Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pelaksanaan pemberdayaan, (2) faktor pendukung dan
penghambat pemberdayaan, (3) hasil pemberdayaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Subjek penelitian yaitu: pengelola kelompok Bangun Karya, anggota kelompok pengrajin dan
tokoh masyarakat. Pengumpulan data melalui: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam analisis data
dilakukan melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data
penelitian dengan menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian mengungkapkan: (1) pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui kelompok pengrajin tembaga “Bangun Karya” yaitu:
memanfaatkan skill secara efektif dan efisien, menghilangkan kesenjangan harga pasar, dan membentuk
masyarakat menjadi mandiri. (2) faktor pendukung yaitu: adanya dukungan dari warga, pemerintah dan
fasilitas yang memadai, saling memotivasi, bertukar ide dan gagasan antar anggota dan pengurus, produksi
yang semakin meningkat, dan lokasi yang strategis. Sedangkan faktor penghambat yaitu: bantuan dana,
faktor tenaga yang kurang memiliki keterampilan dalam kerajinan tembaga, desain yang belum berkembang,
serta peremajaan alat yang masih kurang. (3) hasil pelaksanaan yaitu meningkatnya lapangan kerja dan
berkurangnya jumlah pengangguran, meningkatnya penghasilan anggota, meningkatnya pengetahuan
mengenai pengembangan desain kerajinan, manajemen kewirausahaan, dan pengembangan skill.
Abstract
This research aims to: (1) knowing the implementation of empowerment, (2) factor of supporter and
an inhibitor of empowerment society , (3) the result of empowerment. This research using descriptive
qualitative approach. Subject of the research are: organizer of Bangun Karya group, the members of
craftsmen Bangun Karya and community leaders. Collecting the data was doing by : interviews, observation,
and documentation. In the data analysis was doing by data reduction stage, the presentation of data, and the
pulling conclusion. The test validity of research data using triangulation sources.
The results of research showed that: (1) the implementation of community empowerment is done by
the Craftsman Copper "Bangun Karya" group are: employing skill effectively and efficiently, eliminating the
gap in market prices, and form a society become independent. (2) the supporting factors are: the existence of
support from society, Governments facilities, motivating, exchange ideas between members and
administrators, increasing more production, and strategic of the location. While the factors restricting are:
relief fund, lacking power factor skills in copper craft, the design was undeveloped, and the tools are still
lacking. (3) the results of the implementation are increased employment and reduced amount of
unemployment, increasing revenue, increasing knowledge about developing copper design, and development
of entrepreneurial management skills.
Republik Indonesia yang melindungi segenap menurun yaitu 292,64 ribu jiwa (15,62%)
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah bagi penduduk miskin desa. Penduduk miskin
Indonesia, memajukan kesejahteraan kota dengan angka 192,91ribu jiwa (11,93%)
umum/bersama, mencerdaskan kehidupan dan berjumlah total 485,56 ribu jiwa dengan
bangsa, ikut berperan aktif dan ikut serta presentase 13,16%.
dalam melaksanakan ketertiban dunia yang Data pada bulan Maret 2016 penduduk
berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi miskin desa berjumlah 297,71 ribu jiwa
dan keadilan sosial. Dengan demikian dengan presentase 16,63%. Pada penduduk
pembangunan nasional diharapkan mampu miskin kota tercatat 197,23 ribu jiwa dengan
menuju pada keseimbangan, keserasian, dan presentase 11,79%. Presentase jumlah total
keselarasan dalam kehidupan masyarakat pada bulan Maret yaitu 13,16% dengan
(Sudjana, 2004: 148). Salah satu unsur yang jumlah penduduk 494,94 ribu jiwa.
esensial dari pembangunan masyarakat yaitu Mengalami kenaikan pada penduduk miskin
adanya proses perubahan. Perubahan yang desa yang berjumlah 301,25 ribu jiwa
dimaksud dapat merupakan perubahan alami (16,27%) pada bulan Sepetember 2016.
yang tumbuh dari dinamika masyarakat itu 187,58 ribu jiwa (11,68%) pada penduduk
sendiri, dapat pula merupakan perubahan miskin kota. Dengan jumlah total 488,53 ribu
yang terencana (Soetomo, 2006: 44). jiwa (13,10%). Jumlah penduduk miskin
Angka statistik memberi informasi mengalami penurunan dari tahun 2015 hingga
masih banyak jumlah penduduk miskin. tahun 2016, namun jumlah penduduk miskin
Jumlah itu tentu saja bersifat dinamis dengan masih tetap dalam angka yang besar (Badan
melihat kondisi perekonomian nasional yang Pusat Statistik Indonesia, 2015-2016).
belum stabil. Sebagai contoh, kondisi di Strategi dalam pengentasan masalah
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). kemiskinan yaitu dapat dibukakan lapangan
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia pada pekerjaan bagi masyarakat serta dapat pula
tahun 2015-2016, kemiskinan masih dengan pengadaan program vokasional bagi
merupakan masalah besar Bangsa Indonesia masyarakat. Penanggulangan permasalahan
yang belum bisa terpecahkan. Menurut data kemiskinan dapat dilakukan dengan adanya
pada bulan Maret 2015 jumlah penduduk kebijakan pembangunan masayarakat.
miskin desa tercatat sebanyak 329,65 ribu Pembangunan masyarakat mengandung arti
jiwa (17,85%) dan penduduk miskin kota sebagai usaha sadar, sistimatis, dan terarah
sebanyak 220,57 ribu jiwa (13,43%) dengan yang diselenggarakan oleh, untuk, dan dalam
jumlah total 550,23 ribu jiwa dengan masyarakat yang bertujuan mengubah taraf
presentase 14,91%. Seiring bergantinya bulan, kehidupan mereka sendiri kearah yang lebih
penduduk miskin tercatat kembali pada bulan baik (Sudjana, 2004: 270). Pendekatan
September 2015 dengan jumlah yang pembangunan yang dilakukan yaitu dengan
Pemberdayaan Masyarakat Melalui…(Nunung S) 581
pendekatan top-down dan bottom-up. Pada secara berkesinambungan baik bagi individu
dasarnya program pembangunan dari maupun kolektif, guna mengembangkan daya
Pemerintah biasanya menggunakan dua dan kemampuan yang terdapat dalam diri
model pendekatan tersebut. Pendekatan individu dan kelompok masyarakat sehingga
bottom-up yaitu pendekatan pembangunan mampu melakukan transformasi sosial
yang memposisikan masyarakat sebagai pusat (Prijono & Pranarka, 1996: 72). Kegiatan
pembangunan atau pusat perubahan sehingga pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
terlibat didalam proses perencanaan sampai dari, oleh dan untuk masyarakat diharapkan
pelaksanaan dan evaluasi. Untuk pendekatan dapat menunjang penanggulangan kemiskinan
top-down yaitu pendekatan yang bersumber sehingga dapat dapat berjalan lebih efektif.
pada pemerintah, dengan demikian Pemberdayaan masyarakat merupakan
masyarakat hanyalah sebagai sasaran atau bentuk kemandirian dari masyarakat dalam
obyek pembangunan saja, kedua pendekatan mengatasi berbagai permasalahan mereka
tersebut sangat berkaitan dengan masyarakat melalui kreatifitas masyarakat dalam
karena program yang dilaksanakan peningkatan kualitas hidup. Upaya
merupakan program dari pemerintah yang peningkatan kualitas hidup sangat diperlukan
dimana sasarannya adalah masyarakat itu agar masyarakat memiliki banyak
sendiri (Sulistyani, 2004: 37-38). Akan tetapi pengetahuan, ketrampilan serta memiliki
pendekatan yang memiliki kaitannya dengan sikap untuk dapat keluar dari permasalahan
pemberdayaan masyarakat tersebut lebih yang mereka hadapi. Arah dari pemberdayaan
kepada pendekatan bottom up. Pada masyarakat lebih cepat dan lebih efektif untuk
pendekatan bottom up memposisikan mengatasi permasalahan kemiskinan dan
masyarakat sebagai pusat perubahan dan sebagai pembangunan bangsa (Sudjana, 2004:
pembangunan masyarakat, yang dimana 264).
pendekatan tersebut sangat ideal dalam Menurut data pedukuhan Dusun
pembangunan yang memperhatikan inisiatif, Krapyak Wetan, tercatat pada tahun 2011
kreativitas dan mengakomodasi kondisi sebanyak 552 jiwa merupakan masyarakat
wilayah, potensi dan permasalahan yang pengangguran. Seiring berjalannya waktu
dihadapi. pada tahun 2015 tercatat kembali bahwa
Strategi pembangunan dibutuhkan penggangguran di Dusun Krapyak menurun
untuk memperbaiki kualitas masyarakat hingga 130 jiwa, walaupun sudah menurun
melalui pemberdayaan masyarakat. tetap saja angka pengangguran yang tercatat
Pemberdayaan masyarakat yaitu proses masih tergolong besar. Maka pemberdayaan
belajar mengajar yang merupakan usaha masyarakat yang diterapkan oleh pemerintah
terencana dan sistematis yang dilaksanakan saat ini bertujuan agar masyarakat mampu
582 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VI Nomor 6.Tahun 2017
pengrajin tembaga “Bagun Karya” ini masih pemberdayaan masyarakat melalui kelompok
pengrajin tembaga “Bangun Karya” di Dusun
mengalami kesulitan, pendidikan yang rendah
Krapyak Wetan Desa Panjangrejo Pundong
mengakibatkan kurangnya pengetahuan IT
Bantul Daerah IstimewaYogyakarta dalam
atau belum memahami sosmed (social media).
