Chapter I PDF
Chapter I PDF
PENDAHULUAN
kepercayaan dan praktik yang didasarkan pada keyakinan bahwa ada dimensi
konten dari spiritual bervariasi, namun semua budaya memiliki konsep akhir,
transcendent, suci, sakral, dan kekuatan yang hebat (Peterson & Seligman, 2004).
konsep yang lebih besar (MacKinlay dalam Jewell, 2004). Agama merupakan
sistem keyakinan dan praktik yang terorganisir, agama menawarkan akses dan
ekspresi spiritual, juga menyediakan dukungan kepada orang yang percaya dalam
hubungan dengan kekuatan yang lebih besar, pencipta, bersifat ketuhanan, atau
kekuatan yang tidak terbatas (Berman & Snyder, 2012). Spiritualitas tidak formal,
tidak terstruktur dan tidak terorganisasikan seperti suatu agama dan orang tidak
harus religius untuk menjadi spiritual (Hendrawan, 2009). Namun, yang harus
manfaat pada lansia di Australia terhadap persepsi dukungan sosial (Moxey dkk,
ritual, kepercayaan, peran model, dongeng, pepatah, dan cerita anak. Praktik
(Santosa, 2011).
Suku Jawa adalah suku terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Suku Jawa berjumlah sekitar 90 juta atau
setidaknya, 41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Suku Jawa berasal
dari pulau Jawa dan terutama ditemukan di provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Yogyakarta. Selain di ketiga provinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim
di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat mereka banyak
budaya tradisional yang sudah cukup tua di Indonesia dan dianut secara turun
(dikenal dengan orang Jawa) selalu menyatakan bahwa mereka adalah keturunan
leluhur Jawa (orang yang mendirikan tanah Jawa), sebagian besar orang Jawa
meyakini bahwa dirinya juga keturunan nabi Adam dan Hawa, hanya saja yang
menjadi perantara nabi sampai ke dunia (khususnya di Jawa) dipercaya masih ada
beberapa pendapat. Pertama melalui orang Timur Tengah yang membara, kedua
melalui para dewa dari wilayah Hindustan, dan ketiga yaitu pengendara yang
gemar keliling dunia. Ketiga asal-usul tersebut sama-sama logis dan menduduki
peranan penting dalam kehidupan orang Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa pada
nenek moyang orang Jawa terjadi sinkretis antara Hindu Jawa dan Islam Jawa
dipengaruhi oleh agama Hindu, agama ini berkembang di Jawa jauh sebelum
adanya agama lain sehingga banyak dari tradisi agama Hindu yang kemudian
diadaptasi menjadi budaya Jawa. Pada tahap berikutnya, Islam masuk ke pulau
Jawa, nilai-nilai dalam agama terbesar di Indonesia ini turut pula mewarnai
Tradisi orang Jawa bersumber dari ajaran agama yang diberi hiasan
memperhatikan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan secara turun temurun oleh
nenek moyangnya (Purwadi, 2007). Hal ini juga didukung oleh pernyataan Bapak
Budi Agung Prayoga (49 tahun), yang merupakan keturunan asli keraton
Surakarta:
yang masih menganut agama Hindu, seperti tembang ilir-ilir, melalui tembang ini
2010).
