URETEROLITHIASIS
Oleh:
Nisa arifah 1318011121
Tasya P.a.u.r 1318011162
Marissa Herani Paja 1318011102
Perceptor :
dr. Wirawan Anggoro Tomo, Sp. An
PENDAHULUAN
Usia : 65 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Nomor RM : 502178
ANAMNESIS (autoanemnesis)
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri dan panas di daerah pinggang
yang lalu. Awalnya pasien mengeluhkan nyeri yang hebat pada pinggang
kanan, lalu pasien berobat ke IGD RS A. Yani dan diberi obat penghilang
Keluhan demam, nyeri saat BAK, BAK berdarah disangkal oleh pasien.
Riwayat Operasi
Pasien belum pernah operasi.
AMPLE
A : Riwayat alergi makanan dan obat – obatan disangkal
M : Pasien mengkonsumsi glibenklamid sebagai terapi untuk penyakit diabetes
mellitus.Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
P : Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus Riwayat hipertensi,
Asma, penyakit ginjal dan penyakit jantung disangkal
L : Pasien terakhir makan dan minum 6 jam sebelum operasi
E : Pasien mengeluhkan nyeri dan panas di daerah pinggang
STATUS GENERALISATA
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
TD : 160/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 oC
Status gizi
BB : 54 kg
TB : 155 cm
IMT : 22,47 kg/m2 (normal)
Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan Thoraks
Pemeriksaan Abdomen
Status Urologi
Terdapat nyeri tekan dan nyeri ketok pada cva dextra.
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
Hb : 10,1 g/dL
Ht : 27 %
Leukosit : 6.580/mm3
Trombosit : 503.000/mm3
Radiologi
A. Foto Thorax
Cor : dalam batas normal
Pulmo : tidak tampak kelainan
B. BNO-IVP
Kesan : Nefrolithiasis dextra, delayed function ren dextra curiga ec
Hydronefrosis, tidak terdapat kelainan pada ren sinistra.
Kimia Darah
Glukosa : 139 mg/dl
SGOT : 16 U/L
SGPT : 15 U/L
Na/K/Ca/Cl: 134*/6,6*/8,7/100
Ureum : 221140* mg/dl (setelah dilakukan HD)
Kreatinin : 7,87 5,36* mg/dl (setelah dilakukan HD)
Diagnosis Kerja
Ureterolithiasis dextra
Penatalaksanaan
Ureterolithotomy dextra + Insersi DJ Stent dextra
Anestesi
Anestesi Umum dengan teknik endotracheal tube
Status ASA : ASA III
Persiapan Pasien
Pada pasien telah dijelaskan prosedur pembiusan
Pasien telah puasa 6 jam sebelum operasi
Pasien di instruksikan untuk oral hygne, mengosongkan kandung kemih dan
berdoa
Pasien dipastikan tidak menggunakan gigi palsu dan melepaskan perhiasan,
lensa kontak maupun aksesoris lainnya
Akses intravena satu jalur loading cairan kristaloid (Ringer Laktat) dengan
menggunakan tranfusi set no. 18 telah terpasang di tangan kiri dan menetes
lancar
Pasien diminta untuk melepaskan besi-besi yang yang ada atau melekat
ditubuh pasien
Pakaian pasien dilepas dan diganti dengan baju operasi
Pasien diposisikan tidur miring (lateral) ke kiri
Di kamar operasi, pasien dipasang tensimeter dan saturasi oksigen. Evalusi
nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen. Pada pasien ini didapatkan nadi pre
anastesi 84 kali/menit, tekanan darah 130/80 mmHg, dan saturasi oksigen
100%.
Persiapan Alat
Mempersiapkan mesin anestesi, monitor, selang penghubung (connector),
face mask, tensimeter, oksimeter, memastikan selang gas O2 dan N2O
terhubung dengan sumber sentral, mengisi vaporizer sevoflurane dan
isoflurane.
