Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar :
TARTILAN
Bacalah ayat-ayat berikut dengan tartil dan renungkanlah maknanya serta perhatikan adab
dan sopan santun membaca Al Qur’an.
1. a. Q.S. An Nisa’ 29
b. Q.S. Al Maidah
c. Q.S. An Nisa : 5
IFTITAH
Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu
dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha mencari
karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi.
Dalam membangun sebuah negara tidak akan lepas dari dari kegiatan-kegiatan ekonomi di
masyarakat. Jalannya roda ekonomi dan hubungan sosial sangat erat kaitannya dengan
kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Sebagai seorang muslim tentu harus memahami
ketentuan dan hukum-hukum transaksi ekonomi yang sesuai dengan kententuan syariat
Islam.
MATERI POKOK
1. A. Pengertian Muamalah
Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu
dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha mencari
karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi. Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagai mana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qoshosh : 77)
Muamalah dalam ilmu ekomi Islam memiliki makna hukum yang bertalian dengan harta, hak
milik, perjanjian,jual beli, utang piutang, sewa menyewa, pinam-meminjam dan
semacamnya. Juga hukum yang mengatur keuangan serta segala hal yang merupakan
hubungan manusia dengan sesamanya, baik secara individu maupun masyarakat. Tujuannya
adalah agar tercapai suatu kehidupan yang tentram, damai, bahagia dan sejahtera. Adapun
transaksi-transaksi ekonomi dalam Islam tersebut antara lain :
1. JUAL BELI
Jual beli dalam bahasa arab terdiri dari dua kata yang mengandung makna berlawanan yaitu
al-bai’ yang artinya jual dan asy-syira’a yang artinya beli. Menurut istilah hukum syara, jual
beli ialah menukar suatu barang/uang dengan barang yang lain dengan cara aqad (ijab/qobul).
Di zaman yang modern seperti sekarang ini transaksi jual beli dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti lewat internet, telpon dan lain sebagainya. Demikian juga sistem
pembayarannya bisa lewat cek, surat berharga dan semacamnya. Allah swt berfirman :
Artinya : “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”, (Al-Baqoroh
:275)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (An-Nisa :29)
) الر ُج ِل بِيَ ِد ِه َو ُك ُّل بَيْعٍ َمب ُْر ْو ٌر (رواه احمد ِ ض ُل ْال َك ْس
َّ ب َع َم َل َ أ َ ْف
Artinya : ” Perolehan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli
yang mabrur”. (HR. Ahmad)
Syarat keduanya :
Perilaku atau sikap yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli
Berperilaku benar merupakan ruh keimanan dan ciri utama orang yang beriman. Sebaliknya,
dusta merupakan perilaku orang munafik. Seorang muslim dituntut untuk berlaku benar,
seperti dalam jual beli, baik dari segi promosi barang atau penetapan harganya. Oleh karena
itu, salah satu karakter pedagang yang terpenting dan diridhai Allah adalah berlaku benar.
Dusta dalam berdagang sangat dicela terlebih jika diiringi sumpah atas nama Allah SWT
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya sebagai berikut: “Empat macam manusia
yang dimurkai Allah, yaitu penjual yang suka bersumpah, orang miskin yang congkak, orang
tua renta yang berzina, dan pemimpin yang zalim.”(HR Nasai dan Ibnu Hibban)
2) Menepati Amanat
Menepati amanat merupakan sifat yang sangat terpuji. Yang dimaksud amanat adalah
mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya. Orang yang tidak melaksanakan amanat
dalam Islam sangat dicela.
Hal-hal yang harus disampaikan ketika berdagang adalah penjual atau pedagang menjelaskan
ciri-ciri, kualitas, dan harga barang dagangannya kepada pembeli tanpa melebih-lebihkannya.
Hal itu dimaksudkan agar pembeli tidak merasa tertipu dan dirugikan.
