Disusun Oleh :
Kelompok 7
Ketua Anggota : Marmina
1. Marmina (1826040179.P)
2. Sulastri (1826040010.P)
3. Elma Nurbaini (1826040081.P)
4. Novi Hartati (1826040130.P)
5. Ilhayati (1826040159.P)
6. Zaliana (1826040152.P)
7. Dessil Novitalia (1826040258.P)
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
LANDASAN TEORI
1
merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu
lama sehingga timbul komplikasi pada ibu dan atau janin, seperti dehidrasi,
infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan Kematian Janin Dalam Kandungan
(KJDK). Harus pula kita bedakan dengan partus tak maju, yaitu suatu
persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada
pembukaan serviks, turunnya kepala, dan putar paksi selama 2 jam terakhir.
Persalinan pada primitua biasanya lebih lama. Pendapat umum ada yang
mengatakan bahwa persalinan banyak terjadi pada malam hari, ini disebabkan
kenyataan bahwa biasanya persalinan berlangsung selama 12 jam atau lebih,
jadi permulaan dan berakhirnya partus biasanya malam hari. Insiden partus
lama menurut penelitian adalah 2,8-4,9%.3,7
C. Etiologi
Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :2,4,,5,8
1. Tenaga atau Kekuatan (power) : his (kontraksi uterus), kontraksi otot
dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi
ligamentum rotundum, efektivitas kekuatan mendorong dan lama
persalinan. His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi, sehingga persalinan mengalami hambatan
atau kemacetan. Jenis-jenis kelainan his:
. Inersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan
lebih jarang dibandingkan dengan his yang normal. Selama
ketubannya masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu
maupun janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama.
Keadaan ini dinamakan inersia Uteri Primer. Inersia Uteri Sekunder:
kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan
dalam waktu yang lama.
a. His terlampau kuat. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga biasa,
kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan
2
terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang
sangat singkat.
b. Incoordinate uterine contraction. Disini sifat his berubah, tonus otot
uterus meningkat juga diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung
seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-
bagiannya. His menjadi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
2. Janin (passanger) : letak janin, posisi janin, presentasi janin dan bentuk
janin.
. Kelainan letak, posisi atau presentasi janin
1) Posisi Oksipitalis Posterior Persisten
2) Presentasi Puncak Kepala
3) Presentasi Muka
4) Presentasi Dahi
5) Letak Sungsang
6) Letak Lintang
7) Presentasi Ganda
a. Kelainan bentuk janin
1) Pertumbuhan janin yang berlebihan
2) Hidrosefalus
3) Kelainan bentuk janin yang lain: janin kembar melekat (double
monster), janin dengan perut besar, tumor-tumor lain pada janin.
3. Jalan Lintas (passage) : ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks
untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk
memanjang.
Panggul menurut morfologinya dibagi 4 yaitu :
a. Panggul ginekoid. Jenis panggul yang paling banyak pada wanita
normal, mempunyai diameter terbaik untuk lahirnya janin tanpa
komplikasi. Pintu atas panggul berbentuk hamper bulat. Bentuk
panggul ini ditemukan pada 45% wanita.
b. Panggul anthropoid. Panggul yang memiliki bentuk agak lonjong
seperti telur, pada bidang pintu atas panggul dengan diameter
3
terpanjang antero-posterior. Arkus pubis sempit dan lebarnya kurang
dari 2 jari, sehingga menyebabkan penyempitan pintu bawah panggul.
Bentuk panggul ini ditemukan pada 35% wanita.
c. Panggul android. Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi jelek
dan lebih jarang dijumpai dibanding bentuk ginekoid. Panjang
diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa,
akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sacrum. Spina
iskiadika menonjol ke dalam jalan lahir dan pintu bawah panggul
menunjukan suatu arkus pubis yang menyempit. Bentuk panggul ini
ditemukan pada 15% wanita.
d. Panggul platipelloid. Panggul berbentuk datar dengan tulang-tulang
yang lembut, jenis panggul ini paling jarang dijumpai dan jumlahnya
kurang dari 5% ditemukan pada wanita. Pintu atas panggul lebih jelas
terlihat dimana menunjukan pemendekan dari diameter antero-
posterior, sebaliknya diameter transversal lebar.
4. Kejiwaan (psyche) : persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman
persalinan, dukungan orang terdekat dan intregitas emosional. Selain
karena kejiwaan bisa juga dipengaruhi oleh faktor penolong (provider) :
pimpinan yang salah.
Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan
juga mempunyai peran yang sangat penting. Penolong persalinan
bertindak dalam memimpin proses terjadinya kontraksi uterus dan
mengejan hingga bayi dilahirkan. Selanjutnya melakukan perawatan
terhadap ibu dan bayi. Oleh karena itu, penolong persalinan seharusnya
seorang tenaga kesehatan yang terlatih dan terampil serta mengetahui
dengan pasti tanda-tanda bahaya pada ibu yang melahirkan, sehingga bila
ada komplikasi selama persalinan, penolong segera dapat melakukan
rujukan.
Hasil penelitian Irsal dan Hasibuan di Yogyakarta menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh dan secara statistik bermakna terhadap
kejadian kala II lama adalah penolong persalinan bukan dokter, sehingga
4
selanjutnya perlu persalinan tindakan di RS. Demikian pula hasil penelitan
Rusydi di RSUP Palembang, menemukan bahwa partus kasep yang
akhirnya dilakukan tindakan operasi, merupakan kasus rujukan yang
sebelumnya ditolong oleh bidan dan dukun di luar rumah sakit.
Sebab-sebab terjadinya partus kasep ini adalah multikomplek dan tentu
saja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan
yang baik, dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor penyebab adalah antara
lain:3
1. Kelainan letak janin
2. Kelainan-kelainan panggul
3. Kelainan his
4. Pimpinan partus yang salah
5. Janin besar atau ada kelainan kongenital
6. Primitua
7. Perut gantung, grandemulti
8. Ketuban pecah dini
D. Gejala Klinik
1. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan
lemah, pernapasan cepat dan meteorismus, cincin retraksi patologis,
edema vulva, edema serviks, his hilang atau lemah.
Cincin retraksi patologis Bandl sering timbul akibat persalinan yang
terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah
uterus, dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.
Pada partus kasep dapat juga muncul tanda-tanda ruptur uteri:
perdarahan dari OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba dari
luar, pemeriksaan dalam: bagian terendah janin mudah didorong ke atas,
robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.
5
2. Pada janin
a. Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif, air
ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
b. Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup
besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius. Biasanya
kaput suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun, akan menghilang
dalam beberapa hari.
c. Moulage kepala yang hebat, akibat tekanan his yang kuat, lempeng-
lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain.
d. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
e. Kematian Janin Intra Parital (KJIP)
E. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:7
1. Adanya tanda dan gejala klinis partus lama:
a. Ibu kelelahan dan dehidrasi
b. Vulva edema
c. Perut kembung
d. Demam
e. Kaput suksedaneum
f. RUI
2. Adanya komplikasi pada ibu:
. Gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit, asidosis
a. Infeksi intrauterin sampai sepsis
b. Dehidrasi sampai syok
c. Robekan jalan lahir sampai robekan rahim (ruptur uteri)
3. Adanya komplikasi pada janin:
. Gawat janin
a. Kematian janin
6
F. Penatalaksanaan
Memperbaiki keadaan umum ibu bertujuan untuk:
1. Koreksi cairan (rehidrasi)
2. Koreksi keseimbangan asam basa
3. Koreksi keseimbangan elektrolit
4. Pemberian kalori
5. Pemberantasan infeksi
6. Penurun panas
Tindakan yang diberikan:
7
G. Komplikasi
1. Ibu
a. Infeksi sampai sepsis. Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam
ibu dan janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya
ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia
dan sepsis pada ibu dan janin.
b. Dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ-organ
c. Robekan jalan lahir
d. Ruptur uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan
bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas
tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio sesarea.
e. Robekan serta pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan
rektum. Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas
panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama,
bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat
mengalami tekanan berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, maka dapat
terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah
melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal,
atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini terjadi
setelah persalinan kala dua yang sangat berkepanjangan.
2. Anak
a. Gawat janin dalam rahim sampai meninggal
b. Lahir dalam asfiksia berat sehingga menimbulkan cacat otak
menetap
c. Trauma persalinan
d. Patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena pertolongan persalinan
dengan tindakan.
8
BAB II
KASUS
A. Kasus
Pasien dikirim oleh bidan ke kamar bersalin dengan keluhan utama
partus lama. Ketuban pecah pada tanggal 18 juni jam 10.00 wib. Sebelumnya
dibantu oleh dukun kemudian jam 17.00 wib diantar ke bidan namun sampai
jam 20.00 wib tidak ada kemajuan dalam persalinan. Pada jam 20.50 wib
pasien datang e kamar bersalin RSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo.
Pada anamnesa obstetrik didapatkan dan pasien ini adalah kehamilan
pertama setelah 17 tahun menikah dan pada kasus ini dilihat dari segi sosial
merupakan bayi mahal. Pasien pertama kali merasakan gerakan janin ketika
usia kehamilan 5 bulan dan selama kehamilan tidak ditemukan adanya
kelainan.
Pemeriksaan keadaan umum penderita didapatkan kesadaran compos
mentis, tekanan darah 140/100 mmHg, Nadi 108 kali per menit, suhu 38 0C
dan pernapasan 25 kali per menit. Genitalia externa terjadi oedem vulva dan
adanya oedem pada extremitas inferior. Dilihat dari tekanan darah yang
meningkat dan adanya oedem pada pasien ini ditemukan gejala klinis dari pre-
eklampsi ringan.
Pemeriksaan obstetri ditemukan mamma membesar dan tegang.
Inspeksi abdomen membesar dan simetris. Palpasi abdomen didapatkan tinggi
fundus uteri 3 jari bawah processus xyphoideus, letak punggung kanan, bagian
terbawah janin kepala dan kepala belum masuk pintu panggul atas 4/5 dari
symphisis pubis. Perkusi abdomen ditemukan ada meteorismus dan timpanin
sedangkan auscultasi didapatkan cortonen 168 kali per menit, cepat dan bising
usus meningkat dari anamnesa dan pemeriksaan abstetri membuktikan bahwa
pasien ini benar hamil. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan lengkap,
ketuban negatif hijau kental bercampur mekonium dan adanya caput.
Dari anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan ditemukan gejala
klinis pada ibu yaitu : pernapasan cepat, febris, oedem vulva, meteorismus +
9
dan timpani serta bising usus meningkat. Sedangkan pada janin didapatkan
fetal dystress dan ketuban kehijauan dan bercampur mekonium serta adanya
caput. Hasil dari pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa pasien dalam
keadaan inpartu dengan kala II lama.
Dilihat dari beberapa gejala klinis yang ditemukan pada pasien ini serta
janinnya mengarah pada gejala klinis partus kasep. Selain gejala klinis juga
didukung oleh pembukaan serviks lengkap dan kala II yang lama. Secara
patofisiologis pada pasien ini kemungkinan terjadi kelainan pada panggul dan
karena faktor penolong. Dari data yang didapatkan menegakkan diagnosis
partus kasep pada pasien ini.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah yang pertama memperbaiki
keadaan umum pasien dengan pemberian cairan dextrose 5% 500cc grojok
kemudian disesuaikan dengan produksi urine. Pemberian oksigen 5
liter/menit. Pemberian amoxan 1gr intra vena. Pemasangan dauer cateter.
Yang kedua terminasi kehamilan dengan seksio cesarea. Pada pasien ini yang
dipilih seksio sesarea karena untuk melakukan forsep atau vakum tidak
memenuhi syarat. Selain itu mengingat dari segi sosial bayi ini merupakan
bayi mahal.
10
BAB III
PENUTUP
A. Analisa 5W + 1H
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi kejadian partus lama?
Faktor yang memperngaruhi kejadian partus lama yaitu :
1) His tidak efisien (adekuat)
2) Faktor janin (mal presentasi, malposisi, janin besar)
3) Faktor jalan lahir (pinggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
4) Disproporsi fetovelvik
5) Kerja uterus yang tidak efisien
6) Usia
7) Paritas
8) Ketuban pecah dini ketika serviks masih tertutup, keras dan belum
mendatar.