Mempersiapkan STATICS yaitu :
Stetoskop
Tube/ETT jenis kingking nomor 6,5; 7; 7,5 dan Spuit 20 cc
Airway (Guedel nomer 4 dan 5)
Tape/hipafix (plester) 3 lembar ukuran 15x1,5 cm dan 3 lembar ukuran
5x3cm
Introducer : stilet
Connector
Suction dengan kanul nomor 10
Mempersiapkan spuit obat ukuran 3, 5 dan 10 cc.
Obat Anestesi Umum
Midazolam 5 mg
Fentanyl 100 mcg
Propofol 200 mg
Atracurium Besylate 25 mg
Ondansetron 8 mg
Ketorolac 60 mg
Tramadol 100 mg
Dexamethasone 5 mg
Asam traneksamat 500 mg
Neostigmin 0,5 mg
Sulfas atropin 0,25 mg
Oksigen dan N2O 2 L/menit
Sevoflurane 2 Vol. %
Tahapan anestesi
1. Premedikasi
Dengan akses intravena
Bolus Fentanyl : (1-3 mcg) x 54 kg = 54-162 mcg 100 mcg;
Fentanyl 100 mcg/2cc.
2. Induksi
Bolus propofol : (2-2,5 mg) x 54 kg = 108-135 mg 120 mg/12cc,
lalu cek respon reflek bulu mata pasien hingga dapat hasil respon (-)
3. Oksigenasi
Alirkan O2 5 L/menit melalui face mask, dan alirkan kearah depan
wajah pasien
4. Muscle Relaxant
Bolus Atracurium Besylate (0,5-0,6 mg) x 65 kg = 27,5-32,4 mg 30
mg/3cc.
5. Ventilasi
Kuasai patensi jalan nafas pasien, dengan memposisikan ekstensi
kepala, gunakan oropharynx tube untuk mencegah sumbatan lidah
pada jalan nafas pasien.
Pasang face mask, dan berikan aliran O2 2 L/menit ditambah dengan
aliran N2O 2 L/menit dan aliran Sevoflurane 2 Vol. %. Pasien
diberikan ventilasi secara manual dengan frekuensi nafas 18x/menit
selama 3-5 menit. Setelah memastikan saturasi pasien baik, lanjutkan
dengan laringoskopi.
6. Laringoskopi
Sambungkan bilah dan blade laringoskop dan pastikan lampunya
menyala dengan baik, pegang laringoskop dengan tangan kiri.
Lepaskan Face mask dan guedel
7. Intubasi
Masukan laringoskop dari sisi mulut bagian kanan, geser lidah ke
sebelah kiri, posisikan kepala pasien ekstensi, telusuri lidah pasien dan
secara visual identifikasi epiglottis dan plica vocalis.
Masukan ETT no. 7,5 dengan tangan kanan dan hati-hati ke dalam
trakea tanpa menyentuh gigi dan jaringan lunak di dalam mulut.
Kembangkan balon dengan udara secukupnya.
Sambungkan ujung ETT dengan selang mesin anestesi.
Periksa penempatan ETT dengan cara ventilasi dengan bag valve tube.
Secara visual amati pengembangan dada dengan ventilasi tersebut dan
auskultasi dada dan abdomen untuk memastikan letak pipa di 5 titik.
Fiksasi eksterna ETT dengan plester yang telah disediakan. Tutup mata
pasien dengan plester, pasang guedel dan pindahkan dari pernafasan
Man spontan ke pengaturan IPPV pada ventilator dengan VT 450
ml/menit dengan frekuensi 18x/menit.
Maintenance
Inhalasi O2 2 L/menit, N2O 2 L/menit, dan sevoflurane 2 vol %.
Ondansentron 8 mg (bolus iv)
Terapi Cairan
Kebutuhan cairan basal (maintenance) : 4 ml/kg/jam x 10 kg = 40 ml/jam
2 ml/kg/jam x 10 kg = 20 ml/jam
1 ml/kg/jam x 34 kg = 34 ml/jam
Maintenance = 94 ml/jam
Kebutuhan cairan operasi (kategori operasi besar)
6 ml/kgBB/jam x 54 kg = 324 ml/jam
Kebutuhan cairan pengganti puasa 6 jam pre-operasi
maintenance x 6 jam = 94 ml/jam x 6 jam = 394 ml
Cairan durante operasi
Jam I : M + O + P = 94 + 324 + 394 = 812 ml
Ekstubasi
Pastikan pasien bernafas spontan dan teratur.
Melakukan suction slem pada airway pasien
Menutup aliran sevoflurane dan N2O, dan meninggikan O2 sampai 8 L/menit
Mengempiskan balon, cabut selang ETT. Segara pasang face mask dan
pastikan airway lancar dengan triple maneuver.
Pasien dipindahkan ke ruang RR.
Recovery
Drip Ketorolac 30 mg dan tramadol 100 mg dalam cairan RL
2.2 Urolitiasis
2.2.1 Definisi
Urolithiasis adalah terbentuknya batu didalam saluran kemih. Batu di
dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan,penyumbatan aliran kemih atau infeksi.7
Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada :
1. Ginjal (Nefrolithiasis)
2. Ureter (Ureterolithiasis)
3. Vesica urinaria (Vesicolithiasis)
4. Uretra (Urethrolithiasis). 7
2.2.2 Etiologi
Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya pembentukan batu di saluran kemih pada seseorang. Faktor itu meliputi
faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor
ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.1
Faktor intrinsik itu antara lain adalah:
1. Herediter
Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga
penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat keturunan) : penyakit ini diduga
diturunkan dari orang tuanya. Penyakit-penyakit herediter yang menyebabkan
Urolithiasis antara lain:hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan
fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.
Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih rendah
hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.7
2. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30 – 50 tahun. Hasil penelitian
yang dilakukan terhadap penderita BSK di RS DR Kariadi selama lima tahun
(1989-1993), frekuensi terbanyak pada dekade empat sampai dengan enam.7
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki – laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan. Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi oksalat
endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada wanita dan anak-anak
menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran kemih pada wanita dan anak-anak.7
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografi : Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak
dijumpai penyakit batu saluran kemih.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu
saluran kemih.
5. Pekerjaan : Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk dan
kurang aktifitas atau sedentary life.1
2.2.3 Proses pembentukan batu saluran kemih4,11
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama
pada tempat tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urin),
yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Banyak teori yang menerangkan
proses pembentukan batu di saluran kemih; tetapi hingga kini masih belum jelas
teori mana yang paling benar.4
Beberapa teori pembentukan batu adalah :
Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi
dalam pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu dijumpai dalam air kemih
normal. Batu kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa
promotor (reaktan) dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu
pembentukan batu kalsium oksalat. Aksi inhibitor dan reaktan belum diketahui
sepenuhnya. Ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau
nukleasi kristal, progresi kristal atau agregasi kristal. Penambahan sitrat dalam
kompleks kalsium dapat mencegah agregasi kristal kalsium oksalat dan mungkin
dapat mengurangi risiko agregasi kristal dalam saluran kemih.
Secara pasti etiologi batu saluran kemih belum diketahui dan sampai
sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh untuk terjadinya batu saluran
kemih, yaitu:
Supersaturasi dan kristalisasi terjadi bila ada penambahan yang bisa mengkristal
dalam air dengan pH dan suhu tertentu, sehingga suatu saat terjadi kejenuhan dan
selanjutnya terjadi kristal. Bertambahnya bahan yang dapat mengkristal yang
disekresikan oleh ginjal, maka pada suatu saat akan terjadi
Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah
bahan pembentuk BSK yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan
kompleks dan pH air kemih. Secara kasar separuh total konsentrasi kalsium dan
oksalat berada dalam bentuk ion bebas, sisanya dalam bentuk kompleks. Kekuatan
ion terutama ditentukan oleh natrium, kalsium dan klorida. Bila kekuatan ion naik,
maka akan menyebabkan AP CaOx turun dan risiko pembentukan kristal kalium
oksalat, sebab jumlah konsentrasi ion biasanya akan menurun. Kalsium dapat
membentuk kompleks dengan sitrat yang larut dalam air. Keasaman air kemih
akan mempengaruhi pembentukan kompleks maupun aktivitas ion bebas. Pada
kenaikan pH terjadi kenaikan kompleks kalsium sitrat dan kalsium fosfat serta
penurunan kompleks kalsium sulfat pada pH 6,5 atau lebih. Hampir semua ion
sitrat terionisasi sehingga sangat mudah membentuk kompleks dengan 3 ion
kalsium.
b. Teori matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitochondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat
maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-
sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti sarang laba-laba yang
berisi protein 65%, Heksana10%, Heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang
menempel kristal batu yang sebabkan batu makin lama makin besar. Matrik
tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu29.
Pada penelitian diketahui bahwa walaupun kadar bahan pembentuk batu sama
tingginya pada beberapa orang tetapi tidak semua menderita penyakit batu. Hal
tersebut disebabkan pada orang yang tidak terbentuk batu dalam air kemihnya
mengandung bahan penghambat untuk terjadinya batu (inhibitor) yang lebih
tinggi kadarnya dibanding pada penderita batu. Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu
organik yang sering terdapat adalah asam sitrat, nefrokalsin dan tamma-horsefall
glikoprotein dan jarang terdapat yaitu gliko-samin glikans, uropontin. Inhibitor
anorganik yaitu pirofosfat, magnesium dan Zinc.
Menurut penelitian inhibitor yang paling kuat yaitu sitrat, karena sitrat
akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang larut dalam air.
Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat, mencegah agregasi dan
mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membran tubulus.
Magnesium mencegah terjadinya kristal kalsium oksalat dengan mengikat oksigen
menjadi magnesium oksalat.
Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada
jeruk. Pada penelitian diketahui bahwa kandungan sitrat jeruk nipis lebih tinggi
daripada jeruk lemon (677 mg/10ml dibanding 494 mg/10ml air perasan jeruk)
d. Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang
berbeda sehingga cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini
disebut nukleasi heterogen dan yang paling sering yaitu kristal kalsium oksalat
menempel pada krital asam urat yang ada1,33.
e. Teori kombinasi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari
kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah sebagai
berikut:
1) Teori terbentuknya batu struvit
Batu struvit disebut juga batu
infeksi mempunyai komposisi magnesium amonium fosfat. Terjadinya batu jenis
ini dipengaruhi pH air kemih ≥7,2 dan terdapat amonium dalam air kemih,
misalnya pemecah urea (urea splitting bacteria). Urease yang terbentuk akan
menghidrolisa urea menjadi karbon dioksida dan amonium dengan reaksi seperti
dibawah ini
urease
CO2+H2O → H2CO3
3) Oxalobacter
a. Hipertensi
Seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolis 140 mm Hg atau
lebih, atau tekanan darah diastolis 90 mmHg atau lebih atau sedang dalam
pengobatan anti hipertensi. Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran
ginjal sedangkan pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran
ginjal sebanyak 52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok
1800 dan aliran darah berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada
penderita hipertensi aliran turbulen ini berakibat penendapan ion-ion kalsium
papilla (Ranall’s plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah
menjadi batu.
b. Kolesterol
Pada penelitian terhadap batu yang diambil dengan operasi ternyata
mengandung kolesterol bebas 0,058-2,258 serta kolesterol ester 0,012-0,777
mikrogram per miligram batu. Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah
akan disekresi melalui glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih.
Adanya butiran kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal
kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi
klinis (teori epitaksi).
2.2.4 Jenis-Jenis Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur : kalsium oksalat
atau kalsium fosfat (75%), asam urat (8%), magnesium-amonium-fosfat (MAP)
(15%), xanthyn dan sistin, silikat dan senyawa lain (1%).4
1. Batu kalsium
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70 -80 % dari
seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat,
kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu.
2. Batu struvit
Batu ini disebut juga batu infeksi karena pembentukannya disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab adalah kuman golongan pemecah
urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah pH
urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini
memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat untuk
membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP). Kuman-kuman yang
termasuk pemecah urea diantaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. E.coli bukan termasuk pemecah
urea.7
2.2.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan ditunjang dengan pemeriksaan radiologis, laboratorium dan penunjang
lain untuk menentukan adanya kemungkinan obstruksi saluran kemih, infeksi, dan
gangguan faal ginjal.
Anamnesis
a. Riwayat penyakit saat ini 9
Pada pengkajian ini, hal yang perlu ditanyakan adalah keluhan klien seperti nyeri
(lokasi, waktu, penyebaran, intensitas, durasi), pengeluaran batu dalam urin, pola
BAK, terdapat darah dalam urin dan lain-lain. Pasien dengan batu saluran kemih
mempunyai keluhan yang bervariasi mulai dari tanpa keluhan. sakit pinggang
ringan sampai dengan kolik, disuria, hematuria, retensio urin, anuria. Keluhan ini
dapat disertai dengan penyulit berupa demam, tanda-tanda gagal ginjal.4
b. Riwayat penyakit terdahulu
Penyakit terdahulu yang perlu ditanyakan pada klien yaitu apakah klien
pernah mengalami penyakit batu sebelumnya, pernah mengalami penyakit
infeksi saluran kemih, riwayat kencing berpasir ataupun penyakit saluran kemih
yang lainnya.
c. Riwayat keluarga
Perlu ditanyakan antara lain : intake cairan, diit (susu, keju, purine), obat-obatan
(analgesic, vitamin D, kemoterapi), immobilisasi yang lama, gout, atau pernah
mengeluarkan batu.1
d. Kebiasaan dan gaya hidup
Pada pemeriksaan ini perawat menanyakan kebiasan klien sehari-hari,
aktivitas yang biasa dilakukan klien sebelumnya, serta makanan dan
minuman yang biasa di konsumsi klien.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai tanpa
kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan
penyulit yang ditimbulkan.
Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syok
Pemeriksan fisik khusus urologi
a. Sudut kosto vertebra : nyeri tekan, nyeri ketok, pembesaran ginjal
b. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh
c. Genitalia eksterna : teraba batu di uretra
d. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual).4
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat
menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan
menentukan sebab terjadinya batu.2
Urin
pH urin > 7,6 biasanya ditemukan kuman urea splitting organisme dapat
berbentuk batu magnesium ammonium posfat. pH yang rendah menyebabkan
peengendapan batu asam urat (organik)
Sedimen : Sel darah merah meningkat, ditemukan pada penderita dengan batu,
bila terjadi infeksi maka Sel darah putih akan meningkat
Biakan urin
Darah
Hb, akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal
Leukositosis terjadi karena infeksi
Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal
Ca, Fosfor dan asam urat.5
Pemeriksaan Radiologik
BNO
BNO atau Buik Nier Overzich atau foto abdomen polos adalah pemeriksaan
radioligi pada bagian abdomen yang dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan kongenital, tumor ginjal atau tumor abdomen, batu saluran
kemih dan tumor kandungan. BNO polos dapat dilakukan oleh siapa saja
dan kapan saja karena tidak memerlukan persiapan. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan posisi supine dengan memiliki batas atas prosesus
xyphoideus, batas bawah simphisis pubis dan batas lateral terlihat seluruh perut.10
Pada foto BNO batu yang dapat dilihat sebagai batu radio-opak sedangkan batu
yang tidak tampak disebut sebagai batu radiolusen, berikut ini adalah urutan batu
menurut densitasnya, dari yang paling opak hingga yang paling bersifat
radiolusen; calcium fosfat, calcium oksalat, magnesium ammonium fosfat, asam
urat, xanthin.5
Foto BNO-IVP
Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan yang non invasive yang sangat
membantu, dapat dipakai untuk melakukan antegrad pielografi.5 USG dikerjakan
bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU, yaitu pada keadaan-
keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada
wanita yang hamil. Pemeriksaan USG untuk menilai adanya batu diginjal atau
buli-buli, hidronefrosis, pionefrosis atau pengerutan ginjal.1
Batu ginjal
o Sakit pada sudut CVA, sakit berupa pegal (akibat distensi parenkim dan kapsul
ginjal), kolik (hiperperistaltik otot polos pada kaliks dan pelvis ginjal)
o Nausea, muntah-muntah disertai distensi abdomen disebabkan oleh ilius paralitik.
o Hematuria makroskopik (5-10%), hematuria makroskopi (90%).
o Infeksi, bila terjadi sepsis penderita akan demam, menggigil dan apatis
Tanda-tanda
Biasanya tidak ditemukan kelainan, kadang-kadang dapat ditemukan adanya nyeri
tekan, nyeri ketok pada sudut CVA, bila terjadi hidronephrosis dapat teraba
adanya massa.
Batu Ureter
o Rasa sakit yang mendadak disebabkan batu yang lewat, rasa sakit berupa pegal
disudut CVA (distensi parenkhim dan kapsul ginjal) atau kolik (hiperperistaltik
otot polos), kolik ini menjalar ke perut bagian bawah sesuai dengan batu lokasi
batu dalam ureter, pada pria rasa sakit sampai ke testis (batu ureter proksimal),
pada wanita rasa sakit terasa sampai vulva dan pada pria rasa sakit pada skrotum
(batu ureter distal)
o Gejala traktus digestifus seperti pada batu ginjal
o Bila batu sudah menetap di uterer hanya ditemukan rasa pegal pada sudut CVA
karena bendungan.
Tanda-tanda
o Pada saat akut penderita tampak gelisah, kulit basah dan dingin, kadang-kadang
terdapat tanda-tanda syok ringan.
o Nyeri tekan pada CVA, spasme otot-otot abdomen, testis hipersensitif (batu ureter
proximal), skrotum hipersensitif (batu ureter distal
Batu Buli-buli
o Kencing lancar tiba-tiba terhenti terasa sakit yang menjalar ke penis bila pasien
merubah posisi dapat kencing lagi, pada anak-anak mereka akan berguling-guling
dan menarik-narik penis
o Kalau terjadi infeksi ditemukan tanda sistitis, kadang-kadang terjadi hematuria
Tanda-tanda
o Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau teraba adanya urin yang
banyak retensi.
o Hanya pada batu yang besar dapat diraba secara bimanual
o Pada pria di atas 50 tahun biasanya ditemukan pembesaran prostat.
Batu Urethra
o Kencing lancar tiba-tiba berhenti disertai rasa sakit yang hebat (gland penis,
batang penis, perineum dan rectum) terjadi retensi urin (total atau parsial)
Tanda-tanda
Rasa sakit pada tempat batu berada :
o Glands penis fossa navikularis
o Urethra anterior pars bulbosa maupun pendularis
o Perineum dan rektum bulbus urethra pars prostatika (dapat diraba dengan RT)
2.2.7 Penatalaksanaan
penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas sehingga bukan hanya
mengeluarkan batu saja, tetapi harus disertai degan terapi penyembuhan penyakit
batu atau paling sedikit disertai dengan terapi pencegahan.
