Anda di halaman 1dari 4

PENGEMBANGAN TRAINER FILLING CONVEYOR

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH


WORKSHOP OTOMASI INDUSTRI DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Miftachul Jannah1, Hakkun Elmunsyah2, Siti Sendari3, Slamet Wibawanto4


S1 Pendidikan Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang
1
miftachuljannah19@gmail.com, 2hakkun@um.ac.id, 3siti.sendari.ft@um.ac.id, 4slamet.wibawanto.ft@um.ac.id

Abstrak - Kompetensi pada mata kuliah Workshop keterampilan tertentu, terutama keterampilan mekanis atau
Otomasi Industri (PTEL623) menuntut mahasiswa untuk penggunaan alat dan prosedur kerjanya (Paramita, 2010).
mampu memproduksi sebuah proyek dengan berbagai sistem Sehingga adanya media pembelajaran dalam bentuk trainer
kendali. Oleh karena hal itu mahasiswa harus memiliki sangat dibutuhkan pada mata kuliah ini guna meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Salah satu media pengetahuan dan keterampilan tersebut.
pembelajaran yang mampu meningkatkan pengetahuan dan Melalui wawancara dan observasi terkait
keterampilan adalah trainer. Sehingga penggunaan trainer penggunaan dan ketersediaan trainer dalam perkuliahan
dalam pembelajaran sangat dibutuhkan pada perkuliahan ini. didapatkan hasil bahwa pada perkuliahan Workshop Otomasi
Namun berdasarkan hasil wawancara dan observasi terkait Industri (PTEL623) telah memanfaatkan trainer sebagai
penggunaan dan ketersediaan trainer untuk perkuliahan ini media pembelajaran, namun trainer yang digunakan memiliki
didapatkan hasil yang kurang baik. Kualitas trainer kurang berbagai kekurangan dari segi visual maupun fungsional.
memadai dari segi visual maupun fungsional, selain itu Sebagian besar trainer yang ada tidak memvisualisasi sistem
sejumlah trainer tidak dilengkapi dengan buku petunjuk yang sesungguhnya, input yang digunakan berupa tombol dan
penggunaan. Oleh karena hal itu diperlukan adanya output yang digunakan berupa lampu indikator bukan
pengembangan trainer untuk mengatasi masalah-masalah perangkat sesungguhnya.
tersebut. Model pengembangan yang digunakan memiliki Hal tersebut membuktikan kurangnya trainer dengan
empat tahap yaitu: (1) Analisis, (2) Desain, (3) sistem kendali proses di industri yang layak digunakan dalam
Pengembangan, (4) Penilaian. Produk yang dikembangkan perkuliahan Workshop Otomasi Industri (PTEL623). Oleh
berupa Trainer Filling Conveyor dan Jobsheet. Produk yang karena itu perlu adanya pengembangan trainer dengan sistem
dikembangkan divalidasi oleh ahli 1 dan ahli 2, kemudian kendali proses di industri sebagai media pembelajaran
diimplementasikan dalam pembelajaran pada sejumlah 55 khususnya untuk perkuliahan Workshop Otomasi Industri
subjek uji coba. Hasil validasi oleh ahli 1 sebesar 96,153846 (PTEL623) tersebut.