9) Analgesik dan anastesis yang berlebihan dalam fase leten
10) Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan
11) Respons stres
12) Pembatasan mobilitas dan postur semi-rekumben
13) Puasa ketat
11
d. Ruptur uteri. Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan
bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas
tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio sesarea.
e. Robekan serta pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan
rektum. Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas
panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama,
bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat
mengalami tekanan berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, maka dapat
terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah
melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal,
atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini terjadi
setelah persalinan kala dua yang sangat berkepanjangan.
12
4. Kapan fase late pada partus lama terjadi?
a. Fase laten yang memanjang
Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau
waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan abnormal. Sebab-
sebab fase laten yang panjang mencakup:
1) Serviks belum matang pada awal persalinan
2) Posisi janin abnormal
3) Disproporsi fetopelvik
4) Persalinan disfungsional
5) Pemberian sedatif yang berlebihan
Serviks yang belum matang hanya memperpanjang fase laten, dan
kebanyakan serviks akan membuka secara normal begitu terjadi
pendataran. Sekalipun fase laten berlangsung lebih dari 20 jam, banyak
pasien mencapai dilatasi serviks yang normal ketika fase aktif mulai.
Meskipun fase laten itu menjemukan, tapi fase ini tidak berbahaya bagi
ibu atau pun anak.
5. Dimana letak posisi tertahannya kepala bayi pada kasus partus lama?
Biasanya tertahannya kepala bayi berada di hodge 2 karena kepala bayi
masih tinggi.
13
b. Bahaya bagi janin
Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas
janin dan semakin sering terjadi keadaan berikut ini :
1) Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
2) Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
3) Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang
sulit
4) Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini
mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat
membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.
14
BAB IV
SOAP
A. Identitas
Nama : Ny. ”NM”
Usia : 32 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Kayangan – Kabupaten Lombok Utara
MRS : 17 September 2010
No. RM : 209697
B. Anamnesa :
1. Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri perut menjalar ke
pinggang.
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien rujukan Polindes Santong dengan
G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala II lama. Pasien mengeluh nyeri perut
menjalar ke pinggang sejak pukul 12.00 (16/09) disertai lendir darah.
Keluar air dari jalan lahir pukul 17.00, jernih, tidak berbau. Gerakan janin
masih dirasakan oleh pasien. Pasien mengeluh panas badan yang muncul
sejak pasi en dirawat di Polindes. P erut kembung disangkal .
3. Kronologis:
12.00 (16/09)
Pasien datang ke Polindes pukul 12.00, mengeluh nyeri perut ingin
melahirkan.
4. Hasil pemeriksaan di Polindes didapatkan:
KU : baik Kesadaran : composmentis
TD : 130/80 mmHg FN : 90x/mnt
Suhu : 37,6°C FP : 20x/mnt
5. Pemeriksaan obstetri:
Inspeksi : oedem +/+
Palpasi : TFU : 33 cm, letak kepala, punggung kiri
15
Auskultasi : DJJ : (+) 144x/menit
12.35
S : Nyeri perut (+)
O : VT : Φ 4 cm, eff 45%, ket (+), kepala penurunan HI
A : G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala I fase aktif
P : Observasi kesejahteraan ibu dan janin
16.40 :
S : Nyeri perut (+)
O : VT : Φ 8 cm, eff 85%, ket (+), kepala penurunan HI
A : G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala I fase aktif
P : Observasi kesejahteraan ibu dan janin
18.55:
S : Nyeri perut (+), keluar air dari jalan lahir, jernih, tidak berbau
O : VT : Φ lengkap, eff 100%, ket (-), jernih, kepala penurunan HIII
A : G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala II
P : Pimpin persalinan
19.55
S : Nyeri perut (+)
O : VT : Φ lengkap, eff 100%, ket (-), jernih, kepala penurunan HIII
A : G2P1A0H1 A/T/H/IU dengan kala II lama
P : Rujuk pasien
Terapi dari Polindes:
Riwayat obstetri:
a. 9 tahun, laki-laki, spontan, BBL : 2800 gram, cukup bulan, di PKM
ditolong bidan.
