SYOK ANAFILAKTIK
Disusun oleh:
Pendamping:
2018
PORTOFOLIO KASUS EMERGENCY
1. Subjektif :
- Badan terasa lemas sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya
pasien baru saja meminum obat TB Rifampisin 1 tablet sebelum makan
pagi. Os kemudian merasakan badannya terasa lemas. Keluhan dirasakan
semakin meningkat dan disertai kepala terasa pusing, nafas terasa berat,
dan nyeri perut.
- Nyeri perut (+) seperti rasa mulas sejak 15 menit SMRS
- Nafas terasa berat (+)
- Mual (+), muntah (-)
- Gatal-gatal pada kulit seluruh tubuh (+) sejak 1 jam SMRS namun tidak
disertai adanya bercak kemerahan
- Kaki dan tangan teraba dingin (+) baru disadari saat di rumah sakit
- Demam (-)
- BAB dan BAK sebelumnya biasa
- Riwayat didiagnosa dengan TB Paru 6 bulan yang lalu, pernah
mengkonsumsi OAT 1 kali namun langsung muncul reaksi alergi dan
dirawat di RS Unand. Setelah itu os belum ada melanjutkan pengobatan
OAT nya dalam 6 bulan ini.
- Riwayat berobat ke RS Paru Lubuk Alung 1 hari sebelumnya dan diberikan
OAT hanya 1 jenis Rifampisin untuk mengetahui Os alergi OAT jenis apa.
2. Objektif :
Status Generalis:
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tekanan Darah : 95/80 mmHg
Nadi : 125 x/menit, halus
Nafas : 25 x/menit
Suhu : 36,0 oC
Status Internus:
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Pupil isokor ϕ 2 mm = 2 mm, refleks cahaya (+/+) normal
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah
Paru :
Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : bronkovesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari lateral LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung kiri 1 jari lateral LMCS RIC V,
batas jantung kanan LSD, batas atas RIC II
Auskultasi : irama teratur, HR 83 x/menit, gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : supel, nyeri tekan (+) epigastrium, hepar tidak teraba,
lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Punggung : nyeri tekan CVA (-/-), nyeri ketok CVA (-/-)
Ekstremitas : akral dingin, refilling kapiler > 2 detik, udem (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Hb : 11,9 g/dl
Leukosit : 12.610 / mm3
Trombosit : 286.000 / mm3
Hematokrit : 34 %
GDR : 141 mg/dl
Ureum : 15 mg/dl
Creatinin : 0,3 mg/dl
Na/ K/ Cl : 135/ 4.7/ 98 mmol/L
3. Assessment :
Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang
diperantarai oleh Immunoglobulin E (hipersensitivitas tipe I) yang ditandai
dengan curah jantung dan tekanan arteri yang menurun hebat. Hal ini
disebabkan oleh adanya suatu reaksi antigen-antibodi yang timbul segera
setelah suatu antigen yang sensitif masuk dalam sirkulasi. Syok
anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari anafilaksis yang
merupakan syok distributif, ditandai oleh adanya hipotensi yang nyata akibat
vasodilatasi mendadak pada pembuluh darah dan disertai kolaps pada
sirkulasi darah yang dapat menyebabkan terjadinya kematian.
Manifestasi klinis anafilaksis sangat bervariasi. Secara klinik terdapat 3
tipe dari reaksi anafilaktik, yaitu reaksi cepat yang terjadi beberapa menit
sampai 1 jam setelah terpapar dengan alergen; reaksi moderat terjadi antara 1
sampai 24 jam setelah terpapar dengan alergen; serta reaksi lambat terjadi
lebih dari 24 jam setelah terpapar dengan alergen.7
Gejala dapat dimulai dengan gejala prodormal baru menjadi berat,
tetapi kadang-kadang langsung berat. Berdasarkan derajat keluhan,
anafilaksis juga dibagi dalam derajat ringan, sedang, dan berat. Derajat ringan
sering dengan keluhan kesemutan perifer, sensasi hangat, rasa sesak di mulut
dan tenggorok. Dapat juga terjadi kongesti hidung, pembengkakan
periorbital, pruritus, bersin-bersin, dan mata berair. Awitan gejala-gejala
dimulai dalam 2 jam pertama setelah pemajanan. Derajat sedang dapat
mencakup semua gejala-gejala ringan ditambah bronkospasme dan edema
jalan nafas atau laring dengan dispnea, batuk dan mengi. Wajah kemerahan,
hangat, ansietas, dan gatal-gatal juga sering terjadi. Awitan gejala-gejala sama
dengan reaksi ringan. Derajat berat mempunyai awitan yang sangat mendadak
dengan tanda-tanda dan gejala-gejala yang sama seperti yang telah disebutkan
diatas disertai kemajuan yang pesat kearah bronkospame, edema laring,
dispnea berat, dan sianosis. Bisa diiringi gejala disfagia, keram pada
abdomen, muntah, diare, dan kejang-kejang. Henti jantung dan koma jarang
terjadi. Kematian dapat disebabkan oleh gagal napas, aritmia ventrikel atau
renjatan yang irreversible.
Gejala dapat terjadi segera setelah terpapar dengan antigen dan dapat
terjadi pada satu atau lebih organ target, antara lain kardiovaskuler, respirasi,
gastrointestinal, kulit, mata, susunan saraf pusat dan sistem saluran kencing,
dan sistem yang lain. Keluhan yang sering dijumpai pada fase permulaan
ialah rasa takut, perih dalam mulut, gatal pada mata dan kulit, panas dan
kesemutan pada tungkai, sesak, serak, mual, pusing, lemas dan sakit perut.
Pada anamnesis didapatkan keluhan badan terasa lemas sejak 1 jam
sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien baru saja meminum obat TB
Rifampisin 1 tablet sebelum makan pagi. Os kemudian merasakan badannya
terasa lemas. Keluhan dirasakan semakin meningkat dan disertai kepala terasa
pusing, nafas terasa berat, nyeri perut, gatal-gatal, dan kaki tangan teraba
dingin. Riwayat didiagnosa dengan TB Paru 6 bulan yang lalu, pernah
mengkonsumsi OAT 1 kali namun langsung muncul reaksi alergi dan dirawat
di RS Unand. Setelah itu os belum ada melanjutkan pengobatan OAT nya
dalam 6 bulan ini. Riwayat berobat ke RS Paru Lubuk Alung 1 hari
sebelumnya dan diberikan OAT hanya 1 jenis Rifampisin untuk mengetahui
Os alergi OAT jenis apa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 95/80 mmHg, nadi teraba halus
dengan frekuensi 125 kali/menit, nafas 125kali/ menit dan suhu 36.0 oC. Pada
mata tidak ditemukan konjungtiva anemis dan sklera ikterik. Pada
pemeriksaan toraks, suara jantung reguler, bising (-), suara nafas
bronkovesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-). Pada pemeriksaan abdomen,
ditemukan adanya nyeri tekan pada epigastrium dan bising usus meningkat.
Pemeriksaan pada organ lainnya tidak ditemukan kelainan.
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan leukosit
12.610/ mm3. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan
laboratorium serta penunjang ditegakkan diagnosis syok anafilaktik ec
Rifampisin.
4. Plan :
Diagnosis : Syok Anafilaktik ec Rifampisin
Penatalaksanaan :
IGD :
- NRM O2 10 L/ menit
- IVFD RL guyur 200 ml TD 92/80 mmHg dilanjutkan 1 kolf
TD 89/70 dilanjutkan guyur dan kontrol TD tiap 15 menit dan urin
dan bendungan paru setelah 4 kolf TD pasien membaik menjadi
107/70 mmHg, dilanjutkan dengan IVFD RL 28 tpm (kolf ke-5).