%, hasil validasi oleh ahli 2 sebesar 99,2857 %, hasil validasi
oleh subjek uji coba setelah melaksanakan pembelajaran 2. Model Pengembangan
menggunakan trainer sebesar 89,331 %. Sehingga hasil Penelitian dan Pengembangan atau Research and
validasi untuk produk yang dikembangkan dinyatakan sangat Development (R&D) adalah sebuah strategi atau metode
layak. penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik
(Sukmadinata, 2013). Beberapa model pengembangan yaitu:
Kata Kunci: Pengembangan, Trainer Filling Conveyor, (1) Model pengembangan menurut Borg and Gall; (2) Model
Workshop Otomasi Industri pengembangan Dick and Carey; dan (3) Model
pengembangan ADDIE. Tahap model pengembangan yang
1. Latar Belakang dipilih dalam penelitian pengembangan ini didasarkan pada
Mata kuliah Workshop Otomasi Industri (PTEL623) analisis dari tiga model pengembangan tersebut. Berdasarkan
merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh kajian teori mengenai ketiga model pengembangan tersebut
mahasiswa program studi Pendidikan Teknik Elektro (PTE) serta pertimbangan kebutuhan untuk penelitian ini maka
di Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang dengan langkah pengembangan pada penelitian pengembangan ini
jumlah sks dan js yaitu 2 sks 4 js. Berdasarkan kurikulum adalah (1) Analisis, (2) Desain, (3) Pengembangan, (4)
program studi Pendidikan Teknik Elektro tahun 2014, standar Penilaian.
kompetensi pada mata kuliah Workshop Otomasi Industri Pada tahap analisis kegiatan yang dilaksanakan yaitu
(PTEL623) ini adalah mengidentifikasi kebutuhan, wawancara dan observasi. Wawancara dan observasi tersebut
mendesain dan menerapkan sistem otomasi industri (kendali dilakukan untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan
proses) dengan deskripsi kompetensi yaitu: (1) memproduksi berdasarkan permasalahan yang ada pada perkuliahan
proyek 1: sistem kendali magnetik, (2) memproduksi proyek Workshop Otomasi Industri (PTEL623). Tahap desain
2: sistem kendali on-off berbasis rangkaian digital, (3) mencakup kegiatan perencanaan produk. Tahap perencanaan
memproduksi proyek 3: sistem kendali berbasis produk bertujuan agar produk yang dibuat mampu memenuhi
mikrokontroller, dan (4) memproduksi proyek 4: sistem kebutuhan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pada
kendali berbasis PLC (Katalog, 2014: 98-99). tahap analisis. Pada tahap ini produk yang didesain yaitu
Maka berdasarkan kompetensi tersebut dapat Trainer Filling Conveyor dan Jobsheet Filling Conveyor.
diidentifikasi tujuan utama perkuliahan Workshop Otomasi Tahap pengembangan mencakup kegiatan realisasi
Industri (PTEL623) yaitu mahasiswa mampu memproduksi produk yang telah direncanakan. Pada tahap ini produk yang
sebuah proyek dengan berbagai sistem kendali. Untuk telah didesain dibuat dan diselesaikan hingga siap untuk diuji
mencapai kompetensi tersebut mahasiswa harus memiliki kelayakannya. Produk yang dikembangkan yaitu Trainer
pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Trainer sebagai Filling Conveyor dan Jobsheet Filling Conveyor. Trainer
media dalam praktikum adalah alat bantu untuk belajar Filling Conveyor merupakan trainer dengan sistem pengisian
cairan kedalam botol. Sedangkan Jobsheet Filling Conveyor Berdasarkan nilai kelayakan (validitas) yang
merupakan petunjuk praktikum menggunakan trainer diperoleh dapat diidentifikasi layak tidaknya trainer dan
tersebut. jobsheet yang dikembangkan. Berikut kriteria validitas
Tahap penilaian mencakup kegiatan uji kelayakan (kelayakan) mengacu pada Akbar dan Sriwiyana (2011: 207)
dan revisi produk. Uji kelayakan bertujuan untuk mengetahui dapat dilihat pada Tabel 1.
