Anda di halaman 1dari 14

Mutiara O.

Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris


Mutiara O. Panjaitan
Pusat Kurikulum, Balitbang Kemdiknas

Abstrak: Proses pembelajaran bahasa Inggris dikemas untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik menggunakan bahasa Inggri dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran dan penilaian
merupakan proses terpadu, artinya penilaian dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan kajian pada dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa pada umumnya
kegiatan penilaian mata pelajaran Bahasa Inggris dirancang sebagai komponen lepas dari kegiatan
pembelajaran dan terkesan formal. Di samping itu, kemampuan guru merancang tugas-tugas penilaian
juga beragam yang berdampak pada kualitas hasil belajar peserta didik. Memperhatikan kondisi ini,
dipandang perlu untuk mengembangkan model penilaian mata pelajaran Bahasa Inggris yang dapat
dijadikan acuan bagi guru untuk mengembangkan kurikulum sekolah. Bahasa merupakan alat untuk
berkomunikasi secara lisan dan tulis. Kompetensi berkomunikasi merupakan kemampuan seseorang
untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis dalam berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi
diperlukan seperangkat kompetensi lainnya: tindak bahasa, kebahasaan, pembentuk wacana, sosio
kulural, dan strategi. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dan saling mendukung yang diwujudkan dalam keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis.

Kata kunci: penilaian, kompetensi, berwacana, komunikatif, bahasa kurikulum, pembelajaran, dan
teks

Abstract: The learning process of English subject is designed in line with the way English is used in
society in everyday life. Teaching learning activity and assessment are integrated process. It means that
assessment executed while learning activity is going on. Based on the investigation on school curriculum
it is that learning activity and assessment were designed as separate components and in formal way. The
task of assessment does not depict the real word. Besides, teachers’ ability in designing assessment is
various that will influence quality of output. Based on this situation it is needed to develop a model of
assessment on English subject that could be used as a reference for teacher and stakeholders when
developing school curriculum. Language is a tool for communication orally and written. Communication
competence or discourse competence is a competence to communicate orally and written as well in
certain communication event. Communicative competence needs a set of competencies i.e. actional
competence, linguistic competence, discourse competence, sociocultural competence, and strategic
competence. These competencies could not be separated and support each other which are realized
through four language skills, i.e. listening, speaking, reading, and writing.Teachers are encourage to
teach language using the four language skills in an integrated manner.

Key words: assessment, competence, discourse, coomunicative, language, curriculum, learning, and
text