- Inj. Epinefrin 0,3 mg (iv)
- Inj. Dexamethasone 1 amp (iv)
- Pasang kateter urin
- Inj. Ranitidin 1 amp (iv)
- Rawatan :
O2 4 L/’
IVFD NaCl 0,9 %28 tpm
Inj. Dexamethasone 3x1 amp (iv)
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp (iv)
Sucralfat syr 3 x 1 cth (po)
Neurodex 2 x 1 tab (po)
Kontrol TD dan urin
Edukasi :
- Pasien dan keluarga dijelaskan mengenai penyakitnya, faktor risiko dan
penatalaksanaan lebih lanjut pada penyakit ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Secara harafiah, anafilaksis berasal dari kata ana yang berarti balik dan
phylaxis yang berarti perlindungan. Dalam hal ini respons imun yang seharusnya
melindungi (prophylaxis) justru merusak jaringan, dengan kata lain kebalikan dari
pada melindungi (anti-phylaxis atau anaphylaxis).1, 2
Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai
oleh Immunoglobulin E (hipersensitivitas tipe I) yang ditandai dengan curah
jantung dan tekanan arteri yang menurun hebat. Hal ini disebabkan oleh adanya
suatu reaksi antigen-antibodi yang timbul segera setelah suatu antigen yang
sensitif masuk dalam sirkulasi. Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi
klinis dari anafilaksis yang merupakan syok distributif, ditandai oleh adanya
hipotensi yang nyata akibat vasodilatasi mendadak pada pembuluh darah dan
disertai kolaps pada sirkulasi darah yang dapat menyebabkan terjadinya
kematian.2
II.2 Etiologi dan Faktor Resiko
10
lain. Media kontras intravena, transfusi darah, latihan fisik, dan cuaca dingin juga
bisa menyebabkan anafilaksis. 2
Atopi
Pada studi berbasis populasi di Olmsted County, 53% dari pasien
anafilaksis memiliki riwayat penyakit atopi. Penelitian lain menunjukkan
bahwa atopi merupakan faktor risiko untukreaksi anfilaksis terhadap
makanan, reaksi anafilaksis yang diinduksi olehlatihan fisik, anafilaksis
idiopatik, reaksi terhadap radiokontras, dan reaksi terhadap latex.
Sementara, hal ini tidak didapati pada reaksi terhadap penisilin dan gigitan
serangga.
Cara dan waktu pemberian
Berpengaruh terhadap terjadinya reaksi anafilaksis. Pemberian secara oral
lebih sedikit kemungkinannya menimbulkan reaksi dan kalaupun ada
biasanya tidak berat, meskipun reaksi fatal dapat terjadi pada seseorang
yang memang alergi setelahmenelan makanan. Selain itu, semakin lama
11
interval pajanan pertama dan kedua, semakin kecil kemungkinan reaksi
anafilaksis akan muncul kembali. Hal ini berhubungan dengan
katabolisme dan penurunan sintesis dari IgE spesifik seiring waktu.
Asma
Merupakan faktor risiko yang fatal berakibat fatal. Lebih dari 90%
kematian karena anafilaksis makanan terjadi pada pasien asma.
Penundaan pemberian epinefrin juga merupakan faktor risiko yang
berakibat fatal.
II.3 Patofisiologi
urtikaria, angioedema, dan anafilaksis. Ketika reaksi yang terjadi ringan, maka
namun ketika reaksi yang terjadi berat maka akan berakibat menyeluruh
sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil.
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran
12
yang menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel Plasma (Plasmosit). Sel
menimbulkan reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen
yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik
dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara
lain histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula
membran sel yang akan menghasilkan leukotrien (LT) dan prostaglandin (PG)
yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang disebut newly formed
(anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan
13
bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya
terjadinya fenomena maldistribusi dari volume dan aliran darah. Hal ini
menyebabkan penurunan aliran darah balik sehingga curah jantung menurun yang
perfusi yang berlanjut pada hipoksia ataupun anoksia jaringan yang berimplikasi
pada keaadan syok yang membahayakan penderita. Hipotensi dan syok dapat
14
II.4 Manifestasi Klinik
tipe dari reaksi anafilaktik, yaitu reaksi cepat yang terjadi beberapa menit sampai
1 jam setelah terpapar dengan alergen; reaksi moderat terjadi antara 1 sampai 24
jam setelah terpapar dengan alergen; serta reaksi lambat terjadi lebih dari 24 jam
Gejala dapat dimulai dengan gejala prodormal baru menjadi berat, tetapi
dibagi dalam derajat ringan, sedang, dan berat. Derajat ringan sering dengan
keluhan kesemutan perifer, sensasi hangat, rasa sesak di mulut dan tenggorok.
bersin, dan mata berair. Awitan gejala-gejala dimulai dalam 2 jam pertama setelah
15
bronkospasme dan edema jalan nafas atau laring dengan dispnea, batuk dan
mengi. Wajah kemerahan, hangat, ansietas, dan gatal-gatal juga sering terjadi.
Awitan gejala-gejala sama dengan reaksi ringan. Derajat berat mempunyai awitan
yang sangat mendadak dengan tanda-tanda dan gejala-gejala yang sama seperti
yang telah disebutkan diatas disertai kemajuan yang pesat kearah bronkospame,
edema laring, dispnea berat, dan sianosis. Bisa diiringi gejala disfagia, keram pada
abdomen, muntah, diare, dan kejang-kejang. Henti jantung dan koma jarang
terjadi. Kematian dapat disebabkan oleh gagal napas, aritmia ventrikel atau
Gejala dapat terjadi segera setelah terpapar dengan antigen dan dapat
terjadi pada satu atau lebih organ target, antara lain kardiovaskuler, respirasi,
gastrointestinal, kulit, mata, susunan saraf pusat dan sistem saluran kencing, dan
sistem yang lain. Keluhan yang sering dijumpai pada fase permulaan ialah rasa
takut, perih dalam mulut, gatal pada mata dan kulit, panas dan kesemutan pada
hypoxia
Dermatogical Urticaria, facial edema, pruritus
Pada mata terdapat hiperemi konjungtiva, edema, sekret mata yang
berlebihan. Pada rhinitis alergi dapat dijumpai allergic shiners, yaitu daerah di
bawah palpebra inferior yang menjadi gelap dan bengkak. Pada kulit terdapat
16
eritema, edema, gatal, urtikaria, kulit terasa hangat atau dingin, lembab/basah, dan
diaphoresis.5
penurunan volume tidal. Obstruksi saluran napas yang komplit adalah penyebab
kematian paling sering pada anafilaksis. Bunyi napas mengi terjadi apabila saluran
sampai terjadi koma merupakan gangguan pada susunan saraf pusat. Pada sistem
edema, disertai pula dengan aritmia. Sementara pada ginjal, terjadi hipoperfusi
akibat penurunan GFR, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya gagal ginjal
akut. 5,7
sel sentral, peningkatan kadar enzim hati, dan koagulopati. Gejala yang timbul
pada sistem gastrointestinal merupakan akibat dari edema intestinal akut dan
spasme otot polos, berupa nyeri abdomen, mual-muntah atau diare. 5,6,7
gangguan fungsi trombosit, dan DIC dapat terjadi pada sistem hematologi.
kelenjar adrenal, resistensi insulin, disfungsi tiroid, dan perubahan status mental.
17
Pada keadaan syok terjadi perubahan metabolisme dari aerob menjadi anaerob
sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan piruvat. Secara histologis terjadi
sel.5,7
secara klinis, namun jika diperlukan penegasan diagnosis terutama pada sindrom
penunjang ini menjadi salah satu indikasi. Hitung eosinofil darah tepi dapat
normal atau meningkat, demikian halnya dengan IgE total sering kali
menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan lain yang lebih bermakna yaitu IgE
penyebab yaitu denganuji cukit (prick test), uji gores (scratch test), dan uji
titration/ SET). Pemeriksaan lainnya antara lain analisa gas darah, elektrolit, dan
gula darah, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, feses lengkap, elektrokardiografi,
II.6 Diagnosis
atau lebih setelah terpapar dengan alergen tertentu. Untuk membantu menegakkan
18
diagnosis maka American Academy of Allergy, Asthma and Immunology telah
Kriteria pertama adalah onset akut dari suatu penyakit (beberapa menit
pembengkakan bibir, lidah, uvula), dan salah satu dari respiratory compromise
hipoksemia) dan penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan dengan
Kriteria kedua, dua atau lebih gejala berikut yang terjadi secara mendadak
setelah terpapar alergen yang spesifik pada pasien tersebut (beberapa menit
hingga beberapa jam), yaitu keterlibatan jaringan mukosa kulit (misalnya bintik-
Kriteria ketiga yaitu terjadi penurunan tekanan darah setelah terpapar pada
alergen yang diketahui beberapa menit hingga beberapa jam (syok anafilaktik).
Pada bayi dan anak-anak, tekanan darah sistolik yang rendah (spesifik umur) atau
penurunan darah sistolik lebih dari 30%. Sementara pada orang dewasa, tekanan
darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau penurunan darah sistolik lebih dari 30%
19
Gambar 3 : Mekanisme Penegakan Diagnosis
Airway Problem :
20
- Pembengkakan jalan nafas seperti tenggorokan dan lidah membengkak
tenggorokan tertutup.
- Suara Hoarse
- Stridor, tingginya suara inspirasi karena saluran nafas atas yang
mengalami obstruksi.
Breathing Problems :
Circulation Problems:
kolaps.
- Penurunan tingkat kesadaran atau kehilangan kesadaran
- Anafilaksi dapat menyebabkan iskemik myokardial dan ECG berubah
Sering muncul gambaran pertama dan muncul lebih dari 80% dari
reaksi anafilaksis.
keduanya
- Mungkin eritema setengahnya atau secara general, rash merah.
21
- Mungkin urtikaria yang muncul dimana saja pada tubuh, berwarna
sengatan.
- Angioedema mungkin seperti urtikaria tetapi termasuk pada jaringan
lebih dalam sering pada kelopak mata dan bibir, kadang pada mulut
dan tenggorokan.
yang tidak spesifik dari anafilaksis mengakibatkan reaksi tersebut sulit dibedakan
dengan penyakit lainnya yang memiliki gejala yang sama. Hal ini terjadi karena
akibat pelepasan berbagai macam mediator dari sel mast dan basofil, dimana
reseptor pada sistem organ. Beberapa kondisi yang menyerupai reaksi anafilaksis
dan syok anafilaktik adalah reaksi vasovagal, infark miokard akut, reaksi
Pasien tampak pingsan, pucat dan berkeringat. Tetapi dibandingkan dengan reaksi
anafilaktik, pada reaksi vasovagal nadinya lambat dan tidak terjadi sianosis.
Meskipun tekanan darahnya turun tetapi masih mudah diukur dan biasanya tidak
terlalu rendah seperti anafilaktik. Sementara infark miokard akut, gejala yang
menonjol adalah nyeri dada, dengan atau tanpa penjalaran. Gejala tersebut sering
22
diikuti rasa sesak tetapi tidak tampak tanda-tanda obstruksi saluran napas.
sebab lain. Pasien tampak lemah, pucat, berkeringat, sampai tidak sadar. Tekanan
Sedangkan pada reaksi histeris, tidak dijumpai adanya tanda-tanda gagal napas,
nyeri kepala, diare, serangan sesak napas seperti asma. Chinese restaurant
syndrome, dapat dijumpai beberapa keadaan seperti mual, pusing, dan muntah
pada beberapa menit setelah mengkonsumsi MSG lebih dari 1gr, bila penggunaan
lebih dari 5 gr bisa menyebabkan asma. Namun tekanan darah, kecepatan denyut
nadi, dan pernapasan tidak berbeda nyata dengan mereka yang diberi makanan
tanpa MSG.2,3
berdahak, dan suara napas mengi (wheezing). Dan biasanya timbul karena faktor
pencetus seperti debu, aktivitas fisik, dan makanan, dan lebih sering terjadi pada
pagi hari. Rhinitis alergika, penyakit ini menyebabkan gejala seperti pilek, bersin,
buntu hidung, gatal hidung yang hilang-timbul, mata berair yang disebabkan
23
II. 8 Penatalaksanaan
peroral maupun parenteral, maka tindakan pertama yang paling penting dilakukan
menyebabkan reaksi anafilaksis. Segera baringkan penderita pada alas yang keras.
Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik
vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.2,5,10
dari tahapan resusitasi jantung paru untuk memberikan kebutuhan bantuan hidup
dasar.
o Airway / penilaian jalan napas. Jalan napas harus dijaga tetap bebas agar
tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi
kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan
sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih aktif,
ada tanda-tanda bernapas spontan, baik melalui mulut ke mulut atau mulut
24
Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong
dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen 5-10
liter/menit.
o Circulation support yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.