3) Jujur
Selain benar dan memegang amanat, seorang pedagang harus berlaku jujur. Kejujuran
merupakan salah satu modal yang sangat penting dalam jual beli karena kejujuran akan
menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat merugikan salah satu pihak. Sikap jujur dalam hal
timbangan, ukuran kualitas, dan kuantitas barang yang diperjual belikan adalah perintah
Allah SWT. Firman Allah :
Sikap jujur pedagang dapat dicontohkan seperti dengan menjelaskan cacat barang dagangan,
baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Sabda Nabi Muhammad SAW yang
artinya :
“Muslim itu adalah saudara muslim, tidak boleh seorang muslim apabila ia berdagang
dengan saudaranya dan menemukan cacat, kecuali diterangkannya.”
Lawan sifat jujur adalah menipu atau curang, seperti mengurangi takaran, timbangan,
kualitas, kuantitas, atau menonjolkan keunggulan barang tetapi menyembunyikan cacatnya.
Hadis lain meriwayatkan dari umar bin khattab r.a berkata seorang lelaki mengadu kepada
rasulullah SAW sebagai berikut “ katakanlah kepada si penjual, jangan menipu! Maka sejak
itu apabila dia melakukan jual beli, selalu diingatkannya jangan menipu.”(HR Muslim)
4) Khiar
Khiar artinya boleh memilih satu diantara dua yaitu meneruskan kesepakatan (akad) jual beli
atau mengurungkannya (menarik kembali atau tidak jadi melakukan transaksi jual beli). Ada
tiga macam khiar yaitu sebagai berikut.
* ) Khiar Majelis adalah si pembeli an penjual boleh memilih antara meneruskan akad jual
beli atau mengurungkannya selama keduanya masih tetap ditempat jual beli. Khiar majelis ini
berlaku pada semua macam jual beli.
*) Khiar Syarat adalah suatu pilihan antara meneruskan atau mengurungkan jual beli setelah
mempertimbangkan satu atau dua hari. Setelah hari yang ditentukan tiba, maka jual beli harus
ditegaskan untuk dilanjutkan atau diurungkan. Masa khiar syarat selambat-lambatnya tiga
hari
*) Khiar Aib (cacat) adalah si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya, apabila
barang tersebut diketahui ada cacatnya. Kecacatan itu sudah ada sebelumnya, namun tidak
diketahui oleh si penjual maupun si pembeli. Hadis nabi Muhammad SAW. Yang artinya :
“Jika dua orang laki-laki mengadakan jual beli, maka masing-masing boleh melakukan khiar
selama mereka belum berpisah dan mereka masih berkumpul, atau salah satu melakukan
khiar, kemudian mereka sepakat dengan khiar tersebut, maka jual beli yang demikian itu
sah.” (HR Mutafaqun alaih)
Syaratnya :
v Ada manfaatnya
v Keadaan barang itu dapat diserah terimakan, tidak syah menjual barang yang tidak dapat
diserah terimakan.
v Keadaan barang milik si penjual, atau kepunyaan yang diwakilinya atau yang
menguasakannya.
v Barang itu diketahui oleh si penjual dan pembeli, tentang zat, bentuk, kadar (ukuran) dan
sifat-sifatnya.
Ijab adalah perkataan untuk menjual atau transaksi menyerahkan, misalnya saya menjual
mobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Kabul adalah ucapan si pembeli sebagai jawaban dari
perkataan si penjual, misalnya saya membeli mobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Sebelum
akad terjadi, biasanya telah terjadi proses tawar menawar terlebih dulu.
Pernyataan ijab kabul tidak harus menggunakan kata-kata khusus. Yang diperlukan ijab kabul
adalah saling rela (ridha) yang direalisasikan dalam bentuk kata-kata. Contohnya, aku jual,
aku berikan, aku beli, aku ambil, dan aku terima. Ijab kabul jual beli juga sah dilakukan
dalam bentuk tulisan dengan sarat bahwa kedua belah pihak berjauhan tempat, atau orang
yang melakukan transaksi itu diwakilkan. Di zaman modern saat ini, jual beli dilakukan
dengan cara memesan lewat telepon. Jula beli seperti itu sah saja, apabila si pemesan sudah
tahu pasti kualitas barang pesanannya dan mempunyai keyakinan tidak ada unsur penipuan.
