Anda di halaman 1dari 4

Zat adiktif makanan atau food adiktive merupakan senyawa atau

campuran berbagai senyawa yang sengaja ditambahkan kedalam


makanan dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, atau
penyimpanan dan bukan merupakan bahan utama. Berdasarkan
fungsinya jenis zat adiktif yang boleh digunakan untuk makanan
digolongkan menjadi 8 yaitu pemberi aroma, penyedap rasa,
pengembang, pemutih pematang tepung, zat pemucat, zat pengasam,
antioksidan, pengawet, termasuk pemanis dan pewarna (Karunia,
2013).

Secara umum bahan aditif ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1)
aditif sengaja yaitu aditif yang secara sengaja ditambahkan untuk
meningkatkan konsistensi, citarasa, mengendalikan
keasaman/kebasaan, dan memantapkan bentuk dan rupa; (2) aditif
tidak sengaja yaitu aditif yang memang telah ada dalam makanan
(walaupun sedikit) sebagai akibat dari proses pengolahan. Begitu juga
halnya, bahan pengawet yang ada dalam makanan adalah untuk
membuat makanan tampak lebih berkualitas, tahan lama, menarik,
serta rasa dan teksturnya lebih sempurna(Surati,2015).

Penggunaan zat aditif pada makanan yang tidak bijaksana dapat


menimbulkan berbagai masalah kesehatan misalnya keracunan,
kerusakan syaraf, ginjal, hati, cacat kelahiran, gangguan gastroenteritis,
kejangkejang, anomalia kaki, kelainan pertumbuhan, kemandulan
bahkan kematian. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menhindari
dan mengurangi dampak negatif seperti tersebut perlu mendapat
perhatian dari insan akademis dari perguruan tinggi untuk
menyampaikan penyuluhan mengenai ancaman keracunan oleh adanya
bahan-bahan tambahan dalam makanan pada siswa SMP di Sumbawa
Besar dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kesehatan
masyarakat agar tercipta generasi muda yang sehat dan kuat untuk
melaksanakan pembangunan bangsa ke depan (Nasruddin, Jamaluddin
dan yamin 2018).

Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil
pada suhu ruangan. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama
natrium tetraborat (NaB4O7 10 H2O). Jika larut dalam air akan menjadi
hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam boraks biasanya
digunakan untuk bahan pembuat deterjen dan antiseptic.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks tidak berakibat
buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi
sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif.
Larangan penggunaan boraks juga diperkuat dengan adanya Permenkes
RI No 235/Menkes/VI/1984 tentang bahan tambahan makanan, bahwa
Natrium Tetraborate yang lebih dikenal dengan nama Boraks
digolongkan dalam bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam
makanan, tetapi pada kenyatannya masih banyak bentuk
penyalahgunaan dari zat tersebut (Tubagus, Citraningtyas, Fatimawali,
2013).
formalin merupakan larutan yang mempunyai tidak mempunyai warna
d a n mempunyai bau yang sangat menusuk. formalin biasa digunakan untuk industri rumahan misalnya
pembasmi kuman, pembasmi serangga, pembuatan sutra, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan oke
(2008), yang menyatakan bahwa formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya
sangat menusuk. formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama disinfektan/ dan banyak digunakan
dalam industry.

Formalin dalam makanan dapat menyebabkan iritasi pada membran


mukosa dan bersifat karsinogenik (Wakefield, 2014), sementara
konsumsi boraks secara terus menerus dapat mengganggu gerak
pencernaan usus, kelainan pada susunan saraf, depresi, dan kekacauan
mental (Saparinto, 2006). Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak
secara langsung dapat berdampak buruk, dampaknya akan
terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak
dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga
dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam
jumlah kecil akan dikeluarkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat
sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya mengganggu enzim-enzim
metabolisme tetapi juga mengganggu alat reproduksi pria (Aprian dan
ferna, 2013).

Rhodamin B adalah zat pewarna sintetis yang digunakan pada


industri tekstil dan kertas, zat pewarna sintetis ini sangat berbahaya
apabila terhirup, mengenai mata dan kulit, serta tertelan. Pengaruh
buruk bagi kesehatan antara lain menimbulkan iritasi pada saluran
pencernaan dan air seni menjadi berwarna merah atau merah muda.
Pada kondisi yang lebih akut dapat menganggu fungsi hati dan
menimbulkan kanker hati (Wahyuningsih dan rahayu 2016). Berikut

struktur dari Rhodamin B :


Rhodamin B yaitu zat pewarna berupa serbuk kristal berwarna hijau
atau ungu kemerahan, tidak berbau, serta mudah larut dalam larutan
warna merah terang berfluoresan digunakan sebagai bahan pewarna
tekstil, cat, kertas atau pakaian (Khan dkk., 2011). Rhodamin B dapat
bersifat karsinogenik dan memacu pertumbuhan sel kanker jika
digunakan terus menerus (Alhamedi dkk., 2009). Sifat karsinogenik
tersebut disebabkan oleh unsur N+(nitronium) dan Cl- (klorin) yang
terkandung pada Rhodamin B yang bersifat sangat reaktif dan
berbahaya. Rhodamin B merupakan pewarna sintesis yang digunakan
pada industry tekstil. Pengaruh buruk Rhodamin B bagi kesehatan
antara lain meimbulkan iritasi pada saluran pernapasan, kulit, mata,
dan saluran pencernaan (Wijaya, 2011). Penumpukan Rhodamin B
dalam hati akan menyebabkan gangguan fungsi hati berupa kanker hati
dan tumor hati (Laksmita, Widayanti, Refi 2018)

Anda mungkin juga menyukai