TEKANAN DARAH
A. Tujuan praktikum
1. Tujuan kegiatan
a. Mengetahui pengaruh suhu tubuh terhadap tekanan darah sistole dan
diastole.
b. Mengetahui pengaruh aktivitas tubuh terhadap tekanan darah sistole
dan diastole.
2. Kompetensi khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran tekana darah sistole dan
diastole.
b. Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
tekanan darah sistole dan diastole.
B. Dasar Teori
Jantung diinervasi (disarafi) oleh saraf otonom yang terdiri atas saraf sim-
patis dan parasimpatis. Simpatis berperan meningkatkan frekuensi denyut ke-
kuatan kontraksi jantung, sedangkan parasimpatis berperan sebaliknya. De-
ngan demikian rangsangan saraf sirnpatis akan berakibat meningkatnya teka-
Denyut nadi (pulsus) dapat dirasakan melalui pembuluh darah darah su-
perfisial seperti: arteri radialis. Pulsus rnerupakan manifestasi dari kontraksi
jantung. Efek Windkessel yaitu aorta akan rnengembang jika ventrikel berkon-
traksi sehingga darah dari ventrikel dapat tertampung dalam aorta dan diterus-
kan ke arteri. Aorta mempunyai daya komplians yang sanagt tinggi.
Frekuensi denyut jantung (heart rate, HR) yaitu banyak denyut jantung
permenit. Stroke volume (SV) yaitu volume satu kali pompa yang merupakan
volume akhir diastole dikurangi volume akhir systole. volume akhir diastole
tergantung regangan, tekanan mendorong vena cava. Cardiac Output (CO)
adalah banyak darah yang dipompa selama satu menit.
Starling’s law (Hukum Starling) yaitu makin tinggi regangan pada otot
jantung, maka makin kuat kontraksinya.
1. Menghitung Cardiac Output dengan menggunakan rumus:
Cardiac Output (CO) = HR x SV
2. Bagaimana jumlah CO setelah melakukan kegiatan?
Akibat kontraksi jantung yang terus menerus dan secara ritmis dalam
rangka mensuplai kebutuhan zat-zat yang diperlukan oleh jaringan tubuh,
Tekanan darah adalah tekanan yang mendesak dinding arteri ketika ven-
trikel kiri melakukan sistol kemudian diastole. Pengukurannya menggunakan
sfignomanometer. Tekanan darah sistol adalah tekanan darah yang direkam
selama kontraksi ventrikuler. Tekanan darah diastole adalah tekanan darah
yang direkam selama relaksasi ventrikular. Tekanan darah normal adalah
120/80 mmHg. Tekanan denyutan adalah perbedaan antara tekanan sistolik
dan diastolik. Tekanan denyutan normal kira-kira 40 mmHg yang memberikan
informasi tentang kondisi arteri (Soewolo dkk, 2005: 265-261).
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Teka-
nan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Te-
kanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap
tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sam-
pai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah denyut jantung sese-
orang, yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang, suhu udara di-
sekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, Ukuran tubuh
serta obat yang sedang dikonsumsi. Denyut jantung seseorang juga dipenga-
ruhi oleh usia dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat meningkat-
kan jumlah denyut jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau di
luar batas sehat dapat menimbulkan bahaya. Berbagai penelitian membuktikan
bahwa daya tahan kardiorespirasi adalah salah satu indikator obyektif dalam
mengukur aktivitas fisik seseorang dan merupakan komponen terpenting da-
lam meningkatkan kebugaran jasmani seseorang. Olahraga menyebabkan pe-
rubahan besar dalam sistem sirkulasi dan pernapasan, dimana keduanya ber-
langsung bersamaan sebagai bagian dari respon homeostatik. Respon tubuh
terhadap olahraga yang melibatkan kontraksi otot dapat berupa peningkatan
kecepatan denyut jantung (Necel, dalam Hilwa Walida dkk, 2011).
C. Metode praktikum
1. Jenis kegiatan : eksperimen.
2. Obyek pengamatan : tekana darah arteri.
3. Bahan dan alat.
Pengukuran tekanan darah sistole dan diastole memerlukan alat-alat dan
bahan sebagai berikut :
1) Tensimeter (sphygmomanometer) dengan sabuk tekanan.
2) Stetoskop.
4. Cara kerja
1) Melilitkan sabuk tekanan yang telah dilengkapi dengan pompa dan
sphygmomanometer (tenzimeter) pada lengan atas tepatnya diatas
sendi siku. Meletakkan kepala steteskop pada bawa sabuk tekan tepat
diatas arteri radialis selanjutnya dengarkan siara denyut jantung.
Pompa sampai sabuk tekan menekan lengan dan suara jantung tidak
terdengar lagi. Setelah itu mengendorkan skrup pengatur pada pompa
sedemikian rupa sehingga udara keluar (nggembos) dan pantau suara
jantung dengan seksama. Apabila suara jantung terdengar (koroskof),
maka hal itu menunjukan tekana sistole, teruskan penggembosan dan
monitor terus suara jantung sampai tak terdengar lagi, nah pada saat itu
merupakan tekanan diastole.
1. Hasil
Tekanan sistol/diastole
Jenis Sebelum Setelah
No Inisial Umur Sebelum Setelah
kelamin dimasukkan dimasukkan
kegiatan kegiatan
kulkas kulkas
1 Ln L 23 120/80 140/90 120/80 90/70
2 Wnr L 23 120/80 130/90 120/80 110/80
3 Glh P 23 110/80 120/80 110/80 100/70
4 Rtn P 24 110/70 110/70 110/70 100/70
5 Sw P 23 120/70 130/80 120/70 90/60
6 Nv P 22 110/80 130/80 110/80 100/70
7 Rsch L 23 100/80 120/100 100/80 100/70
8 Nryt P 25 110/75 110/80 110/75 100/70
9 Ar P 26 90/75 95/65 90/75 90/60
10 Rr P 22 90/70 100/65 90/70 90/70
11 Hsty P 23 100/75 100/80 100/75 90/60
12 Gt P 23 120/90 125/90 110/80 100/80
13 Dw I P 22 100/70 125/80 110/80 90/70
Perempuan
Sistol
Paired Differences
95% Confidence Interval
of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1
sistolsblmkegputri - -10.00000 9.68389 2.22164 -14.66749 -5.33251 -4.501 18 .000
sistolssdhkegputri
Paired Differences
95% Confidence Interval
of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 sistlsblmmskputri - 9.21053 9.25310 2.12281 4.75067 13.67038 4.339 18 .000
sistlssdhmskputri
Diastole
Paired Differences
95% Confidence Interval
of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 diastolsblmkegputri - -3.68421 7.65980 1.75728 -7.37612 .00769 -2.097 18 .050
diastolssdhkegputri
Paired Differences
Sistol
Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval Sig. (2-
Std. Std. Error t df
Mean of the Difference tailed)
Deviation Mean
Lower Upper
Pair 1 sistolsblmkegputra - -9.85714 7.66874 2.89851 -16.94954 -2.76474 -3.401 6 .014
sistolssdhkegputra
Paired Differences
95% Confidence Interval
of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 sistolsblmmskputra - 16.57143 12.99817 4.91285 4.55013 28.59273 3.373 6 .015
sistolssdhmskputra
Diastole
Paired Differences
95% Confidence Interval
of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 diastolsblmkegputra - -3.71429 10.79682 4.08082 -13.69968 6.27111 -.910 6 .398
diastolssdhkegputra
Paired Differences
95% Confidence Interval
of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 sistolsblmmskputra - 16.57143 12.99817 4.91285 4.55013 28.59273 3.373 6 .015
sistolssdhmskputra
Kelas
Sistol
Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval
of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 sistolsblmkegdtkls - -9.96154 9.03540 1.77199 -13.61102 -6.31206 -5.622 25 .000
sitolssdhkegdtkls
Paired Differences
95% Confidence Interval
of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 sistolsblmkegdtkls - -9.96154 9.03540 1.77199 -13.61102 -6.31206 -5.622 25 .000
sitolssdhkegdtkls
Diastole
Paired Differences
95% Confidence Interval
of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 diastlsblmkegdtkls - -3.69231 8.37983 1.64342 -7.07699 -.30762 -2.247 25 .034
diastlssdhkegdtkls
Paired Differences
95% Confidence Interval
of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 diastolsblmmskdtkls - 8.07692 7.16058 1.40430 5.18470 10.96914 5.752 25 .000
diastolssdhmskdtkls
Saat proses pengukuran tekanan darah sistol dan diastol pada prak-
tikum kali ini, tidak semua probandus dapat melakukan pengukuran de-
ngan baik. Tentu ada kesalahan yang dilakukan probandus dalam proses
pengukuran karena ketidakseringan probandus menggunakan sphygmo-
manometer yang menyebabkan kesulitan probandus menggunakan se-
kaligus menentukan hasil pengukuran tekanan darah sistol dan diastol
secara tepat. Hal ini menyebabkan hasil pengukuran tekanan darah yang
diperoleh bisa saja bukan hasil yang sebenarnya. Oleh sebab itu untuk me-
lakukan pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer di-
perlukan keahlian dalam menggunakannya agar dapat melakukan pengu-
kuran tekanan darah yang tepat.
E. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000. Biologi, Edisi Kelima-
Jilid 3. (Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta: Erlangga. (Buku asli
diterbitkan tahun 1999).
1. Uji t Rata-rata Data Kelas Sistole tekanan darah sebelum melakukan kegiatan
lari dan sesudah melakukan kegiatan
A. Hipotesis
Ho : µ1 = µ2 ( Rata-rata data systole kelas IPA sebelum melakukan kegitan
lari sama dengan sesudah melakukan kegiatan lari )
B. Taraf Signifikansi 5 %
C. Komputasi
Sampel n Rata-rata Variansi (s2)
(n1 1) s12 (n 2 1) s 22
s2 =
n1 n2 2
D. Kriteria Pengujian
tolak H0 jika t hitung < - t (1-1/2α; n1+n2-2) ,atau t hitung > t (1-1/2α; n1+n2-2)
E. Keputusan
Karena harga t hitung < – t ( 0,975; 50) = -10,667 < - 2,008, maka H0 ditolak.
F. Kesimpulan
Rata-rata tekanan darah systole kelas IPA untuk sebelum kegiatan tidak
sama dengan sesudah kegiatan lari
A. Hipotesis
Ho : µ1 = µ2 ( Rata-rata data Diastole kelas IPA sebelum melakukan
kegitan lari sama dengan sesudah melakukan kegiatan lari )
B. Taraf Signifikansi 5 %
C. Komputasi
Sampel n Rata-rata Variansi (s2)
(n1 1) s12 (n 2 1) s 22
s2 =
n1 n2 2
D. Kriteria Pengujian
tolak H0 jika t hitung < - t (1-1/2α; n1+n2-2) ,atau t hitung > t (1-1/2α; n1+n2-2)
E. Keputusan
Karena harga t hitung < – t ( 0,975; 50) = -4,541 < - 2,008, maka H0 ditolak.
F. Kesimpulan
Rata-rata tekanan darah diastole kelas IPA untuk sebelum kegiatan tidak
sama dengan sesudah kegiatan lari
3. Uji t Rata-rata Data Kelas Sistole tekanan darah sebelum melakukan kegiatan
lari dan sesudah masuk kulkas
A. Hipotesis
Ho : µ1 = µ2 ( Rata-rata data Sistole kelas IPA sebelum masuk kulkas sama
dengan sesudah masuk kulkas)
B. Taraf Signifikansi 5 %
C. Komputasi
Sampel n Rata-rata Variansi (s2)
(n1 1) s12 (n 2 1) s 22
s2 =
n1 n 2 2
D. Kriteria Pengujian
tolak H0 jika t hitung < - t (1-1/2α; n1+n2-2) ,atau t hitung > t (1-1/2α; n1+n2-2)
E. Keputusan
Karena harga t hitung > t ( 0,975; 50) = 48,328 > 2,008, maka H0 ditolak.
F. Kesimpulan
Rata-rata tekanan darah Sistole kelas IPA untuk sebelum masuk kulkas
tidak sama dengan sesudah masuk kulkas
4. Uji t Rata-rata Data Kelas Diastole tekanan darah sebelum masuk kulkas dan
sesudah masuk kulkas
A. Hipotesis
Ho : µ1 = µ2 ( Rata-rata data Diastole kelas IPA sebelum masuk kulkas
sama dengan sesudah masuk kulkas )
B. Taraf Signifikansi 5 %
C. Komputasi
Sampel n Rata-rata Variansi (s2)
2
(n1 1) s12 (n 2 1) s 22
s =
n1 n2 2
( 26 1)5,30 ( 26 1)6,59
=
26 26 2
D. Kriteria Pengujian
tolak H0 jika t hitung < - t (1-1/2α; n1+n2-2) ,atau t hitung > t (1-1/2α; n1+n2-2)
E. Keputusan
Karena harga t hitung > t ( 0,975; 50) = 43,049 > 2,008, maka H0 ditolak.
F. Kesimpulan
Rata-rata tekanan darah diastole kelas IPA untuk sebelum kegiatan tidak
sama dengan sesudah kegiatan lari
KEGIATAN 2
PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN ERITROSIT
A. Tujuan Praktikum
1. Tujuan kegiatan
a. Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai
larutan
b. Mengetahui presentase hemolisis erittrosit pada berbagai konsentrasi
larutan.
2. Kompetensi khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan cara penentuan kecepatan hemolisis dan
krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan.
b. Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
presentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan.
B. Dasar Teori
Membran sel merupakan selaput yang luar biasa istemewanya. Sesuai de-
ngan teori mosaik; membrane sel tersusun atas lipid bilayer, dan terdapat pro-
tein integral, saluran-saluran. Bersifat semipermiabel. Ibaratnya berperan se-
bagai pintu gerbang seluler. Membran sel yaitu selaput yang membatasi sel
dengan lingkungan disekelilingnya dan berfungsi sebagai pelindung, penya-
ring dan pengatur masuknya zat-zat dari luar sel ke dalam sel dan keluarnya
zat-zat dari dalam sel keluar sel. Mekanisme perpindahan (pengangkutan) zat-
zat dari luar sel (ekstrasel) ke dalam sel (intrasel) melewati membran sel. Zat-
zat yang didapat dari pernapasan, makan dan minum, diangkut melalui sirku-
lasi darah kemudian melalui kapiler pindah ke cairan interseluler (ruang antar-
sel) selanjutnya pindah ke sitoplasma melalui membrane sel.
4. Cara kerja:
1) Mengambil darah prifer dari ujung jari manis sesuai SOP (standar
oprasional prosedur).
2) Meneteskan 1 tetes darah diatas cekungan kaca obyek, kemudian
tambahkan 1 tetes NaCI 0,7% mengamati dibawa mikroskop dengan
hati-hati dan amati kapan eritrosit tampak mulai hemolysis.
3) Melakukan seperti cara 1 untuk larutan NaCl 0,5%, dan aquades. Catat
hasilnya, dan bahaslah.
4) Untuk mengetahui kecepatan terjadinya krenasi melakukan seperti
diatas dengan menggunakan larutan NaCl lebih pekat dari pada 0,7%.
mencatat hasilnya dan membuat bahasan.
1. Hasil
Data hasil observasi ditampilkan pada halaman berikutnya
2. Pembahasan
Rata-rata waktu terjadinya krenasi antara larutan NaCl 3%, 1%, dan
0,9% tidak sama. Hal ini memang benar karena semakin besar konsentrasi
larutan yang bersifat hipertonis maka semakin cepat pula krenasi yang
dialami eritrosit. Akan tetapi ada perbedaan yang diperoleh dari observasi
yang telah dilakukan. Waktu rata-rata krenasi eritrosit pada konsentrasi garam
fisologis 1% (11,27 menit) lebih cepat dari pada waktu rata-rata krenasi
E. Kesimpulan
Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000. Biologi, edisi kelima-jilid
3. (Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta: Erlangga. (Buku asli
diterbitkan tahun 1999).