tingkat kelayakan produk yang dikembangkan. Berdasarkan
uji kelayakan tersebut akan diketahui kekurangan-kekurangan Tabel 1. Kriteria Kelayakan
pada produk. Sehingga revisi produk mengacu pada hasil uji Nilai Validitas (%) Tingkat Kelayakan
kelayakan tersebut. 75.01 – 100.00 Sangat Layak
50.01 – 75.00 Cukup Layak
25.01 – 50.00 Tidak Layak
3. Data 00.00 – 25.00 Sangat Tidak Layak
Data yang digunakan dalam penelitian dan (Sumber: Akbar dan Sriwiyana, 2011: 207)
pengembangan Trainer Filling Conveyor ini berupa data
kualitatif dan data kuantitatif. Subjek uji kelayakan yaitu ahli 4. Hasil dan Pembahasan
1, ahli 2 dan 55 mahasiswa PTE 2014 yang telah menempuh Produk yang dikembangkan dalam penelitian
mata kuliah Workshop Otomasi Industri (PTEL623). Data pengembangan ini adalah Trainer Filling Conveyor yang
kualitatif didapatkan dari hasil uji kelayakan oleh subjek uji dilengkapi dengan Jobsheet. Trainer Filling Conveyor
kelayakan berupa kritik, saran maupun tanggapan terkait merupakan suatu media pembelajaran berupa alat peraga
produk yang dikembangkan dan hasil observasi peneliti pada yang memeragakan proses filling di industri. Trainer ini
mahasiswa subjek uji coba saat melaksanakan pembelajaran ditujukan untuk mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Elektro
menggunakan produk. Sedangkan data kuantitatif didapatkan (PTE) yang menempuh mata kuliah Workshop Otomasi
dari angket dengan skor 1 sampai 4 yang diisi oleh subjek uji Industri (PTEL623). Bentuk fisik trainer tampak depan
kelayakan. ditunjukkan pada Gambar 1.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
pengembangan Trainer Filling Conveyor ini berupa angket.
Angket digunakan untuk mendapatkan data sebagai bahan uji
kelayakan yang menentukan layak tidaknya produk yang
dikembangkan. Angket atau kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010:
194).
Angket yang digunakan berbentuk angket rating-
scale atau angket skala bertingkat, angket ini berisi
pernyataan tertulis diikuti kolom-kolom yang menunjukkan
tingkatan-tingkatan. Tingkatan yang dimaksud menggunakan
skala Likert yang terdiri dari 4 kategori pilihan sebagai
berikut:
a. Angka 4 berarti sangat baik / sangat layak / sangat
menarik / sangat jelas / sangat tepat / sangat sesuai.
b. Angka 3 berarti baik / layak / menarik / jelas / tepat /
sesuai. Gambar 1. Produk Trainer
c. Angka 2 berarti cukup baik / cukup layak / cukup menarik
/ cukup jelas / cukup tepat / cukup sesuai. Trainer ini terbagi menjadi lima bagian yaitu: (1)
d. Angka 1 berarti kurang baik / kurang layak / kurang Box Trainer, (2) Conveyor, (3) Proses Filling, (4) Proses
menarik / kurang jelas / kurang tepat / kurang sesuai. Peletakan Tutup dan (5) Proses Crowning. Sistem kerja
Angket yang digunakan sebagai instrumen trainer ini secara runtut dimulai dari proses filling. Pada
pengumpulan data berisi aspek-aspek yang perlu dinilai proses filling, cairan dari dalam tangki dipompa dan diisi
terkait produk yang dikembangkan. Sehingga tiap produk kedalam sebuah botol. Setelah pengisian cairan kedalam
memiliki aspek penilaian tersendiri. botol selesai dilakukan, tahap selanjutnya yaitu proses
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif peletakan tutup. Pada proses peletakan tutup, botol yang telah
kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif terisi cairan ditutup menggunakan tutup botol namun belum
kualitatif dilaksanakan setelah melakukan analisis deskriptif terpasang sepenuhnya. Proses peletakan tutup dilakukan
kuantitatif. Bentuk data dalam analisis deskriptif kuantitatif secara manual. Selanjutnya, setelah tutup diletakkan proses
dinyatakan dalam nilai persentase. Sedangkan bentuk data berlanjut pada tahap terakhir yaitu proses crowning. Proses
dalam analisis deskriptif kualitatif berupa pernyataan atau crowning merupakan proses terakhir pada trainer ini. Pada
kesimpulan mengacu pada hasil analisis deskriptif kuantitatif. proses ini tutup botol yang semula hanya diletakkan saja pada
Berikut rumus analisis deskriptif kuantitatif untuk mulut botol dikencangkan mengikuti ulir botol. Alur sistem
menentukan kelayakan produk (Akbar dan Sriwiyana, 2011: pada trainer ditunjukkan pada Gambar 2.
208):
Proses Peletakan Proses
𝑇𝑆𝐸𝑉 Proses Filling
V=
𝑆−𝑚𝑎𝑥
x 100% ……… (1) Tutup Crowning
Keterangan:
V = Validitas (Kelayakan) Gambar 2. Alur Sistem pada Trainer Filling Conveyor
TSEV = Total skor empirik validator
S-max = Skor maksimal yang diharapkan Jobsheet Filling Conveyor yang telah dikembangkan
100% = Konstanta mengacu pada kurikulum program studi S1 PTE Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang 5 Keselarasan 4 16 16 100
6 Kejelasan 4 16 16 100
tahun 2014 pada sajian mata kuliah Workshop Otomasi
7 Kualitas tampilan 2 8 8 100
Industri (PTEL623), dengan standar kompetensi yaitu 8 Kompabilitas 1 4 4 100
mengidentifikasi kebutuhan, mendesain dan menerapkan 9 Ilustrasi 1 4 4 100
sistem otomasi industri (kendali proses), dan deskripsi 10 Rapi dan menarik 2 8 8 100
kompetensi yaitu memproduksi proyek 4: sistem kendali Jumlah 35 139 140 99.28
Kriteria Sangat Layak (dapat digunakan tanpa revisi)
berbasis PLC (Katalog, 2014: 98-99).
Jobsheet ini memiliki dua unit utama yaitu Unit I
Setelah produk dinyatakan layak oleh ahli 1 dan ahli
dan Unit II. Unit I Jobsheet berisi pengantar penggunaan
2 selanjutnya produk diimplementasikan dalam
trainer sedangkan Unit II berisi empat buah tugas praktikum
pembelajaran. Tujuan dari implementasi dalam pembelajaran
menggunakan trainer filling conveyor. Isi Unit I yaitu: (1)
guna mengukur tingkat kelayakan trainer oleh subjek uji
Prasyarat, (2) Tujuan Penggunaan Trainer Filling Conveyor,
coba. Subjek uji coba pada penelitian ini adalah mahasiswa
(3) Pengenalan Trainer Filling Conveyor, (4) Prosedur
S1 PTE angkatan 2014 yang telah menempuh mata kuliah
Pengoperasian Trainer Filling Conveyor dan (5) Petunjuk
Workshop Otomasi Industri (PTEL623). Mahasiswa S1 PTE
Perawatan Trainer Filling Conveyor dan (6) Petunjuk
angkatan 2014 yang telah mengikuti mata kuliah Workshop
Pelaksanaan Praktikum. Sedangkan empat judul proyek pada
Otomasi Industri (PTEL623) berjumlah 124 mahasiswa. Dari
Unit II jobsheet yaitu: (1) Filling 1 Jenis Cairan, (2) Filling
124 mahasiswa tersebut diambil 55 mahasiswa sebagai
Campuran 2 Jenis Cairan, (3) Peletakan Tutup dan Proses
sampel.
Crowning dan (4) Filling dan Crowning. Gambar Jobsheet
Sejumlah 55 mahasiswa selaku subjek uji coba
Filling Conveyor ditunjukkan pada Gambar 3.
melaksanakan pembelajaran dengan metode belajar mandiri,
ada mahasiswa yang belajar secara perorangan, kelompok
dengan dua orang mahasiswa dan kelompok dengan tiga
orang mahasiswa. Pengujian oleh subjek uji coba dilakukan
dengan melakukan praktik menggunakan trainer kemudian
dilanjutkan dengan mengisi angket penilaian produk. Metode
uji coba oleh mahasiswa dilakukan secara random dengan
jumlah mahasiswa uji coba dikondisikan menjadi tiga kondisi
yaitu perorangan, kelompok kecil sejumlah dua mahasiswa
dan kelompok kecil dengan jumlah tiga orang mahasiswa.
