Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL ILMIAH

KANDUNGAN VITAMIN C SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN PADA


YOGURT ROSELA
(Hibiscuss sabdariffa L.)

OLEH
Mita Eka Fitriani
C1C 010 064

FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI


UNIVERSITAS MATARAM
2014

1
KANDUNGAN VITAMIN C SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN PADA YOGURT ROSELA
(Hibiscuss sabdariffa L.)

THE CONTENT OF VITAMIN C AS A SOURCE OF ANTIOXIDANTS IN YOGURT ROSELLA


(Hibiscuss sabdariffa L.)

Mita Eka Fitriani1, Abbas Zaini2, Djoko Kisworo3

1. Mahasiswa di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram


2. Staf Pengajar di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram
3. Staf Pengajar di Fakultas Peternakan Universitas Mataram

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak rosela
terhadap pH, total asam, vitamin C, aktifitas antioksidan dan nilai organoleptik yogurt. Materi
yang digunakan adalah susu UHT, kelopak rosela kering, susu skim, plain yogurt, fruktosa
cair, aquades, phenolphthalein 1%, NaOH 0,1 N, larutan amilum 1%, 0,01 N yodium, methanol
dan DPPH. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap untuk
parameter kimia dan Rancangan Acak Kelompok untuk parameter organoleptik. Faktor tunggal
pada penelitian ini yaitu penambahan ekstrak rosela pada level 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan
50% dengan tiga kali ulangan. Parameter yang diamati yaitu pH, total asam, vitamin C,
aktifitas antioksidan dan nilai organoleptik. Data dianalisis menggunakan Analysis of Varian
pada taraf 5%, adanya perbedaan yang nyata kemudian diuji lanjut menggunakan Uji Beda
Nyata Jujur (BNJ) pada taraf yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan
ekstrak rosela memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pH, total asam, vitamin C,
aktifitas antioksidan dan nilai organoleptik yogurt rosela. Kisaran pH yogurt rosela yaitu 3,61-
4,62, kisaran total asam yaitu 0,56-1,05%, kisaran vitamin C yaitu 2,98-4,68 mg/100gr bahan,
nilai IC50 yaitu 76,35 µg/ml dan skor kesukaan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan
yaitu tidak disukai hingga disukai.
Kata kunci: antioksidan, vitamin C, rosela, yogurt.

ABSTRACT
The aim of this research was to determine the effect of rosella extract on pH, total
acid, vitamin C, antioxidant activity and organoleptic value of yogurt. The material used were
UHT milk, dried rosella petals, skim milk, plain yogurt, liquid fructose, distilled water, 1%
phenolphthalein, 0.1 N NaOH, 1% starch solution, 0.01 N iodine, methanol and DPPH. The
experimental design used was completely randomized design for chemical parameters and
randomized block design for organoleptic parameters. Single factor in this study was the
addition of rosella extract at levels of 0%, 10%, 20%, 30%, 40% and 50% with three
replications. Parameters observed were pH, total acid, vitamin C, antioxidant activity and
organoleptic value. Data were analyzed using Analysis of Variance at 5% level, the difference
is real then further tested using the Test Honestly Significant Difference (HSD) at the same

1
level. The results showed that the addition of rosella extract give a significant influence on pH,
total acid, vitamin C, antioxidant activity and organoleptic value of yogurt rosella. The range of
pH yogurt rosella was 3.61 to 4.62, the range of total acid was 0.56 to 1.05%, the range of
vitamin C was 2.98 to 4.68 mg/100gr materials, IC50 value of 76.35 µg / ml and the range
scores of liking for color, aroma, flavor and consistency was not preferred to the preferred.
Keywords: antioxidants, vitamin C, rosella, yogurt.

PENDAHULUAN yang ada didalamnya (Mardiah, Rahayu,


Yogurt merupakan produk olahan susu Ashadi dan Sawarni, 2009). Penambahan
fermentasi yang memanfaatkan bakteri ekstrak rosela pada yogurt diharapkan
asam laktat yang terdiri dari Lactobacillus dapat menambah kandungan vitamin C
bulgaricus dan Streptococcus pada yogurt, disebabkan karena yogurt
thermophillus untuk mengubah laktosa mengandung vitamin C dalam kadar yang
menjadi asam laktat, sehingga yogurt relatif rendah (Suprihatin, 2010).
dapat lebih mudah dicerna dalam saluran Vitamin C merupakan senyawa
alat cerna bila dibandingkan dengan susu beratom karbon 6 (C6H8O6) yang bersifat
murni (Prayitno, 2006). larut dalam air. Vitamin C disintesis dari
Kandungan gizi yogurt lebih lengkap glukosa dalam hati dari semua jenis
dan jumlahnya relatif banyak dibandingkan mamalia, kecuali manusia karena tidak
dengan susu, diantaranya mengandung memiliki enzim gulonolaktone oksidase,
vitamin B kompleks, khususnya thiamin yang sangat penting untuk sintesis dari
(vitamin B1), riboflavin (vitamin B2) dan prekursor vitamin C, yaitu 2-keto-1-
beberapa asam amino penyusun protein gulonolakton (Padayatty, 2003). Vitamin C
(Budiana dan Susanto, 2005). diketahui dapat berfungsi sebagai zat
Penambahan ekstrak kelopak bunga antioksidan. Antioksidan adalah suatu
pada yogurt belum banyak diteliti. Rosela senyawa kimia yang mampu menghambat
merupakan salah satu bunga yang reaksi oksidasi, dengan cara mengikat
memiliki kelopak kaya nutrisi, sebagai radikal bebas dan molekul yang sangat
sumber vitamin C yang cukup tinggi jika reaktif sehingga kerusakan sel akan
dibandingkan dengan buah-buahan seperti dihambat.
jeruk, apel, papaya dan jambu biji. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian
Kandungan vitamin C dalam ekstrak rosela lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh
mencapai 214,68 mg per 100gr bahan. penambahan ekstrak rosela terhadap pH,
Selain itu, terdapat zat gizi penting yang total asam, jumlah vitamin C, aktivitas
terkandung di dalam rosela diantaranya antioksidan dan nilai organoleptik yogurt
adalah kalsium, niasin, riboflavin dan besi rosela.
dalam kadar yang cukup tinggi.
Kandungan kelopak rosela per 100 gr BAHAN DAN METODE
bahan, terdapat 8,98 mg zat besi, 1,12% Bahan yang digunakan pada penelitian
protein, 12% serat kasar, 113,46 mg ini yaitu susu UHT, kelopak rosela kering,
vitamin A dan masih banyak lagi nutrisi susu skim, plain yogurt, fruktosa cair,
aquades, phenolphthalein 1%, NaOH 0,1

2
N, larutan amilum 1%, 0,01 N yodium, HASIL DAN PEMBAHASAN
methanol dan DPPH, sedangkan alat yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
digunakan adalah panci, sendok, pisau, penambahan ekstrak rosella memberikan
gelas kaca, piring, baskom, kompor, pengaruh yang signifikan terhadap pH,
nampan, timbangan analitik, inkubator, total asam, vitamin C, aktifitas antioksidan
gelas ukur, pipet volume, gelas piala, pipet dan nilai organoleptik. Pembahasan lebih
tetes, tabung reaksi, botol timbang, rinci untuk seluruh parameter sebagai
erlenmeyer, alat titrasi, kertas label, sarung berikut:
tangan, labu takar, termometer, krus
Gooch, sentrifuge, pH meter, alat tulis dan pH
peralatan laboratorium lainnya. Derajat keasaman (pH) merupakan
Metode penelitian yang digunakan konsentrasi ion hidrogen yang terkandung
pada penelitian ini adalah Metode di dalam suatu larutan. Nilai purata pH
Eksperimental yang terdiri atas 6 yogurt yang diberi perlakuan penambahan
perlakuan, terdiri dari kontro atau tanpa ekstrak rosela 0%, 10%, 20%, 30%, 40%
penambahan ekstrak rosela (m0), dan 50% disajikan pada Gambar 1.
penambahan ekstrak rosela 10% (m1), 4.8 4,62 a
penambahan ekstrak rosela 20% (m2), 4.6
penambahan ekstrak rosela 30% (m3), 4,41 ab
4.4
penambahan ekstrak rosela 40% (m4), 4,19 bc
4.2
penambahan ekstrak rosela 50% (m5) 4,01 cd
pH

dengan tiga ulangan. 4


3,80 de
Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua 3.8 3,61 e
tahapan, yaitu pembuatan ekstrak rosela 3.6
dan pembuatan yogurt rosella. Prosedur 3.4
pembuatan ekstrak rosella meliputi 3.2
penambahan air, pemanasan, penyaringan 0 10 20 30 40 50
dan pendinginan. Prosedur pembuatan Level penambahan ekstrak
yogurt rosella meliputi pemanasan, rosela (%)
pendinginan, inokulasi, inkubasi,
pemanenan, pencampuran dan
pengemasan. Gambar 1. Grafik pH Yogurt dengan
Parameter yang diamati meliputi berbagai Level Penambahan Ekstrak
parameter kimia terdiri dari pH (Apriyanto, Rosela
Fardiaz, Niluh, Sedarnawati dan
Budiyanto, 1988), total asam metode titrasi Berdasarkan Gambar 1, hasil analisis
(AOAC, 1995), vitamin C metode titrasi keragaman dengan tingkat kepercayaan
(Sudarmadji, Haryono dan Suhardi, 1997) 5% menunjukkan bahwa penambahan
dan aktifitas antioksidan metode DPPH ekstrak rosela 0% memberikan pengaruh
(Molyneux, 2004), parameter organoleptik tidak berbeda nyata dengan penambahan
terdiri dari warna, aroma, rasa dan ekstrak rosela 10%, namun berbeda nyata
kekentalan metode uji hedonic dan dengan penambahan ekstrak rosela 20%,
scoring. 30%, 40% dan 50%. Terlihat pula yogurt

3
tanpa penambahan ekstrak rosela (0%) 50%) memiliki pH yang lebih rendah,
memiliki pH yang paling tinggi dengan berturut-turut yaitu 4,41, 4,19, 4,01, 3,80
tingkat keasaman paling rendah, dan 3,61 disebabkan karena penambahan
sedangkan yogurt dengan penambahan ektrak rosela menyebabkan yogurt
ekstrak rosela tertinggi (50%) memiliki pH semakin asam. Ekstrak rosela memiliki
yang paling rendah dengan tingkat nilai pH yang berkisar antara 3,87-4,32
keasaman tertinggi. Sehingga, dapat (Mardiah dkk., 2009).
dikatakan bahwa dengan penambahan
ekstrak rosela yang semakin tinggi Total Asam
menghasilkan yogurt dengan pH semakin Total asam pada pengujian ini
rendah dan menunjukkan keasaman merupakan total asam yang diperoleh dari
yogurt yang semakin tinggi. ekstrak rosela dan asam yang dihasilkan
Nilai pH yogurt tanpa penambahan oleh bakteri asam laktat yang terdiri dari
ekstrak rosela (0%) pada pengujian ini Streptococcus thermophillus dan
lebih tinggi dibandingkan dengan Lactobacillus bulgaricus. Nilai purata total
pernyataan Tamime dan Robinson (2007) asam pada yogurt yang diberi perlakuan
yang menyatakan bahwa standar penambahan ekstrak rosela 0%, 10%,
penggunaan Streptococcus thermophillus 20%, 30%, 40% dan 50% disajikan pada
dan Lactobacillus bulgaricus dengan rasio Gambar 2.
1:1 pada produk akhir yogurt menghasilkan 1.1 1,05 a
yogurt dengan pH<4.4. Selain itu, nilai pH 1
yogurt rosela pada penelitian ini lebih 0,89 ab
Total asam (%)

0.9
rendah dibandingkan dengan pH yogurt 0,78 bc
pisang pada penelitian Astuti (2007), yaitu 0.8 0,74 bc
berkisar 3,88-3,97. Hal ini disebabkan 0.7 0,62 c
karena pada pembuatan yogurt pisang,
0.6 0,56 c
digunakan kombinasi bakteri asam laktat
Streptococcus thermophillus, Lactobacillus 0.5
acidophilus, dan Lactobacillus bulgaricus. 0.4
Penggunaan bakteri asam laktat yang 0 10 20 30 40 50
berbeda pada pembuatan yogurt akan Level penambahan ekstrak
menghasilkan pH yang berbeda, karena rosela (%)
kemampuan setiap bakteri asam laktat
dalam memproduksi asam laktat berbeda-
beda. Gambar 2. Grafik Total Asam Yogurt
Yogurt tanpa penambahan ekstrak dengan berbagai Level Penambahan
rosela (0%) memiliki pH dengan kisaran Ekstrak Rosela
4,6 disebabkan karena pada pH 4,6, pH Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa
susu mendekati titik isoelektrik kasein yang penambahan ekstrak rosela 0% tidak
menyebabkan adanya penurunan muatan berbeda nyata dengan penambahan
negatif pada kasein (Horne, 1998), ekstrak rosela 10%, namun berbeda nyata
sedangkan yogurt dengan penambahan dengan penambahan ekstrak rosela 20%,
ekstrak rosela (10%, 20%, 30%, 40% dan

4
30%, 40% dan 50%. Perlakuan fase cair (Tamime dan Robinson, 2007).
penambahan ekstrak rosela 20%, 30%, Ekstrak rosela yang ditambahkan pada
40% dan 50% memiliki notasi yang sama, yogurt tidak menyumbangkan nilai asam
menunjukkan bahwa antara perlakuan laktat, namun ekstrak rosela
tersebut tidak berbeda nyata. Total asam menyumbangkan asam yang lain,
tertinggi terdapat pada perlakuan diantaranya yaitu asam sitrat, asam malat,
penambahan ekstrak rosela 50% yang asam tartrat, asam hidroksisitrat, lakton,
memiliki nilai total asam sebesar 1,05%, komponen fenol seperti asam
sedangkan total asam terendah terdapat protokatekuat, derivat flavonoid seperti
pada perlakuan penambahan ekstrak gosipetin-3-β-D-glukosida, hibisetin,
rosela 0% yang memiliki nilai total asam delfinidin dan sabdaretin (Marderosian,
sebesar 0,56%. Oleh karena itu, dapat 2002).
dikatakan bahwa penambahan ekstrak
rosela yang semakin tinggi menyebabkan Vitamin C
total asam pada yogurt semakin Vitamin C atau asam askorbat
meningkat, seiring dengan nilai pH yang merupakan salah satu vitamin yang larut
semakin menurun. Nilai total asam yang dalam air. Nilai purata vitamin C pada
diperoleh pada pengujian ini sesuai yogurt yang diberi perlakuan penambahan
dengan nilai total asam yang tercantum ekstrak rosela 0%, 10%, 20%, 30%, 40%
pada SNI 2981 2009 yaitu berkisar antara dan 50% disajikan pada Gambar 3.
0,5-2,0%. 5.00
Asam yang dihasilkan oleh 4,68 a
Jumlah vit C (mg/100gr bahan)

4,58 a
Streptococcus thermophillus dan 4.50 4,25 ab
Lactobacillus bulgaricus yaitu asam laktat.
3,94 ab
Asam laktat adalah metabolit primer yang 4.00
dihasilkan pada proses fermentasi yogurt. 3,51 b
Metabolit primer merupakan senyawa 3.50
kimia yang dihasilkan oleh mikroba dan 2,98 b
dibutuhkan oleh mikroba tersebut untuk 3.00
pertumbuhannya (Rahman, 1989). Asam
laktat sangat penting ketika proses 2.50
pembuatan yogurt karena beberapa 0 10 20 30 40 50
alasan. Pertama, asam laktat membantu Level penambahan ekstrak
dalam koagulasi kasein pada pH 4,6 ± 4,7, rosela (%)
sehingga terbentuknya gel pada yogurt.
Kedua, asam laktat memberikan rasa khas
pada yogurt, yaitu rasa asam. Asam laktat Gambar 3. Grafik Jumlah Vitamin C Yogurt
terbentuk oleh bakteri asam laktat yaitu dengan berbagai Level Penambahan
dengan membentuk misel kalsium pada pH Ekstrak Rosela
4,6-4,7 karena adanya ion divalent Berdasarkan Gambar 3, diperoleh
(kalsium dan magnesium), kemudian bahwa penambahan ekstrak rosela 0%
kasein membentuk jaringan tiga dimensi tidak berbeda nyata dengan penambahan
yang menghambat susu kembali menuju

5
ekstrak rosela 10%, 20% dan 30%, namun Nilai purata persen inhibisi pada yogurt
berbeda nyata dengan penambahan yang diberi perlakuan penambahan ekstrak
ekstrak rosela 40% dan 50%. Jumlah rosela 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%
vitamin C terendah terdapat pada yogurt disajikan pada Gambar 4.
tanpa penambahan ekstrak rosela (0%), 45
sedangkan jumlah vitamin C tertinggi 40
39,16 a
terdapat pada penambahan ekstrak rosela

Persen Inhibisi (%)


35 27,3431,14 a
50%.
30 22,19 ab
Menurut USDA (2013), yogurt tanpa
25 ab
penambahan ekstrak rosela memiliki 17,93 b
kandungan vitamin C yang rendah, yaitu 2 20
14,47 b
mg per 8 ons (227gr), disebabkan karena 15
adanya kelebihan oksigen terlarut pada 10
yogurt yang secara signifikan dapat 5
menurunkan kadar vitamin, diantaranya 0
yaitu vitamin C, B6, B12 dan asam folat 0 10 20 30 40 50
(Tamime dan Robinson, 2007). Shahani, Level penambahan ekstrak
Reddy dan Joe (1974) mengungkapkan rosela (%)
bahwa bakteri asam laktat memanfaatkan
beberapa vitamin yang terkandung pada
susu selama proses fermentasi untuk Gambar 4. Grafik Persen Inhibisi Yogurt
memenuhi kebutuhan pertumbuhan yang dengan berbagai Level Penambahan
berpengaruh pada penurunan vitamin Ekstrak Rosela
pada yogurt, sehingga penambahan Berdasarkan Gambar 4, analisis
ekstrak rosela dapat meningkatkan ragam menggunakan BNJ pada taraf 5%,
kandungan vitamin C pada yogurt. Terlihat diperoleh bahwa penambahan ekstrak
bahwa semakin besar penambahan rosela 0% memiliki persen inhibisi yang
ekstrak rosela, maka kandungan vitamin C tidak berbeda nyata dengan penambahan
pada yogurt semakin meningkat, hal ini ekstrak rosela10%, 20% dan 30%, namun
dikarenakan ekstrak rosela mengandung berbeda nyata dengan penambahan
214,68 mg per 100 gr bahan (Mardiah ekstrak rosela 40% dan 50%.
dkk., 2009).

Aktifitas Antioksidan
Persen inhibisi merupakan
kemampuan suatu zat antioksidan dalam
menghambat radikal bebas yang dihitung
dalam persen. Antioksidan adalah
senyawa kimia yang dapat menghambat
reaksi oksidasi dengan cara mengikat
radikal bebas dan molekul yang reaktif,
sehingga kerusakan sel dapat dihambat
(Andayani, Yovita dan Maimunah, 2008).

6
45 antioksidan. Antioksidan secara mendasar
40 dibagi menjadi dua, yaitu antioksidan
Persen Inhibisi (%)
y = 0.4807x + 13.355
35 R² = 0.9822 sintesis dan antioksidan alami, ekstrak
30 rosela merupakan sumber antioksidan
25 alami, diantaranya yaitu pigmen antosianin
20 dan vitamin C. Kandungan vitamin C dan
15
antosianin yang tinggi merupakan sumber
10
5 antioksidan alami yang sangat efektif
0 dalam menangkal berbagai radikal bebas
0 20 40 60 penyebab kanker dan berbagai penyakit
Level Penambahan Ekstrak lainnya (Mardiah dkk., 2009). Tee, Yusof
Rosela (%) dan Mohamed (2002) menyatakan bahwa
aktifitas antioksidan pada ekstrak rosela
lebih kuat dibandingkan dengan tokoferol
Gambar 5. Grafik Hasil Perhitungan dan BHA (Butylated Hydroxyanisole).
Regresi Kurva Yogurt Rosela Data hasil pengujian aktifitas
antioksidan dalam persen inhibisi
Berdasarkan hasil perhitungan regresi
dilakukan untuk mendapatkan nilai IC50,
kurva yogurt rosela pada Gambar 5,
yaitu konsentrasi yang diperlukan
diperoleh persamaan garis y = 0,480x +
antioksidan untuk menangkap 50% radikal
13,35 dengan koefisien korelasi (R2)
DPPH. Nilai IC50 didapat dari perhitungan
sebesar 0,982. Dari hasil tersebut dapat
nilai y pada Gambar 9 yang disetarakan
dikatakan bahwa terdapat korelasi yang
dengan nilai 50. Menurut Ariyanto dalam
positif antara level penambahan ekstrak
Armala (2009), tingkat kekuatan
rosela dengan persen inhibisi. Artinya,
antioksidan senyawa uji menggunakan
dengan meningkatnya level penambahan
metode DPPH dapat digolongkan menurut
ekstrak rosela, maka persen inhibisi juga
IC50 menjadi empat golongan, yaitu
akan meningkat. Hal ini berarti bahwa
intensitas sangat kuat dengan nilai IC50<50
terdapat 98,2% data yang memiliki
µg/mL, intensitas kuat dengan nilai IC50
hubungan linier.
berkisar 50-100 µg/mL, intensitas sedang
Penentuan aktifitas antioksidan
dengan nilai IC50 berkisar 101-150 µg/mL
dilakukan dengan menggunakan metode
dan intensitas lemah dengan nilai IC50>150
DPPH (2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl).
µg/mL. Nilai IC50 yogurt ekstrak rosela
DPPH adalah bubuk kristal berwarna gelap
yaitu 76,35 µg/mL, artinya tingkat
terdiri dari molekul radikal bebas yang
kekuatan antioksidan yogurt ekstrak rosela
stabil, mempunyai berat molekul 394,32
dengan metode DPPH memiliki intensitas
dengan rumus molekul C18H12N5O6, larut
yang kuat, sedangkan nilai IC50 vitamin C
dalam air (Molyneux, 2004). Nilai persen
yang menjadi kurva standar pada
inhibisi pada pengujian ini semakin tinggi
penelitian ini yaitu sebesar 16,12 µg/mL,
seiring dengan penambahan ekstrak rosela
artinya tingkat kekuatan antioksidan
yang semakin tinggi. Hal ini disebabkan
vitamin C dengan metode DPPH memiliki
karena ekstrak rosela mengandung
intensitas yang sangat kuat.
senyawa kimia yang berperan sebagai

7
Warna kesukaan panelis. Yogurt tanpa
Warna merupakan salah satu indikator penambahan ekstrak rosela (0%) memiliki
dalam menentukan tingkat kesukaan warna dasar yaitu krem muda. Warna ini
panelis terhadap yogurt yang ditambah terbentuk karena merupakan warna susu
ekstrak rosela. Nilai purata parameter yang telah difermentasi. Menurut Tamime
warna dengan metode hedonic dan scoring dan Robinson (2007), peningkatan warna
pada yogurt yang diberi perlakuan menjadi lebih putih pada yogurt
penambahan ekstrak rosela 0%, 10%, disebabkan karena adanya peningkatan
20%, 30%, 40% dan 50% disajikan pada jumlah globula lemak yang mempengaruhi
Gambar 6. cahaya refleksi dan hamburan ketika
4.5 a Uji hedonic proses homogenisasi berlangsung.
4 a Tingkat kesukaan panelis tertinggi
Uji scoring
terhadap warna yogurt adalah yogurt
3.5
b a abb dengan penambahan ekstrak rosela 50%,
3 abc bcd yaitu yogurt dengan warna merah. Warna
Warna

2.5 cd
c d merah pada yogurt disebabkan karena
2 c adanya pigmen warna yang ditimbulkan
1.5 akibat penambahan ekstrak rosela yang
1 berwarna merah. Pigmen yang
0.5 menyebabkan warna merah pada rosela
0 yaitu pigmen antosianin yang membentuk
0% 10% 20% 30% 40% 50% flavonoid, memiliki fungsi sebagai
Level penambahan ekstrak antioksidan. Antosianin pada rosela
rosela (%) berada dalam bentuk glukosida yang terdiri
dari cyaniding-3-sambubioside,
delphinidin-3-glucose dan dhelphinidin-3-
Gambar 6. Grafik Tingkat Kesukaan sambubioside (Mardiah dkk., 2009).
Panelis dan Tingkat Skor terhadap Warna Labatut (1989) mengungkapkan bahwa
Yogurt dengan berbagai Level flavonoid dari rosela telah digunakan untuk
Penambahan Ekstrak Rosela mengintensifkan warna-warna alami sari
buah untuk yogurt.
Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa
tingkat kesukaan panelis terhadap warna Aroma
yogurt ekstrak rosela memberikan Berdasarkan SNI 2981 2009, yogurt
pengaruh yang berbeda nyata pada memiliki aroma khas yogurt. Berikut nilai
berbagai level penambahan ekstrak rosela. purata parameter aroma dengan metode
Skala tingkat kesukaan panelis terhadap Hedonic dan Scoring pada yogurt yang
warna yogurt berkisar antara 2,1-2,91, diberi perlakuan penambahan ekstrak
yaitu suka, sedangkan berdasarkan tingkat rosela 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%
skor, skor warna berkisar antara 1,72-4,12, disajikan pada Gambar 7.
yaitu krem muda hingga merah.
Semakin rendah skala nilai pada uji
hedonic, maka semakin tinggi tingkat

8
Uji hedonic dan penambahan stabilisator berupa pati
a dan pektin, sedangkan Tamime dan
3.5 Uji scoring
a
a
Robinson (2007) mengungkapkan bahwa
3 ab ab ab aroma pada yogurt pada dasarnya
b b b b
2.5 b b disebabkan karena produksi asam non-
volatil, asam volatil dan senyawa karbonil.
Aroma

2
Asam non-volatil terdiri dari laktat, piruvat,
1.5
oxalat atau siksinat. Asam volatil terdiri dari
1 asetat, propionate, atau butirat.
0.5 Sedangkan komponen karbonil terdiri dari
0 asetaldehida, aseton dan diasetil.
0% 10% 20% 30% 40% 50%
Level penambahan ekstrak Rasa
rosela (%) Nilai purata parameter rasa dengan
metode Hedonic dan Scoring pada yogurt
yang diberi perlakuan penambahan ekstrak
Gambar 7. Grafik Tingkat Kesukaan rosela 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%
Panelis dan Tingkat Skor terhadap Aroma disajikan pada Gambar 12.
Yogurt dengan berbagai Level Uji hedonic
4.5
Penambahan Ekstrak Rosela a Uji scoring
4 a a
Berdasarkan Gambar 7, dapat dilihat 3.5 b
bahwa penambahan ekstrak rosela dengan 3 b b
b
berbagai level penambahan memberikan 2.5 c b
Rasa

c
pengaruh pada tingkat kesukaan yang 2 c
c
berbeda nyata terhadap aroma yogurt, hal 1.5
ini kemungkinan disebabkan karena 1
penambahan rosela memiliki rentang nilai 0.5
yang tinggi, yaitu 0%, 10%, 20%, 30%, 0
40% dan 50%. Skala tingkat kesukaan 0% 10% 20% 30% 40% 50%
panelis terhadap aroma adalah 2,43-2,85
Level penambahan ekstrak
yaitu suka, sedangkan skor aroma berkisar rosela (%)
antara 2,5-3,29, yaitu agak khas yogurt
dan tidak berbau.
Aroma pada yogurt ditimbulkan oleh Gambar 8. Grafik Tingkat Kesukaan
aroma susu yang difermentasi oleh bakteri Panelis dan Tingkat Skor terhadap Rasa
asam laktat dan aroma yang berasal dari Yogurt dengan berbagai Level
ekstrak rosela. Decourcelle, Lubbers, Penambahan Ekstrak Rosela
Vallet, Rondeau dan Guichard (2004)
menyatakan bahwa aroma dapat timbul Berdasarkan Gambar 8, terlihat bahwa
pada yogurt karena adanya penambahan penambahan ekstrak rosela dengan
pemanis berupa fruktosa, fructo- berbagai level penambahan memberikan
oligosakarida, aspartame dan acesulfame pengaruh yang berbeda nyata terhadap

9
rasa yogurt. Skala tingkat kesukaan yogurt. Tramer (1973) mengungkapkan
panelis terhadap rasa adalah 2,02-3,53 bahwa penurunan rasa asam pada yogurt
yaitu suka hingga mendekati tidak suka, disebabkan karena adanya pengurangan
sedangkan skor rasa berkisar antara 1,47- produksi asam oleh Streptococcus
3,81, yaitu asam hingga mendekati agak thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus
manis. akibat dari penambahan pemanis pada
Tingkat kesukaan panelis tertinggi yogurt yang semakin meningkat.
terhadap rasa yogurt adalah yogurt
dengan penambahan ekstrak rosela 0%, Kekentalan
yang disusul oleh penambahan ekstrak Nilai purata parameter kekentalan
rosela 10 % dan yang paling tidak disukai dengan metode Hedonic dan Scoring pada
yaitu penambahan ekstrak rosela 50%. Hal yogurt yang diberi perlakuan penambahan
ini terjadi diakibatkan oleh panelis yang ekstrak rosela 0%, 10%, 20%, 30%, 40%
kurang menyukai yogurt dengan rasa dan 50% disajikan pada Gambar 9.
asam. Berdasarkan SNI 2981 2009, syarat Uji hedonic
mutu yogurt yaitu memiliki rasa asam. Oleh
Uji scoring
karena itu, penambahan ekstrak rosela 4 d
50% pada yogurt mampu memenuhi syarat 3.5
cd a
bcd ab
mutu yogurt. 3 bcbc b
cdab
Kekentalan

Tamime dan Robinson (2007) 2.5 d


a
mengungkapkan bahwa rasa yang tercipta 2
pada yogurt tanpa penambahan ekstrak 1.5
rosela merupakan hasil dari reaksi biokimia 1
yang kompleks akibat adanya aktivitas 0.5
mikroba dan rasa dasar susu yang 0
bervariasi, selain itu rasa khas yogurt 0% 10% 20% 30% 40% 50%
disebabkan karena adanya asam laktat. Level penambahan ekstrak
Rasa asam pada yogurt yang ditambahkan rosela (%)
ekstrak rosela 10%, 20%, 30%, 40% dan
50% disebabkan karena ekstrak rosela
memiliki rasa dasar yang asam. Maka, Gambar 9. Grafik Tingkat Kesukaan
semakin tinggi level penambahan ekstrak Panelis terhadap Kekentalan Yogurt
rosela, rasa yogurt akan semakin asam. dengan berbagai Level Penambahan
Selain timbul rasa asam, penambahan Ekstrak Rosela
ekstrak rosela 0% hingga 50% juga
menghasilkan rasa manis, meskipun dalam Berdasarkan Gambar 9, terlihat bahwa
kadar yang berbeda. Rasa manis yang tingkat kesukaan panelis terhadap
timbul pada yogurt disebabkan karena kekentalan yogurt ekstrak rosela
adanya penambahan fruktosa cair. memberikan pengaruh yang berbeda nyata
Fruktosa merupakan pemanis alami yang pada berbagai konsentrasi ekstrak rosela.
dapat ditemukan pada buah dan Skala tingkat kesukaan panelis terhadap
merupakan pemanis yang dapat kekentalan yogurt berkisar antara 2,27-
digunakan pada proses pengolahan 3,37, yaitu suka hingga netral, sedangkan

10
skor kekentalan berkisar antara 1,97-3,76, Petunjuk Laboratorium Analisis
yaitu kental hingga mendekati encer. Pangan. IPB Press. Bogor.Armala,
Tingkat kekentalan yogurt tertinggi M.M., 2009. Daya Antioksidan Fraksi
terdapat pada yogurt dengan penambahan Air Ekstrak Herba Kenikir (Cosmos
ekstrak rosela 0% disebabkan oleh adanya caudatus H.B.K.) dan Profil KLT,
pengurangan ukuran globul lemak dan Skripsi, 39, Fakultas Farmasi
peningkatan adsorpsi ke misel kasein yang Universitas Islam Indonesia,
meningkatkan total efektif volume materi Yogyakarta.
yogurt ketika proses homogenisasi
berlangsung (Tamime dan Robinson, Astuti, I.P., 2007. Pengaruh Penambahan
2007), sedangkan kekentalan menurun Buah Pisang Pada Proses Pembuatan
pada yogurt yang ditambahkan ekstrak Yogurt Terhadap pH, Gula Pereduksi,
rosela, disebabkan karena ekstrak rosela Kadar Pati dan Kesukaan Yogurt.
menyebabkan yogurt menjadi lebih cair. Abstrak Skripsi S1 . Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro
KESIMPULAN DAN SARAN Semarang.
Kesimpulan
Budiana, N.S dan Susanto, D., 2005. Susu
Berdasarkan sifat kimia, penambahan
Kambing. Penebar Swadaya. Jakarta
ekstrak rosela 50% pada yogurt
merupakan perlakuan terbaik karena Decourcelle, N., Lubbers, S. Vallet, N.,
mengandung jumlah vitamin C dan aktifitas Rondeau, P. dan Guichard, E., 2004.
antioksidan tertinggi dibandingkan dengan International Dairy Journal, 14, 783.
penambahan ekstrak rosela pada level 0%,
10%, 20%, 30% dan 40%. Namun, bila Horne, D.S., 1998. Casein interactions:
dilihat dari mutu organoleptik, penambahan Casting light on the Black Boxes, the
ekstrak rosela 0% merupakan perlakuan structure in dairy products. Int. Dairy J.
terbaik karena paling disukai oleh panelis. 8:171-177.

Saran Labatut, M.L., 1989. In Food Ingredients


Perlu dilakukan penelitian lebih Europe, Expoconsult Publishers,
lanjut mengenai pengaruh penambahan Maarssen, pp. 85±88.
ekstrak rosela terhadap sifat mikrobiologis
dan kimia yang terdiri dari kandungan Marderosian, A.D., dan Beutler, J.A., 2002.
nutrisi yang ada di dalam yogurt rosela. The review of natural roducts the most
complete source of natural product
DAFTAR PUSTAKA information. 2nd edition. Facts and
AOAC, 1995. Official Methods of Analysis Comparisons, Missouri.
of the Association of Official Analytical Mardiah, Rahayu, Ashadi dan Sawarni.,
Chemistry. AOAC Inc, Washington, D. 2009. Budi Daya dan Pengolahan
C. Rosela. PT Agromedia Pustaka.
Apriyanto, A.D., Fardiaz, P., Niluh, Jakarta Selatan.
Sedarnawati dan Budiyanto,. 1988,

11
Molyneux, P., 2004. The use of the stable system. Nutrition & Food Science.
free radical diphenylpicryl-hydrazyl 2002 32 (1 ):190-6. MCBUP Ltd.
(DPPH) for estimating antioxidant
activity. Songklanakarin J. Sci. Tramer, J., 1973. Journal of the Society of
Technol. 2004, 26, 211–219. Dairy Technology, 26, 16.

Padayatty S.J., Katz A, Wang Y. Eck P, USDA, 2013. Nutrient Values of foods.
Kwon O, Lee J.H., Chen S., Corp C., http://ndb.nal.usda.gov [30 September
Dutta A., Dutta S.K. dan Levine M. 2013]
Vitamin C as an antioxidant: evaluation
of its role in diseas prevention. J Am
Coll Nutr. 2003 Feb, 22(1): 18-35.
Prayitno, 2006. Kadar Asam Laktat dan
Laktosa Yogurt Hasil Fermentasi
Menggunakan Berbagai Rasio Jumlah
Sel Bakteri dan Persentase Starter.
Journal of Animal Product. No. 2. Vol.
VIII : 131-136
Rahman, A. 1989. Pengantar Teknologi
Fermentasi. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. IPB. Bogor
SNI, 2009. Yogurt.
http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_m
ain/sni/dl_aja/2984 [ 30 Oktober 2013]
Sudarmadji, S., Haryono B., dan Suhardi,
1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi.
http://eprints.upnjatim.ac.id/3161/2/fer
mentasi.pdf [26 September 2013]
Tamime dan Robinson. 2007. Science and
technology third edition. Cambridge
England. CRC Press
Tee P, Yusof S, Mohamed S. Antioxidative
properties of roselle (Hibiscus
sabdariffa L.) in linoleic acid model

12

Anda mungkin juga menyukai