Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA 1

INDEKS BIAS, APRIL 2019

INDEKS BIAS
Evi Nurhanapi
evi.nurhanapi@unida.ac.id
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor

Latar Belakang Ketergantungan kecepatan rambat


Pembiasan cahaya adalah peristiwa gelombang pada sifat-sifat medium
penyimpangan atau pembelokan cahaya karena menimbulkan gejala pemantulan dan
melalui dua medium yang berbeda kerapatan pembiasan yang terjadi jika suatu gelombang
optiknya. Arah pembiasan cahaya dibedakan melintasi permukaan yang memisahkan dua
menjadi dua macam yaitu mendekati garis medium dimana gelombang baru merambat
normal dan menjauhi garis normal. Cahaya dengan kecepatan yang berbeda.gelombang
dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya yang dipantulkan adalah suatu gelombang baru
merambat dari medium optik kurang rapat ke yang merambat kembali ke dalam medium
medium optik lebih rapat, contohnya cahaya yang di lalui gelombang awal dalam
merambat dari udara ke dalam air. Cahaya perambatannya. Gelombang yang di biaskan
dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya adalah gelombang yang di teruskan ke medium
merambat dari medium optik lebih rapat ke ke dua (Zemansky,2007).
medium optik kurang rapat, contohnya cahaya Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan
merambat dari dalam air ke udara. Indeks bias Belanda bernama Willebrord Snell (1591 –
suatu zat adalah perbandingan cepat rambat 1626) melakukan eksperimen untuk mencari
cahaya dalam hampa udara (c) terhadap cepat hubungan antara sudut datang dengan sudut
rambat cahaya dalam zat tersebut (v), atau bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan
perbandingan sinus sudut datang terhadap nama hukum Snell yang berbunyi :
sinus sudut bias. Harga indeks bias berubah- 1. sinar datang, garis normal, dan sinar bias
ubah tergantung pada panjang gelombang terletak pada satu bidang datar.
cahaya dan suhu (Zemansky, 2007). 2. hasil bagi sinus sudut datang dengan
Penerapan konsep indeks bias banyak sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan
di temukan dalam kehidupan sehari. Contoh disebut indeks bias.
globalnya dalam pembiasan adalah sedotan (Soedojo, 1999).
yang ditempatkan dalam segelas air, apabila di Sudut bias bergantung pada laju
lihat dari samping tampak sedotan patah atau cahaya kedua media dan pada sudut datang.
bengkok. Sedangkan konsep indeks bias pada Hubungan analitis antara θ1 dan θ2 ditemukan
prisma yaitu pelangi dan fatamorgana. secara eksperimental pada sekitar tahun 1621
Pemanfaatannya pada benda berlensa misalnya oleh Willebrord Snell . Hubungan ini dikenal
teropong dan teleskop. sebagai Hukum Snell dan dituliskan:
Praktikum mengenai indeks bias kaca n1 sin θ1 = n2 sin θ2
dan prisma dilakukan dua percobaan yaitu . . . (2.1)
penentuan indeks bias prisma pada plan paralel dimana, θ1= sudut datang (°)
dan yang kedua penentuan indeks bias pada θ2= sudut bias (°)
prisma. Percobaan dilakukan dengan n1= indeks bias medium 1
memvariasikan sudut sinar datang yang n2= indeks bias medium 2
terkena plan paralel maupun prisma, yang Jelas dari hukum Snell bahwa
kemudian di tentukan titik-titik yang terlihat jika n2 > n1, maka θ2 > θ1, artinya jika cahaya
lurus terhadap mata dimana untuk melihatnya memasuki medium dimana n lebih besar (dan
pada satu sisi saja. lajunya lebih kecil), maka berkas cahaya
dibelokkan menuju normal. Dan
TUJUAN PRAKTIKUM jika n2 > n1, maka θ2 > θ1, sehingga berkas
 Memahami prinsip penetapan indeks dibelokkan menjauhi normal (Soeharto, 1992).
bias Sinar yang masuk bidang pembias I
akan sejajar dengan sinar yang keluar dari
TINJAUAN PUSTAKA bidang pembias II dan mengalami pergeseran.
Pergeseran sinar tersebut dirumuskan :
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA 2
INDEKS BIAS, APRIL 2019