Setelah Trainer Filling Conveyor selesai diuji coba
oleh subjek uji coba maka selanjutnya subjek uji coba
Gambar 3. Produk Jobsheet mengisi angket untuk menilai Trainer Filling Conveyor yang
telah digunakan. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui
Validasi dilakukan guna mengetahui tingkat tingkat kelayakan trainer oleh pengguna. Hasil dari validasi
kelayakan produk yang dikembangkan. Tahap validasi ini oleh subjek uji coba disajikan pada Tabel 4.
dilakukan oleh ahli 1 dan ahli 2. Ahli 1 pada tahap uji
validasi ini adalah Dr. Eng. Siti Sendari, S.T., M.T. selaku Tabel 4. Hasil Uji Validasi oleh Subjek Uji Coba
dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas No Aspek Penilaian ∑ Item TSEV S-max V (%)
Negeri Malang sekaligus pembimbing I penelitian ini. Ahli I 1 Ketepatan 7 1432 1540 92.987
melakukan validasi trainer dan jobsheet dari sisi ketepatan 2 Kemudahan 7 1348 1540 87.532
3 Ukuran 9 1748 1980 88.282
materi. Hasil uji validasi oleh ahli 1 disajikan pada Tabel 2. 4 Handal dan bertahan 3 589 660 89.242
5 Keselarasan 3 587 660 88.939
Tabel 2. Hasil Uji Validasi oleh Ahli 1 6 Kejelasan 4 793 880 90.113
Aspek ∑ S- 7 Kualitas tampilan 2 397 440 90.227
No TSEV V (%) 8 Kelengkapan 11 2171 2420 89.710
Penilaian Item max
1 Ketepatan 9 35 36 97.22 9 Penggunaan bahasa 2 386 440 87.727
2 Kelengkapan 11 41 44 93.18 10 Ilustrasi 1 191 220 86.818
Mudah 11 Rapi dan menarik 2 381 440 86.590
3 1 4 4 100 Jumlah 51 10023 11220 89.331
digunakan
Penggunaan Kriteria Sangat Layak (dapat digunakan tanpa revisi)
4 5 20 20 100
bahasa
Jumlah 26 100 104 96.153846 Setiap kelompok tersebut menguji coba trainer
Kriteria Sangat Layak
beserta jobsheet dengan cara mengerjakan proyek 1 (dengan
contoh lembar kerja mahasiswa) dan satu proyek lain (tanpa
Ahli 2 pada tahap uji validasi ini adalah Drs. Slamet contoh) bebas sesuai pilihan tiap kelompok. Semua judul
Wibawanto, M.T. selaku dosen Jurusan Teknik Elektro proyek pada jobsheet diasumsikan memiliki tingkat kesulitan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang sekaligus yang sama sehingga mahasiswa subjek uji coba bebas
pembimbing II penelitian ini. Ahli 2 melakukan validasi memilih satu judul proyek lain yang akan dikerjakan selain
ketepatan trainer dan jobsheet sebagai media. Hasil uji proyek 1. Aspek yang diobservasi pada 12 mahasiswa subjek
validasi ahli 2 disajikan pada Tabel 3. uji coba yaitu: (1) waktu pengerjaan, (2) hasil pekerjaan, (3)
kegiatan setiap anggota saat mengerjakan, (4) pertanyaan
Tabel 3. Hasil Uji Validasi oleh Ahli 2 yang muncul selama melakukan pengerjaan dan (5) masukan
No Aspek Penilaian ∑ TSEV S-max V (%)
Item oleh subjek uji coba setelah melakukan pengerjaan. Selain
1 Ketepatan 3 11 12 91.66 lima aspek diatas, nilai yang diperoleh tiap mahasiswa subjek
2 Kemudahan 6 24 24 100 uji coba pada mata kuliah Workshop Otomasi Industri
3 Ukuran 9 36 36 100 (PTEL623) dijadikan pula sebagai salah satu dasar analisis
4 Handal dan 3 12 12 100
bertahan
peneliti.