Djukri & Heru Nurcahyo. 2009. Petunjuk praktikum biologi. Yogyakarta: Prodi
PSn PPs UNY.
Wiwid Chariss. 2011. Toleransi osmotic eritrosit. Diambil pada tanggal 2 Juni
2012 dari http://reminderme.blogspot.com/2011/08/toleransi-osmotik-
eritrosit.html.
A. Tujuan Praktikum
1. Tujuan kegiatan
a. Merekam refleks gerakan mata saat membaca dengan menggunakan
alat perekam elektro-okulograph (EOG).
b. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi refleks gerakan mata
saat membaca
2. Kompetensi Khusus
a. Mahasiswa dapat merekam refleks gerakan mata saat membaca dengan
menggunakan alat perekam elektro-okulograph (EOG).
b. Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
refleks gerakan mata saat membaca.
B. Tinjauan Pustaka
Bola mata diikat dan digerakkan oleh enam otot mata ekstrinsik, yaitu
otot lurus atas dan otot lurus bawah, otot lurus samping dan otot lurus tengah,
otot serong atas dan otot serong bawah. Dinding bola mata terdiri dari tiga la-
pis jaringan, yaitu sklera, koroid, dan retina. Sklera, lapisan dinding bola
mata yang paling luar, tersusun dari suatu jaringan fibrosa yang kuat. Koroid,
Gerakan bola mata dapat direkam karena bola mata merupakan suatu
dipol listrik yang bergerak. Hal ini disebabkan antara kornea dan retina
terdapat beda potensial yang tetap (steady); kornea bermuatan positif
terhadap retina dan beda potensial ini akan tetap berada biarpun mata
dikeluarkan (eksisi) dari kantung mata. Berbeda dengan EKG, karena beda
potensial ini bukan suatu fenomena elektro-fisiologik yang berkala. Beda
potensial ini akan hilang bilamana retina rusak.
Apapun yang dapat kita katakan tentang membaca tidak dapat dipisah-
kan dari kenyataaan bahwa awalnya, membaca merupakan proses sensoris.
Isyarat dan rangsangan untuk kegiatan membaca itu masuk lewat telinga dan
mata, sedangkan rangsangan huruf Braile masuk lewat syaraf-syaraf jari. Be-
tapa pun cerdas, mantap, dan siap jiwanya seorang anak, tidaklah mungkin
bisa belajar membaca jika dia tidak mampu mengenali rangsangan materi.
Penjelasan tersebut tidak berarti bahwa anak-anak yang cacat tidak akan da-
pat belajar membaca. Anak-anak mempunyai alat kompensasi yang sangat
banyak. Tidak pula dapat dikatakan bahwa ketunanetraan dan ketunarunguan
semata-matalah yang merupakan penyebab kegagalan membaca.
Pernyataan “membaca sebagai proses sensoris” tidaklah berarti bahwa
membaca itu merupakan proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang ter-
C. Metode Praktikum
Data rekaman pada praktikum kali ini ada dua yaitu rekaman ge-
rak mata saat membaca teks berbahasa Indonesia dan rekaman gerak
mata saat membaca teks berbahasa Inggris. Jumlah baris pada teks ber-
bahasa Indonesia adalah 7 baris, sedangkan teks berbahasa Inggris se-
kecepatan
No Nama Satuan
∑ ∑Fiksasi ∑Durasi membaca
Durasi/Baris membaca
Fiksasi /Baris (detik) (satuan
(kata)
baca/detik)
1 Winarto 30 6 11.9 2.38 8.17 2.52
Selain faktor dari diri probandus (pembaca), ada faktor lain yang
mempengaruhi kecepatan membaca seseorang yaitu faktor tulisan atau teks
bacaan. Adapun faktor yang terdapat pada tulisan yang dapat mempengaruhi
kecepatan membaca meliputi:
1) Kosakata
Sebuah teks yang menggunakan kosakata yang asing, tidak lazim, dan sulit
dipahami memiliki dampak yang sangat fatal terhadap pemahaman pem-
baca. Hal ini menyebabkan pembaca harus membaca dengan Lambat.