t = d sin (i-r)/cos r O-A’ apabila terlihat dari udara (tidak


. . . (2.2) melalui kaca) tidak terletak pada garis
dimana, d = tebal balok kaca (cm) lurus.
i = sudut datang (°) 6. Cabutlah jarum pada A dan A’ serta
r = sudut bias (°) jangan lupa tandailah bekas tusukan
t = pergeseran cahaya (cm) jarum dengan tinta
(Stockley,2007). 7. Ulangi dengan posisi yg berbeda(B,C
dst)
8. Angkatlah kaca dari atas kertas,
hubungkan titik-titik tersebut sesuai
dengan pasangannya melalui O
9. Ukurlah sudut datang dan sudut bias
dengan menggunakan busur derajat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Sudu Sudut Datang Sudut Bias (‘)
t
A 111̊ y 101̊ x
B 200 y 190 x
C 310 y 300 x
0
D 45 y 440 x
E 300 x 310 y
Gambar 2.1Pergeseran sinar bias terhadap arah
Perhitungan
semula dari sinar datang pada kaca plan
paralel. Berkas sinar bias akhir sejajar dengan sin A 1 1̊
A. = =1,1
sinar datang namun bergeser sejauh jarak titik sin A ' 1 0̊
G-C sin A 20 ̊̊
(Sumber: Stockley, 2007) B. = =1, 05
sin A ' 1 9̊̊
sin A 31 ̊̊
BAHAN DAN METODE C. = =1, 03
Alat sin A ' 30 ̊̊
 Kertas sin A 45̊̊
D. = =1, 02
sin A 44 ̊̊
'
 Kaca
 Jarum pentul sin A 30 ̊̊
 Busur derajat E. = =0,96
sin A ' 31 ̊̊
 Penggaris

Metode Pembahasan
1. Buatlah sumbu x vs y pada kertas Pada percobaan kali ini,
yang bersih menggunakan kaca plan paralel atau balok
2. Tandailah pusat sumbu O dengan kaca. Balok kaca itu sendiri adalah keping
jarum kaca tiga dimensi yang kedua sisinya
3. Tatakan kaca diatas sumbu sedemikian dibuat sejajar.
sehingga salah satu sisi kaca yang Berdasarkan hasil pengamatan
panjang berimpit dengan sumbu x diperoleh bahwa besar sudut datang tidak
4. Tusukan jarum pada sisi kaca sama dengan sudut biasnya. Sudut datang
dihadapan sumbu x (di sebelah kiri dan sudut bias disini ditentukan oleh sudut
atau kanan normal) misalnya titik A
datang sang pengamat. Jika pengamat
5. Dengan melihat melalui kaca,
tentukan titik A’ dengan jarum melihat dari arah kiri, maka sudut
sedemikian sehingga A-O-A’ terletak datangnya akan mengarah ke arah kiri
pada satu garis lurus. Letak jarum A- bawah, begitu pula sebaliknya, jika
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA 3
INDEKS BIAS, APRIL 2019

pengamat mengamat dari sebelah kanan, Tripler.1992. Fisika dasar jilid II. Jakarta:
maka sudut yang dibentuk akan mengarah Erlangga
ke kanan bawah. Pergeseran yang terjadi
dalam kaca plan paralel ini merukapan Zemansky.2007. Fisika Universitas Edisi
pergeseran yang selalu mendekati garis ke-10 Jilid II. Jakarta: Erlangga
normal. Hal ini disebabkan sinar datang
dari medium udara (kurang rapat) ke
medium yang lebih rapat (planparalel).
Pergeseran yang terjadi disebabkan oleh
pengaruh dari ketebalan balok kaca.
Hal ini sesuai dengan Hukum II
Snellius: berbunyi “ Jika sinar datang dari
medium kurang rapat ke medium lebih
rapat (misalnya: dari udara ke air atau dari
udara ke kaca), maka sinar di belokkan
mendekati garis normal. Jika sebaliknya,
sinar datang dari medium lebih rapat ke
medium kurang rapat maka sinar di
belokkan menjauhi garis normal ”. Sudut
datang selalu lebih besar daripada sudut
bias.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang di dadapat dari hasil
praktikum pennetuan indeks bias kaca dan
prisma dalah sebagai berikut:
Semakjin besar sudut datang yaitu (θi)
maka semakin besar pula sudut deviasi yang
dihasilkan, hal ini terjadi karena θi dan sudut
deviasi (D) berbanding lurus.
Indeks bias yang didapat dari hasil
perhitungan tidak sesuai dengan literatur
karena. Hal ini dikarenakan pengambilan data
yang kurang teliti ataupun indeks bias pada
medium pertama yaitu udara tidak sama
dengan satu.

DAFTAR PUSTAKA

Soedojo, Peter.1999. Fisika Dasar.


Yogyakarta: Andi Press.
Soeharto.1992. Fisika Dasar II. Jakarat:
Gramedia.
Stockley, Corinne.2007. Kamus Fisika
bergambar. Jaktara: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai