Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha pengasih dan Maha penyayang. Segala
puji dan syukur bagi Allah SWT yang dengan ridho-Nya kita dapat menyelasikan
makalah ini dengan baik dan lancar, Sholawat dan salam tetap kami haturkan
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw kepada keluarganya, para
sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai akhir jaman.

Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


kami terutama kepada Bapak Jenal Bustomi, M.Ag. selaku dosen mata kuliah
Akhlak Tasawuf yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
mengenai Hubungan Akhlak dan Tasawuf ini. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tepat pada waktunya.

Dalam makalah ini, kami membahas tentang “Hubungan Akhlak dan


Tasawuf ” yang kami buat berdasarkan referensi yang kami ambil dari berbagai
sumber, diantaranya buku dan internet. Makalah ini diharapkan bisa menambah
wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Kami berharap bisa
dimanfaatkan semaksimal dan sebaik mungkin.

Tak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3

A. Pengertian Akhlak ................................................................................................. 3


B. Pengertian Tasawuf ............................................................................................... 4
C. Hubungan Akhlak dan Tasawuf ............................................................................ 5
D. Dasar-Dasar Akhlak dan Tasawuf pada Al-Quran dan Al-Hadits ........................ 6

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 16
B. Saran ................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah tasawuf tidak dikenal dalam kalangan generasi umat Islam
pertama, yaitu pada masa (sahabat) dan kedua (tabiin). Sedangkan ilmu
tasawuf menurut Ibnu Khaldun merupakan ilmu yang lahir kemudian setelah
datangnya Islam, karena sejak masa awalnya para sahabat dan tabiin serta
generasi berikutnya telah memilih jalan hidayah (berpegang kepada ajaran al-
Quran dan Sunnah Nabi). Dalam kehidupannya, mereka gemar beribadah,
berdzikir dan beraktifitas rohani lainya. Akan tetapi, setelah banyak orang
Islam berkecimpung dalam mengejar kemewahan hidup duniawi pada abad
kedua dan sesudahnya, maka orang-orang mengarahkan hidupnya kepada
ibadah yang disebut suffiyah dan mutasawwifin. Dari sinilah kemudian dia
mengembangkan dan mengamalkan tasawuf sehingga diadopsi pemikirannya
hingga sekarang.
Akhlak dilihat dari sudut bahasa (etimologi) adalah bentuk jamak dari
kata khulk, dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai maupun
tabiat. Di dalam Da`iratul Ma`arif, akhlak ialah sifat-sifat manusia yang
terdidik. Selain itu, pengertian akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia
sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu
dapat lahir berupa perbuatan baik, yang disebut akhlak yang mulia,
sedangkan akhlak yang buruk disebut akhlak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya.
Pokok pembahasan akhlak tertuju pada tingkah laku manusia untuk
menetapkan nilainya, baik atau buruk dan daerah pembahasan akhlak
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun
masyarakat. Dalam perspektif perbuatan manusia. Tindakan atau perbuatan
dikategorikan menjadi dua, yaitu perbuatan yang lahir dengan kehendak dan
disengaja (akhlaki) dan perbuatan yang lahir tanpa kehendak dan tak

1
disengaja. Nah disinilah ada titik potong antara tasawuf dengan akhlak yang
akan dibahas pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Apa definisi dari akhlak ?
2. Apa definisi dari tasawuf?
3. Bagaimana hubungan antara akhlak dan tasawuf ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini dapat dituliskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari akhlak.
2. Untuk mengetahui definisi dari tasawuf.
3. Untuk mengetahui hubungan antara akhlak dan tasawuf.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Secara etimologis, akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata akhlaknya yang berarti
menciptakan seakan dengan kata khaliq (pencipta), makhaliq yang
(diciptakan) dan khalq (penciptaan). Kata di atas mengisyaratkan bahwa
dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak
khaliq (Tuhan). Secara etimologis (ishthilabah) ada beberapa definisi
tentang akhlak :
1. Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
2. Ibrahim Anis
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah
macam-macam perbuatan.
3. Abdul Karim Zidan
Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
depan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik
atau buruk.
Dari keterangan diatas. Jelaslah bagi kita bahwa akhlaq itu haruslah
bersifat konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran
dan pertimbangan serta dorongan dari luar. Sekalipun dari beberapa definisi
di atas kata akhlak bersifat netral, belum merunjuk kepada baik dan buruk,
tapi pada umumnya apabila disebut sendirian, tidak dirangkai dengan sifat
tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang mulia. Misalnya, bila
seseorang berlaku tidak sopan kita mengatakan padanya. “kamu tidak
berakhlak”. Padahal tidak sopan itu adalah akhlaknya.

3
B. Pengertian Tasawuf
Tasawuf sebagai salah satu tipe mistisisme, dalam bahasa inggris disebut
sufisme. Kata tasawuf mulai diperbicarakan sebagai satu istilah sekitar akhir
abad dua hijriah yang dikaitkan dengan salah satu pakean kasar yang disebut
shuff atau wool kasar. Kain sejenis itu sangat digemari oleh para zahid
sehingga menjadi symbol kesederhanaan pada masa itu. Ada pula pendapat
yang mengatakan, bahwa kata tasawuf berasal dari bahasa Yunani, yakni
sophos yang berarti hikmah atau keutamaan. Menurut pendapat ini, para sufi
itu adalah pencari hikmah atau ilmu kakikat. Pendapat lain memperkirakan
kata sufi berasal dari Shafa atau shafwun yang berarti bening, sementara
lainnya mengatakan kata sufi berasal dari shaff atau barisan, karma para sufi
selalu berada pada barisan terdepan dalam mencari keridhaan Illahi.
Dalam setiap fase dan dalam setiap kawasan kultur, kemunculan tasawuf
terlihat hanya sebagian dari unsur-unsurnya saja sehingga penampilannya
tidak utuh dalam satu ruang dan waktu yang sama. Dari unsure-unsur yang
berserak itulah kemudian disistematisir satu disiplin ilmu yang disebut
tasawuf. Satu disiplin ilmu yang mengacu pada kehidupan moralitas yang
bersumber dari nilai-nilai Islam. Betapapun sulitnya merumuskan definisi
tasawuf, namun upaya kearah itu sudah banyak dilakukan oleh para ahli.
Diantara upaya itu, nampaknya apa yang dicoba oleh Ibrahim Basuni adalah
yang lebih tepat.
Masih ada jalan lain untuk bisa memahami apa itu tasawuf, yaitu melalui
pemahaman terhadap karakteristik tasawuf dan mistisisme pada umumnya.
Berdasarkan kajian terhadap tasawuf dari berbagai alirannya, ternyata tasawuf
memiliki lima cirri khas atau karakteristik; pertama, bahwa tasawuf dari
semua alirannya memiliki obsesi kebahagiaan dan kedamaian spiritual yang
abadi. Rasa kebebasan diri adalah inti dari kedamaian dan kebahagiaan jiwa.
Kedua, terlihat tasawuf itu semacam pengetahuan langsung yang diperoleh
melalui tanggapan intuisi. Ketiga, bahwa pada setiap perjalanan sufi
berangkat dari dan untuk peningkatan kualitas moral yakni pemurnian jiwa
melalui serial latihan yang keras dan berkalanjutan. Keempat, peleburan diri
pada kehendak Tuhan melalui fana, baik dalam pengartian simbolis aributis

4
atau pengertian substansial. Artinya, peleburan diri dengan sifat-sifat Tuhan
dan atau penyatuan diri dengan-Nya dalam realitas yang tunggal. Kelima,
adalah penggunaan kata simbolis dalam pengungkapan pengalaman. Setiap
ucapan atau kata yang dipergunakan selalu memuat makna ganda, tetapi yang
ia maksudkan biasanya adalah makna apa yang ia rasa dan alam bukan arti
harfiahnya, disebut sithohat.
Asal-usul katanya memiliki beberapa pengertian berbeda dari beberapa ahli
sufi :
1. Ada yang berpendapat bahwa asal kata tasawuf berasal dari kata “shaff” yaitu
barisan diketika shallat karma sufi mempunyai iman yang kuat dan jiwa yang
bersih.
2. Ada juga yang mangatakan bahwa asal kata tasawuf adalah shaufana, yaitu
sebangsa buah kecil yang berbulu dan banyak tumbuh dipadang pasir arabiah.
3. Pendapat yang mengatakan bahwa asal katanya ialah shafa yang artinya
bersih dan suci, karena sufi bertujuan dalam hidupnya membersihkan batin.
Ada shafwah yang artinya pilihan terbaik. Shifah yang artinya sifat dan yang
lainnya.