Gerakan mata yang paling penting adalah gerakan yang menyebab kan
mata itu ter”fiksasi” pada bagian yang luas daripada lapangan pan-dangan.
Gerakan fiksasi bola mata dikontrol melalui dua mekanisme neu-ronal.
Pertama, memungkinkan seseorang untuk untuk memfiksasi obyek yang ingin
dilihatnya secara volunter; yang disebut sebagai mekanisme fiksasi volunter.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan adalah
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi refleks gerakan mata saat membaca
mempengaruhi juga pada kecepatan membaca, faktor-faktor tersebut
adalah Tingkat kebiasaan membaca probandus, Gerakan-gerakan muka
atau seringkali menggerak-gerakkan kepala, Jarak antara teks dengan
mata, Kondisi fisik dan mental (suasana hati), Konsentrasi, Latar
belakang pengetahuan.
Djukri & Heru Nurcahyo. 2009. Petunjuk praktikum biologi. Yogyakarta: Prodi
PSn PPs UNY.
Soewolo, Soedjono Basoeki, & Titi Yudani. 2005. Fisiologi manusia. Malang:
Universitas Negeri Malang.
A. Tujuan Praktikum
1. Tujuan kegiatan
Melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm dan mengamati pengaruh
suhu lingkungan terhadap suhu tubuh manusia
2. Kompetensi Khusus
Melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm dan mengamati pengaruh
suhu lingkungan terhadap suhu tubuh manusia
B. Dasar Teori
Sel-sel saraf yang mengindera suhu tubuh terletak pada kulit, hipotala-
mus itu sendiri, dan beberapa bagian lain sistem saraf. Beberapa diantaranya
adalah reseptor panas yang memberi sinyal kepada termofosfat hipotalamus
ketika suhu kulit atau darah meningkat dan reseptor dingin yang mensinyal
termofosfat ketika suhu turun. Termofosfat itu merespon terhadap suhu tu-
buh di bawah kisaran normal dan menghambat mekanisme kehilangan panas
serta mengaktifkan mekanisme penghematan panas seperti vasokonstriksi
pembuluh superfisial dan berdirinya bulu atau rambut, sementara merang-
sang mekanisme yang membangkitkan panas (termogenesis melalui meng-
gigil dan tanpa menggigil). Sebagai respon terhadap suhu tubuh yang me-
ningkat, termofosfat mematikan (menginaktifkan) mekanisme penghematan
panas dan meningkatkan pendinginan tubuh melalui vasodilatasi, berkeri-
ngat, atau painting. (Campbell dkk, 2000: 106).
C. Metode Praktikum
1. Hasil
Hasil praktikum tentang pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh di-
tampilkan pada halaman berikutnya.
__________________________________________________________________
2. Analisis data
Kesimpulan:
Rata-rata suhu badan naracoba sebelum diberikan kompres air
tidak berbeda dengan rata-rata suhu badan naracoba sesudah diberikan
kompres air dingin. Hal ini berarti pemberian kompres air dingin
terhadap naracoba tidak berpengaruh terhadap suhu badan,
b. Data Hasil Analisis One-Way ANOVA Sebelum dan Sesudah dikompres Air
Panas
ANOVA
Sebelum
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between 5.091 13 .392 3.114 .029
Groups
Within 1.509 12 .126
Groups
Total 6.600 25
3. Pembahasan
Hasil pengukuran praktikan suhu pada praktikum kali ini berkisar dari
35,7 oC sampai 37,8 oC dengan rata suhu normal 36,45 oC. Hasil pengu-
kuran ini menandakan bahwa suhu rata-rata tubuh praktikan berada pada
kisaran suhu tubuh yang normal karena suhu tubuh normal dewasa diukur
pada bagian ketiak berkisar dari 34,7 °C– 37,3 °C. Suhu yang terukur
Hasil dari analisis uji anava satu arah di atas menunjukkan hasil bahwa
tidak ada perbedaan rata-rata suhu tubuh pada keadaan normal dengan
rata-rata suhu tubuh setelah dikompres dengan air dingin. Akan tetapi ada
perbedaan rata-rata suhu tubuh normal dengan suhu tubuh setelah dikom-
pres dengan air hangat.
