PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengetahuan pasien Hipertensi tentang penyakit yang dideritanya
di Puskesmas Nanggalo Padang periode April-Mei 2016.
3. Tujuan Kegiatan
Tujuan Umum
Diketahuinya tingkat pengetahuan pasien Hipertensi tentang penyakit
yang dideritanya.
Tujuan Khusus
1. Diketahuinya tingkat pengetahuan pasien Hipertensi sebelum
diberikan konseling tentang etiologi, gejala, faktor resiko, komplikasi,
pencegahan, dan pengobatan.
2. Diketahuinya tingkat pengetahuan pasien Hipertensi sesudah
diberikan konseling tentang etiologi, gejala, faktor resiko, komplikasi,
pencegahan, dan pengobatan.
3. Diketahuinya gambaran tekanan darah pasein Hipertensi sebelum
diberikan konseling.
4. Diketahuinya gambaran tekanan darah pasein Hipertensi sesudah
diberikan konseling.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi
melalui panca Indera (Notoatmodjo, 2007:139)
2.1.2 Sikap
1. Penegetahuan
Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus. Sikap elum berupa tindakan, tetapi baru
bisa ditafsirkan (Notoatmodjo, 2007:142)
2.2 HIPERTENSI
2.2.1 Definisi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatugangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi
sering kali disebut sebagai Silent Killer, karena termasuk penyakit yang
mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya (Lanny Sustrani, dkk, 2004).
2.2.2 Epidemiologi
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang
cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat.Pada umumnya, terjadi pada
manusia yang setengah umur (lebih dari 40 tahun. Boedi Darmoyo dalam
penelitiannya menemukan bahwa antara 1,8% -28,6% penduduk dewasa adalah
penderita hipertensi.
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan antara 15-20%. Pada
usia setengah baya dan muda, hipertensi ini lebih banyak menyerang pria
daripada wanita. Pada golongan umum 55 -64 tahun, penderita hipertensi pada
pria dan wanita sama banyak. Pada usia 65 tahun ke atas, penderita hipertensi
wanita lebih banyak daripada pria. Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa
tingginya tekanan darah berhubungan erat dengan kejadian penyakit
jantung.Sehingga, pengamatan pada populasi menunjukkan bahwa penurunan
tekanan darah dapat menurunkan terjadinya penyakit jantung.
2.2.4 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan menjadi 2:
1. Hipertensi primer atau esensial. Penyebab hipertensi ini masih belum
diketahui secara pasti penyebabnya. Namun, berbagai faktor diduga turut
berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur,
stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Hipertensi primer memiliki
populasi kira-kira 90% dari seluruh pasien hipertensi.
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui sepeti kerusakan ginjal, diabetes, kerusakan vaskuler,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain-lain. Sekitar 10% dari pasien hipertensi
tergolong hipertensi sekunder.
2.2.5 Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah (gb. 1). Tekanan darah membutuhkan aliran darah
melalui pembuluh darah yang ditentukan oleh kekuatan pompa jatung (cardiac
output) dan tahanan perifer (peripheral resistance).Sedangkan cardiac output dan
tahanan perifer dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berinteraksi (asupan
2.2.7 Diagnosis
A. Anamnesis
1) Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2) Indikasi adanya hipertensi sekunder
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri,
pemakaian obat-obat analgesik dan obat/bahan lain
Episode berkeringat, sekit kepala, kecemasan, palpitasi
(feokromositoma)
Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3) Faktor-faktor resiko
Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau
keluarga pasien
Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya
Kebiasaan merokok
Pola makan
Kegemukan, intensitas olahraga
Kepribadian
B. Pemeriksaan fisik
- Pengukuran tekanan darah
Pengukuran di lakukan pada posisi duduk di kursi
setelah pasien istirahat selama 5 menit, kaki di lantai dan lengan
setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dua kali dengan selang 1-5
menit, pengukuran tambahan dilakukan jika kedua hasil pangukuran
sebelumnya berbeda
1) Jantung
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung, kondisi
arteri intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan
konduksi, aritmia serta hiprtrofi ventrikel kiri)
Ekokardiografi
2) Pembuluh darah
Pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure
Dokter Internsip Puskesmas Nanggalo 16
Periode 08 Februari 2016 – 07 Juni 2016
Ultrasonografi (USG) karotis
Fungsi endotel (masih dalam penelitian)
3) Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis strok ditegakkan dengan menggunakan CT Scan
atau MRI (untuk pasien dengan keluhan gangguan neural,
kehilangan memori, atau gangguan kognitif)
4) Mata
Funduskopi
5) Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanyan
proteinuria/makro-mikroalbuminuris serta rasio albumin
kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus
- Pemeriksaan penunjang
Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti
berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok
2. Terapi farmakologis
2.2.9 Komplikasi
Pada umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui
pasien pada pasien hipertensi adalah:
LAPORAN KEGIATAN
HASIL PENILAIAN
4.1.1 Umur
4.1.4 Pendidikan
4.1.6 IMT
PEMBAHASAN
Dari hasil kegiatan ini terlihat bahwa kejadian hipertensi lebih banyak
terjadi pada umur 41-74 tahun, hal ini sesuai dengan analisis antara umur dengan
kejadian hipertensi, dimana prevalensi kejadian hipertensi pada usia tersebut
lebih banyak dibandingkan dengan usia remaja. Boedi Darmoyo dalam
penelitiannya menemukan bahwa antara 1,8% -28,6% penduduk dewasa adalah
penderita hipertensi. Pada dewasa muda dan lansia lebih beresiko menderita
penyakit hipertensi dikarenakan pembuluh darah pada umur tersebut sudah
mengalami pengerasan dan kaku dikarenakan berbagai hal antara lain kadar
kolesterol yang tinggi dan berbagai penyakit lainnya yang seringkali di derita
oleh dewasa muda dan usia lanjut.
Dari hasil kegiatan ini didapat 80% penderita hipertensi berjenis kelamin
wanita, hal ini sesuai dengan penelitian Boedi Darmoyo.Prevalensi hipertensi di
seluruh dunia diperkirakan antara 15-20%. Pada usia setengah baya dan muda,
hipertensi ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Pada usia 55 tahun
ke atas, penderita hipertensi wanita lebih banyak daripada pria. Sesuai dengan
hasil kegiatan yang telah dilakukan bahwa kejadian hipertensi paling banyak
terjadi pada usia 41-74 tahun dan 80% nya merupakan wanita. Dari teori
didapatkan risiko hipertensi akan meningkat pada wanita usia 41-74 keatas
disebabkan karena hormone sex mempengaruhi system rennin angiotensin. Pada
perempuan resiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang
mununjukkan adanya pengaruh hormon.
Faktor resiko dari kejadian hipertensi terbagi dua yaitu factor resiko yang
dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain umur, jenis kelamin dan riwayat hipertensi dalam
keluarga. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi antara lain kegemukan
(obesitas), merokok, kurang olahraga, alkohol, konsumsi garam berlebih,
hiperlipidemia/hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, psikososial dan stress.
Terkait ada tidaknya pengaruh keturunan dalam kejadian hipertensi pada kegiatan
ini didapatkan sebesar 70% responden tidak memiliki riwayat hipertensi dalam
keluarga. Belum diketahui penyebab pasti kenapa angka kejadian hipertensi pada
responden lebih banyak disebabkan oleh faktor selain keturunan. Pada responden
diduga penyebab kejadian hipertensi karena pengaruh factor resiko berupa umur,
jenis kelamin, kegemukan (obesitas), merokok, kurang olahraga, alkohol,
konsumsi garam berlebih, hiperlipidemia/hiperkolesterolemia, diabetes mellitus,
psikososial dan stress.
5.1 Kesimpulan