Anda di halaman 1dari 6

3.

1 Hidrokarbon

Beberapa jenis hidrokarbon diketahi bersifat karsinogen yang menyebabkan penyakit kanker. Di samping
itu, beberapa hidrokarbon cenderung mengakibatkan iritasi mata dan selaput mukosa tenggorokan.
Hidrokarbon berperan terhadap terbentuknya hujan asam dan beberapa campuran hidrokarbon dengan
bantuan sinar ultraviolet dari matahari bereaksi dengan gas lain di atmosfer yang mendorong
terbentuknya asbut fotokimia (asbut = asap bercampur kabut)

Gas buang yang meninggalkan ruang bakr motor bensin mengandurng sampai 6000 ppm
komponen hidrokarbon, dimana ekivalen 1-1,5% bahan bakar. Sekita 40 % diantaranya merupakan
komponen bahan bakar bensin yang tak terbakar. Terbentuknya emisi HC untuk setiap campuran bensin
berbeda, tergantung komponen asal bahan bakar, geometri ruang bakar dan parameter operasi motor.

3.2 Sumber Emisi HC

1. Rasio udara bahan bakar non-stoikiometri

Level emisi HC dalam gas buang sangat dipengaruhi oleh rasio udara/bahan bakar , AF (Gambar 8-2) dan
rasio kesetaraan bahan bakar/udara, φ (gambar 8-3).

Emisi HC terendah ktika rasio udara/bahan bakar agak lebih miskin disbanding stoikiometri ideal, tetapi
segera akan meningkat jika campuran menjadi terlalu kaya atau terlalu miskin (Gambar 8-2)

Pada campuran kaya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk bereaksi dengan semua karbon dan
hydrogen pada bahan bakar sehingga dihasilkan HC dan CO di dalam produk buangan (Gambar 8-3).
Kondisi ini tertutama terjadi saat motor mulai dihidupkan, di mana dibutuhkan campuran udara/bahan
bakar sangat kaya. Kondisi ini juga terjadi saat melakukan akselerasi cepat pada beban rendah.

Jika campuran terlalu miskin, pembakaran lebih miskin terjadi, mengakibatkan kegagalan penyalaan
karena campuran tidak dapat terbakar. Suatu proses normal yang disebut dengan quenching dinding
terjdai ketika medan nyala api pembakaran mencapai dinding raung bakar yang dingin. Dinding yang
dingin ini memperlemah nyala api sebelum kesuluran bahan bakar terbakar, menyisakan sejumlah kecil
HC yang didesak ke luar katup buang.

2. Pembakar tidak sempurna

Walaupun digunakan campuran stoikiometrik ideal, pembakaran sempurna tidak terjadi dan beberapa
HC akan berakhir di pembuangan. Ada beberapa penyebab, diantaranya tidak sempurnanya
percampuran antara udara dengan bahan bakar sehingga beberapa partikel bahan bakar tidak
mendapatkan oksigen untuk bereaksi dengannya. Pemadaman nyala api pada dinding ruang bakar
meninggalkan beberapa volume campuran udara dan bahan bakar yang tak terbakar dengan segera.

Penyebab lain dari pemdaman nyala api adalah ekspansi yang terjadi selama pembakaran dan langkah
daya. Saat torak bergerak TMA, gas yang berekspansi akan menurunkan temperature dan tekanan di
dalam silinder. Pembakaran menjadi lambat dan akhirnya memadamkan nyala api pada langkah daya.
Kondisi ini menciptakan beberapa partikel bahan bakar yang tidak bereaksi.

Emisi HC berlebih juga dapat dipengaruhi oleh temperature campuran saat memasuki ruang bakar.
Temperatur udara masuk yang terlalu rendah dapat menyebabkan percampuran bahan bakar dengan
udara menjadi lemah sehingga menghasilkan kegagalan penyalaan parsial.
Hasil riset membuktikan bahea emisi HC dapat dikurangi dengan menambahkan busi kedua di ruang
bakar. Dengan mengawali pembakaran pada dua titik api, jarak perjalanan nyala api maupun waktu total
untuk bereaksi menjadi berkurang, dan lebih sedikit pemadaman ekspansi dihasilkan.

3. Tumpang tindih katup

Selama tumpang tindih katup, katup masukan dan katup buang keduanya terbuka, menciptakan suatu
lintasan di mana udara-bahan bakar masukan dapat mengalir secara langsung ke system pembuangan.

4. Deposit karbon pada dinding ruang bakar

Partikel gas termasuk uap bahan bakar, diserap oleh deposit karbon pada dinding ruang bakar. Jumlah
yang diserap merupakan fungsi dari tekanan gas sehingga maksimum terjadi selama pembakaran dan
kompresi. Membersihkan dinding ruang bakar dengam meminimalisir deposit akan mengurangi emisi HC
pada buangan. Pusaran tinggi membantu meminimalisasi deposit dinding. Jika timbal dihapuskan
sebagai aditif bensin, emisi HC dari deposit dinding menjadi lebih hebat. Ketika bensins bertimbal nya
lebih kras sehingga sedikit gas yang diserap.

5. Minyak pada dinding ruang bakar

Suatu lapisan minyak yang sangat tipis tinggal di dinding silider untuk menyediakan pelumasan antara
dinding dan torak yang bergerak. Sepanjang langkah hisap dan kompresi, bahan bakar dan udara yang
datang kontak dengan lapisan tipis minyak ini. Dengan cara yang hamper sama dengan terbentuknya
deposit dinding, lapisan tipis minyak ini menyerap partikel gas, tergantung tekanan gas. Selama
pembakaran dan kompresi, ketika tekanan silinder tinggi, partikel gas, termasuk uap bahan bakar,
diserap ke dalam lapisan tipis minyak. Ketika tekanan selanjutnya berkurang selama ekspansi dan
blowdown, kemampuan penyerapan minyak berkurang dan partikel bahan bakar diserap balik ke dalam
silinder. Sebagian dari bahan bakar ini berakhir di pembuangan.

Dengan bertambahnya usia motor, celah antara cincin torak dan dinding silinder menjadi lebih besar, dan
suatu lapisan tipis minyak yang lebih tebal tetap tinggal di dinding silinder. Sebagian dari lipisan tipis
minyak ini menggesek dinding sepanjang langkah kompresi dan akhirnya dibakar selama pembakaran.

HC PADA MOTOR DIESEL

Karena secara keseluruhan motor diesel beroprasi dengan rasion ekivalensi bahan bakar miskin, maka
emisi HC pada motor diesel hanya seperlima dari emisi HC motor bensin. Komponen bahan bakar diesel
rata-rata mempunyai beart molekul lebih tinggi dibanding campuran bensin, dan ini mengakibatkan
temperature didih dan kondesasinya lebih tinggi. Hal ini memungkinkan beberapa partikel HC
mengembun pada permukaan jelaga karbon padat yang dihasilkan selama pembakaran. Kebanyakan di
antaranya terbakar sebagai campuran lanjut dan hasil proses pembakaran. Kebanyakan di antaranya
terbakar sebagai campuran lanjut dan hasil proses pembakaran. Pada umumnya, motor diesel
mempunyai efisiensi pembakaran sekita 98%, dengan hanya 2% HC bahan bakar menjadi emisi.
4.2 KARBON MONOKSIDA (CO)

Karbon monoksida (CO) merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan beracun ketika dihisap.
Jika masuk ke paru-paru, CO mampu bereksi dengan haemoglobin(Hb) dalam darah membentuk
karboksihaemoglobin (COHb) yang menghalangi darah menyerap oksigen. Hb sendiri berfungsi sebagai
system transport yang membawa oksigen dalam bentuk oksihaemoglobin (O 2Hb) dari paru-paru ke sel-
sel tubuh dengan membawa CO2 dalam bentuk CO 2Hb dari sel-sel tubuh ke paru-paru. Dengan adanya
CO dalam darah manusia, maka kemampuan darah sebagai sarana transport oksigen terganggu. Karbon
monoksida konsentrasi rendah menyebabkan sakit kepala dan menurunkan aktivitas mental dan fisik
sedangkan pada konsentrasi tinggi menyebabkan pingsan dan kematian.

Emisi karbon monoksida (CO) pada motor pembakarn dapat dikendalikan terutama oleh rasio
udara/bahan bakar. CO dihasilkan ketika motor beroprasi dengan rasio udara/bahan bakar kaya
sebagaimana ditunjukan dalam Gambar 8-4. Ketika oksigen yang tersedia tidak cukup untuk mengubah
seluruh karbon menjadi krbondioksida (CO2), bebrapa bahan bakar tidak terbakar dan beberapa karbon
berakhir sebagai CO. Buangan pada motor bensin mengandung sekitar 0,2% sampai 5% CO.

CO dapat dibakar untuk menyediakan tambahan energy termal

CO + ½ O2 → CO2 + panas
CO maksimum dihasilkan saat motor beroprasi dengan campuran kaya, seperti saat mulai dinyalakan
pada kondisi dingin atau ketika dipercepat. Bahkan ketika campuran udara-bahan bakar masukan
stoikiometrik atau miskin, beberapa CO akan terdapat pada buangan.

5.1 OKSIDA NITROGEN (NOX)

Tingginya temperature dan tekanan silinder selama proses pembakaran dapat menyebabkan sebagian
dari nitrogen dan oksigen yang terbakar bereaksi untuk membentuk oksida nitrogen(NOx). Oksida
nitrogen dapat muncul sebagai nitrogen monoksida NO) yang tidak berwana dan tidak berbau. Adanya
tambahan oksigen lebih lanjut akan mengubah NO menjadi nitrogen dioksida (NO 2) yang berwarna
conklat kemerahan-merahan. Gas ini beracun dengan peneterasi bau yang dapat merusak jaringan paru-
paru. Kedua gas ini terdapat besama-sama dan dikombinasikan dalam suatu format sedemikian hingga
oksida nitrogen ini diberi formulasi kimia NOx, dimana akhiran “x” mencakup diantara satu dan dua
atom.

Motor dengan pembakaran miskin cenderung beroprasi pada temperature lebih tinggi yang dengan
demikian NOx dibebaskan ke atmosfer. NOx yang dilepaskan, bereaksi di atmosfer untuk membentuk
ozon melalui siklus fotolitik NO2 yanng merupakan salah satu dari penyebab utama munculnya asbut
(asap bercampur dengan kabut) foto kimia.

Asbut dibentuk melalui reaksi fotokimia dari asap buangan kendaraan bermotor dan udara atmosfer
dengan bantuan sinar matahari. NO2 terurai menjadi NO dan oksigen beratom tunggal melalui reaksi:

NO2 + energy matahari → NO + O + Asbut


Atom O yang terbentuk sangat reaktif dan jika bereaksi dengan oksigen di atmosfer maka akan
membentuk ozon di lapisan atmosfer bawah melalui reaksi:
O +O2 → O3
Ozon di lapisan atmosfer bawah berbahaya untuk paru-paru dan jaringan biologis yang lain. Ozon juga
berbahaya terhadap tanaman.

5.2 SUMBER EMISI NOX

1. Temperatur pembakaran

Walaupun temperature maksimum nyala api terjadi pada rasio udara-bahan bakar stoikometrik ( λ = 1),
dalam gambar 8-5 ditunjukan bahwa NOx maksimum dibentuk pada rasio kesetaraan, φ agak miskin.
Pada kondisi ini, temperature nyala api masih sangat tinggi, dan sebagai tambahan, di sana terdapat
kelebihan oksigen yang dapat berkombinasi dengan nitrogen untuk membentuk berbagai oksida.

Produk NOx dalam buangan berlawanan dengan produk CO dan HC. Karena yang berlawanan ini
dijumpai permasalahan yang komples dalam rangka mereduksi keselurdah dari ketiga emisi ini secara
bersama-sama.

2. Waktu pembakaran

Pembentukan NOx, selain bergantung pada temperature, juga bergantung pada waktu pembakaran di
dalam silinder karena reaksi kimia tidak berlangsung dengan seketika. Dalam gambar 8-6 ditunjukkan
hubungan antara pembentukan NOx terhadap waktu pembakaran.

Nampak dalam gambar bahwa semakin singkat waktu pembakaran, konsentrasi NOx cenderung
berkurang. Ini mendukung pengembangan motor modern dengan rancangan ruang bakar untuk
menghasilkan pembakaran cepat (fast burn)

3. Penempatan busi

Jumlah Nox yang dihasilkan juga bergantung pada penempatam busi di dalam ruang bakar. Konsentrasi
tertinggi terbentuk di sekita busi, dimana temperature tinggi terjadi. Karena pada umumny mempunyai
rasio kompresi lebih tinggi, temperature dan tekana lebih tinggi, motor penyalaan kompresi dengan
ruang bakar terbagi dan injeksi tak langsung (Indirect Injection, IDI) cenderung menghasilkan tingkat NOx
lebih tinggi.

4. Saat Pengapian

Konsetrasi NOx juga dipengaruhi saat pengapian (ignition timing). Jika timing pengapian dimajukan,
temperature silinder akan meningkat dan semakin banyak NOx yang dihasilkan (Gambar 8-7). Dengan
kata lain, semakin awal percikan api diberika, semakin tinggi temperature pembakaran dan pada
gilirannya semakin tinggi konsetrasi NOx dalam buangan.
6. PARTIKULAT

Tiga katagori emisi partikulat pada motor bensin: timbak, partukulat organic (temasuk jelaga), dan
sulfat.s tingkat emisi sulfat bergantung pada kandungan belarang yang terdapat di dalam bahan bakar
dan kondisi operasi motor.

Belerang yang terdapat di dalam bahan bakar jika dioksidasi di dalam silinder motor berubah menadj
belerang dioksida (SO2). Laju emisi partikulat pada motor yang beroperasi dengan bensin bertimbal
(yang mengandung sekitar 0.15 g Pb/Liter) dapat mencapai 100 sampau 150 mg/km. partukulat ini
didominasi oleh senyawa timbal 25 sampai 60 persen massa timbal yang diemisikan.

Partikulat yang terdapat pad motor diesel, terutama berisi produk pembakaran yang mengandung
karbon (jelaga). Partikel jelaga merupakan sekelompok lapisan karbon padat. Kebanyakan dihasilkan dari
pembakaran tidak sempurna bahan bakan hidrokarbon, beberapa di antaranya merupakan kontribusi
dari minyak pelumas.

7. INDIKATOR CO2 DAN O2

Hasil pembacaan karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) yang diperoleh dari perangkat penganalisis gas
buang dapat digunakan untuk memberikan tambahan informasi tentang kondisi pembakaran yang
terjadi di ruang bakar.

7.1 KARBONDIOKSIDA (CO2)

Karbondioksida merupakan hasil pembakaran yang diinginkan dan dihasilkan secara sempurna. Pada
umumnya semakin tinggi pembaccan CO2 yang diperoleh, semakin efision operasi motor. Oleh karena
itu, ketidakseimbangan udara/bahan bakr, kegagalan penyalaan atau permasalahan mekanik motor, akan
menghasilkan pembacaan CO2 yang lebih rendah. Ingat bahwa pembakaran ideal menghasilkan CO 2 dan
uap air (H2O) yang besar. CO2 tertinggi dihasilkan ketika rasio udara/bahan bakarnya ideal (stoikiometri)
dan digunakan sebagai indicator pembakaran yang efisien (Gambar 8-8).

7.2 OKSIGEN (O2)

Secara umum oksigen (O2) berlawanan dengan karbondioksida (CO2). Semakin tinggi keluaran O2 pada
buangan, semakin rendah keluaran CO2 dan semakin miskin campuran udara/bahan bakar. Kondisi ini
menyebabkan kagagalan penyalaan atau temperature pembakaran yang tinggi.

8. EMISI OKSIDA BELERANG DAN TIMBAL

8.1 OKSIDA BELERANG

Pada umumnya bahan baakr yang digunakan pada motor diesel mengandung sejumlah belerang (sulfur),
dimana ketika dibebaskan ke atmosfer berkontribusi terhadap eprmasalahan hujan asam (acid rain).
Bensin tanpa timbal biasanya mengandung belerang 150-600 ppm (berat), sedangkan beberapa bahan
bakar diesel mengandung sampai 5000 ppm (berat).

Pembakaran belerang yang terjadi dari proses pembakaran bahan bakar berpotensi menimbulkan hujan
asam (acid rain). Oleh karena itu, banyak Negara di dunia menerapkan undang-undang yang membatasi
jumlah belerang yang direkomendasikan di dalam bahan baakr, dan perundangan ini secara kontinu
semakin diperketat. Amerika Serikat mengurangi level belerang yang direkomendasikan dalam bahan
bakar diesel dari 0.05% berat ke 0.01%.

Jika rekomendasi lebel kandungan belerang dalam bahan bakar diesel disepakati, maka hal itu
menimbulkan permsalah baru pada motor diesel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan bakar
dengan kandungan belerang yang sangat rendah akan menghilangkan kemampuan melumasi,
mengakibatkan pelekatan pada pompa bahan bakar dan injector. Untuk mengatasi masalah ini maka
ditambahkan aditif pada bahan bakar rendah belerang. Aditif ini termasuk dalam turuna ester alifatik
dan asam karbon.

Pengaruh belerang yang lebih serius terjdai pada system perlakuan lanjut terhadap emisi karena
kemampuannya mengontaminasi system tsb. Material katalis pada konvertor katalitik dan penjebak
menjadi tidak efektif dengan adanya belerang, timbal atai fosfor di dalam bahan bakar.

8.2 TIMBAL

Timbal merupakan unsur logam berat beracun yang mempengaruhi system saraf dan otak manusia.
Timbal juga berbahaya terhadap tumbuhan dan hewan. Tubuh menyerap timbal melalui dua cara: (1)
melalui paru-paru saat bernafas, (2) melalui pencernaan dalam makanan yang terkontaminasi timbal dan
juga melalui atmosfer.

Timbal merupakan aditif anti ketukan yang dimasukan ke dalam bahan bakar dalam bentuk tetraeti-
lead(TEL) atau tetrametil-lead (TML), dengan penambahan unsur dalam wujud bromide, untuk
meningkatkan nilai oktan bahan baakr bensin sehingga memungkinakan motor beroprasi dengan rasion
kompresi lebih tinggi dan lebih efisien. Motor modern dengan rasio kompresi tinggi tidak dapat
menggunakan bahan bakar bernilai oktan lebih rendah.

Motor dengan rasio kompresi rendah yang dirancang untuk menggunakan bahan bakar bertimbal pada
awalnya mempunyai permukaan metal lebih lunak dan pengerasan permukaan oleh timbal terjadi
selama penggunaan. Timbal di dalam bahan bakar saat terbakar mampu memperkeras ruang bakar
tanpa timbal, pengerasan permukaan tidak dapat terealisasi dan keausan yang serius dengan cepat akan
dialami. Metal yang lebih keras dan disertai perlakukan permukaan digunakan untuk motor yang
dirancang menggunakan bahan bakar tanpa timbal.

Anda mungkin juga menyukai