E. Diskusi
a. Ide penelitian yang dapat dikembangkan dari praktikum ini adalah
hubungan suhu tubuh dengan ketinggian tempat tinggal yang diukur dari
permukaan laut, pengaruh minum jahe terhadap suhu tubuh, perbedaan
F. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah pada organisme
homeoterm salah satunya manusia, perubahan suhu lingkungan tidak mempe-
ngaruhi suhu tubuh. Karena adanya proses homeostasis pada manusia berupa
termoregulasi yang sistem koordinasinya terpusat pada hipotalamus. Dengan
adanya proses ini suhu tubuh tetap berada pada keadaan yang normal walau-
pun suhu lingkungan berubah. Akan tetapi pada kondisi yang sangat ekstrim
manusia perlu melakukan adaptasi perilaku.
Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000. Biologi, edisi kelima-jilid
2. (Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta: Erlangga. (Buku asli
diterbitkan tahun 1999).
Djukri & Heru Nurcahyo. 2009. Petunjuk praktikum biologi. Yogyakarta: Prodi
PSn PPs UNY.
A. Tujuan Praktikum
A.1. Tujuan kegiatan
1. Mahasiswa dapat memahami perambatan bunyi melalui tulang
tengkorak dengan menggunakan garputala
2. Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan menggunakan
garputala.
A.2. Kompetensi Khusus
1. Mahasiswa dapat menerangkan mekanisme perambatan bunyi
melalui tulang tengkorak dengan menggunakan garputala.
2. Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan menggunakan
garputala.
B. Dasar Teori
C. Metode Praktikum
Percobaan Rinnc
Percobaan Weber
1. Hasil
Hasil praktikum ditampilkan pada lembar berikutnya
Jarak (cm)
Telinga Kiri Telinga Kanan
No Nama
Tidak Tidak
Terdengar Terdengar
Terdengar Terdengar
1 Harafi 94.8 59.4 67 55
2 Laifa 90.2 66.6 67 46
3 Cahya 100.2 78.4 68.4 52.2
4 Anik 52.2 46 71.4 63.2
5 Toto 48.6 36.6 38.4 30.8
6 Yaya 95.4 95.4 77.6 77.6
7 Ariati 84.2 84.2 67 67
8 Hesti 32.2 32.2 32.2 32.2
9 Rara 7.6 7.6 11 11
10 Rischa 51 51 39.4 39.4
Waktu (s)
No Nama
Di Atas Di Dekat Di Atas Di Dekat
Kepala Telinga Kanan Kepala Telinga Kiri
1 Harafi 2.68 5 2.56 5.14
2 Laifa 3 5.67 3 6.4
3 Cahya 4 5.6 4.2 5.4
4 Anik 1.8 4.6 1.9 5.1
5 Toto 3.6 4 3.4 5.4
6 Yaya 9.54 12.06 11.44 8.28
7 Ariati 9.66 6.98 8.6 5.14
8 Hesti 7.4 7.46 10.56 9.1
9 Rara 4 5.64 3.84 10.12
10 Rischa 3.28 5.34 11.38 14.66
11 Dewi A 1.48 8.04 1.32 9.8
12 Abas 3.28 7.28 3.72 7.84
13 Kartika 3.12 9.24 2.88 8.92
14 Dewi I. 2.16 7.12 2.64 7.96
15 Dhariska 3.52 8.48 4.32 9.44
16 Winarto 3.72 12.83 3.46 12.99
17 Leno 3.4 19.25 3.52 19.41
18 Siwi 4.05 11 3.97 12.37
2. Pembahasan
Bunyi selain dapat didengar karena merambat melalui udara ternyata bisa
juga dirambatkan melalui tulang tengkorak. Bunyi yang merambat melaui
tulang tengkorak selanjutnya akan dirambatkan ke tulang-tulang pendengaran
yang saling berhubungan yaitu malleus, incus dan stapes. Stapes akan
menggetarkan tingkap lonjong (oval window) pada rumah siput yang
berhubungan dengan scala vestibuli sehingga cairan didalamnya yaitu
perilimf ikut bergetar. Getaran ini akan dihantarkan ke rongga dibawahnya
yaitu scala media yang berisi endolimf sepanjang rumah siput. Didalam scala
media terdapat organ corti yang berisi satu baris sel rambut dalam (inner hair
cell) dan tiga baris sel rambut luar (outer hair cell) yang berfungsi mengubah
energi suara menjadi energi listrik yang akan diterima oleh saraf pendengaran
yang kemudian menyampaikan atau meneruskan rangsangan energi listrik
tersebut ke pusat sensorik mendengar di otak sehingga kita bisa mendengar
suara atau bunyi tersebut dengan sadar.
