Geologi Batuan Dasar Gunung Ciremai Jawa Barat PDF
Geologi Batuan Dasar Gunung Ciremai Jawa Barat PDF
Hanang Samodra
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral Jl.
Diponegoro 57, Bandung 40122
ABSTRACT
The Stone Geology Structure of Ciremai Mountain West Jawa. A Middle to Late
Miocene rocks association around the Ceremai Volcano, namely the Cinambo, Cantayan
and Bantarujeg Formations is a deep marine sediment that physiographically belongs to
the Bogor Zone. As a submarine fan system, this turbidite sediment has already prograded
to the north. The provenance of sediments is a landmass that occupied the southern part
of the deep basin. Shallowing of the basin during Late Tertiary is roled by Pliocene
claystone forming of the Subang, Kaliwangu and Citalang Formations. The claystone
was deposited in a middle neritic to fluviatile environment. During the early Quaternary
time the deep basin has totally become a landmass and the building of Ceremai Volcano
was started. The difference kind of rocks will influence chemical composition of soil,
and the diversity of vegetation is possibly implied by this phenomenon.
279
Hanang Samodra
dihasilkan oleh letusan gunungapi ini dijumpai batupasir tufan berlapis tebal.
dikelompokkan menjadi batuan gunungapi Batuan gunungapi hasil letusan G.
Kuarter Tua dan batuan gunungapi Kuarter Ceremai yang bersifat eksplosif (breksi
Muda (Djuri 1973; Silitonga & Masria gunungapi) dan effusif (lava) sejak
1978). Selanjutnya yang dimaksud dengan permulaan Zaman Kuarter menindih
Kuarter Tua adalah Plistosen (1,2 juta tahun satuan batuan yang lebih tua (batuan dasar),
lalu), sedang Kuarter Muda adalah Holosen baik secara selaras maupun tidak-selaras.
(dimulai sejak 11 ribu tahun lalu hingga Kelompok batuan dasar G. Ceremai
sekarang). berumur Miosen Tengah hingga Plistosen.
Secara litologi, himpunan batuan
gunungapi Ceremai Tua terdiri dari lahar, BAHAN DAN CARA KERJA
batupasir tufan dan breksi gunungapi. Di
selatan Kuningan endapannya membentuk Pengkajian geologi batuan-dasar yang
morfologi yang lebih menonjol dan terkikis mengalasi G. Ceremai menggunakan
lebih kuat dibanding bentang alam yang berbagai aspek. Dari aspek stratigrafi,
disusun oleh batuan gunungapi muda. Di batuan-dasar itu dikaji mengikuti alur
lapangan untuk mengenalnya dapat dilihat kajian Koolhoven (1936); Bemmelen
sifat bongkahan andesit dan basal yang (1949), Marks (1957), Djuri (1973), Soejo-
terdapat pada lapisan tanah berwarna no (1984) dan Djuhaeni & Martodjojo
kuning kecoklatan. Sebagian bongkahan (1989).
batuan beku itu merupakan komponen dari Oleh karena hasil kajian tersebut
endapan lahar tua dan breksi gunungapi, masing-masing peneliti memberi nama
sebagian lainnya dijumpai sebagai penggalan satuan litostratigrafi batuan-dasar yang
lava. Aliran lava tua yang tersingkap di menjadi alas G. Ceremai secara berbeda-
sekitar Desa Tarikolot bersusunan andesit beda maka penataan nama satuan
horenblenda. Pengkekaran melembar berdasarkan Sandi Stratigrafi Indonesia
(sheeting-joints) menjadikan batuan ini mengikuti (Soejono 1973) yaitu seperti yang
mempunyai kenampakan melembar. dilakukan oleh Djuhaeni & Martodjojo
Penduduk setempat memanfaatkannya (1989).
menjadi batu-tempel untuk hiasan dinding.
Batuan gunungapi Ceremai Muda HASIL
terdiri dari lava dan breksi gunungapi.
Lavanya lebih cenderung bersifat andesit- Fisiografi
basalan, setempat menampakkan struktur Secara fisiografi, daerah singkapan
aliran. Breksi gunungapi disusun oleh batuan dasar G. Ceremai melalui
komponen andesit dan basal; di banyak pendekatan sejarah geologi termasuk dalam
tempat membentuk morfologi pebukitan zona Bogor (Bemmelen 1949; Soejono
rendah atau dataran menggelombang, 1984). Menurut Koesoemadinata &
dengan lapisan tanah hasil pelapukan Martodjojo (1974), zona ini merupakan
batuan yang cukup tebal berwarna kelabu, sebuah cekungan laut dalam, dan di
kuning, coklat dan kemerahan. Setempat dalammnya terendapkan seri sedimen
280
Geologi Batuan Dasar Gunung Ciremai Jawa barat
turbidit. Soejono (1984) menciri endapan ini mayeri, Gt. peripheroronda dan Gt.
sebagai sistem sedimen kipas laut dalam. linguensis. Kumpulan fosil tersebut
Di dalam model kipas laut dalam, menunjukkan umur Miosen Tengah (N9
penyebaran kipas ke arah lateral biasanya hingga N14). Batulempung yang terbentuk
terbatas. Dalam waktu yang sama dapat 17-10 juta tahun lalu itu terendapkan di laut
terbentuk lebih dari satu kipas laut dalam. dalam (zona batial), yaitu sebagaimana
Dikarenakan masing-masing kipas ditafsirkan dari kehadiran foraminifera
cenderung mempunyai ciri sendiri-sendiri bentos Eponides umbonatus, Gyrodina
maka perkembangan endapan batuan dapat soldani, Cyclamina canvcellata dan
diurut selama ruang dan waktu geologi Karreriella bradyi.
yang tersedia. Endapan batuan yang Tebal seluruh satuan tidak kurang dari
dimaksud adalah himpunan batuan yang 650 m. Banyaknya sisipan batupasir tufan
terkelompokkan sebagai formasi dengan pada runtunan batulempung bagian atas
umur, penyebaran dan batas satuan yang menunjukkan perubahannya secara
jelas sebagaimana diamanatkan oleh Sandi berangsur ke satuan batuan lainnya yang
Stratigrafi Indonesia. lebih muda, yaitu Formasi Cinambo.
Sebelumnya, Formasi Cisaar dinamakan
Stratigrafi Seri Cimanuk (Koolhoven 1936), Lower
Uraian mengenai pengelompokkan Pemali Beds (Bemmelen 1949), Pemali
satuan batuan yang tersingkap di sekitar Beds (Marks 1957), Anggota Atas Formasi
G. Ceremai diidentifikasi sebagai batuan- Cinambo (Djuri 1973), atau Formasi
dasar dari gunungapi aktif (Djuhaeni & Cinambo bagian bawah (Lempung Cisaar:
Martodjojo 1989). Soejono 1984).
Stratigrafi batuan-dasar yang
bertindak sebagai alas dari G. Ceremai, Formasi Cinambo
berturut-turut dari tua ke muda adalah: Satuan ini disusun oleh perselingan
monoton antara batulempung dan
Formasi Cisaar batupasir, yang berdasarkan tebal dan
Secara litologi runtunannya didominasi perbandingan pasir-lempung dibedakan
oleh batulempung gampingan yang menjadi bagian bawah, bagian tengah dan
mempunyai kenampakan menyerpih. bagian atas. Nama satuan yang pertama
Batulempung berwarna kehijauan hingga kali diusulkan oleh Djuri (1973) ini
kelabu ini banyak mengandung foraminifera selanjutnya diciri oleh Soejono (1984)
kecil. Setempat mengandung sisipan sebagai endapan turbidit. Tebal seluruh
batupasir gampingan. Sisipan batupasir tufan satuan berkisar antara 1.500-1.800 m.
lebh banyak berkembang pada runtunan Bagian bawah Formasi Cinambo me-
batu lempung bagian atas. rupakan perselingan antara batulempung
Bagian bawah runtunan batulempung gampingan dan batupasir tufan berbutir halus
mengandung Globorotalia lobata, Orbulina hingga sedang. Perlapisan yang umumnya
universa, Globorotalia siakensis; sementara baik mempunyai tebal antara 2-6 cm,
bagian atasnya kaya dengan Globorotalia dengan perbandingan pasir-lempung 1:1
281
Hanang Samodra
282
Geologi Batuan Dasar Gunung Ciremai Jawa barat
283
Hanang Samodra
284
Geologi Batuan Dasar Gunung Ciremai Jawa barat
(meluas) ke utara. Daratan yang terkikis bagian timur. Ke utara, memotong jurus
dan menjadi sumber dari sedimen turbidit busur gunungapi, unsur stronsiumnya
laut dalam itu berada di sebelah selatan cenderung lebih bersifat radioaktif.
cekungan. Meskipun belum dibuktikan, keadaan itu
Kehadiran batulempung Pliosen berkaitan dengan proses sejenis yang
Formasi Subang, Formasi Kaliwangu dan menghasilkan pertambahan unsur
Formasi Citalang yang terbentuk di laut potasium. Melalui sistem percelah-retakan
dangkal (zona neritik tengah) hingga darat kulibumi, magma yang membubung dari
(sungai) menunjukkan jika menjelang kedalaman memiliki kesempatan mencapai
akhir Zaman Tersier cekungan mengalami permukaan membentuk G. Ceremai.
pendangkalan. Pada permulaan Zaman
Kuarter seluruh cekungan berubah menjadi Implikasi aspek tipe tanah dan
daratan. vegetasi
Batuan gunungapi bersusunan basa di Tipe tanah pada tulisan ini diartikan
Jawa dapat digunakan sebagai petunjuk sebagai tanah hasil pelapukan batuan, yang
jika kerak benua asam di bawah jalur sebagian besar disebabkan oleh proses
gunungapi utama belum terbentuk. fisis. Batuan-dasar berumur Miosen
Keadaan itu cocok dengan hadirnya Tengah-Akhir yang secara stratigrafi
bancuh Kapur Akhir atau permulaan Tersier bertindak sebagai alas dari batuan
yang tersingkap di jalur magmatik (Hamilton gunungapi Kuarter merupakan himpunan
1978). Pada saat ini, pembubunan jalur batuan sedimen. Sedang batuan gunungapi
tunjaman dan magmatisma busur di Jawa Kuarter yang tersingkap di sekitar daerah
membentuk kerak benua yang tebal kajian adalah produk dari G. Ceremai. Dua
sehingga magma mempunyai kesempatan jenis himpunan batuan yang berbeda itu
menjadi lebih asam. Dugaan jika kerak di sudah tentu menghasilkan tipe tanah yang
Jawa Barat lebih tebal dan bersusunan lebih berbeda pula.
asam dibanding di Jawa Timur semata mata Dari ukuran butir, tipe tanah asal batuan
didasarkan pada susunan batuan pirokla- sedimen laut tidak berbeda secara signifikan
tiknya, yang di barat relatif lebih asam dan dengan tipe tanah asal batuan gunungapi
isotop stronsiumnya lebih banyak. yaitu berkisar antara kasar hingga halus.
Sifat keradioaktifan batuan gunungapi Tetapi dari sisi penyebaran, tipe tanah hasil
muda di jalur gunungapi kapur-alkali pelapukan batuan gunungapi (terutama
mengalami pengurangan mulai dari Jawa yang berbutir halus, seperti abu gunungapi)
Barat hingga Bali (Whitford 1975). Di relatif lebih luas. Demikian pula dengan
barat, perbandingan Sr87/Sr86nya mencapai ketebalannya, di mana tipe tanah batuan
0,705 sedang di timur hanya 0,704. sedimen umumnya lebih tipis.
