Latar Belakang
1
PEMBAHASAN
Pengertian
filariasis ( penyakit kaki gajah ) adalah penyakit zoonosis menular yang banyak
ditemukan di wilaya tropis seluruh dunia. penyebabnya adalah infeksi oleh
sekelompok cacing nematoda super familia filarioidea. cacing tersebut adalah
cacing filaria atau microfilaria yang dapat menular dengan perantara nyamuk
sebagai vektor. penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapat
pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap seumur hidup berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki- laki
yang menimbulkan dampak psikologis bagi penderita dan keluarganya. penyakit
kaki gajah disebabkan oleh 3 spesies cacing filaria yaitu : wucheria bancrofti,
bulgaria Malayi dan Bugria Timori.
Kingdom = Animalia
Classis = Secernentea
Ordo = Spirurida
Family = Onchocercidae
Genus = Wuchereria
Epidemiologi Penyakit
1. Host.
Host dari filariasis adalah Manusia. dan reservoir lainnya adalah kera,
kucing dan musang.
a. Golongan umur
Pada masa kanak-kanak microfilaria rate biasanya rendah, tetapi
akan cepat meningkat pada usia antara 5 sampai 20 tahun dan akan
terus meningkat secara perlahan-lahan.
2
b. Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang buruk dapat mengundang atau mempercepat
masuknya bibit penyakit.
2. Agent.
3
mikrofilaria ditemukan didaerah tepi pada siang hari dan pada
malam hari, tetapi lebih banyak ditemukan pada malam hari.
nyamuk penularannya dalah mansonia spp ditemukan didaerah
rawa.
brugia Malayi tipe non periodik.
mikrofilaria ditemukan didaerah tepi baik malam maupun siang
hari. nyamuk penularannya adalah mansonia yang ditemukan di
hutan rimba.
brugia timori periodik nokturna.
mikrofilaria ditemukan didaerah tepi pada malam hari. nyamuk
penularannya adalah Anopheles yang banyak ditemukan didaerah
persawahan.
Sifat agent :
4
Lingkungan sangat mempengaruhi distribusi kasus filariasis dan mata
rantai penularannya. W.Bancrofti tipe perkotaan (urban) memiliki
daerah endemis di daerah-daerah perkotaan yang kumuh, padat
penduduk dan banyak genangan air kotor sebagai habitat dari vektor
yaitu nyamuk C. Quinquefasciatus. Daerah endemis W.Bancrofti tipe
pedesaan (rural) memiliki kondisi lingkungan yang secara umum
sama dengan daerah endemis B.Malayi yaitu di daerah sungai, hutan,
rawa-rawa, sepanjang sungai atau badan air lain yang ditumbuhi
tanaman air.
5
Tempat perkembangbiakan nyamuk. Nyamuk dapat berkembang
biak pada genangan air, baik air tawar maupun air payau,
tergantung dari jenis nyamuknya.
a. Manusia
1) Umur
Filariasis dapat menyerang semua kelompok umur. Pada dasarnya
setiap orang memiliki risiko yang sama untuk tertular apabila
mendapat tusukan nyamuk infektif (mengandung larva stadium 3)
ribuan kali.
2) Imunitas
Orang yang pernah terinfeksi filariasis sebelumnya tidak terbentuk
imunitas dalam tubuhnya terhadap filaria, demikian pula yang
tinggal di daerahendemis biasanya tidak mempunyai imunitas alami
terhadap penyakit filariasis. Pada daerah endemis, tidak semua orang
yang terinfeksi filariasis menunjukkan gejala klinis. Seseorang yang
terinfeksi filariasis tetapi belum menunjukkan gejala klinis biasanya
telah mengalami perubahan patologis dalam tubuhnya.
3) Ras
Penduduk pendatang pada daerah endemis filariasis memiliki risiko
terinfeksi filariasis lebih besar dibanding penduduk asli. Penduduk
pendatang dari daerah non endemis ke daerah endemis, biasanya
menunjukan gejala klinis yang lebih berat walaupun pada
pemeriksaan darah jari mikrofilia yang terdeteksi hanya sedikit.
b. Lingkungan (Environment).
6
memiliki kondisi lingkungan yang secara umum sama dengan daerah
endemis B.Malayi yaitu di daerah sungai, hutan, rawa-rawa, sepanjang
sungai atau badan air lain yang ditumbuhi tanaman air. Pada dasarnya,
lingkungan hidup manusia terbagi menjadi dua yaitu, lingkungan hidup
internal dan eksternal. Lingkungan hidup internal merupakan suatu
keadaan yang dinamis dan seimbang, sedangkan lingkungan hidup
eksternal merupakan lingkungan di luar tubuh manusia yang terdiri atas
beberapa komponen, antara lain:
a. Lingkungan fisik.
b. Lingkungan Biologi
7
kebiasaan kerja di kebun pada malam hari atau kebiasaan
keluar pada malam hari.
tidur tanpa kelambu atau obat nyamuk.
1. Di dunia
a. Orang
Penyakit filariasis menyerang semua golongan umur baik anak-anak
maupun dewasa, laki-laki dan perempuan.
Masyarakat yang berisiko terserang penyakit ini adalah mereka yang
bekerja pada daerah yang terkena paparan menahun nyamuk yang
mengandung larva
b. Tempat
Data WHO menunjukkan bahwa filariasis telah menginfeksi 120 juta
penduduk di 83 negara di seluruh dunia, terutama negara-negara di
daerah tropis dan daerah subtropis seperti Afrika, Asia, Pasifik
Selatan, dan Amerika Selatan. Pada tahun 2014 kasus filariasis
menyerang 1.103 juta orang di 73 negara yang berisiko filariasis.
Kasus filariasis menyerang 632 juta (57%) penduduk yang tinggal di
Asia Tenggara. Di Asia Tenggara ada 9 negara endemis yaitu
Banglades, India, Indonesia, Maldive, Myanmar, Nepal, Sri Langa,
8
Thailand, Dan Timor Leste. Penduduk yang menderita filariasis di
wilayah Afrika (35 negara endemis) sebesar 410 juta (37%)
penduduk. Sedangkan sisanya (6%) diderita oleh penduduk yang
tinggal di wilayah Amerika (4 negara endemis), Mediterania Timur
(3 negara endemis), dan wilayah barat Pasifik (22 negara endemis).
2. Di indonesia
a. Tempat
Filariasis di Indonesia tersebarluas, daerah endemi terdapat di banyak
pulau di seluruh Nusantara, seperti di Sumatera dan sekitarnya, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Irian Jaya. Di Indonesia
filariasis lebih banya k ditemukan di daerah pedesaan.
9
Kalimantan Utara (11 orang), NTB (14 orang), dan Bali (18 orang).
Diperkirakan data yang ada belum menggambaran data sebenarnya
karena masih banyak kasus kronis yang belum dilaporkan atau
ditemukan karena masih ada stigma di masyarakat.
b. WAKTU
3. Di NTT
10
a. Tempat
b. Waktu
11
1. TAHUN 2015
Pada tahun 2015 terdapat kasus baru filariasis sebanyak 68 berasal dari
kabupaten Belu, Ende, Ngada, Sumba Barat dan Rote Ndao.
2. TAHUN 2016
Pada tahun 2013 ditemukan kasus baru Filariasis di Provinsi NTT sebesar
754 kasus Angka kesakitan Filariasis per 100.000 penduduk pada tahun
2013 sebesar 19 per 100.000 penduduk, pada tahun 2014 hanya ada 1
Kabupaten yang melaporkan kasus Filariasis ini yaitu Kabupaten
Manggarai Timur sebanyak 2 kasus, pada tahun 2015 sebesar 68 kasus,
pada tahun 2016 tidak ada yang melaporkan (tidak ada penemuan kasus),
sedangkan target pada Renstra Dinkes.Provinsi NTT pada tahun 2016
yang harus dicapai sebesar ≤ 1 per 100.000 penduduk, ini artinya tidak
mencapai target.
12
3. Tahun 2017
Tahun 2017 Kasus baru Filariasis di Provinsi NTT tahun 2014 hanya ada
1 Kabupaten yang melaporkan kasus Filariasis ini yaitu Kabupaten
Manggarai Timur sebanyak 2 kasus, pada tahun 2015 sebesar 68 kasus,
pada tahun 2016 tidak ada yang melaporkan (tidak ada penemuan kasus)
.dan pada tahun 2017 ditemukan 15 kasus baru filariasis.
13
Pengukuran penyakit yang digunakan
Penemuan Penderita
14
daerah dan sebagai salah satu Data Dasar sebelum dilaksanakannya kegiatan
POPM Filarisis Survei Penderita Filariasis Kronis merupakan cara untuk
mencari, menemukan dan menentukan sebaran penderita Filariasis kronis
menurut desa/kelurahan di setiap wilayah Kabupaten/Kota. Identifikasi
orang-orang yang terinfeksi cacing filaria pada suatu populasi dilakukan
dengan pemeriksaan adanya mikrofilaria pada darah tepi atau dengan metode
diagnosis cepat atau rapid test yang tepat penggunaan.
2) Pelaksana
15
Filariasis Kronis Puskesmas (Formulir 2) dan Bahan Promosi Filariasis,
berupa gambar penderita Filariasis kronis, ke semua Puskesmas di
seluruh wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
16
10. Data Penderita Filariasis Kronis Kabupaten/Kota ini, dikirim ke Dinas
Kesehatan Provinsi, Direktur Jenderal PP dan PL, Kementerian
Kesehatan dan B/BTKLPP Regional.
11. Tim Eliminasi Filariasis Pusat (Ditjen PP dan PL) menghimpun dan
mengirimkan data Penderita Filariasis Kronis ini ke semua B/BTKLPP,
B/BLK dan unit terkait lainnya, serta semua Dinas Kesehatan Provinsi,
agar dapat dilaksanakan kerjasama Program Eliminasi Filariasis lintas
batas, dan memberikan dukungan lainnya sesuai bidang tugasnya.
12. Dari data penderita Filariasis kronis yang diperoleh, dapat ditentukan
Angka Kesakitan Filarisis Kronis (Chronic Disease Rate = CDR) di
suatu desa dalam persen.
Secara sederhana, apabila pada suatu daerah terdapat seseorang yang di dalam
tubuhnya terdapat cacing filaria, dan di tempat tinggalnya terdapat nyamuk
penular yang sesuai, maka daerah sekitarnya adalah daerah penularan. Orang
yang mengidap cacing dewasa dalam tubuhnya, maka cacing tersebut akan
bertahan hidup cukup lama mencapai periode waktu hidup 5-7 tahun, artinya
penularan terus terjadi pada orang-orang disekitarnya, sehingga daerah ini
adalah daerah endemis Filariasis. Empat faktor yang mempengaruhi
terjadinya penularan Filariasis, yaitu adanya: Cacing filaria, manusia dan
hospes lain sebagai sumber penularan, vektor penular Filariasis dan kondisi
lingkungan yang mempengaruhi keberadaan vektor dan manusia rentan
terhadap penularan Filariasis. Pada daerah yang terdapat seseorang yang
mengidap cacing filaria sebagai sumber penularan, maka proses terjadinya
penularan Filariasis dari sumber penularan ke orang lain disekitarnya tidak
mudah, tetapi menyatakan tidak terjadi penularan juga tidak mudah
dilakukan.
17
Upaya pencegahan Filariasis yang di lakukan
18
SUMBER DATA
www.depkes.go.id -19-NTT-2015
https//siakesaunggul.academia.edu
19