dalam sepuluh besar kekuatan karakter orang Jawa yang paling kuat. Kebutuhan
untuk menyalurkan spiritualitas ini juga terlihat pada orang Jawa yang gemar
lahir batin dalam rangka memenuhi kebutuhan spiritualnya (Purwadi, 2007). Ada
masyarakat yang suka mandi keramas ke berbagai sumber air, sendang, atau
telaga yang legendaris. Pada malam-malam tertentu, misalnya Selasa Kliwon dan
Jumat Kliwon, banyak orang Jawa yang melakukan ziarah ke berbagai petilasan
yang akrab dengan pribadi dan kepercayaannya (Santosa, 2011). Bahkan, dalam
Sultan Maulana Yusuf dinyatakan bahwa dari berbagai suku yang tinggal di
sekitar makam, suku Jawa merupakan suku terbesar yang melakukan ziarah ke
makam tersebut. Dalam penelitian tersebut juga dinyatakan spiritualitas suku Jawa
yang lebih tinggi dibandingkan suku Sunda dan Minangkabau. Hal ini tentunya
menjadi ciri khas dari suku Jawa. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Bapak
“Iya, biasanya buat sesajen dan acara untuk orang meninggal, kan ada
pengajian 7 hari, 40 hari, sama 100 hari, manfaatnya dari sisi agama, untuk
mendoakan almarhum biar jalannya lapang”
(Komunikasi Personal, Minggu , 18/11/2012)
Santosa (2012) menyatakan bahwa orang Jawa percaya mengenai adanya
roh atau jiwa pada manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda lain di dunia.
Semua yang dapat bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan gaib (roh)
yang dapat berbuat baik dan buruk. Di samping itu mereka juga percaya akan
adanya roh adikodrati, yang paling tinggi (paling berkuasa) mengatur kehidupan
negatif terhadap kehidupan dan lingkungan. Selain itu, dukun juga dipercaya
bertuah, seperti keris, pusaka, batu azimat,dan batu akik. Pemberian sesaji kepada
(Santosa, 2012)
sejumlah ide dasar spiritualisme (Mulyana, 2006). Selain itu, terjadi juga
penggabungan tradisi budaya dengan syariat agama (Soedarsono & Hadi dalam
Mulyana, 2006). Contohnya adalah Kejawen atau agama batin, penganut Kejawen
“Kejawen itu kepercayaan Jawa turun temurun dari leluhur dan harus
ditaati, karena kalau nggak ditaati dipercaya nanti datang bahaya dan
keyakinan Jawa atau agama lain. Kecintaannya kepada identitas Kejawen tidak
luntur oleh dogma ajaran apapun, bahkan agama yang secara resmi dianutnya
sendiri. Oleh karena itu, orang Jawa penganut Islam, Kristen, Katolik memiliki
kepercayaan di Jawa karena pada umumnya orang Jawa cenderung untuk mencari
yang berasal dari agama, budaya, adat istiadat, serta ilmu pengetahuan yang
pedoman hidup serta acuan membentuk sifat perilaku masing-masing. Maka dari
(Santosa, 2011). Hal ini juga didukung oleh ungkapan Bapak Budi Agung
Prayoga:
“Kalau bapak sendiri dulu pernah ngelakuin puasa mutih dan puasa 40
hari, memang terbukti ilmu kita lebih ampuh. Itu manfaatnya buat buka
cakram biar indera keenam terbuka semua. Orang Jawa juga ada tradisi
sosio-budaya pada masyarakat jawa yang religius dan sangat menjunjung tinggi
nilai-nilai dalam tatanan kehidupan. Akan tetapi, bila diamati lebih jauh ke dalam
berlangsung di dalam sebuah lembaga yang disebut keluarga inti dan kemudian
bangsa Jawa saat ini lebih berani mengambil sikap untuk keluar dari tatanan dan
komunikasi semakin pesat, cepat atau lambat telah mempengaruhi sikap, cara
“Globalisasi ini juga ada manfaatnya, banyak orang jadi tertarik sama
tradisi spiritual Jawa, jadi orang nggak salah paham lagi karena awalnya
menganggap tradisi itu mengesampingkan tuhan”
(Komunikasi Personal, Minggu , 02/12/2012)
Perubahan zaman tersebut, tentunya mempengaruhi spiritualitas orang
Jawa. Ada beberapa tradisi spiritualitas yang hilang seiring modernisasi zaman.
Pola pikir orang Jawa tentunya sudah semakin berubah. Hal tersebut mendorong
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
suku Jawa.
D. MANFAAT PENELITIAN
berikut:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
mereka jalani
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I : Pendahuluan
penulisan.