16
b. Ini
Riwayat KB : Suntikan setiap 3 bulan, terakhir pemakaian 1
tahun sebelum pasien hamil.
Rencana KB : Suntikan setiap 3 bulan
ANC : >4x di Posyandu, terakhir 1 bulan yang lalu dan saat itu
dikatakan janin dalam keadaan baik dan kepala sudah memasuki
panggul.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat hipertensi (-), DM (-), asma (-),
penyakit jantung (-), gangguan fungsi hati (-), ginjal (-).
Riwayat penyakit keluarga : (-)
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tek. Darah : 130/80 mmHg FN : 92 x/menit
FP : 24x/menit Suhu : 37,6ºC
Mata : An -/-, Ikterus -/-
Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : striae gravidarum (+), linea nigra (+), perk: timpani
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+
2. Status Obstetri
a. Leopold I : Teraba bokong di fundus, TFU : 33 cm
b. Leopold II : Punggung fetal disebelah kiri
c. Leopold III : Teraba kepala
d. Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP 2/5 bagian
- TBJ : 3410 gram
- His : (+) 3x/10 menit, selama 35 detik
- DJJ : 14-15-14 = 180x/menit
17
- Inspeksi : vulva oedem (+)
- VT : Φ lengkap, ket (-), teraba kepala, UUK kidep, penurunan HIII,
caput (+), tidak teraba bagian kecil/tali pusat janin.
D. Pemeriksaan Penunjang
- Hb : 12,4 g/dL
- Ht : 34,4%
- Leu : 20800/µL
- Plt : 213000/µL
- HBsAg : (-)
E. Diagnosis
G2P1A0H1 hamil 38-39 mgu/T/H/IU presentasi kepala dengan Kala II Kasep
F. Rencana Tindakan
1. Observasi kesejahteraan ibu dan janin
2. Lapor dokter jaga, usul:
a. Resusitasi intra uterin
b. Antibiotik : Inj. Cefotaxime 1 gr
c. Antipiretik : Paracetamol 3x500mg dan kompres
d. Ekstraksi vakum
e. Advis : usul diterima
G. Bayi
Lahir tgl / jam : 17 September 2010 / 02.10 WITA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Apgar Score :3–5
Berat : 3500 gram
Panjang : 50 cm
Kel.kongenital : (-)
Anus : (+)
18
Ketuban : mekonial
H. Plasenta
1. Lahir tgl / jam : 17 September 2010/ 02.12 WITA
2. Kesan lengkap, namun post partum TFU 1 jari di atas umbilikus. Coba
dilakukan eksplorasi, teraba jaringan, namun OUI sudah tertutup. Suspek
rest (sisa) plasenta.
3. Pro USG
19
BAB V
KESIMPULAN
20
maka kontraksinya akan menjadi terganggu sehingga persalinan menjadi
lama.
5. Analgesia epidural
Pemberian analgesia ini dapat menjadikan persalinan lebih lama, baik
persalinan kala satu ataupun kala dua dengan perlambatan kecepatan
penurunan janin.
6. Korioamnionitis
Proses persalinan yang melebihi waktu normalnya dapat meningkatkan
resiko terjadinya infeksi. Begitu pula sebaliknya, infeksi pada selaput
ketuban janin yang terlambat didiagnosa dapat memperpanjang waktu
proses persalinan.
7. Posisi saat melahirkan
Posisi duduk, berjongkok, ataupun punggung yang lebih tinggi 30˚,
diketahui dapat membuat jalan lahir panggul bagian bawah 20-30 % lebih
lebar sehingga persalinan dapat lebih cepat 4 menit dibandingkan dengan
posisi terlentang.
Hal-hal tersebut di atas dapat mempengaruhi kekuatan kontraksi uterus.
Pada kontraksi uterus, dibutuhkan tekanan minimal 15 mmHg untuk membuat
serviks berdilatasi. Kontraksi rata-rata uterus pada saat persalinan adalah 60
mmHg. Namun pada orang yang memiliki gangguan kontraksi uterus karena
hal tersebut di atas, memungkinkan tekanan kontraksi uterus kurang dari 15
mmHg sehingga dilatasi serviks ikut terganggu.
21
DAFTAR PUSTAKA
22