ID Konservasi Hutan Mangrove Di Pesisir Pan PDF
ID Konservasi Hutan Mangrove Di Pesisir Pan PDF
488
Ilham dkk (2016). Konservasi Hutan mangrove di Pesisir Pantai Kota Ternate
Terintegrasi dengan Kurikulum Sekolah
ISSN :2301-4678
Jurnal BIOeduKASI
Vol 4 No (2) Maret 2016
488
Ilham dkk (2016). Konservasi Hutan mangrove di Pesisir Pantai Kota Ternate
Terintegrasi dengan Kurikulum Sekolah
ISSN :2301-4678
Jurnal BIOeduKASI
Vol 4 No (2) Maret 2016
berlumpur, berpasir atau lumpur pasir, hutan adalah tipe hutan yang tumbuh di daerah
mangrove tersebut merupakan tipe hutan pasang surut (terutama pada pantai yang
yang khas, untuk daerah pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang
berlumpur dan airnya tenang (Eko, 2011). tergenang pasang dan bebas genangan pada
Mangrove tumbuh optimal diwilayah pesisir saat surut yang komunitas tumbuhannya
muara sungai besar dan delta yang alirannya bertoleransi terhadap garam.Sedangkan
banyak mengandung lumpur. Sedangkan ekosistem mangrove merupakan suatu
yang tidak terdapat muara sungai, vegetasi ekosistem yang terdiri atas organisme
mangrove pertumbuhannya tidak optimal. (hewan dan tumbuhan) yang berinteraksi
Mangrove sulit tumbuh di daerah yang terjal dengan faktor lingkungannya didalam suatu
dan berombak besar dengan arus pasang habitat mangrove (Sofian, ea.al. 2012).
surut yang kuat, karena kondisi ini tidak Kota Ternate merupakan sebuah
memungkinkan terjadinya pengendapan kota “Tua” dengan wilayah relatif kecil
lumpur, serta substrat yang diperlukan untuk terletak di bagian timur wilayah Indonesia.
pertumbuhannya (Dahuri, 2001). Sebagai daerah kepulauan,wilayah Kota
Mangrove mempunyai sejumlah Ternate dikelilingi oleh lautan dengan letak
bentuk khusus yang memungkinkan untuk geografisnya berada pada posisi 00 samapai
hidup diperairan yang dangkal yaitu berakar 20 Lintang utara (Northem Latitude) serta
pendek, menyebar luas dengan akar 1260 sampai1280 Bujur timur (Eastem
penyangga, atau ujung akarnya yang khusus Longitude). Kota Ternate terdiri dari 8
tumbuh dari batang atau dahan. Hutan pulau, 5 pulau berpenghuni serta 3 pulau
mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan tidak berpenghuni dengan luas daratan
yang tumbuh disepanjang garis pantai tropis 250,80 Km2 sementara lautannya 5,547,55
sampai sub-tropis yang memiliki fungsi Km2 . Dari luas wilayah tersebut sebagian
istimewa disuatu lingkungan yang besar masyarakatnya (75%) bermukim pada
mengandung garam dan bentuk lahan kawasan pesisir dan ada sebagian pula yang
berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob hidup di daerah pedalaman. Penyebaran
(Kathiresan, 2010). Vegetasi mangrove penduduk yang tidak merata ini
termasuk ekosistem pantai atau komunitas menyebabkan wilayah yang lebih banyak
dangkal yang sangat menarik, yang terdapat dimanfaatkan adalah wilayah pesisir pantai,
pada perairan tropik atau subtropik. karena masyarakat yang hidup di daerah
Vegetasi mangrove merupakan ekosistem pesisir pantai memiliki mata pencaharian
yang lebih spesifik, jika dibandingkan sebagai nelayan, sedangkan yang hidup di
dengan ekosistem lainnya karena daerah pedalaman umumnya mereka
mempunyai vegetasi yang agak seragam, berkebun (Statistik, 2010).
serta mempunyai tajuk yang rata, tidak Pengembangan pembangunan
mempunyai lapisan tajuk dengan bentuk dibidang kelautan pada daerah ini sangat
yang khas (Bengen, 2002). Hutan mangrove diprioritaskan karena sebagian besar
489
Ilham dkk (2016). Konservasi Hutan mangrove di Pesisir Pantai Kota Ternate
Terintegrasi dengan Kurikulum Sekolah
ISSN :2301-4678
Jurnal BIOeduKASI
Vol 4 No (2) Maret 2016
490
Ilham dkk (2016). Konservasi Hutan mangrove di Pesisir Pantai Kota Ternate
Terintegrasi dengan Kurikulum Sekolah
ISSN :2301-4678
Jurnal BIOeduKASI
Vol 4 No (2) Maret 2016
491
Ilham dkk (2016). Konservasi Hutan mangrove di Pesisir Pantai Kota Ternate
Terintegrasi dengan Kurikulum Sekolah
ISSN :2301-4678
Jurnal BIOeduKASI
Vol 4 No (2) Maret 2016
bahan limbah hasil pencemaran industri dan mangrove yang cukup memprihatinkan.
kapal-kapal di lautan. Kerusakan tersebut terutama disebabkan
Fungsi biologi hutan mangrove adalah oleh adanya kegiatan di lingkungan
sebagai penghasil bahan pelapukan yang mangrove, seperti perubahan hutan
merupakan sumber makanan penting bagi mangrove menjadi penggunaan lain
invertebrata kecil pemakan bahan pelapukan (tambak, pemukiman, dan lain-lain),
(detritus), yang kemudian berperan sebagai pencemaran lingkungan (minyak, sampah,
sumber makanan bagi hewan yang lebih dan lain-lain), atau kegiatan lain tanpa
besar, sebagai kawasan pemijah ataua memperhatikan kelestariannya. Savitri,
asuhan (nursery ground) bagi udang, ikan, Khazali (1999) menjelaskan, penebangan
kepiting, kerang, dan sebagainya, yang hutan mangrove secara besar-besaran untuk
setelah dewasa akan kembali lepas ke dikonversikan menjadi usaha pertambakan
pantai, sebagai kawasan untuk berlindung, dapat menyebabkan terputusnya siklus
bersarang, serta berkembang biak bagi hidup sumberdaya ikan dan udang di
burung dan satwa lain, sebagai sumber sekitarnya.Berkurangnya ikan dan udang di
plasma nutfah dan genetika, sebagai habitat daerah ini berarti mengurangipendapatan
alami bagi berbagai jenis biota darat dan nelayan-nelayan kecil yang biasanya
laut lainya.Fungsi ekonomi hutan mangrove beroperasi di sekitar pantai, penyudu udang,
adalah penghasil kayu, misalnya kayu bakar, pencari kepiting dan penjala ikan.
arang, serta kayu untuk bahan bangunan dan Hutan mangrove memiliki banyak
perabot rumah tangga, penghasil bahan baku fungsi, selain manfaat yang langsungsecara
industri, misalnya pulp, kertas, tekstil, nyata dirasakan oleh masyarakat danbahkan
makanan, obat-obatan, alkohol, penyamak menjadi sumber penghidupan ekonomi
kulit, kosmetik, dan zat pewarna, penghasil seperti kayu dan pohon, ikan, kepiting,dan
bibit ikan, udang, kerang, kepiting, telur lain sebagainya juga manfaat tidak langsung
burung madu. Fungsi lain (wanawisata) penahan abrasi dan tempat ikan bertelur dan
hutan mangrove adalahsebagai kawasan memijah. Namun, seiring dengan
wisata alami pantai dengan keindahan meningkatnya aktivitas masyarakat di
vegetasi satwa, serta berperahu di sekitar wilayah pesisir dan kebutuhan yang yang
mangrove, sebagai tempat pendidikan, tinggi menyebabkan hutan mangrove
konservasi, dan penelitian.Ekosistem mengalami tekanan yang dapat mengancam
mangrove memiliki berbagai potensi keberadaan dan fungsinya. Kondisi tersebut
manfaat baik langsung maupun tidak pada akhirnya dapat merugikan manusia dan
langsung. Hutan mangrove juga merupakan alam karena terkait dengan berkurangnya
sumber bahan baku berbagai jenis industri fungsi-fungsi baik ekologis maupun
dan habitat berbagai jenis fauna (Zaitunah, ekonomi dan fungsi lainnya (Saparinto,
2005). Namun kenyataan di lapangan 2007)
menunjukkan adanya kerusakan hutan
492
Ilham dkk (2016). Konservasi Hutan mangrove di Pesisir Pantai Kota Ternate
Terintegrasi dengan Kurikulum Sekolah
ISSN :2301-4678
Jurnal BIOeduKASI
Vol 4 No (2) Maret 2016
493
Ilham dkk (2016). Konservasi Hutan mangrove di Pesisir Pantai Kota Ternate
Terintegrasi dengan Kurikulum Sekolah
ISSN :2301-4678
Jurnal BIOeduKASI
Vol 4 No (2) Maret 2016
dokumentar atau membuat kliping dan masyarakat enggan untuk merusak hutan
didiskusikan dalam kelas. (2) Wawancara. Guru mangrove yang telah mereka tanam,
mengajak siswa untuk mewawancarai ahli atau sekalipun tidak ada yang mengawasinya;
masyarakat mengenai kerusakan mangrove di karena masyarakat sadar bahwa kayu yang
tempat tinggalnya. (3) Wisata belajar. Mengajak
mereka potong tersebut sebenarnya adalah
siswa ke hutan mangrove, kemudian hasilnya
milik mereka bersama. Tugas pemerintah
dibuat karya ilmiah atau cerita yang berupa
hanyalah memberikan pengarahan secara
gambar, komik atau puisi.
Selain dari dua metode tersebut perlu umum dalam pemanfaatan hutan mangrove
dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan, sebab tanpa arahan
dengan menggunakan pendekatan Buttom Up yang jelas nantinya akan terjadi konflik
.Menurut Sudarmadji (2001) kepentingan dalam pengelolaan dalam
pendekatan Buttom Up dilakukan untuk jangka panjang. Dari sini nampak bahwa
memulihkan hutan mangrove yang telah pendekatan bottom up relatif lebih baik jika
rusak dengan melibatkan masyarakat. dibandingkan dengan pendekatan top down
Masyarakat merasa mempunyai andil dalam dalam pelaksanan pemulihan ekosistem,
upaya rehabilitasi hutan mangrove tersebut, selain itu “pemerintah atau pemilik modal”
sehingga status mereka akan berubah, yaitu tidak terlalu berat melakukannya, karena
bukan sebagai kuli lagi melainkan ikut masyarakat dapat berlaku aktif pada proses
memilikinya. Dari sini akan tergambar pelaksanaan pemulihan tersebut, dan pada
andaikata ada sekelompok orang yang masyarakat pesisir akan timbul rasa ikut
bukan anggota masyarakat yang ikut memiliki terhadap hutan mangrove yang
menaman hutan mangrove tersebut ingin telah berhasil mereka hijaukan. Dengan
memotong sebatang tumbuhan mangrove demikian pelaksanaan suatu proyek dengan
saja, maka mereka tentu akan ramai- ramai pendekatan bottom up atau menumbuhkan
mencegah atau mengingatkan bahwa adanya partisipasi dari anggota masyarakat
mereka menebang pohon tanpa ijin. Ini ini juga sekaligus merupakan proses
merupakan salah satu contoh kasus kecil pendidikan pada masyarakat secara tidak
dalam perusakan hutan mangrove yang telah langsung (Sudarmadji, 2001).
dihijaukan, kemudian dirusak oleh anggota
KESIMPULAN DAN SARAN
masyarakat lainnya yang bukan anggota
a. Kesimpulan
kelompoknya. Pelaksanaan rehabilitasi
Kerusakan hutan mangrove di Kota
hutan mangrove dengan penekanan pada
Ternate Provinsi Maluku Utara saat ini
pemberdayaan masyarakat setempat ini
sudah sangat menghakwatirkan, sehingga
biasa dikenal dengan istilah pendekatan
Pemerintah Daerah, dan Dinas terkait perlu
bottom- up.
melakukan tindakan nyata untuk
Hasil dari kegiatan dengan
menyelamatkan hutan mangrove yang masih
pendekatan bottom up ini akan menjadikan
tersisa. Perlu dilakukan upaya rehabilitasi
494
Ilham dkk (2016). Konservasi Hutan mangrove di Pesisir Pantai Kota Ternate
Terintegrasi dengan Kurikulum Sekolah
ISSN :2301-4678
Jurnal BIOeduKASI
Vol 4 No (2) Maret 2016
maupun SMA, agar mereka juga tahu akan Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2007.
Pemetaan Luasan Hutan Daerah Pesisir di
pentingnya lingkungan khususnya Kota Ternate.
mangrove yang berperan penting bagi
Eko P. 2011.Hutan
kehidupan laut dan pesisir, sehingga Mangrove.http://www.lablink.or.id/eko/
menumbuhkan rasa cinta dan mereka mau wetland/lhbs-mangrove.htm
memelihara serta melakukan upaya
Gunarto, 2004. Konservasi Mangrove
sebagai Pendukung Sumber Hayati
495
Ilham dkk (2016). Konservasi Hutan mangrove di Pesisir Pantai Kota Ternate
Terintegrasi dengan Kurikulum Sekolah
ISSN :2301-4678
Jurnal BIOeduKASI
Vol 4 No (2) Maret 2016
496