Masih dari hasil kegiatan pertama untuk telinga kiri, rata-rata jarak te-
linga kiri tidak mendengar lagi sumber bunyi adalah 53,185 cm. probandus
yang telinga kirinya masih mendengar suara sumber bunyi paling jauh adalah
Cahya (100,2 cm) sedangkan probandus yang telinga kirinya masih
mendengar suara sumber bunyi paling dekat adalah Rara (7,6 cm). Rata-rata
telinga kiri kembali mendengar suara sumber bunyi adalah 40, 423cm.
Probandus yang telinga kirinya mendengar kembali suara sumber bunyi
paling jauh adalah Yaya (95,4cm) sedangkan probandus yang telinga kirinya
mendengar kembali suara sumber bunyi paling dekat adalah Rara (7,6 cm).
Bila garputala digetarkan, maka getaran melalui udara dapat didengar dua
kali lebih lama dibanding melalui tulang. Normal getar melalui tulang dapat
didengar selama 70 detik, maka getaran melalui udara dapat didengar selama
140 detik. Hasil praktikum menunjukkan rata-rata getar yang dapat didengar
baik melalui tulang atau udara belum sampai 70 detik dan 140 detik. Hal ini
dimungkinkan karena garputala yang digunakan memiliki frekuensi yang
lebih kecil sehingga mempengaruhi lama waktu getar-nya.
Hasil yang diperoleh pada kegiatan tiga yaitu tentang percobaan Webber,
semua probandus yang telinganya ditutup getaran garputala terdengar lebih
keras, hasil ini menunjukkan bahwa telinga semua probandus tidak
mengalami lateralisasi (telinga normal).
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan adalah
1. Bunyi dari garputala yang merambat melalui tulang tengkorak akan di-
teruskan oleh tulang-tulang pendengaran yang saling berhubungan dalam
telinga, tulang-tulang ini ini akan merambatkan getaran bunyi garputala ke
cairan perilimf yang ada di telinga yang juga ikut bergetar respon ini
diteruskan sampai ke otak oleh organ-organ pendengaran yang ada dalam
telinga sihingga otak dapat merespon berupa pendengaran secara sadar.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi garputala melalui
tulang tengkorak adalah frekuensi garputala, tulang-tulang pendengaran,
cairan perilimf, dan organ-organ lain dalam telinga.
DAFTAR PUSTAKA
_______. 2012. Structure of the human ear. (Network) diunduh pada pada tanggal
7 Nopember 2012 dari (http://www.britannica.com/EBchecked/topic-
art/175622/530/Structure-of-the-human-ear)
_______. 2012. Proses mendengar dan ganguan mendengar pada banyi dan
anak-anak. (Network) diunduh pada pada tanggal 7 Nopember 2012 dari
http://www.yayasanaurica.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=68:proses-mendengar-dan-
gangguan-pendengaran-pada-bayi-dan-anak-oleh-dr-ashadi-
prasetyo&catid=44:artikel&Itemid=72
Djukri & Heru Nurcahyo. 2009. Petunjuk Praktikum Biologi. Yogyakarta: Prodi
PSn PPs UNY.