakan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mastitis

2.1.1 Pengertian Mastitis

Mastitis merupakan penyakit infeksius pada ambing akibat bakteri

patogenik yang masuk melalui lubang puting sehingga menganggu pembentukan

susu pada alveoli dan tubulus kelenjar mamae. Mastitis disebabkan oleh bermacam

jenis bakteri, beberapa diantaranya adalah Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aerugenosa. Dengan terapi antibiotika, S. aureus dapat dimusnahkan

dari permukaan kulit ambing, namun akan tetap tumbuh pada jaringan ikat yang

lebih dalam dan ini menyebabkan S. aureus cenderung menjadi resisten terhadap

antibiotika. Sifat resistensi ini juga ditentukan oleh gen resisten yang terbawa oleh

plasmid. Kegagalan pengobatan juga disebabkan karena kegagalan antibiotika

mencapai jaringan yang terinfeksi atau bakteri penyebabnya. Bakteri umumnya

bertahan pada jaringan dalam beberapa minggu atau bulan sebagai penyebab

mastitis subklinis.

2.1.2 Epidemiologi Mastitis

Infeksi bakteri merupakan penyebab mastitis yang paling banyak dijumpai.

Staphylococcus sp. merupakan bakteri yang paling banyak diisolasi dari kasus

mastitis klinis maupun subklinis. Prevalensi mastitis klinis dan subklinis pada

kambing sekitar 36,4% dengan prevalensi masing-masing Staphylococcus spp.

Nonhemolytic 38,2%, S. aureus 11,0%, E. coli 1,6% dan Pseudomonas spp. 1,2%

(Contreras et al. 2007). Prevalensi mastitis subklinis pada kambing di Negara Israel

berkisar 35-71% dan Staphylococcus aureus koagulase negatif sebagai

penyebabnya (Leitner et al.2004).


2.1.3 Patogenesa Mastitis

Patogenesa dimulai dengan masuknya mikroorganisme ke dalam kelenjar

melalui lubang putting. Kadang kadang terjadi secara limfogen dan hematogen.

Secara teoritis radang dibedakan menjadi beberapa fase yaitu fase invasi, infeksi

dan infiltrasi. Fase invasi adalah masuknya mikroorganisme ke dalam puting. Tidak

jarang mikroorganisme pathogen sudah lama berada di bawah puting sehingga

infeksi terjadi akibat terbukanya lubang saluran putting. Setelah mikroorganisme

berhasil masuk ke kelenjar, akan terjadi pembentukan koloni dalam waktu singkat

yang akan menyebar ke dalam tubuli dan alveoli (infiltrasi) sehingga tubuh akan

bereaksi dengan memobilisasikan leukosit .

2.2 Binahong (Arnedera cordifolia (Ten) Steenis)

2.2.1 Klasifikasi Binahong

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliopsida

Sub-kelas : Hemamelidae

Ordo : Caryophyllales

Familia : Basellaceae

Genus : Arnedera

Spesies : Arnedera cordifolia (Ten) Steenis (Pink,2004)

2.2.2 Asal dan habitat Binahong

Binahong (Arnedera cordifolia (Ten) Steenis merupakan tumbuhan yang

diduga berasal dari Australia, Afrika Selatan, Hawaii, New Zaeland dan Pulau

pasifik lainnya. Tumbuhan ini tumbuh di dataran rendah maupun tinggi (Pink,2004)
2.2.3 Kandungan Binahong (Arnedera cordifolia sp.)

Berdasarkan penelitian, daun Binahong (IArnedera cordifolia (Ten)

STeenis) mengandung saponin, alkaloid dan polifenol (annisa, 2007). Alkaloid

mencakup senyawa basa satu atau lebih atom nitrogen sebagai sistem siklik yang

sering toksik dan digunakan secara luas di bidang pengobatan. Rachmawati (2007)

telah melakukan skrining fitokimia daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten )

Steenis dengan melakukan maserasi terhadap serbuk kering daun dengan

menggunakan pelarut n-heksana dan metanol didapatkan kandungan kimia berupa

Saponin triterpenoid, flavanoid dan minyak atsiri. Rochani (2009), melakukan

ekstraksi dengan cara maserasi daun binahong dengan menggunakan pelarut

petroleum eter, etil asetat dan etanol, setelah dilakukan uji tabung ditemukan

kandungan alkaloid, saponin dan flavanoid, sedangkan pada analisis secara KLT

ditemukan senyawa alkaloid, saponin dan flavanoid. Setiaji (2009) telah melakukan

ekstraksi pada rhizome binahong dengan pelarut etil asetat, petroleum eter, dan

etanol 70% di dapatkan senyawa alkaloid, saponin,flavonoid dan polifenol


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing – masing 4 ulangan.

3.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Biosains Universitas Brawijaya

Malang.

3.3 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus

novergicus) dengan umur 3 bulan dan berat badan ±200 g dengan dimintakan sertifikat

Laik Etik dari KEP-UB (Komisi Etik Penelitian Universitas Brawijaya).

3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang diamati adalah populasi koloni Pseudomonas aeruginosa dan

Staphylococcus aureus berdasarkan histopatologi kelenjar mamae.

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus beserta tempat

makan dan minum, sonde, dissecting set, mikroskop, cover glass, object glass, minyak

emersi, kertas label, mikrotom, fotometer atau analyzer kimiawi, spektrofotometer,

kromatografi, dan alat sentrifugasi.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus novergicus)

jantan, makanan dan air minum tikus, Pseudomonas aerugenosa, Staphylococcus aureus

ekstrak kulit manggis, Paraformaldehid 4%, alkohol, entelan, akuades, Pelarut organik

untuk maserasi, sampel serum, heparin, dan enzim diasetil monoksim.

Anda mungkin juga menyukai