Anda di halaman 1dari 3

Aku, Kamu, dan Gaji Kita

Asumsi budaya bahwa laki-laki adalah pencari nafkah, sementara perempuan mengurus
rumah tangga, masih sangat kuat di masyarakat Indonesia. Akibatnya, ketika perempuan
bekerja, posisi mereka dianggap semata-mata sebagai pencari nafkah 'tambahan'. Ini
menyebabkan kesenjangan gaji. Mungkin untuk beberapa orang kata “kesenjangan gaji”
masih terasa asing, apa sih kesenjangan gaji? Pay gap atau kesenjangan gaji yaitu
kesenjangan antara gaji yang diterima oleh pria dan wanita dimana upah pria lebih tinggi
daripada upah wanita, secara umum kesenjangan gaji tersebut terjadi karena adanya anggapan
perempuan kurang berkontribusi di tempat mereka bekerja. Organisasi Perburuhan
Internasional (ILO) menyatakan bahwa pada 2012 kesenjangan upah gender di Indonesia
sekitar 19%.

Masih ada jurang perbedaan antara laki-laki dan perempuan di tempat kerja. Hal yang
nampak kali ini adalah adanya kesenjangan gaji antara pegawai pria dan wanita. Bukan
rahasia lagi bahwa beberapa industri memang dikotakkan sebagai “pekerjaan kaum pria” dan
“pekerjaan kaum wanita”. Menurut data BPS tahun 2013, jumlah tenaga kerja Indonesia
mencapai 112 juta orang, dengan 43 juta adalah perempuan. Tak hanya di Indonesia, bahkan
di Amerika Serikat hal itu juga terjadi. Menurut data 2014, perempuan pekerja di Negeri
Paman Sam digaji hanya 79 persen dari gaji rekan kerjanya yang laki-laki.

Di beberapa wilayah di Indonesia, perempuan yang memilih tinggal di rumah dan menjaga
anaknya lebih dihargai daripada mereka yang memiliki karir di luar rumah. Meski tren
besaran upah pekerja Indonesia terus naik, upah yang diterima rata-rata pekerja perempuan
selalu lebih rendah ketimbang pekerja laki-laki. Gap tersebut semakin membesar terutama
pada 2016. Pada tahun tersebut, rata-rata pendapatan pekerja laki-laki dalam sebulan
mencapai Rp2,4 juta, sedangkan pendapatan pekerja perempuan hanya Rp1,7 juta.

Tak sedikit pekerja wanita yang gajinya lebih sedikit dari pria meski mereka dalam posisi
yang sama. Hal tersebut terungkap dari analisis informasi data Korn Ferry Gender Pay Index,
sebuah perusahaan konsultasi organisasi global. Index itu merupakan hasil analisa gaji
berdasarkan gender dari 14.284 pegawai di 53 negara.
Dari survei, terungkap jika gaji wanita memang lebih rendah dari pada pria. Secara global,
umumnya pria menerima penghasilan 16,1% lebih banyak dari wanita. Pria dibayar lebih dari
wanita dengan celah 16,1 persen. Namun, ketika membandingkan gaji untuk pria dan wanita
pada tingkat pekerjaan yang sama, kesenjangan menyempit menjadi 5,3, dan menyempit lagi
menjadi 1,5 persen ketika mereka bekerja di perusahaan yang sama dan tingkat yang sama.
Ketika membandingkan pria dan wanita yang bekerja pada tingkat yang sama di perusahaan
yang sama dan melakukan pekerjaan yang sama, kesenjangan gaji menyempit menjadi 0,5
persen.

Kecenderungan yang sama terlihat di kawasan Asia. Namun, data menunjukkan bahwa
kesenjangan gaji sebagian terbalik di Indonesia. Berdasarkan riset, perbedaan gaji pekerja
pria dan wanita di Indonesia tergolong rendah yakni 5,3%. Namun menariknya, saat
dibandingkan di level yang sama, pegawai wanita malah lebih diuntungkan karena
perbedaannya negatif yakni -1,2%. Sedangkan saat gaji pria dan wanita di satu posisi
dibandingkan ketimpangannya -1,7%.

Sementara jika dibandingkan di satu posisi dan satu perusahaan, perbedaannya dengan pria
lebih sedikit lagi yakni -4,1%. Artinya banyak wanita karier di Indonesia yang gajinya justru
lebih tinggi dari pria.

source: Korn Ferry

Ternyata untuk kasus ketimpangan penghasilan di Indonesia tidak banyak terjadi pada pria
dan wanita di posisi dan perusahaan yang sama. Masalah kesenjangan lebih dikarenakan
ketidakseimbangan tenaga kerja. Salah satu hal yang melatarbelakanginya adalah lebih
banyaknya pria yang menempati posisi atas dari pada wanita. Data ILO menunjukkan secara
global hanya seperempat manajer atau pemimpin adalah perempuan.

Dhritiman Chakrabarti, mitra klien senior di Korn Ferry Hay Group, berpendapat bahwa
kesenjangan gaji dapat diatasi dengan upaya berkelanjutan untuk memberdayakan,
mendukung dan menyeleksi tenaga ahli wanita untuk meraih posisi yang lebih tinggi.

Saat ini perempuan di seluruh dunia masih menghadapi berbagai tantangan yang membatasi
perempuan dalam mendapatkan kesempatan pekerjaan dan pendapatan yang setara, serta
kesempatan dalam kegiatan kepemimpinan. Tantangan itu yakni norma sosial yang negatif
memandang perempuan, kekerasan, diskriminasi, serta beban yang tidak proporsional dari
pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar. Isu kesetaraan gender menjadi pekerjaan rumah
yang penting untuk segera diselesaikan oleh semua pihak, baik pemerintah, swasta, hingga
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai