Anda di halaman 1dari 2

MATEMATIKANYA ALLAH

Galau. Cemas. Sedih. Takut. Marah. Semua aura negatif biasanya bermuara pada terlalu sibuknya kita
memikirkan pendapat orang lain.

GALAU. "Sebel ih kok dia gak pernah bales DM aku. Apa aku gak penting di mata dia? Apa dia benci sama
aku?"

CEMAS. "Kenapa sih orang-orang itu suka sinis kalo ketemu aku? Jangan-jangan mereka semua lagi
ngefitnah aku."

SEDIH. "Laptopku hilang kemaren. Aku gak berani bilang sama orangtua. Bapak lagi sakit. Pasti dia
kecewa."

TAKUT. "Aduh. Aku takut gak lulus sidang dan gak bisa menuhin harapan banyak orang ke aku."

MARAH. "Kenapa? Sirik? Jangan sok-sok nasehatin deh. Dasar cewek kurang kerjaan!"

Saat perasaan-perasaan itu muncul, berarti hati kita udah disetir sama orang lain.

Kita jadi sibuk mikirin mereka yang belum tentu juga mikirin kita. Rugi banget gak sih? Atau kita jadi
ngedahuluin Allah dalam berprasangka.

Maka perasaan itu harus jadi stimulus buat kita memperbaiki diri, buat kita semakin mengaku lemah di
hadapan Allah.

Allah gak mungkin zalim membiarkan kita dizalimi. Pasti ada maksud baik Allah di dalamnya. Allah ingin
mengukur sejauh mana kita yakin sama matematikanya Allah.

.
Mungkin selama ini kita sok tahu dengan logika kita sendiri, merumuskan kebahagiaan versi kita sendiri.
Mengukur suatu keberhasilan dari sebagus apa ekspektasi orang lain tentang kita.

Padahal matematikanya Allah beda sama matematikanya kita. Inget aja waktu Musa sama pengikutnya
dikejar pasukan Firaun. Mereka tiba di tepi laut merah.

Hampir semua pengikutnya Musa bilang, "Waduh! Ketangkep nih! Mati deh kita bentar lagi!"

Musa tidak pakai logikanya sendiri. Dia pakai logika Allah. Makanya dia memohon pertolongan sama
Allah. Dan hasilnya LAUTAN TERBELAH!

Gak masuk akal? Tapi itulah matematikanya Allah. Saat kita down gara-gara orang lain... inget-inget lagi
sebenernya kita lagi nyerahin diri ke siapa? Ke Allah atau ke orang lain?

Allah juga bilang di surat kedua ayat 112: “Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan
dia berbuat baik, dia mendapatkan pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan
mereka tidak bersedih hati.”

Bandung, 2018

Sc: instagram.com/kartinifastuti

Anda mungkin juga menyukai