Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
6
Pada engine diesel heat yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar
di dalam ruang bakar sekitar 33% diubah menjadi energi sedangkan sisanya dibuang
dengan beberapa cara yaitu: 30% heat dibuang melalui gas buang, 30% diserap oleh
sistem pendingin dan 7% diradiasikan dari engine ke udara sekitar. Pada beberapa
engine menggunakan system pendingin dengan media udara tetapi sebagian besar
engine menggunakan media cairan (liquid). Keuntungan dari media cairan (liquid)
adalah pengontrolan temperatur yang bagus, tidak berisik dan dari segi manufaktur
mudah dalam proses pembuatannya.
7
Gambar 2. 2 Komponen Sistem Pendingin
8
(overheat) dan menyebabkan kerusakan yang serius pada engine. Hose (7) digunakan
sebagai saluran penghubung yang fleksibel dari radiator dengan engine.
9
Gambar 2. 5 Aliran Coolant
Gambar 2.5 memperlihatkan aliran coolant yang dialirkan melewati oil cooler
menuju cylinder block. Coolant dialirkan di sekeliling dinding liner menuju cylinder
head kemudian aliran coolant akan dialirkan ke saluran valve dan saluran gas buang
(exhaust) di dalam cylinder head menuju water outlet housing pada cylinder head.
Temperatur dari coolant dikontrol oleh thermostat. Jika temperatur coolant di dalam
engine masih rendah, thermostat tertutup dan mengarahkan sebagian coolant kembali
menuju bagian saluran bypass ke water pump. Temperatur engine block akan naik
dengan cepat karena coolant yang dialirkan tidak dingin. Ketika temperatur coolant
mencapai suhu settingan pembukaan thermostat, maka thermostat akan terbuka dan
mengalirkan coolant ke radiator sehingga coolant dapat didinginkan. Ini merupakan
proses yang terus menerus dan membantu dalam menjaga temperatur kerja serta dapat
juga untuk mempercepat tercapainya temperatur kerja engine.
10
Water pump yang terpasang pada engine diesel adalah jenis centrifugal pump
seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.6 Impeller berbentuk kipas yang akan
menghasilkan area bertekanan rendah pada bagian tengah hub ketika impeller
berputar.
Keterangan Gambar :
1. Curved blade
2. Impeller
3. Housing and outlet
4. Input shaft
5. Center of housing
Water Pump seperti yang ditunjukkan Gambar 2.7 biasanya terpasang pada
bagian depan dari cylinder block. Water pump terdiri dari sebuah housing dengan
saluran inlet dan outlet. Ketika impeller berputar, coolant terhisap masuk ke bagian
inlet dari pompa (pada bagian tengah shaft (4) dari pompa), menuju blade (1) dan
terlempar keluar oleh gaya sentrifugal (3) dan didorong menuju outlet pompa (3)
kemudian menuju cylinder block. Saluran inlet pompa terhubung dengan sebuah hose
ke bagian bawah dari radiator,dan coolant dari radiator masuk menuju pompa
menggantikan coolant yang didorong ke sisi outlet. Shaft yang mengikat impeller
menggunakan bearing. Oleh karena itu shaft tersebut membutuhkan pelumasan oli
11
engine. Drive shaft mungkin terpasang dengan Vee Belt atau secara langsung
digerakkan oleh timing gear. Sebuah spring loaded khusus, carbon faced seal
(terpasang antara impeller dan housing) digunakan untuk mencegah coolant bocor.
Water pump memiliki sebuah lubang pada shaft housing (secara umum pada bagian
belakang pompa) yang membiarkan kebocoran coolant mengalir ke bagian luar jika
carbon faceseal rusak.
2.1.4 Radiator
Gambar 2. 8 Radiator
Radiator terdiri dari dua buah tanki yang di dalamnya dilengkapi dengan core.
Core terdiri dari pipa sebagai saluran coolant ketika mengalir melalui radiator untuk
didinginkan Gambar 2.8.
Pada sekitar bagian core pada radiator yang ditunjukkan pada Gambar 2.9
dilengkapi dengan sirip–sirip. Berdasarkan rancangannya ada dua jenis core yaitu:
12
core dengan center fin yang ditunjukkan pada dan core dengan horizontal fin.
Sebagian besar untuk aplikasi alat-alat berat menggunakan jenis radiator dengan
horizontal fin. Fin berfungsi agar proses perpindahan panas lebih bagus. Udara yang
dihembuskan karena pergerakan machine atau dihembuskan oleh kipas akan melewati
pipa (tube) dan sirip (fin) akan menyerap panas dari coolant. Proses perpindahan
panas coolant pada radiator sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran udara yang
melewati pipa (tube) dan sirip (fin) yang ada pada radiator.
2.1.5 Hose
Hose radiator menghubungkan water pump dan engine block (umumnya pada
thermostat housing). Fungsinya adalah sebagai saluran penghubung aliran coolant
yang akan ke radiator dan yang akan mengalir dari radiator ke water pump. Bentuk
dari hose dan sambungan lain biasanya identik dengan kondisinya. Jika sebuah hose
yang lunak dan kenyal serta mudah melipat ketika ditekan, hal ini mengindikasikan
bahwa hose mengalami kerusakan pada bagian dalam dan harus diganti. Jika sebuah
hose yang keras dan tidak fleksibel lagi sebagai akibat dari panas, hose harus diganti.
Beberapa hose mempunyai penguat pada bagian dalamnya (spring) untuk mencegah
hose terlipat ketika temperatur di dalam sistem pendingin turun (drop). Clamp hose
harus diperiksa secara berkala dari kebocoran atau kekencangan pengikatannya.
Gambar 2. 10 Thermostat
13
Water temperatur regulator atau thermostat akan mengatur aliran coolant
menuju radiator. Design dari Water temperatur regulator pada setiap engine dapat
berbeda–beda tetapi prinsip kerjanya sama saja gambar 2.10
14
Gambar 2. 12 Temperatur pada thermostat
Pada gambar 2.13 menunjukkan Thermostat dalam kondisi terbuka (open) dan
tertutup (closed) Jika temperatur meningkat, wax pellet akan memanjang dan
menekan rubber diaphragm. Dengan begitu maka pin akan terdorong tetapi karena
pin tersebut fixed dan tidak dapat bergerak sehingga pellet container akan bergerak ke
bawah. Kondisi ini akan menggerakan valve off pada dudukannya, membuka valve
15
dan mengijinkan coolant mengalir ke radiator. Ketika temperatur engine turun, wax
pada pellet akan menyusut sehingga spring akan membuat valve menutup dan aliran
coolant ke radiator akan tertutup. Thermostat didesain untuk membuka pada
temperatur tertentu. Contoh, desain thermostat pada 85°C unit akan mulai membuka
antara 84°C (184°F) dan 86°C (187°F) dan akan membuka penuh pada 100°C
(212°F). Desain thermostat dengan lapisan lilin (wax) dimaksudkan bahwa jika
thermostat rusak maka thermostat akan tetap berada pada posisi terbuka (open).
Lapisan lilin akan cenderung tetap dalam keadaan mengembang dengan demikian
menjaga valve tetap terbuka. bervariasi antara 48 -165 Kpa (7 – 24 psi). Ketika
temperatur coolant naik maka tekanan sistem pendingin juga akan naik karena sistem
menggunakan sistem tertutup.
16
Gambar 2. 14 Radia or Pressure cap
Di dalam radiator cap terdapat pressure spring, pressure valve dan saluran ke
resevoir Gambar 2.15 Pada saat tekanan mencapai nilai pembukaan relief valve maka
air dan udara yang bertekanan akan dibuang atau ditampung bila engine
menggunakan reservoir. Proses ini berlangsung untuk mencegah tekanan yang
berlebihan pada sistem pendingin.
17
ventilasi pada bagian kanan dari Gambar 2.16 Pada saat engine tidak dioperasikan
dan sistem pendingin masih dingin maka coolant dari expansion tank akan mengalir
ke dalam radiator melalui saluran yang ada pada radiator cap
2.1.8 Ductile
Patah Ulet (Ductile Fracture). Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan
oleh beban statis yang diberikan pada material, jika beban dihilangkan maka
penjalaran retak akan berhenti. Patah ulet ini ditandai dengan penyerapan energi
disertai adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan, sehingga
permukaan patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan berwarna kelabu. Selain
itu komposisi material juga mempengaruhi jenis patahan yang dihasilkan, jadi bukan
karena pengaruh beban saja. Biasanya patah ulet terjadi pada material berstruktur
bainit yang merupakan baja dengan kandungan karbon rendah.
2.1.9 Brittle
Patah Getas (Brittle fracture). Patah getas terjadi dengan ditandai penjalaran
retak yang lebih cepat dibanding patah ulet dengan penyerapan energi yang lebih
18
sedikit, serta hampir tidak disertai dengan deformasi plastis. Permukaan patahan pada
komponen yang mengalami patah getas terlihat mengkilap, granular dan relatif rata.
Patah getas dapat mengikuti batas butir ataupun memotong butir. Bila bidang
patahannya mengikuti batas butir, maka disebut patah getas intergranular, sedangkan
bila patahannya memotong butir maka disebut patah getas transgranular Gambar
brittile bisa di lihat pada Gambar 2.16
19
2. Orientasi pada konsumen
3. Defining root cause
4. Filosofi tempat kerja
5. Kebijakan dalam pekerjaan
6. Kolaborasi dengan rekan bisnis
7. Pengembangan sumber daya manusia.
Penerapan serta perumusan Komatsu Way tentunya tidak lepas dari sejarah
perusahaan yang menjadi bagian dari perkembangan perusahaan. Berikut ini
merupakan ringkasan sejarah Komatsu Ltd.
20
14 1982 Mendirikan PT Komatsu Indonesia
15 1984 Memperkenalkan mesin laser di pasar
16 1985 Mendirikan Komatsu manufacturing dan industri di AS serta
Komatsu Ltd. Di Inggris
17 2002 Mendirikan “Manufaktur Operasi Newberry,” fasilitas untuk
peralatan utilitas, di AS
18 2002 5 pabrik di Jepang meraih “zero emission” atau bebas emisi
19 2005 Mengembangkan teknologi mesin “ecot t3”
20 2008 Memperkenalkan kepada dunia untuk pertama kalinya tentang
hybrid hydraulic excavator.
21 2011 Gigaphoton Inc. Telah menjadi anak perusahaan yang sepenuhnya
dimiliki oleh Komatsu
21
Gambar 2.17 Cakupan manajemen kualitas Komatsu Ltd
22
Dalam mencapai process excellence terdapat berbagai elemen utama dalam
mencapai kepuasan konsumen. Guna menjamin kualitas produknya, Komatsu Ltd.
menerapkan continuous improvement (kaizen) guna terus melakukan perbaikan atas
seluruh produksi dan produk-produknya melalui 5s, yaitu: Seiri (sorting), Seiton
(organizing), Seisou (cleaning), Seiketsu (orderliness), Shitsuke (training). Komatsu
Ltd. melakukan beberapa transformasi pada pabriknya sebagai salah satu process
excellence untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan. Seiri merupakan suatu
langkah yang dilakukan Komatsu Ltd. untuk menghilangkan seluruh alat, komponen
dan instruksi yang tidak jelas. Dengan demikian Komatsu Ltd. melakukan penataan
ulang atau penyusunan terhadap seluruh alat dan komponen untuk diletakkan pada
lokasi yang cepat serta mudah dijangkau. Selain itu, dilakukan juga Seisou untuk
membersihkan mesin dan pabrik agar tidak mengganggu proses produksi sehingga
meningkatkan efisiensi.
Pada awalnya proses gas cutting dilakukan oleh Komatsu Ltd. sendiri atau
dikenal dengan istilah operation in-house. Namun, karena adanya ketidakefektifan
tersebut maka Komatsu Ltd. melakukan outsourced terhadap gas cutting tersebut. Hal
itu dimaksudkan selain efisensi biaya, terdapat efisiensi pada pabrik yaitu menjadikan
pabrik Komatsu Ltd. menjadi lebih efisien karena dinilai kurang efektif proses
produksi tersebut. Langkah tersebut merupakan bagian dari sorting yang dilakukan
oleh Komatsu Ltd. Perusahaan juga melakukan Seiton pada pabriknya dimana dengan
merubah frame batch production menjadi frame line serta merevolusi boom batch
production menjadi boom line. Dengan transformasi pabrik ke frame line dan boom
23
line, proses produksi menjadi lebih terorganisir karena melalui satu jalur saja
sehingga lebih mudah untuk dilakukan pengawasan terhadap kualitas barang.
Sedangkan pada batch production terlihat proses produksi lebih rumit dan tidak
terorganisir sehingga sulit untuk dilakukan kontrol kualitas.
Metode kualitas lain yang digunakan oleh Komatsu adalah Seisou, disini
Komatsu Ltd. melakukan cleaning pada lini perakitan. Cleaning dilakukan tidak
hanya pada pabrik saja namun juga pada mesin yang digunakan. Dengan demikian,
proses produksi dapat menjadi lancar karena tidak adanya gangguan akibat kotoran
pada pabrik, mesin dan peralatan. Metode keempat yang digunakan oleh komatsu
Ltd. adalah Seiketsu atau orderliness dimana menetapkan standardisasi seperti
peringatan tertulis pada pabrik dan membuat tanda dalam pelaksanaan proses
produksi untuk meminimalisir kesalahan atau kecelakaan kerja atau dengan kata lain
adalah SOP. Tujuan dari metode Seiketsu ini agar tidak terjadinya kerusakan produk
dan mesin produksi serta untuk mencegah agar tidak terjadi kesalahan lagi. Metode
kelima adalah Shistuke atau pelatihan. Komatsu Ltd. melakukan pelatihan bagi setiap
karyawannya mengenai manajemen kualitas yang diterapkan oleh perusahaan.
Dengan adanya pelatihan, karyawan dapat melakukan pekerjaan dengan benar sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan serta mengembangkan perilaku karyawan di tempat
kerja baik di kantor maupun pabrik. Tujuan dari metode ini adalah membangun sikap
disiplin dalam diri karyawan pabrik dan kantor. Dengan sikap disiplin tersebut,
24
karyawan dapat berhati-hati dalam melaksanakan proses produksi untuk menghindari
cacat produk. Dengan dilakukannya pengimplementasian kaizen, Komatsu Ltd. dapat
mengurangi biaya kualitas sebesar 50%. Biaya kualitas tersebut termasuk biaya
pencegahan serta biaya kegagalan produksi.
25
FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah
sebanyak mungkin mode kegagalan. FMEAdigunakan untuk mengidentifikasi
sumber-sumber dan akar penyebab dari suatu masalah. Terdapat dua penggunaan
FMEA yaitu dalam bidang desain (FMEA Desain) dan dalam proses (FMEA Proses).
26
3. Brainstorming potential failure modes and akibat-akibat yang ditimbulkan
( Brainstorm potential failure modes and determine their effect)
4. Menentukan prioritas failure modes (Prioritize failure modes)
5. Identifikasi akar penyebab masalah dari failure mode (identify root causes of
failure modes)
6. Menetukan rancangan ulang proses
7. Analisa dan pengujian proses baru (Analyze and test the new process)
8. Implementasi dan monitoring rancangan ulang proses (Implement and
monitor the new process)
27
g. Effek Potensial dari kegagalan (potential Effect of Failure)
Merupakan suatu efek dari bentuk kegagalan terhadap pelanggan. Dimana
setiap perubahan dalam variable dipengaruhi proses akan menyebabkan
proses itu menghasilkan produk diluar batas-batas spesifikasi.
h. Tingkat Keparahan (Se\’erity)
Penilaian keseriusan efek dari bentuk kegagalan potensial.
i. Klasifikasi (Classification)
Merupakan dokumentasi terhadap klasifikasi karakter khusus dari subproses
untuk menghasilkan komponen, sistem atau subsistem tersebut.
j. Effect Potensial dari kegagalan (Potential Failure Mode)
Merupakan suatu kejadian dimana proses dapat dikatakan secara potensial
gagal untuk memenuhi kebutuhan proses atau tujuan akhir produk.
k. Keterjadian (Occurrance)
Adalah sesring apa penyebab kegagalan spesifik terjadi.
l. Pengendalian Proses saat ini (Current Process Control)
Merupakan penilaian deskripsi dari alat pengendali yang dapat mencegah
atau memperbesar kemungkinan bentuk kegagalan terjadi atau mendeteksi
terjadinya bentuk kegagalan tersebut.
m. Deteksi (.Detection)
Merupakan penilaian dari kemungkinan alat tersebut dapat mendeteksi
penyebab potensial terjadinya suatu bentuk kegagalan
n. Nomer Prioritas Resiko (Risk Priority Number)
Merupakan angka prioritas resiko yang didapatkan dari perbaikan Severity,
Occurrence, dan Detection.
RPN = S * O * D
o. Tindakan yang direkomendasikan (Recommended Action)
Setelah bentuk kegagalan diatur sesuai peringkat RPN nya , maka tindakan
perbaikan harus segera dilakukan terhadap bentuk kegagalan dengan nilai
RPN tinggi.
28
p. Tindakan Yang diambil (Action Taken)
Setelah tindakan diiplementasikan, dokumentasikan secara singkat uraian
tindakan tersebut serta tanggal effektifnya.
q. Hasil RPN (.Resulting RPN)
Setelah tindakan perbaiakan diidentifikasi., perkiraan dan rekam Occurrence,
Severity, dan Detection baru yang dihasilkan serta hitung RPN yang baru.
Jika tidak ada tindakan lebih lanjut diambil maka beri catatan.
r. Tindakan Lanjut (Follow Up)
Dokumentasi proses FMEA akan menjadi dokumen hidup dimana akan
dilakukan perbaikan terus menerus sesuai kebutuhan.
29
Gambar 2.20 Diagram Ishikawa (Ayu Diah Gunardi (2015)
30
b. Desain, yang berfokus pada kompenen dan dan subsistem
c. Proses, yang berfokus pada manufaktur dan perakitan
d. Service, yang berfokuspada fungsi pelayanan
e. Software, yang berfokus pada fungsi Software
FMEA adalah suatu dokumen hidup sepanjang siklus hidup pengembangan
produk selalu berubah dan diperbarui. Perubahan ini dapat sering juga
memperkenalkan gaya kegagalan baru. Oleh karena itu perlu untuk meninjau ulang
dan memperbarui FMEA ketika :
a. Suatu produksi baru atau proses sedang diaktifkan
b. Perubahan dibuat kepada kondisi operasi proses atau produk diharapakn untuk
berfungsi.
c. Suatu perubahan dibuat baik untuk produk maupun proses mendesain
d. Peraturan baru dibuat Umpan balik pelanggan menandai permasalahan dalam
produk dan proses.
31
Tidak adanya akibat 1 Tidak adanya kegagalan pekerjaan
Sangat sedikit akibat 2 Karakteristik kualitas pekerjaan tidak terganggu
Sedikit akibat 3 Akibatnya sedikit mengganggu pekerjaan
Akibatnya kecil 4 Proses pekerjaan mengalami gangguan kecil
cukup berakibat 5 Kegagalan mengakibatkan tidak puasan pada
pekerjaan
Cukup berakibat 6 Kegagalan mengakibatkan ketidaknyamanan
Akibatnya besar 7 Kualitas pekerjaan tidak memuaskan
Extrim 8 Kualitas pekerjaan sangat memuaskan
Serius 9 Potensi menimbulkan akibat buruk proses
pekerjaan
Sangat beresiko 10 fatal terhadap proses pekerjaan
..............................................................................................................2.1
Sumber:Analisa Kerusakan Pada Forklift Elektrik Nichiyufb20-75c Dengan Metode
Fmea Heri Suwandono
.......................................................................................2.2
Sumber:Analisa Kerusakan Pada Forklift Elektrik Nichiyufb20-75c Dengan Metode
Fmea Heri Suwandono
32
..................................2.3
Sumber:Analisa Kerusakan Pada Forklift Elektrik Nichiyufb20-75c Dengan Metode
Fmea Heri Suwandono
Tabel 2.3 Indeks Skala Occurence
Akibat Skala Kriteria
Hamper tidak pernah 1 Sejarah menunjukkan tidak ada kegagalan
Jarang 2 Kemungkinan kegagalan sangat langka
Sangat kecil 3 Kemungkinan kegagalan sangant sedikit
Sangat kecil 4 Beberapa kemungkinan kegagalan
Rendah 5 Kemungkinan kegagalan ada
Sedang 6 Kemungkinan kegagalan sedang
Cukup tinggi 7 Kemungkinan kegagalan cukup tinggi
Tinggi 8 Tingginya jumlah kemungkinan kegagalan
Sangat tinggi 9 Jumlah yang sangat tinggi dari kemungkinan
kegagalan
Hamper pasti 10 Kegagalan hampir pasti terjadi
33
Detection (deteksi) ini berhubungan dengan control yang digunakan untuk
mendeteksi penyebab terjadinya kegagalan serta tindakan perbaikannya. Pendekatan
yang disarankan
Tabel 2.4 Indeks Skala Detection
AKIBAT SKALA KRITERIA
Hampir pasti 1 Kontrol pasti dapat mendeteksi
Sangat tinggi 2 Kontrol hampir pasti mendeteksi
Tinggi 3 Kontrol mempunyai peluang yang besar
untuk mendeteksi
Cukup tinggi 4 Kontrol mungkin mendeteksi cukup tinggi
Sedang 5 Kontrol mungkin mendeteksi sedang
Rendah 6 Kontrol mungkin mendeteksi rendah
Sedikit 7 Kontrol mempunyai peluang yang kecil
untuk mendeteksi
Sangat sedikit 8 Kontrol mempunyai peluang yang kecil
untuk mendeteksi
Jarang 9 Kontrol mungkin tidak mendeteksi
Hampir mustahil 10 Kontrol pasti tidak mendeteksi
34
2.8 Tahap Pengolahan Data
Pada tahap pengolahan data ini akan dilakukan pengolahan data baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Pengolahan data secara kualitatif dan kuantitatif, antara
lain:
35
4