Keadaan itu memberi kesan terjadinya Dari sisi warna, kedua jenis tipe tanah
pengotoran magma selubung oleh batuan hampir memiliki warna yang sama yaitu
kerak selama pembubungan magma di merah, coklat dan kekuningan. Tipe tanah
sepanjang busur, di mana pengotoran di berwarna merah mendominasi tanah
bagian barat nisbi lebih banyak dibanding pelapukan batuan gunungapi. Tipe tanah-
285
Hanang Samodra
tipe tanah laterit itu bersifat agak plastis, dengan jenis batuan. Kemudian jika
berstruktur menggumpal, dan yang berbutir kehadiran unsur hara mempengaruhi jenis
kasar umumnya mempunyai kemampuan tumbuhan, maka keterkaitan yang dapat
meluluskan air. Setempat, tipe tanah tebal diasumsikan adalah keragaman jenis
yang homogen dijumpai berasosiasi dengan tumbuhan dipengaruhi oleh jenis batuan.
batuan-induknya (batuan sedimen, batuan Asumsi itu dapat didekati dari aspek
gunungapi) yang melapuk sedang-kuat. geokimia batuan, di mana setelah batuan
Batuan induk yang nilai permeabilitasnya melapuk unsur-unsur oksida seperti P2O5,
tinggi (batupasir, batupasir gunungapi) K 2O, CaO dan MgO masih tetap
cenderung membentuk tipe tanah yang dipertahankan keberadaannya di dalam tipe
tebal. tanah. Identifikasi perbedaan kelimpahan
Dari aspek ketinggian, tipe tanah unsur oksida fosfat, potasium, kalsium dan
berwarna merah lebih banyak berkembang magnesium pada lapisan tanah yang
di daerah rendah. Pengamatan tipe tanah berbeda-asal pernah dicoba di daerah
di lereng baratdaya G. Ceremai menun- perbatasan antara Gunung Sewu dan lereng
jukkan jika semakin ke atas warnanya baratdaya G. Lawu. Oksida-oksida
berubah menjadi kecoklatan hingga coklat tersebut ternyata lebih melimpah jumlahnya
tua. Lereng ini memiliki jumlah hujan yang pada tipe tanah terra-rossa asal-
lebih banyak dan suhunyapun relatif lebih batugamping daripada tipe tanah asal tuf
dingin. Dominasi tipe tanah berwarna gunungapi Lawu. Secara kimiawi,
coklat diduga mempunyai hubungan genesis kandungan fosfat dan potasium pada tipe
dengan tebalnya lapisan humus. Sedang tipe tanah batuan gunungapi lebih kecil
tanah berwarna kuning yang umumnya dibanding batuan karbonat (batugamping).
lapuk kuat banyak dijumpai berasosiasi Demikian pula dengan unsur magnesium.
dengan batuan silikaan atau batuan Di kawasan Gunung Sewu, senyawa
bersusunan andesit-basal. Batuan yang magnesium yang lebih tinggi dari kalsium
banyak mengandung kuarsa (silika) dan membentuk batugamping dolomit
tidak terpengaruh oleh cuaca mempunyai (meskipun jumlah dolomit di Gunung Sewu
peluang besar membentuk tipe tanah laterit relatif sedikit).
podzolan. Di lereng G. Ceremai, tipe tanah
coklat yang sifatnya lengas (humic brown KESIMPULAN
tipe tanah) berkembang di ketinggian lebih
dari 1000 m dml. Tuf bersusunan andesit- Batuan-dasar yang bertindak sebagai
basal hasil aktivitas gunungapi berfungsi alas dari G. Ceremai adalah himpunan
sebagai batuan induk. batuan sedimen turbidit berumur Miosen
Banyaknya unsur hara pada lapisan Tengah-Miosen Akhir yang mengisi
tipe tanah menjadi peluang berkembangnya cekungan laut dalam di Zona Bogor.
jenis-jenis vegetasi di permukaan tanah. Endapan yang membentuk sistem kipas
Oleh karena tipe tanah adalah hasil bawahlaut dan berprogradasi ke utara itu
pelapukan batuan, maka keragaman dan menunjukkan sumbernya yang berada di
kelimpahan jenis unsur hara berhubungan daratan di sebelah selatannya.
286
Geologi Batuan Dasar Gunung Ciremai Jawa barat
287
Hanang Samodra
288