1. a. Jual beli kontan, artinya serah terima barang dan dibayar dengan uang
kontan.
2. b. Jual beli dengan tukar menukar barang. Misalnya : hasil tambang ditukar
dengan bahan jadi.
3. c. Jual beli sistem tempo, artinya begitu harga telah disepakati dan barang
telah dikirim baru pembayaran dilakukan atau beberapa hari setelah barang diterima
baru diadakan pembayaran.
1. a. Membeli barang dengan harga yang lebih mahal dari harga pasar sedang
ia tidak ingin kepada barang itu, tetapi semata-mata supaya orang lain tidak dapat
membeli barang tersebut.
2. b. Membeli barang untuk di tahan agar dapat di jual dengan harga yang lebih
mahal, sedang mayarakat umum sangat membutuhkan barang tersebut.
3. c. Menjual suatu barang untuk menjadi alat maksiat.
4. d. Jual beli yang dapat menimbulkan kericuhan baik dari fihak pembeli dan
penjual-nya. Seperti barang yang jelek ditutupi dengan barang yang baik.
5. e. Membeli barang yang sudah di beli orang lain yang masih dalam keadaan
khiyar.
Manfaat Jual Beli
1. a. Agar manusia saling tolong menolong antara satu dengan lainnya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. b. Manusia dituntut untuk selalu berhubungan dengan yang lain karena tak
ada seorangpun yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
3. c. Untuk memperluas hubungan antar desa, kota bahkan antar negara
sehingga dapat diperoleh pemerataan ekonomi.
4. d. Untuk menumbuhkan kreatifitas manusia agar dapat menghasilkan dan
mempro-duksi barang-barang yang dapat dipergunakan untuk kemaslahatan
manusia.
1. MENGHINDARI RIBA
1. a. Arti Riba.
1. b. Hukum Riba.
Riba hukumnya haram dan dilarang oleh Allah swt. Adapun dasar hukumnya adalah sebagai
berikut :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.(Al-Baqoroh : 278)
– Riba Sebagai Harta Yang Tak Ada Berkahnya.
Artinya : “Dan suatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar bertambah pada harta
manusia maka riba itu tidak menambah disisi Allah. (Ar-Rum : 39)
Artinya : ” Rasulullah melaknat orang yang memakan riba, yang mewakilinya, penulisnya,
dan kedua saksinya dan Rasul berkata : mereka semua berdosa”. (HR. Muslim)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta riba dengan
berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapatkan
keberuntungan”. (Ali-Imron : 130).
1. c. Macam-macam Riba.
1) Riba Fadli, yaitu tukar menukar dua barang sejenis tetapi tidak sama ukurannya.
Misalnya : 1 gram emas di tukar dengan 1,5 gram emas, 1 kambing besar di tukar dengan 1
kambing kecil.
2) Riba Qordli, yaitu meminjamkan barang dengan syarat ada keuntungan bagi yang
meminjamkan. Misalnya: utang Rp. 25.000,- saat mengembalikan harus ditambah 10%
menjadi Rp. 27.500,-.
3) Riba Nasi’ah, yaitu tambahan yang disyaratkan dari 2 orang yang mengutangi sebagai
imbalan atas penangguhan (penundaan) utangnya. Misalnya : Si A meminjam uang Rp.
100.000,- kepada Si B dengan perjanjian waktu satu bulan setelah jatuh tempo si B belum
dapat mengembalikan, maka si B harus mengembalikan Rp. 125.000,-.
