Anda di halaman 1dari 11

TUGAS TERSTRUKTUR KIMIA

“KOROSI”

Disusun oleh : Taufik Hidayat ( kelas xii ipa 1)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai
jenis logam. Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai
komponen logam seperti seng, tembaga, besi baja, dan sebagainya semuanya dapat
terserang oleh korosi ini. Selain pada perkakas logam ukuran besar, korosi ternyata
juga mampu menyerang logam pada komponen-komponen renik peralatan elektronik,
mulai dari jam digital hingga komputer serta peralatan canggih lainnya yang digunakan
dalam berbagai aktivitas umat manusia, baik dalam kegiatan industri maupun di dalam
rumah tangga.
Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti
pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi
juga biaya tidak langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta
kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
kami merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan korosi dan faktor apa yang mempengaruhi korosi?
2. Bagaimana dampak korosi dan pencegahan korosi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengidentifikasi pengertian korosi dan faktor apa saja yang mempengaruhinya.
2. Untuk mengetahui dampak dan pencegahan korosi dalam kehidupan sehari - hari.

BAB II
ISI

A. Pengertian KOROSI
Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau degradasi
logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai
serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia
dengan lingkungan. Dalam kehidupan sehari - hari, besi yang teroksidasi disebut dengan
karat dengan rumus Fe2O3·xH2O. Proses perkaratan termasuk proses elektrokimia, di mana
logam Fe yang teroksidasi bertindak sebagai anode dan oksigen yang terlarut dalam air
yang ada pada permukaan besi bertindak sebagai katode.
Reaksi perkaratan:
Anode : Fe → Fe2+ + 2 e–
Katode : O2 + 2H2O → 4e– + 4 OH–
Fe2+ yang dihasilkan, berangsur-angsur akan dioksidasi membentuk Fe3+.
Sedangkan OH– akan bergabung dengan elektrolit yang ada di alam atau dengan ion H + dari
terlarutnya oksida asam (SO2, NO2) dari hasil perubahan dengan air hujan. Dari hasil reaksi
di atas akan dihasilkan karat dengan rumus senyawa Fe2O3·xH2O. Karat ini bersifat katalis
untuk proses perkaratan berikutnya yang disebut autokatalis.
a. Kerugian
Besi yang terkena korosi akan bersifat rapuh dan tidak ada kekuatan. Ini sangat
membahayakan kalau besi tersebut digunakan sebagai pondasi bangunan atau jembatan.
Senyawa karat juga membahayakan kesehatan, sehingga besi tidak bisa digunakan sebagai
alat-alat masak, alat-alat industri makanan/farmasi/kimia.
b. Pencegahan
Pencegahan besi dari perkaratan bisa dilakukan dengan cara berikut.
1) Proses pelapisan
Besi dilapisi dengan suatu zat yang sukar ditembus oksigen. Hal ini dilakukan dengan
cara dicat atau dilapisi dengan logam yang sukar teroksidasi. Logam yang digunakan
adalah logam yang terletak di sebelah kanan besi dalam deret volta (potensial reduksi lebih
negatif dari besi). Contohnya: logam perak, emas, platina, timah, dan nikel.
2) Proses katode pelindung (proteksi katodik)
Besi dilindungi dari korosi dengan menempatkan besi sebagai katode, bukan sebagai
anode. Dengan demikian besi dihubungkan dengan logam lain yang mudah teroksidasi,
yaitu logam di sebelah kiri besi dalam deret volta (logam dengan potensial reduksi lebih
positif dari besi).
Hanya saja logam Al dan Zn tidak bisa digunakan karena kedua logam tersebut
mudah teroksidasi, tetapi oksida yang terbentuk (A12O3/ZnO) bertindak sebagai inhibitor
dengan cara menutup rapat logam yang di dalamnya, sehingga oksigen tidak mampu
masuk dan tidak teroksidasi. Logam-logam alkali, seperti Na, K juga tidak bisa digunakan
karena akan bereaksi dengan adanya air. Logam yang paling sesuai untuk proteksi katodik
adalah logam magnesium (Mg). Logam Mg di sini bertindak sebagai anode dan akan
terserang karat sampai habis, sedang besi bertindak sebagai katode tidak mengalami
korosi.
Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya
(Roberge, 1999). Definisi lainnya adalah korosi merupakan rusaknya logam karena adanya
zat penyebab korosi, korosi adalah fenomena elektrokimia dan hanya menyerang logam
(Gunaltun, 2003). Pada dasarnya peristiwa korosi adalah reaksi elektrokimia. Secara alami
pada permukaan logam dilapisi oleh suatu lapisan film oksida (FeO.OH). Pasivitas dari
lapisan film ini akan rusak karena adanya pengaruh dari lingkungan, misalnya adanya
penurunan pH atau alkalinitas dari lingkungan ataupun serangan dari ion-ion klorida. Pada
proses korosi terjadi reaksi antara ion-ion dan juga antar elektron. Anode adalah bagian
dari permukaan logam dimana metal akan larut.
Reaksinya :
Fe → 2 Fe2+ + 4e-
Dengan kata lain ion-ion besi Fe++ akan melarut dan elektron-elektron e- tetap
tinggal pada logam. Katode adalah bagian permukaan logam dimana elektron-
elektron 4e- yang tertinggal akan menuju kesana (oleh logam) dan bereaksi dengan O2 dan
H2O.
O2 + H2O + 4e- —–> 4 OH-
Ion-ion 4 OH- di anode bergabung dengan ion 2 Fe2+ dan membentuk 2 Fe(OH)2. Oleh
kehadiran zat asam dan air maka terbentuk karat Fe2O3.
Reaksi perkaratan besi
a. Anoda: Fe(s) → Fe2+ + 2e
Katoda: 2 H+ + 2 e- → H2
2 H2O + O2 + 4e- → 4OH-
b. 2H+ + 2H2O + O2 + 3Fe → 3Fe2+ + 4OH- + H2
Fe(OH)2 oleh O2 di udara dioksidasi menjadi Fe2O3 . nH2O
Faktor yang berpengaruh
1. Kelembaban udara
2. Elektrolit
3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)
4. Adanya O2
5. Lapisan pada permukaan logam
6. Letak logam dalam deret potensial reduksi
B. Penyebab Korosi
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang
berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian
bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik
pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran
udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya.
Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta
garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik.

C. Faktor yang mempengaruhi Korosi


Korosi pada permukaan suatu logam dapat dipercepat oleh beberapa faktor, antara
lain:
1. Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2
Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi redoks.
Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila
ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung
campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut. Akibatnya
menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C).
Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari
udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media
tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2
dan H2O yang mengalami kontak denan permukaan logam, maka semakin cepat
berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.
2. Keberadaan Zat Pengotor

Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi


tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya
tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam mampu
mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian
peristiwa korosi semakin dipercepat.
pengotor yang mempercepat korosi pada permukaan logam.
3. Kontak dengan Elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan
menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang besar dapat
melakukan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat. Bangkai kapal di dasar laut yang
telah terkorosi oleh kandungan garam yang tinggi.
4. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum,
semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan
dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga
kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan
demikian laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh
pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam
pemakaiannya menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai
panas secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor). Knalpot kendaraan bermotor
yang mudah terkorosi akibat temperatur tinggi.
5. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar,
karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu: 2H+(aq) + 2e-
→ H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang
teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.

6. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan
korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi
logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya.
Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan
oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans
Thiobacillus ferroxidans. Koloni bakteri Thiobacillus ferrooxidans pada permukaan logam
besi yang terkorosi. Koloni bakteri Thiobacillus thiooxidans yang dapat menyebabkan
korosi pada logam.

D. Bentuk - Bentuk Korosi


Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran,
korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion
fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi
intergranular, dan selective leaching.

1) Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam,
oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan
dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata
berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan
akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan
kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya
perawatan (preventive maintenance).
2) Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di
lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sementara
logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi adalah
logam yang memiliki potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak mengalami korosi
adalah logam yang memiliki potensial lebih tinggi.
3) Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka akibat
pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan
lapisan pasif dipermukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan elektrolit terjadi
penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan
menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran ini
sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat
menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.
4) Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen.
Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan
didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat
oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak,
akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan
permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang
terkorosi.
5) Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen) adalah
bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya.
Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis
dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida
panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Korosi
retak fatk terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat
pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan.
6) Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat
terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada
baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 – 815oC
karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom dibawah
10 %, didaerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan kekuatan
baja tahan karat tersebut.
7) Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan salah
satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan tembaga-seng.
Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi pelarutan total
terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan
terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit.
Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut. Contoh lain selective leaching
terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya
besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan tersebut menjadi porous dan
lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.

E. Dampak Korosi
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung spontan, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama
sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat
proses kerusakannya. Korosi pada logam menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Hasil
riset yang berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat memperkirakan kerugian akibat
korosi yang menyerag permesinan industri, infrastruktur, samapai perangkat transportasi
di negara adidaya tersebut mencapai 276 miliar dollar AS. Jembatan yang runtuh akibat
korosi yang terjadi pada tiang penahannya.
Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian
tidak langsung. Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada peralatan,
permesinan atau struktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa
terhentinya aktivitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang rusak akibat
korosi, bahkan kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya kecelakaan yang
menimbulkan korban jiwa, seperti kejadian runtuhnya jembatan akibat korosi, terjadinya
kebakaran akibat kebocoran pipa gas karena korosi, dan meledaknya pembangkit tenaga
nuklir akibat terjadinya korosi pada pipa uapnya. korosi yang menyebabkan kebocoran
pada pipa yang terbuat dari logam.

F. Pencegahan Korosi
Berdasarkan proses terjadinya korosi, maka ada 2 cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah korosi, yaitu perlindungan mekanis dan perlindungan elektrokimia.
a) Perlindungan Mekanis
Perlindungan mekanis ialah mencegah agar permukaan logam tidak bersentuhan
langsung dengan udara. Untuk jangka waktu yang pendek, cara ini dapat dilakukan dengan
mengoleskan lemak pada permukaan logam. Untuk jangka waktu yang agak lama, dapat
dilakukan dengan pengecatan. Salah satu cat pelindung yang baik ialah meni (Pb 3O4)
karena selain melindungi secara mekanis juga memberi perlindungan elektrokimia. Selain
pengecatan, perlindungan mekanis dapat pula dilakukan dengan logam lain, yaitu dengan
cara penyepuhan.

b) Perlindungan Elektrokimia
Perlindungan Elektrokimia ialah mencegah terjadinya korosielektrolitik (reaksi
elektrokimia yang mengoksidasi logam). Perlindungan elektrokimia ini disebut juga
perlindungan katode (proteksi katodik) atau pengorbanan anode (anodaising).
Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut :

- Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air


Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa
korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam
lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom). Penggunaan logam
lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar
kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi.
- Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)
Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan
membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya
sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan
mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain
(sebagai anoda, dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya
masih ada / belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah
tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol
dan diganti.
- Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat, misalnya besi dicampur
dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).
Pencegahan korosi juga dapat dilakukan dengan cara Dicat, Dilapisi logam yang lebih
mulia, Dilapisi logam yang lebih mudah teroksidasi, Menanam batang-batang logam yang
lebih aktif dekat logam besi dan dihubungkan, dan Dicampur dengan logam lain.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Ø Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam
akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan
yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan
lingkungan.
Ø Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya. Pada
dasarnya peristiwa korosi adalah reaksi elektrokimia. Secara alami pada permukaan logam
dilapisi oleh suatu lapisan film oksida (FeO.OH. Pada proses korosi terjadi reaksi antara
ion-ion dan juga antar elektron. Anode adalah bagian dari permukaan logam dimana metal
akan larut.
Ø Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran, korosi
celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi
intergranular, dan selective leaching.
Ø Faktor yang mempengaruhi Korosi, yaitu : Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2,
Keberadaan Zat Pengotor, Kontak dengan Elektrolit, temperatur, pH dan Mikroba
Ø Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak
langsung. Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan
atau struktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya aktivitas
produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang rusak akibat korosi, bahkan
kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya kecelakaan yang menimbulkan korban
jiwa.
Ø Pencegahan Korosi Berdasarkan proses terjadinya ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah korosi, yaitu perlindungan mekanis
dan perlindungan elektrokimia.
2. Saran
Diberitahukan kepada seluruh pendengar, agar kiranya tertib dalam mengikuti diskusi
ini.

Anda mungkin juga menyukai