Berdasarkan hasil observasi terhadap subjek uji coba
saat melaksanakan pembelajaran menggunakan trainer serta
pertimbangan implementasi produk pada pembelajaran
kedepannya maka didapatkan hasil yaitu: (1) lebih baik
membagi mahasiswa dalam kelompok kecil sejumlah 2 orang
anggota untuk mengerjakan proyek pada jobsheet, (2)
menjadikan proyek 1 (dengan contoh) sebagai latihan dan
menjadikan proyek lain (proyek 2,3,4 tanpa contoh) sebagai
tugas mahasiswa, (3) mengerjakan satu judul proyek untuk
satu pertemuan perkuliahan Workshop Otomasi Industri (4
js), (4) melakukan pengecekan hasil pekerjaan mahasiswa
secara bertahap satu per satu dimulai dari identifikasi input
dan output, pembuatan tabel pengalamatan, ladder, wiring,
hingga uji coba selesai dilaksanakan.

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengembangan produk berupa
Trainer Filling Conveyor dan Jobsheet Filling Conveyor
yang telah dilaksanakan pada penelitian pengembangan ini
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pengembangan yang telah dilaksanakan menghasilkan
sebuah produk pembelajaran berupa Trainer Filling
Conveyor dan Jobsheet Filling Conveyor. Produk yang
telah dihasilkan mengacu pada kurikulum Jurusan Teknik
Elektro Universitas Negeri Malang untuk mata kuliah
Workshop Otomasi Industri (PTEL623) bagi mahasiswa
program studi S1 Pendidikan Teknik Elektro (Katalog,
2014: 98-99) yaitu: mengidentifikasi kebutuhan,
mendesain dan menerapkan sistem otomasi industri
(kendali proses) dengan deskripsi kompetensi
memproduksi proyek 4: sistem kendali berbasis PLC.
b. Produk yang dihasilkan diuji kelayakannya pada Ahli 1
dan Ahli 2. Ahli 1 menguji kelayakan pada bagian materi
sedangkan Ahli 2 pada bagian media. Hasil uji kelayakan
oleh Ahli 1 dan Ahli 2 berupa persentase dan kriteria
kelayakan. Produk pada penelitian pengembangan ini
dinyatakan sangat layak untuk digunakan, hal ini
ditunjukkan dengan persentase uji kelayakan dari Ahli 1
sebesar 96,153846 % dan Ahli 2 sebesar 99,2857 %.
c. Produk yang telah dinyatakan layak oleh ahli selanjutnya
diuji coba pada subjek uji coba untuk mengukur tingkat
kelayakan dari sisi pengguna. Hasil uji coba oleh subjek
uji coba menyatakan bahwa produk pada penelitian
pengembangan ini sangat layak, hal tersebut ditunjukkan
dengan persentase uji kelayakan oleh subjek uji coba
sebesar 89,331 %.

Daftar Rujukan
Akbar, Sa’dun & Sriwiyana, Hadi. 2011. Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial. Yogyakarta: Cipta Medika.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Elektro, Teknik. 2014. Katalog Jurusan Teknik Elektro.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Paramita, Johan. 2010. Upaya Peningkatan Hasil Belajar
Menggunakan Trainer pada Mata Pelajaran PDTE di
SMK. Proposal Tugas Akhir. Teknik Elektro.
Universitas Negeri Jakarta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Universitas Negeri Malang. 2017. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai