Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
dengan 2/3 dari total luas wilayah Indonesia atau 6.000.000 km² merupakan
luas wilayah laut Indonesia. Dan luas wilayah laut Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) Indonesia mencapai 2.700.000 km². Itu berarti bahwa sebagian besar
hayati yang sangat besar dan potensial. Potensi sumber daya hayati laut
terbesar yang dimiliki Indonesia itu berasal dari sektor perikanan. Hal tersebut
sangatlah melimpah.
Indonesia justru banyak dicuri oleh pihak asing, dengan sebagian besar kapal-
kapal asing pencuri ikan tersebut berasal dari negara yang berbatasan
tersebut merupakan kapal nelayan yang masih sederhana yang terbuat dari
kayu.
1 Hutajulu, Marudut dkk. 2014. Analisis Hukum Pidana Terhadap Pencurian Ikan di Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (Studi
Putusan Np. 03/PID.SUS.P./2012/PN.MDN). Jurnal Ilmu Hukum, (Online), Vol. 2, No. 01,
(jurnal.usu.ac.id, diakses 26 Oktober 2016).
2
Illegal Fishing telah berubah cara beroperasinya bila dibandingkan dengan cara
beroperasi pada tahun 1990-an. Mulai dari pelaku illegal fishing hingga lokasi
masih banyak kasus illegal fishing yang terjadi dan terkesan diabaikan oleh
pemerintah. Hal ini bisa terlihat dari perkembangan Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) dari sektor kelautan dan perikanan yang mengalami fluktuasi3.
kerugian negara akibat kejahatan IUU Fishing sebesar Rp300 Triliun setiap
2 Jaelani, Abdul Kadir dan Basuki, Udiyo. 2014. Illegal Unreported and Unregulated (IUU)
Fishing : Upaya Mencegah dan Memberantas Illegal Fishing dalam Membangun Poros
Maritim Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum, (Online), Vol. 3, No. 1, (aifis-digilib.org, diakses 26
Oktober 2016).
3 Muhammad, Simela Victor. 2016. Illegal Fishing di Perairan Indonesia : Permasalahan
dan Upaya Penangannya secara Bilateral di Kawasan. Jurnal Ilmu Hukum, (Online).
(jurnal.dpr.go.id, diakses 20 Oktober 2016).
3
tahunnya dan menimbulkan kerusakan habitat dan ekosistem laut yang parah,
seperti rusaknya terumbu karang4. Oleh karena itulah illegal fishing merupakan
masalah yang sangat serius dan harus segera ditangani dengan serius pula
oleh pemerintah.
kapal pelaku Illegal Fishing yang telah ditangkap dan ditahan di dermaga
dilelang dan dijual kepada negara asal kapal tersebut. Akibatnya, kapal yang
Fishing di wilayah laut Indonesia5. Hal tersebut diakui oleh Freddy Numberi
pelaku Illegal Fishing atas Vietnam, SBY pun menegurnya. Menurut SBY,
mengganggu keakraban SBY dengan Perdana Menteri Vietnam pada saat itu6.
Hal tersebut diperparah dengan tidak adanya dasar hukum yang kuat untuk
4 Bendar, Amin. 2015. Illegal Fishing sebagai Ancaman Kedaulatan Bangsa. Jurnal Ilmu
Hukum, (Online). (perpus.hangtuah.ac.id, diakses 26 Oktober 2016).
5 JPNN.com, Era SBY, Kapal Nelayan Asing yang Ditangkap itu Dilelang, diakses dari
https://www.jpnn.com/news/era-sby-kapal-nelayan-asing-yang-ditangkap-itu-dilelang,
pada 09 November 2017 pukul 13:19 wita.
6 nasional.tempo.com, SBY Pernah Tegur Pembakaran Kapal Asing Ilegal, diakses dari
https://nasional.tempo.co/read/626629/sby-pernah-tegur-pembakaran-kapal-asing-ilegal,
pada 09 November 2017 pukul 13:30 wita.
4
yang keras, tegas, dan tidak kompromi dalam perang melawan praktek illegal
tertangkap mencuri ikan di wilayah laut Indonesia. Hal tersebut terlihat dari
Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada periode 2014 – 2017, karena
Setelah melihat latar belakang dan batasan masalah, maka peneliti menetapkan
7 viva.co.id, Menteri Susi Cerita Sulitnya Nelayan di Era SBY, diakses dari
https://www.viva.co.id/berita/nasional/912644-menteri-susi-cerita-sulitnya-nelayan-di-era-
sby, pada 11 September 2018 pukul 06:02 wita
5
Indonesia
Secara teoritis, teori atau konsep yang digunakan dalam penelitian ini
membantu dalam memahami kebijakan yang telah dilakukan oleh Joko Widodo
Organized Crime (TOC). Ketiga konsep dalam penelitian ini sebagai kacamata
rumusan masalah serta menjadi referensi bagi pembaca untuk mengetahui lebih
Crime (TOC) dalam kaitannya dengan kebijakan yang dilakukan pada masa
ini juga dapat dijadikan sebagai acuan atau materi dalam penyusunan karya
BAB II
Tinjauan Pustaka
adalah segala sesuatu yang terencana dengan baik, sedangkan Crime adalah
commission of crime providing that such division of labor also includes at least
one position for corrupter, one position for corruptee, and one position for an
enforcer”.
hubungan dan organisasi yang terjadi di dalam kejahatan itu sendiri. Perspektif
yang sama juga digunakan dalam pemikiran Michael Maltz mengenai Organized
Crime yang menyatakan bahwa “an organized crime is a crime in which there is
more than one defender, and the offenders are and intend to remain associated
with one another for the purpose of committing crimes. The means of executing
the crime including violence, theft, corruption, economic power, deception, and
victim participant”.
involves violating criminal laws to seek illegal profits and power by engaging in
manipulations”.
8
1. Dilakukan oleh lebih dari satu orang, dalam suatu kegiatan yang
secara ketat
materi
organisasi
Widodo. Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa tidak mudah melacak siapa
saja yang menjadi pelaku dalam suatu organized crime, karena informasi
mengenai organized crime lebih banyak diperoleh dari jurnalis atau ditulis sendiri
“penjahat jalanan” belaka yang berasal dari kelas bawah, akan tetapi lebih sering
yang terlibat adalah mereka yang sering mendapat kesempatan yang tidak
dimiliki oleh orang-orang kelas bawah. Organized Crime juga memiliki struktur
dengan dengan white collar crime (kejahatan kerah putih). Apabila organized
crime dengan white collar crime menyatu, maka akan muncul ancaman yang
upaya ini ingin mencapai hasil yang diinginkan. Kampanye bersama untuk
hal harus disepakati terlebih dahulu, agar tidak terjadi kesalahpahaman dan
penyiapan Sumber Daya Manusia yang memadai, serta sarana dan prasarana9.
9
loc.cit.
10
Illegal fishing adalah istilah asing yang dipopulerkan oleh para pakar
hukum di Indonesia yang kemudian menjadi istilah populer di media massa dan
dijadikan sebagai kajian hukum yang menarik bagi para aktivis lingkungan hidup.
Secara terminologi illegal fishing dari pengertian secara harfiah yaitu berasal dari
dikemukan bahwa “illegal” artinya tidak sah, dilarang atau bertentangan dengan
hukum. “Fish” artinya ikan atau daging ikan, “fishing” artinya penangkapan ikan
kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan secara tidak sah dan bertentangan
adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan
10R.S., Wiliater Pratomo. 2014. Tinjauan Kriminologis Terhadap Illegal Fishing yang
Terjadi di Kota Makassar (Studi Kasus 2010-2013). Makassar. Jurusan Ilmu Hukum
Universitas Hasanuddin.
11
disandingkan dengan IUU Fishing yang secara harfiah dapat dikatakan sebagai
kegiatan perikanan yang tidak sah, kegiatan perikanan yang tidak diatur oleh
1. Dilakukan oleh orang atau kapal asing pada suatu perairan yang menjadi
yuridiksi suatu negara tanpa izin dari negara tersebut ataupun melanggar
internasional.
berlaku.
bahwa :
waktu
atau cara, dan / atau bangunan yang dapat merugikan dan / atau
13
Indonesia
biologis, bahan peledak, alat dan / atau cara, dan / atau bangunan
Republik Indonesia
biologis, bahan peledak, dan / atau cara, dan / atau bangunan untuk
Pada bagian ini, peneliti mengacu pada jurnal yang ditulis oleh M. Rizqi
sekuritisasi isu dan speech act yang disampaikan melalui situs resmi mereka
serta melalui berbagai Pidato Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti
kapal asing pelaku illegal fishing di perairan Indonesia dan didukung pula dengan
11
Isnurhadi, M. Rizqi. 2017. Sekuritiasi Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUUF) di
Perairan Indonesia di Era Pemerintahan Joko Widodo. Jurnal Hubungan Internasional,
(Online), Vol. 10, No. 2, (e-journal.unair.ac.id, diakses 04 Juni 2018).
15
Salah satu aktor yang melakukan securitizing move dalam kasus illegal
konsisten dalam penegakan hukum dengan sanksi yang tegas dan adil”12.
Dari cara yang telah dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan
12
loc.cit.
16
negara untuk menentukan hukum dalam negara tersebut dan sifatnya tunggal,
asli, abadi serta tidak di bagi- bagi. Negara yang berdaulat adalah negara yang
negara baik dalam bidang politik, ekonomi, hukum, pertahahanan dan keamanan
ada tekanan.
b. Aspek internal kedaulatan ialah hak atau wewenang eksklusif suatu negara
wilayah tersebut.
Adapun yang masuk dalam wilayah negara yakni adalah wilayah daratan
termasuk tanah di dalamnya, wilayah perairan, wilayah dasar laut dan tanah
dibawahnya yang terletak dibawah wilayah perairan dan wilayah ruang udara.
sehingga negara ini memiliki hak dan kewajiban untuk menjaga kedaulatan
wilayah lautnya. Oleh karena itu dengan adanya konsep poros maritim dunia
terluar yang sangat penting untuk keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Luar Negeri Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia di Era Pemerintahan Joko
Widodo14. Dimana jurnal ini menjelaskan bagaimana kebijakan politik luar negeri
dua konsep yang menjadi dasar pengambilan kebijakan politik luar negeri. Yang
berkembang, memiliki visi dan misi untuk negaranya maupun kepentingan yang
dunia. Yang kedua adalah konsep Kedaulatan Maritim. Negara yang berdaulat
yaitu negara yang memiliki otonomi penuh dan tanggung jawab terhadap
14 loc.cit.
18
wilayahnya laut sehingga negara ini memiliki hak dan kewajiban untuk menjaga
luar negeri Indonesia terkait kebijakan maritim yang dijalankan oleh pemerintah
di masa pemerintahan Joko Widodo. Adapun kebijakan politik luar negeri yang
pemerintahan Joko Widodo adalah kebijakan poros maritim dunia. Poros maritim
jalur laut yang dimiliki Indonesia. Poros maritim merupakan segala kegiatan yang
berhubungan dengan pemanfaatan laut sebagai sumber hidup baru bagi bangsa
Adapun strategi dan kebijakan yang dilakukan oleh Joko Widodo sesuai
15 loc.cit.
19
development
BAB III
Metode Penelitian
analisis akan didasarkan pada data-data sekunder yang diperoleh dari buku,
jurnal ilmiah, majalah, koran, internet dan berbagai jenis publikasi resmi lainnya
yang berhubungan dan mempunyai benang merah dengan judul yang penulis
angkat. Dengan demikian diperolehlah hasil dari penelitian tersebut dan hasil
kualitatif.
berbagai pendekatan dan metode yang berbeda serta bervariasi dalam hal fokus,
asumsi tentang sifat pengetahuan dan peran peneliti. Namun, menurut Jennifer
pemerintahan Joko Widodo. Adapun variabel yang diteliti dalam skripsi ini adalah
kualitatif, posisi peneliti menjadi instrumen kunci (the key instrument). Untuk itu
dengan pihak yang terkait dalam kebijakan tersebut. Selain itu, penulis
online, dan hasil penelitian dari berbagai pihak yang sejalan dan sesuai dengan
16 Bakry, Umar Suryadi. 2016. Metode Penelitian Hubungan Internasional, Pustaka Pelajar:
Yogyakarta, hlm. 107-109
22
penyelesaian penelitian ini. Adapun lokasi pengambilan data penelitian ini adalah
sebagai berikut :
(Unifa) di Makassar
PSDKP KKP) merupakan salah satu direktorat yang berada dalam naungan
Sumber data penelitian adalah sumber subjek dari tempat mana data
bisa didapatkan. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari
tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti
dari sumber yang sudah ada. Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah
data sekunder.
primer dan sekunder. Adapun data primer yang digunakan berupa hasil
kapal pelaku illegal fishing di masa pemerintahan Joko Widodo. Selain itu,
penulis juga akan mengumpulkan data mengenai jumlah kapal yang ditangkap
laut Indonesia sepanjang tahun 2009 – 2017, jumlah kapal yang ditenggelamkan
laut Indonesia sepanjang tahun 2009 – 2017, jumlah kapal yang dipulangkan
Data primer yang dikumpulkan berupa informasi yang didapatkan penulis dalam
wawancara dengan informan pihak yang terkait dalam pelaksanaan kebijakan ini,
seperti KKP, Bakamla, TNI AL, Polair Polri, serta Kejakgung dan data dalam
bentuk soft file tabel. Alasan penulis memilih informan tersebut karena pegawai
KKP, Bakamla, TNI AL, Polair Polri, serta Kejakgung yang menjalankan
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain, bukan
peneliti itu sendiri. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
lainnya yang memiliki kaitan erat dengan tema penelitian. Peneliti juga
menggunakan sarana internet dari lembaga resmi atau institusi terkait mengenai
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari pihak
pertama. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dengan data statistik dari
dengan jelas jenis pelanggaran tindak pidana perikanan yang banyak terjadi di
wilayah laut Indonesia, jumlah kapal pelaku illegal fishing yang ditangkap, jumlah
kapal pelaku illegal fishing yang ditenggelamkan, jumlah kapal pelaku illegal
25
ahli / pakar yang menekuni pekerjaan yang berkaitan dengan materi penelitian
Indonesia)
3. Kapten Laut TNI Fuad (Staf Badan Pembinaan Hukum Tentara Nasional
Hukum Direktorat Polisi Perairan Korps Polisi Perairan dan Udara Badan
dan Ketertiban Umum dan Tindak Pidana Umum Jaksa Agung Muda
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak lagsung dengan
buku, jurnal, skripsi, tesis, laporan tahunan dan sumber-sumber lainnya yang
memiliki kaitan erat dengan tema penelitian. Dalam penelitian ini, data sekunder
berita, website resmi (KKP, Ditjen PSDKP KKP, Bakamla, Dirpolair Korpolairud
Baharkam Polri, TNI AL, dan Kejakgung). Selain itu, peneliti juga akan
26
kapal pelaku illegal fishing yang telah dilakukan oleh Pemerintah Republik
dan apa yang menyebabkan maraknya illegal fishing di Indonesia. Perlu digaris
bawahi analisis data adalah suatu proses yang pada dasarnya sudah mulai
teknik kualitatif deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik kualitatif deskriptif. Metode ini menekankan pada penelitian sumber tertulis
atau studi literatur. Tahapan yang harus dilakukan adalah tahap pencarian,
ketepatan antara data yang berada pada obyek penelitian dengan data yang di
17
Suryana. 2010. Metode Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Universitas Pendidikan Indonesia
27
stabilitas data atau temuan18. Reliabilitas yang dipakai adalah keakuratan, yakni
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat uraian mengenai latar belakang x dan fenomena
Pada bab pendahuluan ini juga terdiri fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan
Pada bab ini penulis memaparkan konsep dan teori untuk menjawab
yang secara umum dimengerti sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan
lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis berdasarkan rumusan masalah dan judul yang diteliti. Dari
rumusan masalah ini akan di kembangkan dengan hasil dari penelitian kualitatif
BAB V KESIMPULAN
dari keseluruhan bab yang ada dalam skripsi ini. Penulis akan memberikan
simpulan dan saran yang dapat dipahami oleh pembaca, baik dosen maupun
penelitian ini.
29
BAB IV
dengan 2/3 dari total luas wilayah Indonesia atau 6.000.000 km² merupakan
luas wilayah laut Indonesia. Dan luas wilayah laut Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) Indonesia mencapai 2.700.000 km². Itu berarti bahwa sebagian besar
hayati yang sangat besar dan potensial. Potensi sumber daya hayati laut
terbesar yang dimiliki Indonesia itu berasal dari sektor perikanan. Hal tersebut
Indonesia justru banyak dicuri oleh kapal-kapal ikan asing, dengan sebagian
besar kapal-kapal asing pencuri ikan tersebut berasal dari negara yang
dan Vietnam. Kebanyakan kapal pelaku Illegal Fishing yang berasal dari
terbuat dari kayu. Kapal-kapal asing tersebut membawa dan menjual hasil
19 loc.cit.
30
Dimana kejahatan illegal fishing ini mengalami banyak perubahan dari waktu ke
waktu, mulai dari wilayah tempat illegal fishing tersebut dilakukan sampai
dengan pelaku dari kejahatan illegal fishing ini yang sudah melintasi batas
negara. Bahkan, modus dari kejahatan illegal fishing pun semakin berkembang
Adapun modus dari praktek Illegal Fishing yang selama ini banyak
wilayah laut Indonesia, maka Kapal Penangkap Ikan tersebut haruslah memiliki
tercantum dalam izin tersebut20. SIUP wajib dimiliki oleh setiap pihak yang
melakukan usaha perikanan tangkap di laut lepas dan berlaku selama pihak
Kapal Republik Indonesia (KRI) Clurit 641 milik Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Laut (TNI AL) yang dipimpin oleh Komandan KRI Clurit 641, Mayor
Laut TNI (Pelaut) Agung Nugroho pada tanggal 24 Juli 2015 pukul 20:15 WIB
Kepulauan Riau. Penangkapan tersebut bermula saat Radar KRI Clurit 641
teropong. Setelah dipantau lewat teropong, diketahui bahwa dua Kapal Ikan
Asing Vietnam tersebut berada pada posisi 04 34’ 094” LU – 108 31’ 375”
haluan 357 dengan kecepatan 4,7 knot. Komandan KRI Clurit 641 pun
Jaga KRI Clurit 641, Letnan Satu Laut TNI (Pelaut) Luthfi Rhamdhani Apriyanto
melalui FM CH 16 dilakukan tetapi tidak ada jawaban dari kedua Kapal Ikan
tersebut. Pada saat itulah diketahui kedua Kapal Ikan Asing Vietnam tersebut
bernama dan KM Kurnia 09 (BV 9796 TS) dan KM Kurnia 10 (BV 99868 TS).
dilakukan, ditemukan kedua Kapal Ikan Asing Vietnam tersebut tidak memiliki
Keselamatan Kapal, Sertifikat Radio, Crew List, Sijil / Monsterol / Daftar Awak
Keterangan Kecakapan Kepala Kamar Mesin (SKK KKM), dan Surat Izin Usaha
Perikanan (SIUP)22.
SIPI adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk
yang tak terpisahkan dari SIUP23. Masa berlaku dari SIPI adalah selama 3 (tiga)
tahun. Adapun SIPI dapat diurus di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
setempat24.
2015, Kapal Negara (KN) Singa Laut 4803 yang dioperasikan oleh Badan
dikomandoi oleh Letnan Kolonel Maritim TNI (Pelaut) Agus Tri Ariyanti pada
tanggal 03 Mei 2015 berhasil menangkap 3 (tiga) Kapal Ikan Filipina dan 2 (dua)
Kapal Ikan Indonesia di 100 mil sebelah barat Pulau Tahuna, Sulawesi Utara.
22 batam.tribunnews.com, KRI Clurit Hentikan Ilegal Fishing Dua Kapal Vietnam, diakses
dari http://batam.tribunnews.com/2015/07/26/kri-clurit-hentikan-ilegal-fishing-dua-kapal-
vietnam, pada 28 Juli 2018 pukul 15:23 wita
23 Pasal 1 Angka 17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang
yang ditangkap tersebut adalah KM Berkat 03 asal Bitung, Sulawesi Utara dan
tersebut tidak memiliki SPB (Surat Persetujuan Berlayar), SLO (Surat Layak
Operasi), Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Izin Penangkapan Ikan
(SIPI), Ijazah Nahkoda, serta Dokumen Perjalanan dan Visa yang Sah.
SIKPI adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan
selama 3 (tiga) tahun, sedangkan SIKPI untuk kapal berbendera asing berlaku
selama 1 (satu) tahun. Adapun SIKPI untuk kapal perikanan yang dimiliki oleh
Kapal Republik Indonesia (KRI) Teuku Umar milik Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Laut (TNI AL) pada tanggal 12 Agustus 2015 dinihari berhasil
meskipun Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) sempat kesulitan
menangkap Kapal Silver Sea 2 karena Kapal Silver Sea 2 mematikan AIS
satelit yang menunjukkan pada tanggal 14 Juli 2015, terjadi aktivitas bongkar
muat hasil tangkapan ikan / transshipment yang dilakukan oleh Kapal Silver Sea
2 dengan dua kapal penangkap ikan yang diduga merupakan kapal milik PT.
Pusaka Benjina Resources. Pada tanggal 29 Juli 2015, Kapal Silver Sea 2
System) Kapal Silver Sea 2 berada dalam kondisi mati sampai akhirnya pada
terhadap Kapal Silver Sea 2 dikirim kepada Kepala Staf Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Laut (Kasal) ,Laksamana TNI Ade Supandi dan Panglima
memeriksa dan menangkap Kapal Silver Sea 2. Laksamana Muda TNI Achmad
Kapal Silver Sea 2 yang memiliki kargo pendingin untuk menyimpan ikan hasil
tangkapan tidak memiliki Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) dan
Oleh karena itu, jika Kapal Penangkap Ikan tersebut tidak memiliki
sebagian ataupun seluruhnya, baik dalam hal izin untuk penangkapan ikan
Kegiatan Penangkapan Ikan di wilayah laut Indonesia. Jika kapal tersebut tetap
dokumen perizinan yang sah dan lengkap, maka kapal tersebut telah melanggar
Hukum Laut / United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS),
Tentang Perikanan.
Illegal Fishing oleh Kapal Republik Indonesia (KRI) Sutanto-377 milik Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) pada 22 Juli 2017 di Laut Natuna,
Ikan Asing (KIA) Vietnam tersebut mengapung di atas Laut Natuna. Komandan
KRI Sutanto-377, Letnan Kolonel Laut TNI (Pelaut) Erwin Baharudin pun
penangkapan ikan campuran dan cumi. Tidak dijelaskan disitu jenis dokumen
yang dimaksud dan berapa jumlah ikan yang ditangkap KIA Vietnam tersebut.
Adapun peralatan tangkap yang dilarang, tetapi justru banyak digunakan untuk
kegiatan penangkapan ikan di wilayah laut Indonesia adalah Cantrang dan Bom
Ikan. Cantrang adalah alat penangkapan ikan yang bersifat aktif dengan
kemudian dilanjutkan dengan menurunkan jaring cantrang dan ujung tali selabar
dipertemukan. Kedua ujung tali tersebut ditarik ke arah kapal sampai seluruh
panjang lebih dari 1.000 m (masing-masing sisi kanan dan sisi kiri 500 m)
menyebabkan sapuan lintasan tali selambar sangat luas. Ukuran cantrang dan
28 news.detik.com, Curi Ikan di Laut Natuna, Kapal Vietnam Ditangkap TNI AL, diakses
dari https://news.detik.com/berita/d-3570669/curi-ikan-di-laut-natuna-kapal-vietnam-
ditangkap-tni-al, pada 31 Mei 2018 pukul 12:04 wita
29
ekonomi.kompas.com, Seperti Ini Bentuk dan Cara Kerja Cantrang yang Membuatnya
Dilarang, diakses dari https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/18/103706026/seperti-
37
Sedangkan Bom Ikan adalah bahan peledak yang digunakan untuk menangkap
ikan. Bom Ikan digunakan dengan cara dinyalakan sumbunya dan dilemparkan
dalam laut, namun sumbunya tetap menyala. Setelah meledak, Kapal Ikan
mati atau terkejut akibat gelombang yang dihasilkan ledakan tersebut dengan
2017, Kapal Angkatan Laut (KAL) Tidore I-14-11 yang dikomandoi oleh Kapten
Laut TNI (Pelaut) Habiby Achmad menangkap Kapal Triton pada 06 Oktober
2017 di Laut Halmahera, Maluku Utara. Penangkapan ini terjadi dalam sebuah
operasi rutin pengamanan perairan yang digelar oleh Badan Keamanan Laut
kegiatan penangkapan ikan dengan jaring hand line / pancing ulur (alat
sehingga terkait dengan mata pancing yang dirangkai dengan tali menggunakan
ataupun tanpa umpan) tanpa dokumen izin yang sah31. Dimana seharusnya
sebuah kapal penangkap ikan memiliki dokumen yang lengkap seperti: SIUP
(Surat Izin Usaha Perikanan), SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan), dan SIKPI
3. Berbendera Ganda
negara asal kapal tersebut secara benar dan valid. Akan tetapi, seringkali
mengelabui aparat yang sedang berpatroli di wilayah laut yang akan mereka
2017, terjadi penangkapan dua buah Kapal Ikan Asing (KIA), yaitu KM BD
September 2017 oleh Kapal Perikanan (KP) Orca 2 di Laut Natuna, Kepulauan
pada muatan, ABK dan Nahkodanya, kembali ditemukan lagi kedua KIA
tersebut tidak memiliki dokumen perizinan yang sah, seperti tercantum pada
poin 1.
32nasional.kompas.com, Indonesia Kembali Tangkap Dua Kapal Ikan Asing Ilegal di Laut
Natuna, diakses dari https://nasional.kompas.com/read/2017/09/23/05245851/indonesia-
kembali-tangkap-dua-kapal-ikan-asing-ilegal-di-laut-natuna, pada 31 Mei 2018 pukul
11:58 wita
39
secara baik oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
setempat (provinsi dan kabupaten / kota). Namun tidak sedikit kapal asing yang
membuat pabrik pengolahan ikan di tengah laut dengan cara menjadikan kapal
tangkapan dibawa ke kapal yang menjadi pabrik pengolahan ikan di tengah laut,
maka hasil tangkapan yang telah diolah tersebut dapat langsung dibawa ke
Kapal Republik Indonesia (KRI) Sultan Thaha Syaifuddin - 376 pada tanggal 26
Februari 2016 di ZEE Indonesia (12,7 mil dari Perairan Tanjung Berakit, Riau),
bahwa Kapal MV Viking yang sejak Maret 2013 menjadi buronan International
Pada pukul 17:00 WIB, Kapal Republik Indonesia (KRI) Sultan Thaha
penangkapan, pada pukul 00:30 WIB Kapal MV Viking pun digiring ke Tanjung
Uban. Kemudian Nahkoda yang bernama Huan Venesa dan seluruh Anak Buah
Viking. Bahkan, mereka mengaku sudah 7 bulan mereka belum dibayar oleh
Selatan33.
pemberitahuan, tidak memiliki dokumen perizinan yang sah dan lengkap (Surat
Izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), dan SIKPI
Identification System), dan menangkap ikan dengan alat tangkap Gill Net /
Jaring Insang (jaring ikan dengan bentuk empat persegi panjang yang
mempunyai mata jaring sama ukurannya pada seluruh jaring serta lebar jaring
Criminal Police Organization (ICPO / Interpol) sejak Maret 2013 dan diperbarui
34 news.detik.com, Susi Paparkan Kasus Illegal Fishing yang Diberantas, Ini Daftarnya,
diakses dari https://news.detik.com/berita/d-3223419/susi-paparkan-kasus-illegal-fishing-
yang-diberantas-ini-daftarnya pada 30 Mei 2018 pukul 14:02 wita
35 ekonomi.kompas.com, Ini 8 Catatan Kejahatan FV Viking, Kapal Buronan Interpol
Yudhoyono, hampir semua kapal asing pelaku illegal fishing yang tertangkap di
wilayah laut Indonesia hanya ditahan di dermaga pangkalan laut atau pelabuhan
terdekat. Sebagian besar kapal pelaku illegal fishing yang ditahan tersebut
akhirnya dilelang ataupun dijual kembali ke negara asal kapal yang ditahan
tersebut. Akibatnya, kapal yang dilelang atau dijual tersebut kembali digunakan
untuk melakukan praktek illegal fishing di wilayah laut Indonesia. Hal itulah yang
kejahatan illegal fishing. Dan jelas hal tersebut sangatlah merugikan negara.
dan Perikanan Republik Indonesia (2004 – 2009). Pada saat beliau menjabat
penenggelaman kapal pelaku illegal fishing yang beliau upayakan sulit dan
bahkan tidak mungkin bisa dilaksanakan. Karena pada saat beliau berusaha
pemimpin negara asal kapal pelaku illegal fishing di wilayah laut Indonesia.
Apalagi pada saat kebijakan penenggelaman kapal pelaku illegal fishing akan
menjalani hubungan yang sangat akrab dengan Perdana Menteri Vietnam pada
saat itu.
43
Illegal Fishing di wilayah laut Indonesia. Akibatnya, praktek illegal fishing yang
banyak dilakukan oleh kapal-kapal asing semakin marak terjadi pada waktu itu.
sudah memiliki bukti permulaan yang cukup. Tetapi dengan dalih agar
asal kapal-kapal pelaku illegal fishing tetap terjalin / berjalan dengan baik, maka
tersebut sesuai dengan salah satu misi Joko Widodo yang ingin menjadikan
tegas perang melawan illegal fishing. Praktik illegal fishing untuk negara
Indonesia dengan luas laut yang mencapai 6.000.000 km² bukanlah hal yang
salah satu ancaman yang serius bagi ketahanan nasional karena berpotensi
Hal ini sejalan dengan perintah yang dikeluarkan oleh Joko Widodo
Angkatan Laut (TNI AL), dan Direktorat Polisi Perairan Korps Polisi Perairan
wilayah laut Indonesia secara illegal. Menurut Joko Widodo, illegal fishing yang
banyak dilakukan oleh kapal-kapal asing selama ini sangat merugikan negara
Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan laporan yang menyatakan bahwa setiap
harinya ada 4.500 kapal asing yang masuk ke wilayah laut Indonesia secara
illegal36. Berdasarkan data dari Ditjen PSDKP KKP, dalam kurun waktu 2014-
2017 saja sudah ada 363 kapal (350 kapal asing dan 13 kapal Indonesia) yang
36Darmika, Ketut. 2015. Penegakan Hukum Tindak Pidana Perikanan oleh Kapal Perang
Republik Indonesia (KRI) dalam Perspektif Undang-Undang RI Nomor 45 Tahun 2009
tentang Perikanan. Jurnal Ilmu Hukum dan Peradilan, (Online), Vol. 4, No. 3, (oaji.net,
diakses 29 Oktober 2016)
45
Tabel 1.1 Jumlah Kapal Pelaku Illegal Fishing yang ditangkap di wilayah laut
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari kurun waktu 2009 –
2017, ada kecenderungan penurunan jumlah kapal penangkap ikan, baik lokal
maupun luar negeri yang ditangkap. Hal ini dibuktikan pada tahun 2009 ada
total 203 kapal yang ditangkap, sedangkan pada tahun 2017 hanya 125 kapal
yang ditangkap.
37 detik.com, 363 Kapal Ditenggelamkan dalam 3 Tahun, Paling Banyak dari Vietnam,
diakses dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3810782/363-kapal-
ditenggelamkan-dalam-3-tahun-paling-banyak-dari-vietnam, pada 19 Juli 2018 pukul
16:39 wita.
46
Tabel 1.2 Jumlah Kapal Pelaku Illegal Fishing yang ditenggelamkan di wilayah
2009 0 32 32
2010 0 3 3
2011 0 1 1
2012 0 1 1
2013 0 0 0
2014 0 8 8
2015 4 109 113
2016 3 112 115
2017 4 123 127
TOTAL 11 389 400
KAPAL
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari tahun 2009 – 2017
Tabel 1.3 Jumlah Kapal Pelaku Illegal Fishing yang dipulangkan di wilayah laut
2009 0 17 17
2010 0 3 3
2011 0 12 12
2012 0 10 10
2013 0 1 1
2014 0 0 0
2015 0 0 0
2016 0 0 0
2017 0 0 0
TOTAL 0 43 43
KAPAL
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat jelas bahwa dari kurun waktu
angka 0. Artinya, dari kurun waktu 2014 – 2017, tidak ada kapal penangkap ikan
Konsumsi ikan Indonesia saja meningkat hampir 38 kg per kapita setiap tahun.
Konsumsi ikan dunia juga mengalami peningkatan, apalagi bagi negara maju.
Hal tersebut juga memicu nelayan asing untuk menangkap ikan di wilayah laut
Karena luas wilayah laut di negara lain tidak seluas wilayah laut
Indonesia, maka banyak nelayan asing yang nekat menangkap ikan di wilayah
laut Indonesia tanpa izin, untuk dijual kembali di negara asalnya dengan harga
tinggi. Misalnya, seekor ikan tuna seberat 200 kg yang ditangkap di wilayah laut
Indonesia bisa dijual di Jepang seharga Rp300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)
luas wilayah laut Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia mencapai 2.700.000 km².
Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan luas wilayah laut
yang lebih besar daripada luas wilayah daratnya. Tetapi, di sisi lain luasnya
Karena tanggung jawab yang semakin besar, sedangkan armada dan Sumber
memadai untuk melakukan patroli rutin di seluruh wilayah laut Indonesia. Hal ini
terkait dengan poin nomor 3 di atas mengenai luas wilayah laut Indonesia,
sehingga belum semua wilayah laut Indonesia tersebut mampu dijangkau oleh
Tahun 2004 Tentang Perikanan yang berbunyi “Benda dan / atau alat yang
digunakan dalam dan / atau yang dihasilkan dari tindak pidana perikanan
Pemberantasan IUUF
Perikanan
Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Tugas 115
Sahono Budianto selaku Kepala Sub Bagian Kerja Sama dan Hubungan
Indonesia dan Komisaris Polisi Agus selaku Kepala Urusan Administrasi Bagian
Penegakan Hukum Direktorat Polisi Perairan Korps Polisi Perairan dan Udara
antara lain :
Sebuah Kapal Ikan baru bisa ditangkap oleh aparat yang berwenang
yang dimiliki oleh Nahkoda dan ABK (Anak Buah Kapal) dari kapal tersebut
diperiksa oleh petugas, maka kapal tersebut dikawal oleh Kapal Patroli ke
dokumen perizinan, dokumen Nahkoda dan ABK serta muatan kapal diperiksa /
52
diselidiki lebih lanjut oleh pihak penyidik di pangkalan untuk mengetahui apakah
dokumen perizinan yang dimiliki oleh Nahkoda maupun ABK dalam kapal
tersebut lengkap dan sah serta mengetahui dengan jelas jenis pelanggaran
illegal fishing yang seperti apa yang dilakukan oleh kapal tersebut.
proses lanjutan serta pelimpahan berkas perkara. Dalam hal ini, pihak penyidik
6. Jika berkas dinyatakan P-21 / lengkap, maka barang bukti dan tersangka
Perkara, Barang Bukti (dokumen perizinan (baik SIUP, SIPI, maupun SIKPI),
saksi, dst.) dan Tersangka dari pihak penyidik dapat diterima oleh Kejaksaan
Negeri jika Berkas Perkara maupun Barang Bukti yang dilimpahkan telah
19 (belum lengkap / masih ada yang harus dilengkapi), maka Berkas Penyidikan
53
KKP, Ditpolair Korpolairud Baharkam Polri, ataupun TNI AL) untuk dilengkapi
Negeri setempat
terlebih dahulu membuat Surat Dakwaan yang Jelas dan Lengkap terhadap
perkara tersebut. Kemudian setelah d Surat Dakwaan jelas dan lengkap, maka
dan berkas perkara tersebut diperiksa lebih lanjut oleh pihak Pengadilan Negeri.
Pembuktian oleh Pihak Jaksa Penuntut Umum (JPU). Pada saat pembukitan,
Pihak JPU berhak mengajukan bentuk fisik dari barang bukti yang sah dimiliki
oleh Pihak JPU yang dapat menjadi dasar penuntutan, baik berupa dokumen,
perlengkapan, ataupun peralatan yang disita oleh penyidik dari Pihak Terdakwa
persidangan. Bahkan Pihak JPU berhak mengajukan saksi maupun saksi ahli
ahli. Dalam persidangan yang dilaksanakan 1 (satu) minggu setelah Pihak JPU
mengajukan barang bukti maupun keterangan dari saksi maupun saksi ahli
pengajuan pledoi, Pihak Terdakwa juga berhak mengajukan saksi maupun saksi
Pihak JPU mengajukan Replik (Jawaban atas Pledoi dari Pihak Terdakwa)
dibacakan oleh Pihak JPU, Pihak Terdakwa mengajukan Duplik (Jawaban Pihak
saksi ataupupun saksi dari JPU serta memperhatikan jawaban pembelaan dari
Pihak Terdakwa maupun jawaban Pihak JPU atas pledoi dan jawaban Pihak
Terdakwa atas replik, barulah Majelis Hakim mengeluarkan vonis / putusan atas
atas perkara Illegal Fishing tersebut dan vonis / putusan tersebut dinyatakan
berkekuatan hukum tetap (Incracht), Pihak JPU dan Pihak Eksekutor (baik dari
(TNI AL), maupun Direktorat Polisi Perairan Korps Polisi Perairan dan Udara
55
yaitu :
Keamanan dan Ketertiban Umum dan Tindak Pidana Umum Jaksa Agung
c. Kapten Laut TNI Fuad, selaku Staf Badan Pembinaan Hukum Tentara
a. Kumulatif
tentu saja Majelis Hakim terlebih dahulu memeriksa dan meneliti catatan hukum
dari pelaku illegal fishing tersebut, baik ABK maupun Nahkodanya. Dalam hal ini
Majelis Hakim tentu saja telah terlebih dahulu memeriksa catatan / riwayat
hukum dari pelaku dan kapal yang digunakan untuk melakukan praktek illegal
riwayat gabungan pelanggaran yang telah dilakukan kapal tersebut pada waktu-
waktu sebelumnya.
b. Alternatif
dengan Sahono Budianto selaku Kepala Sub Bagian Kerja Sama dan Hubungan
Indonesia dan Komisaris Polisi Agus selaku Kepala Urusan Administrasi Bagian
Penegakan Hukum Direktorat Polisi Perairan Korps Polisi Perairan dan Udara
57
antara lain :
1. Jumlah Armada Kapal dan Persenjataan yang Minim dan Tidak Sebanding
dengan Luas Wilayah Laut maupun Jumlah Kapal Perikanan yang Harus
Diawasi
Sedangkan luas wilayah laut Zona Ekonomi Eksklusif mencapai 2.700.000 km².
dibutuhkan armada kapal dengan jumlah kapal yang banyak serta berteknologi
canggih. Sedangkan jumlah armada kapal yang ada, baik yang dimiliki oleh
Ditjen PSDKP KKP, Bakamla, TNI AL, maupun Polair Polri kurang memadai
perikanan yang harus diawasi, baik kapal perikanan dalam negeri maupun luar
negeri.
Bakamla, TNI AL, maupun Polair Polri berusia cukup lama serta memiliki
teknologi yang lebih canggih. Sehingga armada kapal yang dimiliki oleh Ditjen
PSDKP KKP, Bakamla, TNI AL, maupun Polair Polri sering mengalami kesulitan
untuk melacak keberadaan kapal pelaku illegal fishing yang memiliki teknologi
lebih canggih.
58
Dalam hal ini, instansi terkait terutama KKP, Bakamla, TNI AL, dan
Perikanan
memadai agar kegiatan atau program tersebut dapat berjalan dengan maksimal
Tabel 1.4 Jumlah anggaran pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu 2010
pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan di wilayah laut Indonesia. Hal
yang memadai dan memiliki keahlian yang mumpuni. Tetapi, hanya sedikit yang
memiliki keahlian seperti itu. Dan juga untuk dapat memiliki Sumber Daya
60
Perikanan dengan sebaik dan seefisien mungkin, agar SDM PPNS Perikanan
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan (SDM PPNS Perikanan) yang lebih
terampil. Hal tersebut bisa diwujudkan jika SDM PPNS Perikanan tersebut
anggaran dana yang tidak sedikit serta membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk melatih SDM PPNS Perikanan agar memiliki keahlian yang sesuai.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keahlian yang mumpuni. Namun,
yang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk menjalankan kebijakan ini. Apalagi
proses pelatihan SDM PPNS Perikanan pun membutuhkan waktu yang cukup
lama.
61
dasar hukum yang kuat untuk mendukung kebijakan tersebut. Karena jika
kebijakan tersebut tanpa didasari oleh dasar hukum yang kuat, maka kebijakan
tersebut dapat menimbulkan masalah dan dapat digugat dengan mudah oleh
8. Rumusan Delik dan Sanksi yang Tidak Efektif untuk memberikan Efek Jera
Akibatnya, kapal yang dilelang tersebut sangat mungkin bisa digunakan kembali
yang sempat beliau gagas sulit dilakukan. Karena, pada saat beliau mencoba
untuk menerapkan kebijakan ini, beliau pun mendapat teguran dari Susilo
dengan pemimpin negara lain pada saat itu. Selain itu, Susilo Bambang
62
untuk Jangka Waktu Tertentu) Penenggelaman Kapal Pelaku Illegal Fishing. Hal
Penenggelaman Kapal Pelaku Illegal Fishing karena tidak adanya dasar hukum
pelaku illegal fishing dengan ancaman hukuman yang berat karena kurangnya
pasal maupun ayat yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku illegal fishing
tersebut.
dasar hukum yang digunakan tidak hanya satu dasar hukum saja. Tetapi juga
membutuhkan dasar hukum yang lain untuk melengkapi apa yang menjadi
kelemahan dari dasar hukum tersebut. Karena jika hanya satu dasar hukum
maka para pelaku illegal fishing dapat memanfaatkan kelemahan dari dasar
Lintas Sektor
hidup, dan sosial. Karena Illegal Fishing juga merusak kehidupan perekonomian
63
terkait dengan illegal fishing, agar pencegahan dan penanganan illegal fishing di
menemukan dasar hukum yang kuat untuk menjerat pelaku illegal fishing
baru yang dapat membantu aparat penegak hukum untuk menjerat pelaku
illegal fishing.
12. Kejahatan Illegal Fishing sangat berpotensi diikuti dengan Tindak Pidana
barang ataupun hadiah) oleh pihak pelaku illegal fishing kepada pihak penyidik.
64
Selain itu, juga sangat mungkin terjadi praktek Tindak Pidana Pencucian Uang
(TPPU) maupun Penghindaran Pajak yang dilakukan oleh pelaku illegal fishing.
dengan penanganan illegal fishing, terutama KKP, Bakamla, TNI AL, dan Polair
sangat dibutuhkan.
peraturan lainnya. Dan dasar-dasar hukum tersebut muncul dari beberapa masa
berbeda-beda.
fishing harus disatukan menjadi suatu undang-undang atau peraturan baru yang
Indonesia tentu tidak dapat hanya dilakukan oleh satu instansi pemerintah saja,
KKP juga pasti menggandeng instansi lain untuk bekerja sama dalam kebijakan
ada beberapa tahapan yang harus dilalui agar putusan dari perkara tersebut
pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan yang baik. Oleh karena itu,
di butuhkan kerja keras dan sinergi semua pihak yang terkait agar potensi
kelautan dan perikanan yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan dengan baik
mengenai pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang efektif bagi
dalam negeri, tetapi juga di level regional dan internasional. Karena tidak semua
Kapal Coast Guard RRT saat akan ditangkap oleh KP Hiu 11 di Laut Natuna,
Kway Fey 10078 terdeteksi masuk ke wilayah laut Indonesia berdasarkan hasil
deteksi target operasi yang dimulai pada Sabtu (19/03/2016) pukul 14:15 WIB.
Target operasi pun dikejar oleh KP Hiu 11. Namun, KM Kway Fey tidak mau
gerakan zig-zag sehingga KP Hiu 11 pun mendekati kapal tersebut dan tidak
bisa lagi menghindari tabrakan. Tiga orang petugas yang ikut dalam KP Hiu 11
Setelah dokumen-dokumen dan muatan kapal diperiksa, para ABK pun lantas
dipindahkan ke KP Hiu 11. Kemudian pada pukul 15:00 WIB kapal tangkapan
perjalanan, tiba-tiba 1 Kapal Coast Guard RRT mengejar KP Hiu 11. Komandan
KP Hiu 11, Kapten Laut (Pelaut) TNI La Edi pun mencoba menghubungi lewat
40 BBC.com, Penangkapan Kapal Ikan Asing Ilegal Cina di Natuna ‘Digagalkan’, diakses
dari
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160320_indonesia_kapal_cina,p
ada 31 Mei 2018 pukul 09:48 WITA
67
menyorot dengan lampu sorot, kemudian menabrak kapal tangkapan yang akan
dibawa tersebut. Setelah kapal tangkapan berhenti dan melihat adanya tiga
orang petugas KP Hiu 11, merekapun tidak jadi naik. Tetapi tetap mengawasi
dan tiga orang petugas KP Hiu 11 pun memutuskan kembali ke KP Hiu 11 dan
meninggalkan kapal tangkapan tersebut. Pada pukul 01:45 WIB, Kapal Coast
terdekat, salah satu ABK kapal tersebut mencoba menarik kemudi sehingga
Guard RRT tersebut kepada pihak Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok
menyampaikan nota protes saja, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh
insiden tersebut42.
Tiongkok, http://www.mongabay.co.id/2016/03/22/dinilai-intervensi-kapal-iuu-fishing-
indonesia-protes-kepada-tiongkok/, pada 31 Mei 2018 pukul 12:52 wita
68
yaitu :
Keamanan dan Ketertiban Umum dan Tindak Pidana Umum Jaksa Agung
c. Kapten Laut TNI Fuad, selaku Staf Badan Pembinaan Hukum Tentara
Fishing, Penulis paparkan beberapa kasus yang sudah pernah terjadi, bukti
Kapal Republik Indonesia (KRI) Sultan Thaha Syaifuddin - 376 pada tanggal 26
Februari 2016 di ZEE Indonesia (12,7 mil dari Perairan Tanjung Berakit, Riau),
bahwa Kapal MV Viking yang sejak Maret 2013 menjadi buronan International
berada di 12,7 mil Perairan Tanjung Berakit, Kepulauan Riau. Pada pukul 17:00
WIB, Kapal Republik Indonesia (KRI) Sultan Thaha Syaifuddin – 376 pun
Viking tersebut.
pukul 00:30 WIB Kapal MV Viking pun digiring ke Tanjung Uban. Kemudian
Nahkoda yang bernama Huan Venesa dan seluruh Anak Buah Kapal (ABK) dari
terhadap Nahkoda dan ABK Kapal MV Viking tersebut, ditemukan mereka tidak
mengaku sudah 7 bulan mereka belum dibayar oleh pemilik kapal. Kapal MV
pemberitahuan, tidak memiliki dokumen perizinan yang sah dan lengkap (Surat
Izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), dan SIKPI
Identification System), dan menangkap ikan dengan alat tangkap Gill Net /
Jaring Insang (jaring ikan dengan bentuk empat persegi panjang yang
mempunyai mata jaring sama ukurannya pada seluruh jaring serta lebar jaring
Criminal Police Organization (ICPO / Interpol) sejak Maret 2013 dan diperbarui
perikanan di Spanyol45.
44 news.detik.com, Susi Paparkan Kasus Illegal Fishing yang Diberantas, Ini Daftarnya,
diakses dari https://news.detik.com/berita/d-3223419/susi-paparkan-kasus-illegal-fishing-
yang-diberantas-ini-daftarnya pada 30 Mei 2018 pukul 14:02 wita
45 ekonomi.kompas.com, Ini 8 Catatan Kejahatan FV Viking, Kapal Buronan Interpol
oleh Laksamana Madya TNI Arie Henrycus Sembiring Meliala (Wakil Kepala
Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut selaku Ketua Pelaksana Harian
Pangandaran)46.
hanya ditenggelamkan separuh badan kapal saja. Agar separuh badan kapal
Joko Widodo47.
http://jabar.tribunnews.com/2016/03/15/kapal-viking-diledakan-di-pangandaran, pada 27
Juli 2018, 11:26 wita
47 liputan6.com, Bangkai Kapal Viking Jadi Monumen Perlawanan Pencurian Ikan,
Kapal Patroli Viper Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) pada
penangkapan Kapal KF 5615, barang bukti hasil tangkapan seberat 2 ton dan 4
kapal tersebut membawa berbagai jenis ikan yang berjumlah 830 boks dengan
total berat hasil tangkapan sebanyak 83 ton, seperti Ikan Bawal, Tuna, serta
Udang yang dikemasi dalam kotak plastic yang tidak dilengkapi dengan Surat
Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) yang dioperasikan oleh Pasukan
73
yang berkekuatan hukum tetap (Inchract) pada tanggal 19 Februari 2016. Dalam
Kelautan Republik Indonesia (Ditjen PSDKP KKP), dan Satuan Polisi Perairan
kedua kapal tersebut dilakukan atas dukungan dan kerja sama Kepolisian
dapat memberikan efek jera bagi kapal ikan asing agar tidak melakukan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Indonesia. Hal tersebut karena Illegal Fishing tidak hanya merusak kedaulatan
nelayan dan ekosistem laut di wilayah laut Indonesia. Bahkan kapal-kapal asing
asalnya, sehingga Indonesia justru harus menderita kerugian yang tidak sedikit,
c. Berbendera Ganda
cenderung tidak efektif mengatasi illegal fishing dengan sempurna. Hal ini
terbukti dari masih maraknya illegal fishing terjadi di wilayah laut Indonesia.
sesuai dengan salah satu misi Joko Widodo yang ingin menjadikan Indonesia
75
sebagai negara poros maritim dunia. Untuk mewujudkan visi tersebut, Indonesia
illegal fishing. Karena jika tidak ditangani dengan tegas, maka praktek illegal
pun juga rusak karena kapal-kapal asing tersebut dapat dengan leluasanya
keluar masuk wilayah laut Indonesia dan melakukan illegal fishing di wilayah
laut Indonesia.
tersebut akan terbakar dan tenggelam ke dalam perairan. Adapun kapal illegal
membahayakan maupun Nahkoda dan Anak Buah Kapal dari kapal tersebut
namun tidak sedikit juga hambatan dan tantangan yang harus dihadapi oleh
pemerintah secara internal seperti dasar hukum yang tidak jelas, jumlah armada
kapal dan persenjataan yang minim dan tidak sebanding, banyak armada kapal
yang sudah berusia tua, minimnya anggaran, kesiapan sumber daya manusia
yang belum memadai, dasar hukum yang tidak jelas, pendekatan penegakan
Sedangkan hambatan dan tantangan yang ada secara eksternal seperti tidak
Widodo pun tetap membutuhkan perbaikan agar kebijakan ini dapat benar-
5.2 Saran
dilengkapi agar dapat memiliki kekuatan hukum yang lebih kuat untuk
menjerat para pelaku illegal fishing dengan hukuman yang berat, khususnya
dan baku
pemerintah
diperhatikan dan ditingkatkan, terutama KKP, Bakamla, TNI AL, dan Polair
Polri
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Abdul, Firmansyah. 2016. Pencurian Ikan Oleh Kapal Asing di Wilayah Teritorial
Indonesia Dalam Perspektif Hukum Positif di Indonesia. Jurnal Ilmu
Hukum, (Online), Vol. 4, No. 1, (ejournal.unsrat.ac.id, diakses 02
Desember 2017).
Adhyanto, Oksep. 2014. Maritime Constitution. Jurnal Selat, (Online), Vol. 6, No.
1, (law.umrah.ac.id, diakses 07 November 2016).
Aji Sularso, Overfishing, Over Capacity dan Illegal Fishing (Studi Kasus Laut
Arafura), (Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2009).
Akbar, Helmi. 2014, Perspektif Realisme dalam Hubungan Internasional, diakses
dari http://helmi-akbar-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-94111-
(SOH201)%20Teori%20Hubungan%20Internasional-
Perspektif%20Realisme%20dalam%20Teori%20Hubungan%20Internasio
nal.html , pada 01 Desember 2017 pukul 11:25 wib.
79
Iqbal, Moch. 2012. Illegal Fishing sebagai Kejahatan Korporasi Suatu Terobosan
Hukum Pidana dalam Mengadili Kejahatan Illegal Fishing. Jurnal Hukum
dan Peradilan, (Online), Vol. 1 No. 3, (www.jurnalhukumdanperadilan.org,
diakses 24 September 2017).
Isnurhadi, M. Rizqi. 2017. Sekuritiasi Illegal, Unreported, Unregulated Fishing
(IUUF) di Perairan Indonesia di Era Pemerintahan Joko Widodo. Jurnal
Hubungan Internasional, (Online), Vol. 10, No. 2, (e-journal.unair.ac.id,
diakses 04 Juni 2018).
Istanto, Yusuf. 2015. Penegakan Kapal Pelaku Illegal Fishing sebagai Upaya
Penegakan Hukum Perikanan di Indonesia (Studi Putusan Nomor
4/PID.SUS-PRK/PN.TPG Pengadilan Negeri Tanjungpinang). Jurnal Ilmu
Hukum, (Online), (download.portalgaruda.org, diakses 26 Oktober 2016).
Ivan, Bob. 2014. Illegal Fishing di Kawasan Perairan Kepulauan Bangka Belitung
(Studi Kasus Penangkapan Ikan Tanpa Dokumen yang Sesuai). Jurnal
Kriminologi Indonesia, (Online), (lib.ui.ac.id, diakses 14 Agustus 2017).
Jaelani, Abdul Kadir dan Basuki, Udiyo. 2014. Illegal Unreported and Unregulated
(IUU) Fishing : Upaya Mencegah dan Memberantas Illegal Fishing dalam
Membangun Poros Mairitm Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum, (Online), Vol.
3, No. 1, (aifis-digilib.org, diakses 26 Oktober 2016).
Kartika, Shanti Dwi. 2014. Keamanan Maritim dari Aspek Regulasi dan
Penegakan Hukum. Jurnal Hukum, (Online), Vol. 5, No. 2,
(jurnal.dpr.go.id, diakses 31 Oktober 2016).
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Overfishing, Overcapacity dan Illegal
Fishing, 2009.
Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Nomor 57/ KEP-DJPSDKP/2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Tahun 2015
– 2019. 2015. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia.
Keliat, Makmur. 2009. Keamanan Maritim dan Implikasi Kebijakannya bagi
Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. (Online),
(download.portalgaruda.org, diakses 06 November 2016).
Khairi, Mawardi. 2016. Politik Hukum Pemerintah dalam Penanganan Tindak
Pidana Perikanan (Illegal Fishing) di Indonesia. Jurnal Hukum. (Online),
Vol. 10, No. 2, (jurnal.fh.unila.ac.id, diakses 08 November 2017).
Laksamana, Arief. 2015. Pelaksanaan Penegakan Hukum Tindak Pidana di
Bidang Perikanan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
Tentang Perikanan di Kepolisian Resor Rokan Hilir. Jurnal Ilmu Hukum,
(Online), Vol. 2, No. 1, (media.neliti.com, diakses 23 Maret 2018).
Latuconsina, Huasin. 2010. Identifikasi Alat Penangkapan Ikan Ramah
Lingkungan Di Kawasan Konservasi Laut Pulau Pombo Provinsi Maluku.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan, (Online), Vol. 3, No. 2,
(ejournal.stipwunaraha.ac.id, diakses 31 Juli 2018).
82
Rifai, Eddy dan Anwar, Khaidir. 2014. Politik Hukum Penanggulangan Tindak
Pidana Perikanan. Jurnal Media Hukum, (Online), Vol. 21 No. 2,
(jurnal.umy.ac.id, diakses 24 September 2017).
Risnain, Muh. 2017. Rekonsepsi Model Pencegahan dan Pemberantasan Illegal
Fishing di Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum, (Online), (jurnal.unpad.ac.id,
diakses 23 Maret 2018).
Rohingati, Sulasi. 2014. Penenggelaman Kapal Asing: Upaya Penegakan Hukum
Laut Indonesia. Jurnal Hukum, (Online), Vol. 6, No. 24, (jurnal.dpr.go.id,
diakses 14 Agustus 2017).
Saeri, M. 2012. Teori Hubungan Internasional Sebuah Pendekatan Paradigmatik.
Jurnal Transnasional, (Online), Vol. 3, No. 2, (ejournal.unri.ac.id, diakses
06 Februari 2018).
Safitri, Dasa Feby, Realisme sebagai Perspektif dalam Hubungan Internasional,
diakses dari http://dasa-feby-safitri-fisip15.web.unair.ac.id/artikel_detail-
155148-SOH201%20%20Teori%20Hubungan%20Internasional-
Realisme%20sebagai%20Perspektif%20dalam%20Hubungan%20Interna
sional.html, pada 01 Desember 2017 pukul 11:23 WIB.
Salfauz, Claudiya Radekna. 2015. Efektivitas Code of Conduct for Responsible
Fisheries di Samudera Hindia (Studi Kasus: Kerjasama Indonesia dan
Australia Menanggulangi Illegal Unregulated Unreported (IUU) Fishing).
Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, (Online), Vol. 1, No. 2, (ejournal-s1-
undip.ac.id, diakses 02 Januari 2018).
Saputra, Ferdy Ari. 2016. Dampak Program Pemberantasan IUU Fishing
Terhadap Hubungan Bilateral Indonesia-China. Jurnal Ilmu Hubungan
Internasional, (Online), Vol. 4, No. 4, (ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id, diakses
13 September 2018).
Setiadi, Ignatius Yogi Widianto. 2014. Upaya Negara Indonesia dalam Menangani
Masalah Illegal Fishing di Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Jurnal Ilmu Hukum, (Online), (e-journal.uajy.ac.id, diakses 26 Oktober
2016).
Silalahi, Oude Putra. 2012. Penerapan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
Tentang Perikanan jo. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang
Perikanan Terhadap Tindak Pidana Di Bidang Perikanan. Jurnal Ilmu
Hukum, (Online), (jurnal.usu.ac.id, diakses 09 Agustus 2017).
Siregar, Fahreza Rizkita Putra Ricky. 2016. Kebijakan Kementerian Kelautan
Indonesia dalam Kasus Pencurian Ikan oleh Nelayan Malaysia di Perairan
Natuna Indonesia. Jurnal Ilmiah, (Online), (repository.umy.ac.id, diakses
25 Oktober 2016).
Sunyowati, Dina. 2014. Dampak Kegiatan IUU-Fishing di Indonesia. Jurnal Ilmu
Hukum, (Online), (jom.unpak.ac.id, diakses 29 Oktober 2016).
Tamara, Fredie Alexander. 2015. Kewenangan Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Laut dalam Memberantas Illegal Fishing di Perairan Yurisdiksi
Nasional. Jurnal Ilmu Hukum, (Online), (ejournal.unsrat.ac.id, diakses 22
Maret 2018).
85
INTERNET :