mengumpulkan data dilaksanakan pada bulan
Dikarenakan masyarakat ini yang sebagian
Februari sampai dengan bulan April 2017.
besar lulusan SD dan SMP juga Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok
mengakibatkan pemasaran yang tidak Pengrajin Tembaga “Bangun Karya” yang
optimal. Persaingan pasar yang semakin ketat merupakan salah satu program pemberdayaan
juga mempengaruhi penjualan para pengrajin. masyarakat yang ada di Desa Panjangrejo, dan
Dengan adanya kelompok pengrajin tembaga lokasi/letak mudah dijangkau sehingga
yang ada di Krapyak Wetan diharapkan dapat memudahkan peneliti dalam melaksanakan
pemasarannya.
Sampai saat ini diketahui belum
pernah dilakukan penelitian bagaimana proses
584 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VI Nomor 6.Tahun 2017
Subyek dan Obyek Penelitian observasi, wawancara, dan studi komentar atau
dokumentasi.
Subyek dalam penelitian ini yaitu 1)
pengelola kelompok “Bangun Karya”, 2) anggota HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kelompok pengrajin, dan 3) tokoh masyarakat. 1. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
Alas an pemilihan subyek tersebut didasarkan dari melalui kelompok pengrajin tembaga
pertimbangan-pertimbangan yang ditetapkan “Bangun Karya”
sebagai pihak yang bersangkutan pada penelitian. a. Proses pada tahap penyadaran dan
Serta dapat memberikan informasi secara pembentukan perilaku menuju perilaku
maksimal, tidak memihak dan akurat. sadar
dimiliki para pengrajin diharapkan dapat permintaan pasar serta meningkatkan skill
meningkatkan penghasilan perekonomiannya. pengrajin.
Program mempertahankan kebudayaan
Kualitas kerajinan bertujuan untuk
dilakukan oleh para anggota kelompok pengrajin
meningkatkan keberhasilan program dan
tembaga “Bangun Karya” bertujuan untuk tetap
mempertahankan kualitas kerajinan yang
nguri-uri budaya yang semakin hari semakin
dihasilkan agar selalu memberikan hasil yang
hilang oleh perubahan zaman. Dalam pembuatan
terbaik bagi konsumen atau dalam persaingan
kerajinan memiliki unsur budaya sebagai
pasar.
pelengkap accessories kebudayaan yang lebih
b. Proses pada tahap transformasi baik dikembangkan dan dipertahankan.
kemampuan berupa wawasan c. Proses pada tahap peningkatan
pengetahuan kemampuan keterampilan
Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah
Program pengembangan skill bertujuan strategi, sekarang telah banyak diterima, bahkan
agar anggota memiliki aktivitas untuk selalu telah berkembang dalam berbagai literature di
meningkatkan kecakapan dalam pembuatan dunia barat. Pemberdayaan masyarakat adalah
kerajinan tembaga agar semakin ahli dalam sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
bidang pembuatan kerajinan tembaga. merangkum nilai-nilai social. Secara konseptual,
Pada tahap transformasi kemampuan pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
berupa wawasan pengetahuan, kecakapan meningkatkan harkat dan martabat lapisan
keterampilan agar wawasan dan memberikan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak
keterampilan dasar. Pada tahap ini masyarakat mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
akan menjalani proses belajar yang memiliki kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata
relevansi dengan apa yang menjadi tuntutan lain memberdayakan adalah memampukan dan
kebutuhan agar masyarakat menguasai kecakapan memandirikan masyarakat (Theresia, 2014: 91-
keterampilan dasar dan tebuka wawasannya, 93). Pemberdayaan adalah setiap usaha
Sulistyani (2004: 83-84). pendidikan yang bertujuan untuk membangkitkan
Program menyamakan harga pasar dan kesadaran atau pengertian dan kepekaan pada
meningkatkan pemasaran yang dilakukan oleh warga masyarakat terhadap perkembangan sosial,
kelompok pengrajin tembaga “Bangun Karya” ekonomi, dan atau politik sehingga pada akhirnya
untuk menyamakan harga pasar atau warga masyarakat memiliki kemampuan untuk
menghilangkan kesenjangan harga dalam memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya
persaingan pasar dan mencari konsumen atau dalam masyarakat, atau menjadi masyarakat yang
memperluas pemasaran. berdaya (Kusnadi, 2007:78).
Program pengembangan model kerajinan Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas para melalui kelompok pengrajin tembaga “Bangun
anggota pengrajin agar semakin berkembang Karya” dilakukan mulai dari penyediaan sarana
dalam mendesain kerajinan sesuai dengan kerajinan, peningkatan pengetahuan dan
586 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VI Nomor 6.Tahun 2017
pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut agar semua alat yang dimiliki kelompok terjaga
dua kelompok yang saling terkait, yaitu kebersihannya serta keawetannya.
masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan d. Meningkatkan solidaritas dalam
pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak menghadapi hambatan
yang memberdayakan. Solidaritas dalam sebuah kelompok
Hambatan yang terdapat pada kelompok sangatlah penting. Karena dengan adanya
pengrajin tembaga “Bangun Karya” yaitu masih solidaritas dan kerjasama yang terjalin dapat
banyaknya angka kemiskinan yang tercatat, mengakibatkan hubungan antar anggota kelompok
tingginya pengangguran yang terdapat pada dusun menjadi semakin baik dan harmonis. Berjalan
tersebut, masih rendahnya tingkat pendidikan bersama dalam meningkatkan sebuah tujuan yang
warga, masih rendahnya keterampilan yang ingin dicapai haruslah memiliki semangat dan
dimiliki oleh setiap pengrajin, desain yang motivasi yang tinggi. Jalinan hubungan yang baik
monoton dan belum berkembang, hal pendanaan, dan silaturahmi dapat membantu dalam
peremajaan alat yang masih sangat kurang serta mengahadapi hambatan yang terjadi pada
masih rendahnya pengetahuan IT para pengrajin, kelompok.
yang mengakibatkan kelompok pengrajin sulit Teori yang diungkapkan oleh Suharto
dalam memajukan usaha dan produksi kelompok.. (2005: 63-65) yaitu meningkatkan solidaritas atau
Upaya untuk menghadapi hambatan yang tindakan bersama orang lain untuk menghadapi
ada yaitu diberikannya pelatihan IT untuk para hambatan yang ada (power with), kelompok
pengrajin agar mereka dapat lebih memajukan pengrajin tembaga “Bangun Karya” tetap
usaha dan produksi serta dapat meningkatkan meningkatkan solidaritas dengan cara
pemasaran produk. Dengan meningkatnya memberikan dukungan yang penuh, melakukan
pengetahuan IT para pengrajin, dapat pendampingan anggota, diberikannya pelatihan,
meningkatkan penghasilan para pengrajin, serta aktif dalam pencarian info dalam hal
kemiskinan yang tercatat berkurang serta dapat pemasaran produk, dan pencarian info dalam hal
meningkatkan pendidikan. Diberikannya pelatihan penambahan modal agar usaha yang dilakukan
keterampilan kepada para pengrajin agar semakin besar. Selain itu juga membantu dalam
keterampilan yang dimiliki oleh para pengrajin pengembangan keterampilan yang telah dimiliki
semakin meningkat, diberikannya pelatihan dan ekonomi bagi anggota kelompok pengrajin
berbagai macam desain agar desain tidak monoton tembaga “Bangun Karya”.
dan berkembang, serta dapat mengurangi
KESIMPULAN DAN SARAN
pengangguran yang ada. Pada hal pendanaan
kelompok mengajukan proposal kepada
Simpulan
yang penuh, melakukan pendampingan Badan Pusat Statistik Indonesia. (2017). Profil
Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi
anggota, diberikannya pelatihan, serta
2013-2016. Diakses dari
aktif dalam pencarian info dalam hal (https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/v
pemasaran produk, dan pencarian info
592 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Volume VI Nomor 6.Tahun 2017
iew/id/1119) pada tanggal 09 Februari 2017 dan Implentasi. Jakarta: Centre for
pukul 21.00 WIB. Strategic and International Studies.
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2017). Profil Sulistyani, Ambar Teguh. (2004). Kemitraan
Presentase Penduduk Miskin Menurut dan Model-Model Pemberdayaan.
Provinsi 2013-2016. Diakses dari
Yogyakarta: Gava Media
(https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/v
iew/id/1219) pada tanggal 09 Februari 2017
pukul 21.30 WIB. Theresia, Aprilia. (2014). Pembangunan
Berbasis Masyarakat (Acuan Bagi
Johnson, David W. (2012). Dinamika Praktisi, Akademisi, dan Pemerhati
Kelompok (Teori dan Keterampilan). Pengembangan Masyarakat). Bandung:
Jakarta Barat : PT Indeks Alfabeta