1. Ruang Lingkup
1) Tata cara ini membahas ketentuan dan cara penyiapan benda uji agregat dari suatu
contoh agregat benda uji yang dihasilkan mempunyai sifat sama dengan contohnya.
2) Lingkup tata cara ini mencakup penyiapan benda uji dari contoh yang datang dari
lapangan disesuaikan dengan kondisi agregat serta jumlah benda uji yang diperlukan.
2. Acuan
1) Tata Cara Penyiapan Benda Uji dari Contoh Agregat, SNI 13-6717-2002
2) America Association of State Highways and Transportations Official, Part II Tests
1990.
3) Standard Method of Reducing Field Samples of Aggregate to Testing Size, AASHTO
T.248-98.
1) Benda Uji
Bagian dari contoh agregat yang telah disiapkan dengan cara tertentu dan siap uji
2) Contoh Agregat
Material yang diambil dari satu kelompok material dengan cara tertentu sehingga
mewakili kelompok tersebut.
4. Prinsip
Penyiapan benda uji dari contohagregat yang telah diambil dari lapangan dapat dilakukan
dengan salah satu dari 3 metode berikut :
6. Peralatan
c. Nampan yang digunakan sebagai alat untuk menuangkan contoh ke dalam spliter
7. Pemilihan Metode
8. Persiapan Pengerjaan
2) Penyiapan Bahan
a. Siapkan wadah-wadah bahan benda uji serta label sesuai dengan daftar yang telah
dibuat dalam 8.1).
b. Kumpulkan semua contoh agregat ditempat akan melakukan penyiapan bahan
c. Periksa apakah contoh tersebut termasuk agregat kasar atau agregat halus dan
periksa ukuran butir terbesar.
d. Bila material berupa agregat halus periksa kondisi kering permukaan jenuh seperti
yang diuraikan dalam 7.4).
Sebagai hasil pemeriksaan poin 2) di atas tentukan metode penyiapan yang tepat
sesuai (poin 7) atau dapat dilihat dalam bagan alir yang digambarkan dalam lampiran
A.
4) Cara Pelaksanaan
a) Siapkan spliter yang mempunyai ukuran lubang kira-kira 1,5 kali ukuran butir
agregat terbesar.
b) Letakkan kedua penampung dibawah lubang pembagi.
c) Isikan contoh agregat secukupnya ke dalam nampan pemasok.
d) Ratakan contoh agregat tersebut pada seluruh lebar nampan pemasok sehingga
dapat terbagi rata masuk ke dalam spliter.
e) Tumpahkan contoh agregat tersebut ke dalam spliter dengan kecepatan tertentu
sehingga terjadi aliran bebas melalui lubang persegi.
f) Teruskan kegiatan 1) sampai dengan 5) hingga semua contoh uji terbagi menjadi
dua bagian.
g) Kerjakan kegiatan 1) sampai dengan 6) terhadap salah satu hasil pembagian
sampai diperoleh jumlah benda uji yang direncakan. Simpan hasil pembagian
yang lain dan gunakan untuk penyiapan benda uji bila hasil pembagian yang
pertama tidak mencukupi.
h) Masukkan semua bahan hasil pembagian yang diperoleh ke dalam wadah-wadah
seperti yang telah disiapkan dalam poin 8.
a) Tumpahkan contoh dari semua wadah ke suatu permukaan lantai yang keras,
halus, datar, rata dan tidak mudah terkelupas
b) Aduk contoh agregat yang sudah terkumpul tersebut secara merata dengan
membalik-balikkannya dengan menggunakan sekop
c) Pada pembalikan yang terakhir bentuklah kerucut dengan menempatkan satu
sekop contoh penuh ke atas sekopan sebelumnya.
d) Tekan puncak kerucut tersebut dengan sekop secara hati-hati sehingga terbentuk
kerucut terpancung dengan ketebalan dan diameter yang seragam. Usahakan
diameter kerucut terpancung ini kira-kira 4 sampai 8 kali ketebalannya.
e) Bagilah kerucut terpancung tersebut dengan sekop menjadi empat bagian yng
sama.
f) Ambil 2 bagian yang bersilangan dengan sekop dan dengan kwas sampai seluruh
material terbawa seperti yang terlihat dalam gambar 2.
g) Teruskan pembagian seperti urutan a) sampai dengan f) terhadap bagian contoh
yang telah dikerjakan pada f) sampai mendapatkan jumlah bahan benda uji yang
direncanakan.
h) Masukkan semua bahan hasil pembagian yang telah didapat wadah-wadah serta
label seperti yang telah disiapkan.
a) Buka terpal atau lembaran plastik yang telah disediakan seperti diuraikan dalam
poin 6.2).
b) Tumpahkan contoh dari wadah ke atas terpal atau lembaran plastik tersebut.