Hal ini karena batu sendiri hanya merupakan gehala penyakit batu
sehingga pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah merupakan terapi yang
sempurna. Selanjutnya, perlu diketahui bahwa pengeluaran batu baru diperlukan
bila batu menyebabkan gangguan pada saluran kemih. Bila batu tersebut tidak
memberi gangguan fungsi ginjal, batu tersebut tidak perlu di angkat apalagi batu
ureter diharapkan batu dapat keluar sendiri.
Penanganan dapat berupa terapi medis dan simptomatik ataud engan bahan
pelarut. Dapat pula dengan pembedahan atau dengan tindakan yang kurang
invasive, misalnya nefrostomi perkutan, atau tanpa pembedahan sama sekali
secara gelombang kejut.
Indikasi pengeluaran batu saluran kemih
Obstruksi saluran kemih
Infeksi
Nyeri menerap atau nyeriberulang ulang
Batu yang agak nya menyebabkan infeksi atau obstruksi
Batu metabolic yang tumbuh cepat.
2.2.9 Komplikasi
1) Hidronefrosis
2) Pielonefrosis
3) Uremia
4) Gagal ginjal
2.3 Pencegahan
Untuk mencegah pembentukan Kristal fosfat ammonium magnesium,
semua batu yang ada dalam salurah kemih harus dihilangkan karena kuman
B.proteus bukan saja berada dalam kemih, tetapi terdapat juga di dalam batu yang
tidak pernah dicapai antibiotic. Oleh karena itu, untuk baru struvit mutlak harus
dicegah adanya batu residu agar infeksi dapat dibasmi sempurna. Selain itu,
rekonstruksi anatomi saluran kemih amat penting karena infeksi rekurens antara
lain disebabkan aliran air kemih yang tidak sempurna
Kristalisasi asam urat sangat bergantung pada pH kemih. Bila pH kemih
selalu dia atas 6,2, tidak akan terbentuk Kristal asam urat. Pengeluaran asam urat
kesaluran kemih dapat dicegah dengan diet dan kadar serum asam urat yang tinggi
dapat diberikan alopurinol
2.4 Batu Urethra
2.4.1 Definisi
Batu urethra (Urethrolithiasis) biasanya berasal dari batu ginjal atau ureter
yang turun ke buli-buli, kemudian masuk ke uretra. Batu urethra merupakan batu
primer terbentuknya batu di urethra sangat jarang, kecuali jika terbentuk di dalam
divertikel urethra. Angka kejadian batu urethra ini tidak lebih 1% dari seluruh
batu saluran kemih.1 Komposisi batu urethra tidak berbeda dengan batu kandung
kemih. Dua pertiga batu uretra terletak di uretra posterior dan sisanya di uretra
anterior.4
2.4.2 Gambaran klinis
1) Miksi tiba-tiba berhenti hingga retensi urin, yang mungkin sebelumnya didahului
dengan nyeri pinggang. Jika batu berasal dari ureter yang turun ke buli-buli dan
kemudian ke uretha, biasanya pasien mengeluh nyeri pinggang sebelum mengeluh
kesulitan miksi
2) Rasa sakit yang hebat pada glans penis atau pada tempat batu berada.
3) Batu yang berada di urethra anterior seringkali dapat diraba oleh pasien berupa
benjolan keras di urethra pars bulbosa maupun pendularis, kadang-kadang tampak
di meatus urethra eksterna. Batu yang berada pada urethra posterior, nyeri
dirasakan di perineum atau rectum.1
2.4.3 Diagnosis banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut,
misalnya distensi usus dan pionefrosis dengan demam, oleh karena itu, jika
dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu
dipertimbangkan kemungkinan kolik saluran cerna, kandung empedu, dan
apendisitis akut. Selain itu, pada perempuan perlu juga dipertimbangkan
kemungkinan adneksitis.
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan
apalagi bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa
batu saluran kemih yang bertahun tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor
yang umumnya karsinoma epidermoid akibat rangsangan dan inflasi.
Khusus untuk batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan
kemungkinanan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor
grawitz.
Pada batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi bila disertai
dengan hematuria yang tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan
kemungkinan tumor ureter walaupun tumor ini jarang ditemukan.
Dugaan batu kandung kemih juga perlu dibandingkan dengan
kemungkinan tumor kandung kemih, terutama bila batu bersifat radiolusen.
Batu prostat biasanya tidak sukar didiagnosis karena gambaran
radiologinya yang khas, yang kecil seperti kumpulan pasir di daerah prostat. Akan
tetapi, pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan adanya keganasan
terutama bila terdapat batu yang cukup banyak sehingga teraba seperti karsinoma
prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti seperti itu perlu dilakukan biopsi prostat.
2.4.4 Komplikasi
Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder, dan
iritasi yang berkepanjangan pada urotelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya
keganasan yang sering berupa karsinoma epidermoid. Khusus nya pada uretra
dapat terjadi divertikulum urethra dan Terbentuk fistula yang terletak proksimal
dari ureter karena ekstravasasi kemih bila obstruksi berlangsung lama.
2.4.5 Penatalaksanaan
Tindakan mengeluarkan batu tergantung posisi, ukuran dan bentuk batu.
Seringkali batu yang ukurannya tidak terlalu besar dapat keluar spontan asalkan
tidak ada kelainan atau penyempitan pada urethra. batu kecil diurethra anterior
dapat dicoba dikeluarkan dengan melakukan lubrikasi terlebih dahulu dengan
memasukkan campuran jelly dan lidokain 2% intraurethra dengan harapan batu
dapat keluar spontan . sedangkan batu pada meatus urethra externa atau fossa
navikularis dapat diambil dengan forsep setelah terlebih dahulu dilakukan
pelebaran meatus urethra (meatotomi). Batu yang masih cukup besar dan berada
di urethra posterior didorong dahulu hingga masuk ke buli-buli dan selanjutnya
dilakukan litotripsi (pemecahan batu). Untuk batu yang besar dan menempel di
urethra sehingga sulit berpindah tempat meskipun telah dicoba untuk didorong ke
proksimal (dilubrikasi), mungkin perlu dilakukan uretrolitotomi atau dihancurkan
dengan pemecahan batu transurethral.1 Tidak jarang batu urethra yang ukurannya
< 1cm dapat keluar sendiri dengan bantuan pemasangan kateter urethra selama
tiga hari , batu akan terbawa keluar dengan aliran air kemih yang pertama. Batu
uretra harus dikeluarkan melalui tindakan urethratomi eksterna. Komplikasi yang
dapat terjadi sebagai akibat operasi adalah striktur urethra
BAB IV
ANALISA KASUS
yang lama. Pada pasien tidak dilakukan anestesi spinal karena posisi
spinal, blok anastesi akan menjadi tinggi karena posisi kepala pasien
sedikit kebawah
dicek refleks bulu mata, jika telah (-) dipasang face mask dan mulai
ambu O2 3 L/menit dan sevofluran 2 vol % (sambil tetap memompa
tidak menimbulkan fasikulasi dan nyeri otot pada pasien. Selain itu
dilakukan intubasi.
E. Monitoring
Tujuan monitoring untuk membantu anestesi mendapatkan informasi
fungsi organ vital selama peri anestesia, supaya dapat bekerja dengan
aman. Monitoring secara elektronik membantu anestetis mengadakan
observasi pasien lebih efisien secara terus menerus. Monitoring
kardiovaskular (nadi, tekanan darah, banyaknya perdarahan),
monitoring respirasi tanpa alat (gerakan dada-perut, warna mukosa
bibir, kuku, ujung jari), Oksimetri, monitoring ginjal (urine output 0,5-
1 ml/kgBB/jam). Resusitasi cairan RL sebanyak 1500 ml. Diberikan
injeksi asam traneksamat 500 mg, ondansentron 4 mg. Drip tramadol
100 mg dan ketorolac 30 mg dalam RL terakhir.