C. Hubungan Akhlak dan Tasawuf


lmu tasawwuf pada umumnya dibagi menjadi tiga, pertama tasawwuf
falsafi, yakni tasawwuf yang menggunakan pendekatan rasio atau akal
pikiran, tasawwuf model ini menggunakan bahan – bahan kajian atau
pemikiran dari para tasawwuf, baik menyangkut filsafat tentang Tuhan
manusia dan sebagainnya. Kedua, tasawwuf akhlaki, yakni tasawwuf yang
menggunakan pendekatan akhlak. Tahapan – tahapannya terdiri dari takhalli
(mengosongkan diri dari akhlak yang buruk), tahalli (menghiasinya dengan
akhlak yang terpuji), dan tajalli (terbukanya dinding penghalang [hijab] yang
membatasi manusia dengan Tuhan, sehingga Nur Illahi tampak jelas
padanya). Dan ketiga, tasawwuf amali, yakni tasawwuf yang menggunakan
pendekatan amaliyah atau wirid, kemudian hal itu muncul dalam tharikat.
Sebenarnya, tiga macam tasawwuf tadi punya tujuan yang sama, yaitu
sama – sama mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri

5
dari perbuatan yang tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan yang terpuji
(al-akhlaq al-mahmudah), karena itu untuk menuju wilayah tasawwuf,
seseorang harus mempunyai akhlak yang mulia berdasarkan kesadarannya
sendiri. Bertasawwuf pada hakekatnya adalah melakukan serangkaian ibadah
untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Ibadah itu sendiri sangat berkaitan
erat dengan akhlak. Menurut Harun Nasution, mempelajari tasawwuf sangat
erat kaitannya dengan Al-Quran dan Al-Sunnah yang mementingkan akhlak.
Cara beribadah kaum sufi biasanya berimplikasi kepada pembinaan akhlak
yang mulia, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Di kalangan kaum sufi
dikenal istilah altakhalluq bi akhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi
pekerti Allah, atau juga istilah al-ittishaf bi sifatillah, yaitu mensifati diri
dengan sifat – sifat yang dimiliki oleh Allah.
Jadi akhlak merupakan bagian dari tasawwuf akhlaqi, yang merupakan
salah satu ajaran dari tasawwuf, dan yang terpenting dari ajaran tasawwuf
akhlaki adalah mengisi kalbu (hati) dengan sifat khauf yaitu merasa khawatir
terhadap siksaan Allah. Kemudian, dilihat dari amalan serta jenis ilmu yang
dipelajari dalam tasawwuf amali, ada dua macam hal yang disebut ilmu lahir
dan ilmu batin yang terdiri dari empat kelompok, yaitu syariat, tharikat,
hakikat, dan ma`rifat.

D. Dasar-Dasar Akhlak dan Tasawuf pada Al-Quran dan Al-Hadits


1. Dasar-dasar Hadits Tentang Akhlak Tasawuf
Sejalan apa yang disitir dalam Al Quran, sebagaimana dijelaskan diatas,
ternyata tasawuf juga dapat dilihat dalam kerangka hadits. Hadits-hadits yang
menjadi dasar dalam ajaran tasawuf sangatlah banyak, sehingga disini kami
hanya menuliskan sebagiannya saja.Umumnya yang dinyatakan sebagai
landasan ajaran-ajaran tasawuf adalah Hadits-hadits berikut.

Di samping riwayat yang menjelaskan bahwa Muhammad SAW setiap


bulan Ramadhan bertahannus di Gua Hira untuk mencari ketenangan jiwa dan
kebersihan hati serta hakikat kebenaran ditengah-tengah keramaian hidup,
ditemukan sejumlah hadits yang memuat ajaran-ajaran tasawuf, diantaranya
adalah hadis-hadis berikut [7]

6
‫(رواه‬ ُ ‫المؤمن فإّنّه يَن‬
‫ظر بنُور هللا‬ ِ َ‫سة‬
َ ‫قال رسول هللا ص ّلى هللا عليه و سلّم إتّقوا فِ َرا‬
)‫البخارى‬

Artinya:
“Rasulullah SAW bersabda: takutilah firasat orang mukmin karena ia
memandang dengan nur Allah.”

Dalam hadits lain,


)‫…أعبد هللا كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك (متفق عليه‬.
Artinya:
“Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihatNya, maka apbila engkau
tidak dapat melihatNya, maka Ia pasti melihatmu.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

‫ف َربَّه‬ َ ‫ف نَف‬
َ ‫سه ع ََر‬ َ ‫َمن ع ََر‬
Artinya:
Barang siapa yang mengenal dirinya sendiri, maka akan mengenal
Tuhannya.

ْ ‫ق فَ ِب ِه ع ََر‬
‫فونِي‬ ْ ُ‫ُك ْنتُ كَنزا ً َمخفيّا فأَحبَبت‬
َ ‫أن أع َْرف فخلَقتُ الخل‬
Artinya:
Aku adalah perbendaharaan yang tesembunyi, maka Aku menjadikan
makhluk agar mereka mengenalKu.
Menurut hadits ini, bahwa Tuhan dapat dikenal melalui makhlukNya, dan
pengetahuan yang tinggi adalah mengetahui Tuhan melalui diriNya. [8]
Diantara nya lagi, hadits lain yang menjadi dasar dari tasawuf:

‫س َم ُع و َبص ََره الذي‬


ْ ََ‫ي‬ َ ُ‫إلي ِبالنَّوا ِف ِل َحتَّى أ ُ ِح َّبهُ فَإذَا أح َب ْبتُهُ ُك ْنت‬
َ ‫سم َعهُ الّذي‬ َّ ‫ب‬ُ ‫الَ َي َزا ُل ال َعب ُد َيتَقَ ّر‬
ِ ‫يمشِي بِها فبِي يس َم ُع فَبي يب‬
‫ْص ُر‬ ْ ‫ورجلَهُ الذي‬
ِ ‫ش بها‬ ُ ‫ق بِ ِه و يده الذي يَب‬
ُ ‫ط‬ ُ ‫ص ُر بِ ِه و لسانه الذي ينِ ِط‬ ُ ‫يَب‬
ُ ‫ق َو بي يَ ْع ِق ُل َو بي يَب ُط‬
‫ش وبي يَ ْمشِي‬ ُ ‫َو بي يَ ْن ِط‬

7
Artinya:
“Sentiasa seorang hamba itu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-
amalan sunat sehingga Aku mencintainya. Maka tatkala mencintainya, jadilah
aku pendengarannya yang dia pakai untuk mendengar, penglihatannya yang
dia pakai untuk melihat, lidahnya yang dia pakai untuk berbicara, tangannya
yang dia pakai untuk mengepal, dan kakinya yang dia pakai untuk berjalan;
maka denganKu dia mendengar, melihat, berbicara, berfikir, mengepal, dan
berjalan.”
Hadits di atas memberi petunjuk bahwa manusia dan Tuhan dapat
bersatu. Diri manusia dapat melebur dalam diri Tuhan, yang selanjutnya
dikenal dengan istilah fana’, yaitu fana’nya makhluk sebagai mencintai
kepada Tuhan sebagai yang dicintainya.[9] Maksudnya: pernyataan bahwa
Allah akan menjadi pendengaran, penglihatan, tangan , dan kaki hamba yang
dicintaiNya merupakan majaz untuk menjelaskan pertolongan Allah. [10]

)‫(رواه ابن ماجة‬ ِ َّ‫إز َهد فِي الدُّنيا َ يُ ِحبُّك هللاُ و إز َهد فِيماَفي أَيدي الن‬
‫اس يُ ِحبُّك‬ ْ

Artinya:
“Zuhudlah terhadap dunia maka Allah mencintaimu. Zuhudlah pada apa
yang ada di tangan orang lain maka mereka akan mencintaimu.”

Dalam hadits ini menjelaskan tentang dasar dari cabang tasawuf yaitu
sifat zuhud. Sifat zuhud adalah salah satu sifat para sufi yang sangat
menonjol. Karena pengertian zuhud adalah mengambil bagian kehidupan
duniawi hanya sekedar keperluan, bukan untuk bersenang-senang semata.
Ayat-ayat dan hadis-hadis yang dikutip diatas hanya sebagian dari ayat-
ayat dan hadis-hadis yang memgemukakan hal-hal kehidupan ruhaniyah yang
ditemukan dalam tasawuf. Kehidupan yang didominasi oleh takut dan harap,
kezuhudan, berserah diri kepada Tuhan, bersyukur, bersabar dan redha serta
dekat atau “intim” dengan Allah. Kehidupan seperti inilah yang dicontohkan
oleh Rasulullah SAW sendiri serta para sahabat-sahabatnya, khususnya
mereka yang dijuluki ahl al shuffah

8
2. Dasar-dasar Al-Qur’an tentang Akhlak Tasawuf

Al-Qur’an merupakan dasar agama Islam yang di dalamnya termasuk


“Akhlak Islam”. Beberapa masalah yang timbul bisa diselesaikan melalui al-
Qur’an, sebagaimana salah satu fungsi al-Qur’an yaitu sebagai keputusan
terakhir apabila dalam al-Hadits tidak diterangkan. Namun tidak semua
masalah akhlak bisa dicari dalam Al-Qur’an, contohnya tentang masalah yang
bermunculan pada masa sekarang, maka orang Islam menggunakan hasil dari
ijtihad para Ulama, namun Ulama juga mengkaitkan jawaban-jawabannya itu
dengan merujuk pada dasar-dasar Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Dengan demikian Ulama mengambil keputusan dengan cara


menyamakan kejadian maupun problem-problem sekarang dengan masalah-
masalah yang ada ketika Al-Qur’an diturunkan, maka Al-Qur’an digunakan
sebagai dasar untuk mencari kesimpulan atau mencari mana akhlak yang
sebaiknya dilakukan. Namun demikian dalam pembentukan akhlak ini, Islam
juga menghargai pendapat akal pikiran yang sehat sejalan dengan Al-Qur’an
dan Al-Sunnah. Peranan akal pikiran dalam ajaran Islam demikian besar dan
dihargai adanya, termasuk peranannya dalam menjabarkan masalah akhlak.
Ajaran akhlak yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah bersifat absolute dan
universal serta mutlak, yakni tidak dapat ditawar-tawar lagi dan akan
berlangsung sepanjang zaman. Namun dalam penjabaran ajaran Al-Qur’an
yang absolute itu bentuknya berbeda-beda sesuai dengan keadaan masyarakat
atau sesuai dengan yang diakui masyarakat. Dengan demikian ajaran akhlak
dalam Islam dapat diterima oleh seluruh masyarakat berdasarkan hasil ijtihad
akal pikiran. Sebagai contoh menutup aurat adalah merupakan akhlak yang
bersifat absolute, mutlak dan universal, tetapi bagaimana cara dan bentuk
menutup aurat itu dapat berbeda-beda. Untuk menentukan cara dan bentuk
menutup aurat tersebut diperlukan pemikiran akal yang sehat.

Ketika Aisyah ditanya oleh sahabat tentang akhlak Rosulullah ia


menjawab “Al-Qur’an”. Para sahabat terkenal sebagai penghafal al-Qur’an
kemudian menyebarkannya disertai pengamalan atau penjiwaan terhadap
isinya. Mereka melakukan dan mengamalkan akhlak Rosulullh yaitu akhlak

9
Al-Qur’an. Dalam kitab al-Luma yang ditulis oleh Abi Nashr As-Siraj Ath-
Thusi dikatakan bahwa dari Al-Qur’an dan As-Sunnah itulah para sufi
pertama-tama mendasarkan pendapat mereka tentang moral dan tingkah laku,
kerinduan dan pada Illahi, dan latihan-latihan rohaniyah mereka yang di
susun demi terealisasinya tujuan kehidupan mistis (hal yang berhubungan
dengan sesuatu yang ghoib) .

Tasawuf sebenarnya merupakan bagian dari penelaahan rahasia di balik


teks-teks Ilahiah secara ringkas. Al-Qur’an menjelaskan konsepsi tasawuf
dalam bentuk dorongan manusia untuk menjelajahi dan menundukkan
hatinya. Serta tidak tergesa-gesa untuk puas pada aktifitas dan ritual yang
bersifat lahiriah . Seperti dinyatakan dalam ayat berikut.

َ ‫ق َو ََل َي ُكونُوا كَالَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِكت‬


‫َاب ِمن قَ ْب ُل‬ ِ ‫َّللاِ َو َما نَزَ َل ِمنَ ْال َح‬ َ ‫أَلَ ْم َيأ ْ ِن ِل َّلذِينَ آ َمنُوا أَن ت َْخ‬
َّ ‫ش َع قُلُوبُ ُه ْم ِل ِذ ْك ِر‬
16 : ‫ير ِم ْن ُه ْم فَا ِسقُونَ (الحديد‬ ٌ ِ‫ت قُلُوبُ ُه ْم َو َكث‬ْ ‫س‬َ َ‫طا َل َعلَ ْي ِه ُم ْاْل َ َمد ُ فَق‬
َ َ‫)ف‬

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk


hati mereka mengingat Allah dan kapada kebenaran yang telah turun (kepada
mereka). Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya
diturunkan Al-Kitab kepadaNya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mareka, lalu hati mareka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mareka
adalah orang-orang yang fasik(Q.S. Al-Hadida [57]:16).

Ajaran islam secara umum mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah


dan batiniah, ajaran yang bersifat batiniyah nanti akan menimbulkan hati
mareka menjadi keras. Dengan demikian unsur kehidupan tasawuf mendapat
perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran islam yaitu As-Sunnah, Al-
Qur’an serta praktek kehidupan nabi dan para sahabatnya, antara lain Al-
Qur’an menerangkan tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai
dengan tuhan .

Hal itu difirmankan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 54

10
ٍ‫ف يَأْتِي َّللاُ بِقَ ْو ٍم ي ُِح ُّب ُه ْم َوي ُِحبُّونَهُ أ َ ِذلَّ ٍة َعلَى ْال ُمؤْ ِمنِينَ أَ ِع َّزة‬ َ َ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ َمن يَ ْرتَدَّ ِمن ُك ْم َعن دِينِ ِه ف‬
َ ‫س ْو‬
‫ض ُل َّللاِ يُؤْ تِي ِه َمن يَشَا ُء َوَّللاُ َوا ِس ٌع‬ ْ َ‫سبِي ِل َّللاِ َوَلَ يَخَافُونَ لَ ْو َمةَ آلئِ ٍم ذَلِكَ ف‬ َ ‫َعلَى ْالكَافِ ِرينَ يُ َجا ِهد ُونَ فِي‬
54 : ‫) َع ِلي ٌم ( المائدة‬

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum
yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersifat
lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersifat keras pada orang
kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang
yang suka mencela, itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang
dikehendakiNya dan Allah maha luas (pemberianNya) lagi maha mengetahui
“. (Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 54)

Allah juga memerintahkan manusia agar senantiasa bertaubat membersihkan


diri dan selalu memohon ampun kepada-Nya sehingga memperoleh cahaya
dari-Nya.

َ ‫سى َربُّ ُك ْم أَن يُ َك ِف َر َعن ُك ْم‬


ٍ ‫س ِيئ َا ِت ُك ْم َويُد ِْخلَ ُك ْم َجنَّا‬
‫ت تَجْ ِري‬ ُ َّ‫َّللاِ ت َْوبَةً ن‬
َ ‫صوحا ً َع‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا تُوبُوا ِإلَى‬
َ‫ور ُه ْم َي ْس َعى َبيْنَ أ َ ْيدِي ِه ْم َو ِبأ َ ْي َمانِ ِه ْم َيقُولُون‬
ُ ُ‫ي َوا َّلذِينَ آ َمنُوا َم َعهُ ن‬ ُ ‫ِمن تَحْ تِ َها ْاْل َ ْن َه‬
َّ ‫ار َي ْو َم ََل ي ُْخ ِزي‬
َّ ‫َّللاُ ال َّن ِب‬
8 : ‫ِير (التحريم‬ ٌ ‫ش ْيءٍ َقد‬ َ ُ‫) َر َّبنَا أَتْ ِم ْم لَنَا ن‬
َ ‫ورنَا َوا ْغ ِف ْر لَنَا ِإنَّكَ َعلَى ُك ِل‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan


taubat yang sebenar-benarnya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan
menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surge
yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang beriman bersama dengan dia, sedangkan
cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil
mengatakan, “ Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami,
sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”. (Q. S. At Tahrim [66]
:8).

Orang yang berakhlak berarti ia berilmu, tapi ilmu itu tergantung orang
yang memilikinya, ada yang baik dan ada yang buruk. Berarti akhlak sangat

11
berkaitan dengan ilmu. Apabila memiliki ilmu yang baik, maka kemungkinan
besar orang itu bisa berbuat kebaikan atau berakhlak dengan baik. Dalam al-
Qur’an Allah menjelaskan tentang keutamaan orang yang berilmu, salah
satunya dalam surat Ali-Imran:18 yang artinya,” Allah bersaksi bahwasannya
tidak ada tuhan melainkan Dia (Allah), yang menegakkan keadilan.para
malaikat dan orang-orang berilmu (juga ikut bersaksi). Tiada tuhan melainkan
Dia, yang maha perkasa lagi maha bijaksana” (QS. Ali-Imran:18).

Jika kita cermati ayat tersebut dengan seksama maka akan kita ketahui
bahwa Allah SWT sangat memperhatikan orang-orang yang berilmu, Allah
memulai dangan Diri-Nya, lalu dengan malaikat setelah itu dengan para ahli
ilmu, sungguh betapa tingginya kemuliaan, keutamaan dan kehormatan ini.

Abu Al-Wafa’ Al-Ganimi At-Taftazani mengatakan bahwa semua


tahapan (maqamat) dan keadaan (akhwal) para sufi, yang pada dasarnya
merupakan tema pokok ajaran tasawuf, berlandaskan Al-Qur’an. Berikut ini
landasan sebagian muqamat dan akhwal para sufi tersebut.

a. Dalam Al Qur’an menerangkan tentang penggemblengan jiwa, yang


digunakan sebagai landasan, yaitu dalam surat Al Ankabut [29] ayat 69)

69:‫َّللاَ لَ َم َع ْال ُمحْ ِسنِينَ (العنكبوت‬ ُ ‫) َوا َّلذِينَ َجا َهد ُوا فِينَا لَنَ ْه ِديَنَّ ُه ْم‬
َّ ‫سبُلَنَا َو ِإ َّن‬

Artinya, “ Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami


tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami Dan sesungguhnya Allah benar-
benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.(Q. S. Al Kanbut [29]: 69)

Firman-Nya lagi,

‫ِي ْال َمأ ْ َوى‬


َ ‫ فَإ ِ َّن ْال َجنَّةَ ه‬.‫س َع ِن ْال َه َوى‬
َ ‫ام َربِ ِه َونَ َهى النَّ ْف‬ َ ‫َوأ َ َّما َم ْن خ‬
َ َ‫َاف َمق‬

(41-40:‫)النازعات‬

12
Artinya : “Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah
tempat tinggalnya”.

b. Tentang maqam ketaqwaan, Allah berfirman,

‫َّللاِ أَتْقَا ُك ْم إِ َّن‬


َّ َ‫ارفُوا إِ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِعند‬ ُ ‫اس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُكم ِمن ذَك ٍَر َوأُنثَى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم‬
َ َ‫شعُوبا ً َوقَبَائِ َل ِلتَع‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
َّ )
ٌ ‫َّللاَ َع ِلي ٌم َخ ِب‬
13:‫ير (الحجرات‬

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa
di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”. (Q. S. Al Hujurat [49]:13)

Allah SWT. juga berfirman,

.......194 : ‫) َواتَّقُواْ َّللاَ َوا ْعلَ ُمواْ أَ َّن َّللاَ َم َع ْال ُمتَّقِينَ ( البقرة‬

Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang


yang bertaqwa. (Q.S. Al Baqoroh [2] 194)

c. Tentang maqam Zuhud

“Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih
baik bagi orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya
sedikitpun.”

d. Tentang maqam tawakal, menurut para sufi, berlandaskan pada firman-


firman Allah SWT. berikut ini.

َّ ‫) َو َمن يَت ََو َّك ْل َعلَى‬


3 : ‫َّللاِ فَ ُه َو َح ْسبُهُ (الطالق‬

…Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan


mencukupkan (keperluan)nya…(Q. S. Ath Thalaq [ 65]:3)

13
39 :‫ف تَ ْعلَ ُمونَ (الزمر‬ ِ ‫)قُ ْل يَا قَ ْو ِم ا ْع َملُوا َعلَى َمكَانَتِ ُك ْم ِإ ِني َع‬
َ َ‫ام ٌل ف‬
َ ‫س ْو‬

Dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman itu bertawakal. (Q. S. Az
Zumar [39]: 39)

e. Tentang maqam syukur antara lain berlandaskan pada firman-firman Allah


SWT. berikut ini.

7 : ‫شك َْرت ُ ْم ْل َ ِزيدَ َّن ُك ْم ( إبراهيم‬


َ ‫) لَئِن‬

…Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambahkan


(nikmat) kepadamu…(Q.S. Ibrohim [14]:7)

f. Maqam sabar, berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.

‫َار‬ ِ ْ ‫س ِبحْ ِب َح ْم ِد َر ِبكَ ِب ْال َعشِي ِ َو‬


ِ ‫اْل ْبك‬ َ ‫َّللاِ َح ٌّق َوا ْست َ ْغ ِف ْر ِلذَن ِبكَ َو‬ ْ ‫فَا‬
َّ َ‫ص ِب ْر ِإ َّن َو ْعد‬

(55: ‫)المؤمن‬

Artinya ; “Maka bersabarlah kamu karena sesungguhnya janji Allah itu benar,
dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuja
Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (Q.S. Mu’min [40]:55)

..... 155 : ‫صابِ ِرينَ (البقرة‬


َّ ‫) َوبَش ِِر ال‬

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(Q.S. Al-


Baqarah[2]:155)

g. Maqam rida berlandaskan pada firman Allah SWT. Berikut ini.

119 : ‫ي َّللاُ َع ْن ُه ْم َو َرضُواْ َع ْنهُ ( المائدة‬


َ ‫ض‬
ِ ‫) َّر‬

….Allah rela terhadap mereka, dan merekapun rela terhadapnya…(Q.S. Al-


Maidah [5]:119).

h. Tentang maqam ma’rifah, antara lain Allah SWT. berfirman,

14
282: ‫) َواتَّقُواْ َّللاَ َويُ َع ِل ُم ُك ُم َّللاُ َوَّللاُ ِب ُك ِل َش ْيءٍ َع ِلي ٌم (البقرة‬

Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha


Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 282)

‫فَ َو َجدَا َعبْدا ً ِم ْن ِع َبا ِدنَا آت َ ْينَاهُ َرحْ َمةً ِم ْن ِعن ِدنَا َو َعلَّ ْمنَاهُ ِمن لَّدُنَّا ِع ْلما‬

(65 : ‫)الكهف‬

Artinya : “Lalu, mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-


hamba Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami
ajarkan kepadany ilmu dari sisi Kami. (Q.S. Al-Kahfi [18]: 65).

Demikian sebagian ayat Al-Qur’an yang dijadikan landasan kaum sufi


dalam melaksanakan praktik-praktik kesufiannya. Akan terlalu panjang
uraiannya jika semua pengertian psikis dan moral yang diungkapkan para sufi
tentang tingkatan dan keadaan, dicarikan rujukannya dalam dalam Al-Qur’an.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan


bermacam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Objek kajiannya adalah perbuatan manusia dan norma (aturan)
yang dijadikan untuk mengukur perbuatan dari segi baik dan buruk.
Pembentukannya secara integral melalui rukun iman dan rukun Islam.
Sedangkan tasawuf adalah falsafah hidup atau cara dalam tingkah laku
manusia dalam meningkatkan moral dan pemahaman hakikat kehidupan atau
hubungan dengan Allah yang menghasilkan kebahagiaan ruhiyah.

Jadi akhlak merupakan bagian dari tasawwuf akhlaqi, yang merupakan


salah satu ajaran dari tasawwuf, dan yang terpenting dari ajaran tasawwuf
akhlaki adalah mengisi kalbu (hati) dengan sifat khauf yaitu merasa khawatir
terhadap siksaan Allah.

B. Saran

Penulis berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah dikesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

As, Asmaran. 2000. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Daudy, Ahmad.1996. Kuliah Ilmu Tasawuf. Jakarta : Bulan Bintang.

Jamil. 2003. Akhlak Tasawuf. Ciputat : Referensi.

Ma’luf, Luis. 1998. Kamus Al-Munjid. Beirut : Al-maktabah al-Katulikiyah.

Rahmawati, Ani. 2011. Aqidah Akhlak. Semarang : Akik Pusaka.

Solang, Visal. Sumber-Sumber Akhlak Tasawuf pada Al-Quran dan Al-Hadits.


Tersedia [Online] : https://www.academia.edu/9210383/DASAR-
DASAR_Al-QURAN_DAN_AL-
HADIST_TENTANG_AKHLAKTASAWU?auto=download Diakses pada
tanggal 13 September 2018.

17

Anda mungkin juga menyukai