4) Riba Yad, yaitu riba dengan sebab perpisah dari tempat aqad jual beli sebelum serah
terima antara penjual dan pembeli. Misalnya: Seorang membeli 1 kwintal beras, setelah
dibayar si penjual langsung pergi sedang berasnya belum di timbang apakah pas atau kurang.
2) Dapat menciptakan dan mempertajam jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.
3) Dapat menimbulkan sifat rakus dan tamak yang mengakibatkan orang tidak mampu
bertambah berat bebannya.
Syirkah, menurut bahasa, adalah ikhthilath (berbaur). Adapun menurut istilah syirkah
(kongsi) ialah perserikatan yang terdiri atas dua orang atau lebih yang didorong oleh
kesadaran untuk meraih keuntungan. Para ahli fiqih sepakat bahwa syirkah atau perseroan
ialah perjanjian antara dua orang atau lebih untuk menjalankan suatu usaha dengan tujuan
untuk mencari keuntungan bersama Terkadang syirkah ini terbentuk tanpa disengaja,
misalnya berkaitan dengan harta warisan. (Fathul Bari V: 129).
Artinya “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian
mereka berbuat zhalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shalih; dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS Shaad: 24).
Dari Saib ra bahwa ia berkata kepada Nabi saw, “Engkau pernah menjadi kongsiku pada
(zaman) jahiliyah, (ketika itu) engkau adalah kongsiku yang paling baik. Engkau tidak
menyelisihku, dan tidak berbantah-bantahan denganku.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no:
1853 dan Ibnu Majah II: 768 no: 2287)
1. Rukun Syirkah.
2. Syarat Syirkah
v Modal berupa uang atau barang yang dapat ditimbang atau ditakar.
v Modal hendaklah dapat digabungkan sebelum aqad sehingga tidak dapat dibedakan lagi.
v Modal tidak harus sama tetapi menurut permufakatan orang yang berserikat.
Syarikat harta atau syirkah inan ialah aqad kerja sama antara dua orang atau lebih dalam
permodalan untuk melakukan suatu usaha (bisnis) atas dasar membagi untung dan rugi (profit
and Loss sharing) sesuai dengan besar kecilnya modal. Perhatikan firman Allah swt, dalam
hadits qudsi sebagai berikut :
Artinya :”Rasulullah saw., bersabda : Allah swt, berfirman : ‘Aku adalah fihak ketiga dari
dua orang yang berserikat selama salah seorang diantaranya tidak menghianati yang lain.
Jika salah satu berkhianat, maka Aku keluar dari mereka”. (HR. Abu Daud dan Hakim)
b) Syarikat Kerja.
Syarikat kerja adalah bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih yang bergerak dalam
usaha memberikan pelayanan kepada masyarakat (bidang jasa). Hukum syarikat kerja
sebagian ulama mengatakan syah. Faedah syarikat kerja antara lain : untuk memajukan
kesejahteraan rakyat dan jalan yang baik untuk menguatkan hubungan antar bangsa. Adapun
macam-macam Syarikat Kerja itu antara lain :
1) Qirod (Mudharabah), yaitu pemberian modal dari seseorang kepada orang lain untuk
berdagang sedang keuntungan dibagi antara keduanya menurut perjanjian. Qirod pernah
dicontohkan oleh Rasulullah saw, ketika beliau memperdagangkan modal Siti Khodijah.
Dalam kehidupan modern sekarang ini pemberi dan penerima modal dapat berupa Bank.
Rukun Qirod :
Musaqoh ialah kerja sama antara pemilik kebun dengan pemelihara kebun dengan perjanjian
bagi hasil (production sharring) menurut kesepakatan bersama. Rasulullah saw, bersabda :
Artinya : “Sesungguhnya Nabi Muhammad saw, telah menyerahkan kebun beliau kepada
penduduk Khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan perjanjian mereka akan diberi
sebagian dari penghasilannya baik buah-buahan atau hasil tanaman (palawija). (HR.
Muslim)