c) Aduk contoh agregat tersebut dan bentuklah menjadi menjadi kerucut dengan
sekop seperti pada cara 1. Pengadukan serta pembentukan kerucut ini dapat juga
dilakukan dengan jalan mengangkat ujung plastik secara bergantian sehingga
contoh teraduk dengan sempurna dan membentuk kerucut.
d) Tekanlah puncak kerucut sehingga terbentuk kerucut terpancung.
e) Bagilah kerucut terpancung menjadi 4 bagian seperti cara 1. Bila lantai dasar
tidak rata, masukkan tongkat ke bawah tepat dibawah pusat kerucut terpancung,
kemudian angkat kedua ujungnya. Terpal akan terlipat dab membagi contoh
menjadi 2 bagian yang sama.
f) Tarik tongkat dari bawah terpal kemudian masukkan kembali dalam arah tegak
lurus dengan pembagian yang pertama. Kemudian angkat tongkat tersebut
sehingga contoh terbagi menjadi 4 bagian yang sama.
g) Ambil 2 bagian seperempatan contoh yang bersilangan.
h) Teruskan pembagian seperti urutan a) sampai g) terhadap bagian contoh yang
telah dikerjakan sampai mendapatkan jumlah bahan benda uji yang direncakan.
i) Masukkan semua bahan hasil pembagian yang telah didapat ke dalam wadah
serta beri label seperti yang telah disiapkan.
a) Tumpahkan contoh agregat yang akan diuji ke suatu permukaan lantai yang
keras, halus, rata dan tidak mudah terkelupas.
b) Aduk contoh tersebut sampai rata dan bentuklah suatu gundukan mini
menyerupai kerucut.
c) Ambil contoh agregat sampai mendapatkan jumlah yang diinginkan paling
sedikit dari lima tempat secara acak dari gundukan mini tersebut dengan
menggunakan sendok atau sekop kecil.
1. Tujuan Percobaan.
2. Dasar Teori.
Agregat adalah butiran yang berfungsi sebagai bahan pengisi campuran mortar
atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70 volume mortar/beton sehingga
hal ini sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton /mortar. Untuk membedakan jenis
agregat, maka digunakan suatu analisa mekanis, dimana variasi ukuran agregat tersebut
dinyatakan dalam persentase berat kering total. Dalam hal ini dilakukan dengan cara
analisa saringan yaitu dengan cara mengayak dan menggetarkan contoh agregat melalui
satu set ayakan dengan ketentuan penyusunan ayakan berurutan, dari ukuran ayakan
yang terbesar hingga yang terkecil dimana penempatannya dari atas kebawah yang
kemudian digetarkan, maka massa agregat yang tertahan ditiap ayakan ditimbang dan
kemudian dianalisis.
3. Peralatan
a. Agregat halus.
a. Ukuran maksimum No. 4 dengan berat minimum 500 gram.
b. Ukuran maksimum No. 8 dengan berat minimum 100 gram.
b. Agregat Kasar.
a. Ukuran maksimum 3,5 “ dengan berat minimum 35 kg.
b. Ukuran maksimum 3 “ dengan berat minimum 30 kg.
c. Ukuran maksimum 2,5 “ dengan berat minimum 25 kg.
d. Ukuran maksimum 2 “ dengan berat minimum 20 kg.
e. Ukuran maksimum 1,5 “ dengan berat minimum 15 kg.
f. Ukuran maksimum 1 “ dengan berat minimum 10 kg.
g. Ukuran maksimum 3/4 “ dengan berat minimum 5 kg.
h. Ukuran maksimum 1/2 “ dengan berat minimum 2,5 kg.
i. Ukuran maksimum 3/8 “ dengan berat minimum 1 kg.
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat
tersebut dipisahkan menjadi dua bagian dengan menggunakan saringan No. 4.
Selanjutnya agregat halus dengan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti
yang tercantum diatas.
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan. Berat dari
contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang
digunakan, seperti diuraikan di atas.
5. Cara Melakukan.
a. Mengeringkan Benda uji di dalam oven dengan suhu (110 ± 5)° C sampai berat
contoh tetap.
b. Mencurahkan contoh pada perangkat saringan. Menyusun saringan dimulai dari
saringan paling besar di atas. Mengguncangkan perangkat saringan dengan tangan
atau mesin pengguncang selama 15 menit.
Contoh perhitungan :
1. Agregat Halus.
Contoh perhitungan untuk saringan No.4
a. Berat tertahan saringan No. 1½” = 0,00 gram (a)
b. Berat tertahan saringan No. ¾” = 0,00 gram (b)
c. Berat tertahan saringan No. ⅜” = 0,00 gram (c)
d. Berat tertahan saringan No. 4 = 0,8 gram (d)
e. Berat total contoh kering = 834,40 gram
f. Kumulatif berat tertahan No. 4 = a+b+c+d
= 0,8 gram
komulatif berat tertahan #4
g. Persentase berat tertahan = 𝑥 100%
berat total contoh
0,8
= 𝑥 100%
834,40
= 0,10 %
h. Persentase berat lolos = 100 % - Persentase berat tertahan
= 100 % - 0,10 %
= 99,90%
i Modulus Halus Butir (MHB) contoh uji:
MHB = (Jumlah komulatif % berat tertahan semua saringan)
100 %
MHB = {{100-100)+(100-100)+(100-100)+(100-90)+(100-75)+(100-55)+(100-35)+(100-8)+(100-0)}%
100%
= (0 + 0 + 0 + 10 + 25 + 45 + 65 + 92 +100)%
100%
= 3,37
2. Agregat Kasar
6942,60
= 𝑥 100%
6992,60
= 99,28 %
h. Persentase berat lolos = 100 % - Persentase berat tertahan
= 100 % - 99,28%
= 0,72 %
i Modulus Halus Butir (MHB) contoh uji:
MHB = (Jumlah komulatif % berat tertahan semua saringan)
100 %
= {(100-100)+(100-92.83)+(100-33.69)+(100-0.72)+(100-0.72)+(100-0.72)+(100-0.72)+(100-0.72)+(100-0.72)}%
100%
MHB = {{100-100)+(100-95)+(100-30)+(100-0)+(100-0)+(100-55)+(100-0)+(100-0)+(100-0)}%
100%
= (0 + 5 + 70 + 100 + 100 + 100 + 100 + 100 +100)%
100%
= 6.75
Modulus Halus Butir (MHB) batas atas spesifikasi agregat gabungan D20:
MHBatas = {(100-100)+(100-100)+(100-75)+(100-48)+(100-42)+(100-34)+(100-27)+(100-12)+(100-2)}%
100%
= (0 + 0 + 25 + 52 + 58 + 66 + 73 + 88 + 98)%
100%
= 4,600
4,600 + 5,750
Jadi: 𝐶 = = 5,175
2
6,692 − 5,175
= x 100%
5,175 − 2,723
= 61,868%
= 38,221% ≈ 38%
Jadi:
Perbandingan antara agregat halus (pasir) dengan agregat kasar (kerikil),
2) Pengisian data agr. halus dan agr. kasar pada tabel agregat gabungan:
Isikan data gradasi (% lolos) agregat halus
Isikan data gradasi (% lolos) agregat kasar
Isikan data prosentase masing-masing agregat
7. Kesimpulan.
a. Dari hasil perhitungan untuk Analisa Saringan Agregat Halus, diperoleh Modulus
Halus Butir sebesar 2,723, yaitu berada di antara Modulus Halus Butir Agregat Halus
Zona 2 yaitu 2,110 - 3,370.
c. Dari hasil perhitungan untuk gradasi agregat gabungan Agregat Halus dengan
Agregat Kasar, diperoleh Modulus Halus Butir sebesar 5,163 yaitu berada di antara
nilai antara Modulus Halus Butir Agregat Gabungan ukuran maks. 20 mm yaitu
4,600 - 5,750.
d. Perbandingan antara Agregat halus dengan Agregat kasar di peroleh Agregat halus
= 38 % dan Agregat kasar = 62 %.
8. Lampiran
Tabel dan grafik data hasil pengujian Agregat Halus, dan Agregat Kasar .
Gambar / Foto Peralatan Praktikum yang digunakan.
Referensi / rujukan yang diacu.
1. Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah bahan dalam agregat yang
lolos saringan No. 200 dengan cara pencucian.
2. Teori Dasar
Kadar lumpur yang terdapat pada suatu agregat keberadaannya mungkin
memberikan pengaruh yang merugikan terhadap kekuatan, kemudian pengerjaan dan
kemampuan serta kenampakan jangka panjang. Lumpur tidak digunakan sebagai bahan
tambahan karena memiliki sifat fisik dan kimiawi yang dapat merusak beton.
Lumpur biasanya terdapat pada lapisan permukaan yang berinterfensi dengan
lekatan antara agregat dan pasta semen. Karena lekatan ini, maka pengaruhnya pada
kekuatan dan daya tahan beton penting pula. Lapisan yang longgar dan lunak ini dapat
dihilangkan dengan cara dicuci, adapun yang bersifat stabil secara kimiawi dan melekat
kuat tidak terlalu berpengaruh dan membahayakan. Kecuali mungkin adanya susut yang
cukup besar. Akan tetapi lumpur dalam jumlah yang cukup banyak akan menambah
jumlah permukaan agregat sehingga jumlah air yang diperlukan untuk membasahi semua
butiran dalam campuran itu juga meningkat, akibatnya menurunkan kekuatan dan daya
tahan beton.
