Anda di halaman 1dari 4

REFERAT

Osteoarthritis Genu

Disusun Oleh:
Mutiara Syaflina, S.Ked
H1AP14026

Pembimbing:
dr. Abdul Wasik , Sp.OT.

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BENGKULU

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. YUNUS BENGKULU

2019
BAB I . PENDAHULUAN

Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan


dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki
paling sering terkena OA. Prevalensi OA pada genu secara radiologis di Indonesia
cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien OA
biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada
pembebanan pada sendi yang terkena1.

Gambaran paling mendasar pada osteoarthritis adalah degenerasi tulang


rawan sendi. Perubahan struktural selanjutnya yang terjadi di tulang bersifat
sekunder. Pada sebagian besar kasus, penyakit ini muncul tanpa faktor predisposisi
yang jelas sehingga disebut primer. Sebaliknya, osteoarthritis sekunder adalah
perubahan degenaratif yang terjadi pada sendi yang sudah mengalami deformitas
atau degenerasi sendi yang terjadi dalam konteks penyakit metabolic tertentu,
seperti hemokromatosis, atau diabetes mellitus. Akhiran –it is, yang sering mengacu
pada peradangan, menyesatkan karena osteoarthritis secara primer bukan
merupakan peradangan sendi2.

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui penyebabnya yang dikenali


sebagai idiopatik. Osteoartritis sekunder dapat terjadi akibat trauma pada sendi,
infeksi, perkembangan, kelainan neurologi dan metabolik. Osteoartritis
merupakan sekuen retrogresif dari perubahan sel dan matriks yang berakibat
kerusakan struktur dan fungsi kartilago artikular, diikuti oleh reaksi perbaikan
dan remodeling tulang. Karena reaksi perbaikan dan remodeling tulang ini,
degenerasi permukan artikuler pada OA tidak bersifat progresif, dan kecepatan
degenerasi sendi bergantung pada tiap individu dan sendi. Terapi OA pada
umumnya simptomatik, misalnya dengan pengendalian faktor-faktor risiko, latihan
intervensi fisioterapi dan terapi farmakologis. Pada fase lanjut sering dilakukan
pembedahan1.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sendi

Istilah sendi atau articulatio digunakan untuk tempat di mana dua atau lebih tulang
skelet bertemu satu dengan yang lain. Pada hampir semua sendi, tulang-tulang didekatkan satu
dengan yang lain oleh jaringan ikat fleksibel yang memungkinkan otot-otot bekerja pada
tulang, dengan demikian menimbulkan gerakan pada berbagai bagian tubuh. Sendi
diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya, yaitu fibrosa, kartilaginosa, dan sinovial3.

Articulatio genu (sendi lutut) adalah sendi yang terbesar dan paling rumit di seluruh
tubuh. Pada dasarnya, sendi ini terdiri atas dua buah sendi condylaris antara condylus femoris
medialis dan condylus femoris lateralis dengan condyli tibiae yang sesuai serta sebuah
articulatio pelana antara patella dan facies patellaris femoris. Pada articulatio genu ini, di atas
terdapat condylus femoris yang bulat, di bawah terdapat condylus tibiae dan meniscus
kartilaginosa, di depan terdapat articulatio di antara ujung bawah femur dan patella. Facies
articularis femoris, tibia, dan patella diliputi oleh tulang rawan hialin3.

Gambar 1. Anatomi Genu

Sendi antara femur dan tibia adalah sebuah sendi sinovial tipe ginglymus (sendi engsel),
tetapi mempunyai sedikit kemungkinan gerak rotasi. Sendi di antara patella dan femur adalah
sendi sinovial jenis pelana dengan variasi gliding4.

2.2 Osteoarthritis

3
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena
OA . Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada
pembebanan pada sendi yang terkena1.

2.2.1 Epidemiologi

Osteorthritis atau penyakit sendi degeneratif adalah kelainan sendi yang paling sering
terjadi. Penyakit ini sering dan tidak dapat dihindari, hal ini merupakan bagian dari proses
penuaan dan penyebab dari cacat fisik pada orangtua di atas usia 65 tahun. Pada sebagian kasus,
osteoarthritis terjadi tanpa dirasa bersama usia dan tanpa sebab yang jelas (osteoarthritis
primer). Osteoarthritis paling sering mengenai sendi tangan, lutut, pinggul, dan spinal. Pada
keadaan yang tidak biasa (kurang dari 5% kasus) osteoarthritis menyerang usis muda, ada
beberapa kondisi yang menjadi faktor predisposis seperti trauma sebelumnya, kelainan
perkembangan, penyakit sistemik seperti okronosis, hemokromatosis, atau obesitas2.

Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifat yang kronik progresif, OA mempunyai
dampak ekonomik yang besar, baik dinegara maju atau negara berkembang. Diperkirakan 1
sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA. Pada abad mendatang
tantangan terhadap dampak OA akan lebih besar karena semakin banyaknya populasi yang
berumur tua1.

Anda mungkin juga menyukai