Obat-obatan
dan mediator lain yang poten. Mekanisme kerja adrenalin adalah meningkatkan
cAMP dalam sel mast dan basofil sehingga menghambat terjadinya degranulasi
serta pelepasan histamine dan mediator lainnya. Adrenalin selalu akan dapat
intramuskuler lebih cepat dan lebih baik dari pada pemberian subkutan. Berikan
0,5 ml larutan 1:1000 (0,3-0,5 mg) untuk orang dewasa dan 0,01 ml/kg BB untuk
25
anak. Dosis diatas dapat diulang beberapa kali tiap 5-15 menit, sampai tekanan
tertentu saja misalnya pada saat syok (mengancam nyawa) ataupun selama
anestesia. Pada saat pasien tampak sangat kesakitan serta kemampuan sirkulasi
mungkin diberikan dalam injeksi intravena lambat dengan dosis 500 mcg (5ml
mcg/menit dan dihentikan jika respon dapat dipertahankan. Pada anak-anak dapat
1:10000) dengan injeksi intravena lambat selama beberapa menit. Individu yang
adrenalin setiap waktu dan selanjutnya perlu diajarkan cara penyuntikkan yang
benar. Pada kemasan perlu diberi label, pada kasus kolaps yang cepat orang lain
26
simetidin (300 mg) atau ranitidin (150mg) harus diencerkan dengan 20 ml NaCl
0,9% dan diberikan dalam waktu 5 menit. Bila penderita mendapatkan terapi
kortikosteroid tidak banyak membantu pada tata laksana akut anafilaksis dan
hanya digunakan pada reaksi sedang hingga berat untuk memperpendek episode
intravena dpt diberikan tiap 4-6 jam sampai kondisi pasien stabil (yang biasanya
tercapai setelah 12 jam), atau hidrokortison intravena 7-10 mg/Kg BB, dilanjutkan
intravena 4-7 mg/KgBB selama 10-20 menit, dapat diikuti dengan infus 0,6
salbutamol atau agonis β2 yang lain sebanyak 0,25 cc-0,5 cc dalam 2-4 ml NaCl
1:1000 dalam 250 ml dextrose (konsentrasi 4 mg/ml) diberikan dengan infus 1-4
27
mg/menit atau 15-60 mikrodrip/menit (dengan infus mikrodrip), bila diperlukan
dosis dapat dinaikan sampai dosis maksimum 10 mg/ml, atau aramin 2-5 mg
dengan kecepatan 2ml/menit, atau Dopamin 0,3-1,2 mg/Kg BB/jam secara infus
Terapi Cairan.
sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan
meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat.
Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan
dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3-4 kali
dari perkiraan kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat
bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan
intravaskuler, volume nterstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti
Observasi
28
Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok
seoptimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi penderita
harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang
dengan kaki lebih tinggi dari jantung. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan
kesadaran, vital sign, dan produksi urine), analisa gas darah, elektrokardiografi,
dan komplikasi karena edema laring, gagal nafas, syok dan cardiac arrest.
dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan, infark miokard, aborsi, dan
gagal ginjal juga pernah dilaporkan. Penderita yang telah mendapat adrenalin
29
Gambar 4 : Algoritme Resusitasi Syok Anafilaksis
30
Pencegahan
31
Pencegahan merupakan langkah terpenting dalam penetalaksanaan syok
etiologi dan faktor risiko anafilaksis. Individu yang mempunyai riwayat penyakit
asma dan orang yang mempunyai riwayat alergi terhadap banyak obat,
anafilaktik.10
Melakukan skin test bila perlu juga penting, namun perlu diperhatian
bahwa tes kulit negatif pada umumnya penderita dapat mentoleransi pemberian
obat-obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita tidak akan mengalami reaksi
anafilaksis. Orang dengan tes kulit negatif dan mempunyai riwayat alergi positif
dan observasi selama pemberian. Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi
yang kuat dan tepat. Hindari obat-obat yang sering menyebabkan syok anafilaktik.
Catat obat penderita pada status yang menyebabkan alergi. Jelaskan kepada
penderita supaya menghindari makanan atau obat yang menyebabkan alergi. Hal
yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat penawar untuk mengantisipasi
II. 9 Prognosis
32
Penanganan yang cepat, tepat, dan sesuai dengan prinsip
anafilaksis tersebut dapat kambuh kembali akibat paparan antigen spesifik yang
sama. Maka dari itu perlu dilakukan observasi setelah terjadinya serangan
anafilaksis untuk mengantisipasi kerusakan sistem organ yang lebih luas lagi.
anafilaksis yang akan menentukan tingkat keparahan dari reaksi tersebut, yaitu
umur, tipe alergen, atopi, penyakit kardiovaskular, penyakit paru obstruktif kronis,
seperti β-blocker dan ACE Inhibitor, serta interval waktu dari mulai terpajan oleh
33