3. Peralatan
a. Saringan terdiri dari dua ukuran yang bagian bawah dipasang saringan Nomor 200
(0,075 mm) dan di atasnya, saringan Nomor 16 (1,18 mm);
b. Wadah untuk mencuci mempunyai kapasitas yang dapat menampung benda uji
sehingga pada waktu pengadukan (pelaksanaan pencucian) benda uji dan air pencuci
tidak mudah tumpah;
c. Timbangan dengan ketelitian maksimum 0,1 % dari berat benda uji;
d. Oven, yangP dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 - 5)°C;
e. Sekop, sendok dll.
Gambar Alat (a s.d. e) terlampir
5. Prosedur Praktikum
a. Memasukkan contoh agregat yang beratnya 1,25 kali berat minimum benda uji ke
dalam talam. Keringkan dalam oven dengan suhu ( 105 ± 5 ) 0 C sampai mencapai
berat tetap
b. Menimbang benda uji kering oven sebelum dicuci + wadah (W1) dan berat wadah
(W2)
c. Memasukkan benda uji agregat ke dalam wadah, dan diberi air pencuci secukupnya
sehingga benda uji terendam
d. Mengguncang-guncangkan wadah dan tuangkan air cuciian ke dalam susunan
saringan No. 16 dan No. 200
e. Memasukkan air pencuci baru, dan ulangi pekerjaan (c) sampai air cucian menjadi
jernih
f. Semua bahan yang tertahan saringan No. 16 dan No. 200 kembalikan ke dalam
wadah, dan keringkan dalam oven, dengan suhu ( 105 ± 5 )0 C sampai mencapai berat
tetap
g. Menimbang berat kering benda uji sesudah pencucian + wadah (W3)
= 2,374%
Agregat kasar
Berat cawan + agregat kering oven sebelum dicuci (W1) = 4171,8 gr
Berat cawan (W2) = 181,8 gr
Berat cawan + agregat kering oven setelah dicuci (W3) = 4137,8 gr
Berat agregat kering sebelum dicuci (W4) = W1 – W2
= 3990 gr
= 0,852%
7. Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, diperoleh kadar lumpur untuk
benda uji agregat halus sebesar 1.599%, sehingga dapat digunakan untuk campuran
beton tanpa harus dicuci terlebih dahulu, karena kadar lumpur maksimum yang
disyaratkan untuk agregat halus sebesar 3% (Tabel 2, SNI 03-2461-2002).
Sedangkan untuk agregat kasar diperoleh kadar lumpur sebesar 1.077%, sehingga
tidak dapat digunakan untuk campuran beton tanpa dicuci terlebih dahulu, karena
kadar lumpur maksimum yang disyaratkan untuk agregat kasar sebesar 1% (Tabel
2, SNI 03-2461-2002).
8. Lampiran
1. Tujuan Percobaan
Pemeriksaan inidimaksudkan untukmenentukan jumlah/persentase kadar
lumpur dalam agregat halus.
2. Dasar Teori
Tanah liat dan lumpur biasanya serta bahan-bahan organik tercampur dalam
agregat halus. Bila jumlahnya cukup banyak dapat mempengaruhi dan mengurangi
kekuatan beton serta beberapa kemungkinan lainnya dapat muncul sehingga dapat
menghambat proses hidrasi semen dengan air. Keadaan ini akan menjadi lebih buruk
lagi bila lumpur atau tanah liat membentuk suatu lapisan yang menyelimuti agregat
sehingga mencegah terjadinya adhesi pasta semen.
Dalam pemeriksaan ini, untuk menghilangkan lumpur atau tanah liat dari dalam
agregat, maka dilakukan pencucian agregat melalui saringan uji, sehingga diperoleh
perbedaan berat antara benda uji yang tertahan di atas saringan, selisih ini dianggap
berupa lumpur atau tanah liat. Dalam pemeriksaan ini lumpur akan mengendap dan naik
kepermukaan agregat halus sehingga kadar lumpur dapat diperhitungkan dengan
menggunakan millimeter gelasukur. Kadar lumpur dalam agregat halus yang
disyaratkan dalam campuran beton adalah maksimum 3%.
3. Peralatan
a. Gelas ukur.
b. Alat pengaduk.
Gelas Ukur
Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut air biasa.
5. Prosedur Praktikum
6. Perhitungan
V2
Kadar lumpur = x100%
V1 V 2
Dimana :
V1 = Tinggi pasir
V2 = Tinggi lumpur
Kadar lumpur = V2
x100%
V1 V 2
7. Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan diperoleh kadar lumpur 2,348%.Dapat
disimpulkan bahwa pasir tersebut dapat langsung digunakan dalam campuran beton tanpa
harus dicuci terlebih dahulu, karena kadar lumpur maksimal yang disyaratkan untuk agregat
halus sebesar 3 %.
1. Tujuan Percobaan
2. Teori Dasar
Dengan tindakan mencuci sering terjadi larutan bahan organik yang ringan,
atau larut dalam air, tetapi tidak menghilangkan bahan-bahan berat seperti partikel
batu bara, kecuali hal ini terjadi pada butiran halus. Bahan organik lainnya seperti
tanaman, humus, berisi asam-asam organik yang dapat menghambat hidrasi semen.
Oleh karena itu memperlama pengerasan dan mempengaruhi kekuatan. Sifat awet dan
kekuatan beton juga sangat dipengaruhi oleh kebersihan campuran dari kotoran
organik ini.
Di Inggris awalnya digunakan pengujian colorimetris untuk mengetahui
tingkat pencemaran organik, kemudian pada tahun 1967 digantikan dengan suatu
pengujian yang mengukur nilai PH (derajat keasaman) dari standar adukan semen
pasir dalam kondisi standar. Cara ini ternyata lebih akurat untuk mengatasi masalah
yang timbul akibat adanya kotoran organik dalam campuran.
Oleh karenanya disarankan bahwa pasir yang hendak diketahui karena
dicurigai mengandung bahan organik harus diuji dengan cara perbandingan, dimana
dibuat dengan hati-hati proporsi adukan (semen 1 : pasir 3), yang satu dibuat dengan
pasir yang telah memenuhi persyaratan pada gradasi yang serupa. Dengan mengisikan
dan memadatkan adukan-adukan tersebut kedalam kubus memungkinkan
pemeriksaan pada interval yang sesuai untuk suatu tingkat pengerasan, serta
pengujian tekan pada umur 3 hari akan membeda-bedakan pengaruh–pengaruh
lainnya. Di Amerika sendiri dan di Indonesia masih sering menggunakan cara
colorimetric. Pengujian di laboratorium ini masih merupakan cara yang sama.
Dari tingkatan tersebut dapat dilihat warna pengujian agregat yang akan digunakan
apakah layak untuk digunakan untuk campuran beton.
3. Peralatan
a. Beton gelas yang tidak berwarna yang mempunyai tutup karet gabus tidak dapat larut
dalam larutan NaOH dengan isi sekitar 350 ml
b. Standar warna ( organik plate )
c. Larutan NaOH (3 %)
4. Benda Uji
5. Cara Melakukan
c. Menutup botol tersebut kocok lagi kuat-kuat lalu biarkan selama 24 jam
d. Setelah 24 jam bandingkan warna yang terjadi dengan warna yang terdapat pada
organik plate dan tentukan tergolong warna apakah dan tingkat berapa dan tentukan
pula apakah layak digunakan atau tidak.
6. Perhitungan
Setelah didiamkan selama kurang lebih 24 jam, warna larutan yang nampak
adalah lebih bening dari warna Kuning Muda, dan masuk dalam kategori tingkat
Pertama (No. 1).
7. Kesimpulan
Warna larutan yang diperoleh dari agregat halus (Gambar 1.20) berada pada
tingkat warna standar No.1, yaitu warna kuning muda. Menurut SNI 03-2816-1992,
sampel tersebut dikategorikan layak untuk digunakan sebagai campuran beton tanpa
harus dicuci terlebih dahulu.
8. Lampiran
1. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memeriksa berat isi agregat kasar dan halus
serta berat isi campuran. Berat isi adalah perbandingan antara berat material kering
dengan volumenya.
2. Teori Dasar
Berat isi atau biasa disebut berat jenis massa adalah berat dari suatu bahan ketika
berada dalam suatu wadah untuk diisikan atau dipadatkan pada kondisi tertentu yang
biasanya dinyatakan dalam satuan kg/m³.
Berat isi dari suatu agregat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk jumlah air
yang dikandungnya dan besarnya pemadatan yang dilakukan sewaktu mengisi agregat
ke wadah dalam cetakan. Pengujian yang dilakukan di laboratorium ditunjukkan untuk
membandingkan sifat agregat yang berbeda dan umumnya tidaklah tepat untuk
mengubah proporsi volume di lapangan. Oleh karena itu dikenal adanya berat lepas atau
yang dipadatkan dengan tongkat atau dengan cara lain tiap m³, tergantung pada cara
mengisi kotak wadah dengan agregat kering.
Bilamana agregat ditimbun dan berisi sejumlah bahan yang dapat diterima di bawah
suatu saringan 5 mm, maka tidak hanya perlu untuk mendapatkan berat kering per m³
tetapi juga untuk mengadakan pengujian pengembangan isi berat per m³ pasir dengan
pemberatnya kurang dari berat keringnya sampai pada harga minimum yang berkadar air
tertentu, dan kemudian bertambah kembali sampai bahan menjadi jenuh air.
3. Peralatan
Tebal Ukuran
Diameter Tinggi
Kapasitas wadah butir
No (mm) (mm) Sisi
(liter ) min. max.
(mm) (mm)
5. Cara Melakukan
2. Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapisan dengan sama tebal
6. Perhitungan
Contoh Perhitungan:
a. Agregat Halus (Sampel I – Kondisi lepas)
W
Berat isi = (gr / cm3)
V
Dimana : V = isi wadah (cm3)
= ¼ x π x d2 x t
= ¼ x π x (15,3)2 x 16,5
= 3033,589 cm3
Keterangan :
d = Diameter Mold = 15,3 cm
t = Tinggi Mold = 16,5 cm
1. Contoh Perhitungan Berat Isi Lepas
Diketahui data – data sebagai berikut :
Berat Mold (W1) = 2770 gram
Berat Mold + Benda Uji (W2) = 7375 gram
Berat Benda Uji (W3) = W2 – W1 = 4605 gram
Volume Mold (V) = 3033,589 cm3
Sehingga :
𝑊3
Berat Isi = 𝑉
4605
= 3033,589
= 1,518 gr/cm3
2. Contoh Perhitungan Berat Isi Padat
Diketahui data – data sebagai berikut :
Berat Mold (W1) = 2770 gram
Berat Mold + Benda Uji (W2) = 7767 gram
Berat Benda Uji (W3) = W2 – W1 = 4997 gram
Volume Mold (V) = 3033,589 cm3
7. Kesimpulan
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan pada agregat halus, diperoleh berat isi
rata-rata benda uji dalam kondisi lepas sebesar 1,540 gram/cm3. Nilai ini bertambah
menjadi 1,668 gram/cm3 ketika benda uji mengalami pemadatan. Hal ini terjadi juga
8. Lampiran
1. Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air yang terdapat pada agregat
dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang
dikandung oleh agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar ini digunakan untuk koreksi
takaran air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.
2. Teori Dasar
a. Kering udara, kering pada permukaannya meskipun sebelah dalamnya basah, tetapi
kurang dari jumlah yang dibutuhkan untuk membuat partikel itu jenuh air.
b. Basah, agregat dalam keadaan jenuh air dan membawa air yang berlebihan sehingga
terbentuk suatu lapisan pada permukaan partikel.
c. Kering oven, agregat dalam keadaan kering sepenuhnya untuk tujuan-tujuan praktis.
d. Jenuh air dan permukaan kering, merupakan suatu keadaan ideal, agregat tidak dapat
menyerap air lagi tanpa satu lapisan air terbentuk pada permukaannya.
Penyerapan dari partikel dengan berbagai ukuran pada agregat yang sama dapat
berubah-ubah sedemikian sehingga pengujian terhadap contoh benda uji pada satu
ukuran tidak perlu ditafsirkan mewakili agregat pada gradasi selengkapnya. Penyerapan
kadar air dari suatu agregat sering merupakan suatu petunjuk yang berguna terhadap
kekedapan air dan daya tahan terhadap pembekuan.
Dari beberapa istilah di depan, dapat disimpulkan bahwa kadar air agregat adalah
perbandingan antara berat air yang dikandung oleh agregat tersebut dengan beratnya
sendiri dalam keadaan kering oven.
c. Talam logam yang tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan
contoh benda uji.
4. Benda Uji
NO UKURAN BERAT
5. Cara Melakukan
6. Perhitungan
7. Kesimpulan
Kadar air agregat merupakan perbandingan antara berat air yang terkandung
di dalam agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Dari hasil
perhitungan, diperoleh kadar air agregat halus adalah sebesar 1,033% untuk sampel
I dan sebesar 0.824 %, sampel II sehingga diperoleh rata-rata sebesar 0,929 %.
Sedangkan untuk agregat kasar pada sampel I dan sampel II berturut-turut sebesar
0,863 % dan 1,302% sehingga diperoleh rata-rata kandungan kadar air sebesar
1,082%.
8. Lampiran
1. Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis curah (bulk), berat
jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry = SSD), berat jenis semu
(Apparent) dari agregat kasar dan tingkat penyerapan agregat kasar terhadap air.
a. Berat jenis curah (Bulk spesifik gravity) ialah perbandingan antara berat agregat
dan berat air suling yang isinya sama, dengan berat agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang berat isinya sama dengan
isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
c. Berat jenis semu (Apparent spesifik gravity) adalah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang berat isinya sama dengan berat isi agregat
dalam keadaan kering pada suhu tertentu.
d. Penyerapan (Absorption) adalah persentase berat air yang dapat diserap oleh pori
terhadap berat agregat kering.
2. Teori Dasar
a. Berat jenis curah (Bulk), yaitu perbandingan antara agregat kering dengan agregat
dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan (Saturated Surface Dry / SSD), yaitu perbandingan
antara berat agregat kering permukaan jenuh dengan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalamkeadaan jenuh pada suhu tertentu.
c. Berat jenis semu (apparent), yaitu perbandingan antara agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu
tertentu.
d. Penyerapan adalah persentase berat air yang dapat diserap terhadap berat kering
agregat.
Bilamana suatu potongan dibuat pada sepotong batu dan permukaannya
dibesarkan, maka terlihat seperti sarang lebah dengan pipa-pipa kapiler dan lubang-
3. Peralatan
a. Keranjang kawat ukuran 3,335 mm atau 2,36 mm (no.6 atau no.8) dengan kapasitas
kira-kira 5 kg.
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai. Tempat ini harus dilengkapi
dengan pipa agar permukaan air selalu tetap.
c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh dan
lengkap dengan penggantung keranjang.
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu (110 5)0 C.
4. Benda Uji
Benda uji agregat yang tertahan saringan no.4 diperoleh alat pemisah contoh atau
cara perempat, sebanyak kira - kira 5 kg.
5. Cara melakukan
b. Menjadikan benda uji kering jenuh permukaan (kondisi SSD) dengan cara
menggulungkan handuk pada butiran agregat.
d. Memasukkan contoh benda uji ke dalam keranjang dan direndam kembali di dalam
air. Temperatur air dijaga (73,4 ± 3)° F, dan kemudian ditimbang, setelah keranjang
digoyang-goyangkan dalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap.
Mencatat berat contoh kondisi jenuh = Ba.
6. Perhitungan
Bk
1. Berat jenis curah (bulk specific gravity) =
Bj - Ba
Bj
2. Berat jenis kering permukaan (SSD) =
Bj - Ba
Bk
3. Berat jenis semu (apparent specific gravity) =
Bk - Ba
Bj - Bk
4. Penyerapan (absorption) = x 100 %
Bk
Keterangan :
Bk = berat benda kering oven (gram)
𝐵𝑗−𝐵𝑘
g. Penyerapan (absorption) = x 100%
𝐵𝑘
6210−6118
= 6118 x 100%
= 1,504%
7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap berat jenis dan penyerapan agregat kasar
diperoleh nilai rata-rata :
Berat jenis bulk = 2,602
Berat jenis bulk SSD = 2,631
Berat jenis semu = 2,681
Penyerapan agregat kasar rata-rata sebesar 1,119%. Angka ini telah memenuhi syarat
kadar penyerapan agregat untuk beton yaitu <2% (SNI 03-1969-1990), sehingga agregat
yang diuji dapat digunakan sebagai bahan campuran beton.
8. Lampiran
Tabel dan grafik data hasil pengujian BJ dan Penyerapan Agregat Kasar.
Gambar / Foto Peralatan Praktikum yang digunakan.
Kelompok
UBK-20182-S1.E-07
A.8 - L. 2
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM UJI BAHAN AGREGAT
A.9. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
(SNI 03-1970-1990)
1. Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis curah (bulk), berat jenis
kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry = SSD), berat jenis semu (Apparent)
dari agregat halus dan tingkat penyerapan agregat halus terhadap air.
a. Berat jenis curah (Bulk spesifik gravity ) ialah perbandingan antara berat agregat
dan berat air suling yang isinya sama, dengan berat agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang berat isinya sama dengan
isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
c. Berat jenis semu (Apparent spesifik gravity) adalah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang berat isinya sama dengan berat isi agregat
dalam keadaan kering pada suhu tertentu.
d. Penyerapan (Absorpsi) adalah persentase berat air yang dapat diserap oleh pori
terhadap berat agregat kering.
2. Teori Dasar
a. Berat jenis curah (Bulk), yaitu perbandingan antara agregat kering dengan agregat
dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturaded surface dry/SSD), yaitu
perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dengan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalamkeadaan jenuh pada suhu tertentu.
c. Berat jenis semu (apparent), yaitu perbandingan antara agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu
tertentu.
d. Penyerapan adalah presentase berat air yang dapat diserap terhadap berat kering
agregat.
Bilamana suatu potongan dibuat pada sepotong batu dan permukaannya
dibesarkan, maka terlihat seperti sarang lebah dengan pipa-pipa kapiler dan lubang-
Berat jenis suatu agregat menjadi hal yang sangat penting ketika mulai
membicarakan workabilitas, sebab faktor ini dipengaruhi oleh gradasi dan angularitas
(ketajaman sudutnya) yang nantinya mempengaruhi proporsi volume. Dapat dimengerti
bahwa semakin banyak semen dalam suatu campuran, gradasi dan angularitas menjadi
kurang penting, bahkan dari suatu analisa hal ini dapat diabaikan dalam kondisi tertentu.
Oleh karena itu kombinasi dari indeks permukaan dan angularitas perlu dimodifikasi
tergantung pada perbandingan agregat dan semen berdasarkan volume padat. Volume
padat diperoleh dengan membagi berat kering dari setiap bahan dengan berat jenis
agregat. Bilamana berat jenis (relatif) bervariasi terhadap ukuan partikel, maka berat jenis
rata-rata harus ditetapkan.
3. Peralatan
4. Bahan
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No.4 diperoleh dari alat pemisah contoh
atau cara perempat sebanyak 1000 gram.
5. Cara Melakukan
a. Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5 )0 C, sampai berat tetap.
Yang dimaksud dengan berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali
proses pemindahan dan penimbangan serta pemanasan dalam oven dengan selang
waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar
dari pada 0,1 % dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24
jam)
b. Membuang air perendam hati–hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan agregat
diatas talam, keringkan diudara dengan cara membalikkan benda uji. Lakukan
pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh.
c. Memeriksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji kedalam
kerucut terpancung. Padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali angkat
krucut terpancung. Keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh
akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.
d. Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gram benda
uji kedalam piknometer. Memasukkan air suling sampai mencapai 90% isi
piknometer, putar sambil di goncang sampai tidak terlihat gelembung udara di
dalamnya. Untuk mempercepat proses ini dapat digunakan pompa hampa udara,
tetapiharusdiperhatikanjangansampaiada air yang ikutterhisap, dan juga harus
dilakukan dengan merebus piknometer.
6. Perhitungan
Bk
a. Berat jenis curah (bulk specific gravity) =
B 500 - Bt
500
b. Berat jenis kering permukaan (SSD) =
B 500 - Bt
Bk
c. Berat jenis semu (apparent specific gravity) =
B Bk - Bt
500 - Bk
d. Penyerapan (absorpsi) = x 100 %
Bk
Keterangan :
Bk = Berat benda kering oven (gram)
B = Berat botol + air (gram)
Bt = Berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
Data dari Laboratorium (Sampel I)
a. Berat contoh kering oven (Bk) = 495,4 gr
b. Berat botol + sir (B) = 647,4 gr
c. Berat contoh + botol + sir (Bt) = 950,4 gr
Bk
d. Berat Jenis curah (bulk specific gravity) =
B V - Bt
495,4
= 647,4+500−950,4
= 2,514
e. Berat Jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry)
500
=
B V - Bt
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap berat jenis dan penyerapan agregat kasar
dapat disimpulkan bahwa sampel agregat kasar yang diuji dapat dikategorikan sebagai
agregat normal memiliki berat jenis antara 2,5-2,7.
Dari hasil pemeriksaan ini juga diperoleh nilai rata-rata :
a. Berat jenis bulk = 2,635
b. Berat jenis bulk SSD = 2,579
c. Berat jenis semu = 2,633
Penyerapan agregat kasar rata-rata sebesar 1,298%, hal ini berarti penyerapannya kecil
maka dapat digunakan sebagai bahan pencampur beton dengan syarat yang harus
dipenuhi yaitu kurang dari 2 % untuk agregat kasar.
\
8. Lampiran
Tabel dan grafik data hasil pengujian BJ dan Penyerapan Agregat Halus.
Gambar / Foto Peralatan Praktikum yang digunakan.
Kelompok
UBK-20182-S1.E-01
A.9 - L. 2
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM UJI BAHAN AGREGAT
A.10. KEAUSAN AGREGAT
DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES
(SNI 03-2417-1991)
Tujuan :Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No.12 (1,7 mm)
terhadap berat semula, dalam persen.
Ruang Lingkup: Pengujian ini dapat dilakukan untuk mengukur keausan agregat
kasar. Hasil pengujian bahan ini dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan
bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton.
2. Teori Dasar
a. Mesin Abrasi Los Angeles terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya
dengan diameter 71 cm (28”), silinder bertumpu pada dua poros mendatar. Silinder
berlubang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga
permukaan dalam silinder tidak terganggu. Dibagian dalam silinder terdapat bilah
baja melintang penuh setinggi 8,9 cm (3,56”).
b. Saringan No. 12 dan saringan – saringan lain seperti lain seperti tercantum dalam
daftar No.1
c. Timbangan dengan ketelitian 5 gram.
d. Bola–bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1,78”) dan berat masing–masing
antara 400 gram sampai 440 gram.
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (100 ± 5)º C.
4. Benda Uji
a. Berat benda uji dan gradasi benda uji sesuai daftar no. 1
b. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (100±5)oC.
Lolos Tertahan
A B C D E F G
mm (“) mm (“)
5. Cara Melakukan
a. Memasukkan Benda uji dan bola-bola baja ke dalam mesin Los Angeles.
b. Memutar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 putaran untuk gradasi
A,B,C dan D ; 1000 putaran untuk gradasi E,F dan G.
c. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan
saringan no.12 butiran yang tertahan di atasnya, dicuci bersih, selanjutnya
dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 5)oc sampai beban tetap.
7. Kesimpulan
Pemeriksaan keausan agregat atau abrasi di laboratorium dilakukan dengan
menggunakan mesin Los Angeles. Agregat kasar yang diuji abrasinya tidak boleh lebih
dari 40% untuk digunakan pada konstruksi gedung dan tidak boleh lebih dari 30% untuk
beton jalan raya (SNI 03-2417-1991). Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, diperoleh
nilai abrasi sebesar 20,46%, sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat yang diuji dapat
digunakan dalam campuran beton.