311
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

Pendahuluan dengan tingkatan masing-masing, sehingga


Perubahan kurikulum yang terjadi sekarang ini daerah/s atuan pendidikan terbant u dalam
sejalan denga n tuntutan masyarakat dan mengembangkan kurikulum sekolah.
perkembangan global. Perubahan itu adalah dari Dalam implementasi kebijakan tersebut , hasil
kurikulum yang memberikan penekanan pada pengalaman penulis dalam melakukan bantuan
materi ke kurikulum berbasis kompetensi yang te knis p ro fessio nal bagi Tim Penge mbang
menekankan proses pembelajaran dalam rangka Kurikulum (TPK) kabupaten/kota pada tahun
mencapai kompetensi yang ditargetkan. Dengan 2008/2009 di beberapa provinsi menunjukkan
demikian, penyelenggaraan proses pembelajaran bahwa belum semua satuan pendidikan mampu
bero rientasi pad a penguasaan kompe tensi mengembangkan dan menyusun KTSP secara
sasaran oleh peserta didik sesuai dengan konteks mandiri , khususnya Silabus dan Re ncana
lingkungannya, sehingga guru didorong untuk Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas Bahasa Inggris. Mencermati kedua dokumen
(mastery learning). tersebut dapat diketahui bahwa masih banyak
Undang Undang Republik Indonesia Nomor guru yang melakukan penilaian dengan cara lama,
20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan misalnya porsi penilaian unsur-unsur bahasa (lan-
Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik guage forms) masih lebih besar dari pada fungsi
Indonesia Nomor 19, Tahun 2005 tentang Standar bahasa (language functions) yang seharusnya
Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa sama, tugas-tugas penilaian yang diberikan
penyusunan kurikulum merupakan tanggung cenderung dalam konteks kelas yang seharusnya
jawab setiap satuan pendidikan (sekolah dan konteks dunia sehari-hari di mana bahasa target
madrasah). Oleh karena itu, tidak lagi dikenal apa banyak digunakan, kegiatan pembelajaran dan
yang disebut dengan kurikulum nasional. penilaian cenderung terpisah sehingga penilaian
Kurikulum yang dikembangkan oleh satuan dilakukan terkesan formal, kegiatan pembelajaran
pendidikan disebut dengan Kurikulum Tingkat kurang menunjukkan keterpaduan keterampilan-
Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum pada semua keterampilan berbahasa yang berdampak pula
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan pada penilaian keterampilan bahasa yang juga
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) berdiri sendiri. Kondisi lainnya, kemampuan guru
yang memuat kompetensi bahan kajian dan sangat beragam di berbagai jenis dan jenjang
kompetensi mata pelajaran yang harus dipenuhi sekolah, begitu juga di setiap daerah baik provinsi
ol eh peserta did ik pada je njang dan jenis maupun kebupaten/kota. Keragaman kemam-
pendidikan tertentu. Pemerintah, dalam hal ini, puan ini t entunya akan berdampak pada
Departemen Pendidikan Nasional hanya me- keragaman kualitas penyelenggaraan proses
nentukan standar-standar minimal yang harus pembelajaran sehingga akan berdampak pula
dipenuhi oleh satuan pendidikan. Standar minimal terhadap capaian belajar peserta didik.
itu, di antaranya berupa Standar Kompetensi Mengacu pada uraian di atas timbul per-
Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar tanyaan, bagaimana cara menilai proses dan hasil
Penilaian dan Standar Pengelolaan. Pengem- pembelajaran bahasa Inggris, sehingga peserta
bangan lebih jauh terhadap standar-standar didik terbantu mencapai kompetensi yang telah
tersebut di serahkan pada daerah/s atua n ditentukan pada standar isi? Pertanyaan tersebut
pendidikan masing-masing sesuai peraturan yang dapat dirumuskan dengan kata lain seperti berikut
berlaku. Bagaimana standar-standar tersebut ini, Bagaimanakah Model Penilaian Bahasa Inggris
diterjemahkan menjadi kurikulum, diserahkan dalam KTSP?
kepada satuan pendidikan bersangkutan. Sesuai Atas dasar permasalahan ini tampak perlu
Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional No. 33 dikembangkan model penilaian Bahasa Inggris
tahun 2007 tentang Sosialisasi KTSP, maka yang cocok dan sesuai dengan rambu-rambu yang
masing-masing provinsi maupun kab/kota harus ada pada Standar Isi g una me mb angun
memiliki Tim Pengembang Kurikulum yang bertugas pemahaman pendidik, tenaga kependidikan, dan
melakukan sosialisasi dan pelatihan sesuai pihak-pihak yang terkait tentang makna penilaian

312
Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

serta mengembangkan kemampuannya dalam jalur komunikasi yang digunakan (lisan atau tulis).
membuat dan melaksanakan penilaian dalam Ketiga faktor ini menentukan pemilihan berbahasa
pembelajaran bahasa Inggris yang berorientasi formal/informal, akrab/tidak akrab. Dengan
pada penguasaan kompetensi, sesuai Kurikulum demikian, peserta didik mampu berkomunikasi
Berbasis Kompetensi. Tujuan dari pengembangan sesuai konteks yang dihadapinya (Celce-Murcia
model penilaian ini adalah merupakan model et al. 1995).
alternatif pembelajaran bahasa Inggris. yang Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa
dapat dimanfaatkan oleh guru dan peserta didik teks dapat berupa tindakan lisan maupun tertulis.
pada satuan pendidikan dalam Hal ini sejalan dengan Standar Isi bahwa SK mata
pel ajaran Bahas a Inggris dirumuskan ber-
Kajian Literatur dan Pembahasan dasarkan tindakan lisan (mendengarkan dan
Model Kompetensi berbicara) dan tindakan tertulis (membaca dan
menulis). Agar peserta didik mampu memahami
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional In-
dan mengungkapkan makna lisan maupun tertulis,
donesia Nomor 22, Tahun 2006 tentang Standar
yang disebut dengan istilah kompetensi tindak
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
bahasa, diperlukan seperangkat kompetensi lain
ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris ada
yait u ko mp etensi kebahasaan, kompe tensi
tiga. Pertama, kemampuan berwacana, yakni
pembentuk wacana, kompetensi sosio kulural, dan
kemampuan memahami dan/atau menghasilkan
kompetensi strategis. Kelima kompetensi tersebut
teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam
merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak
empat keterampil an berbahasa yaitu men-
te rpisahkan dan saling mendukung yang
dengarkan, berbicara, membaca, dan menulis
diwujudkan d alam keempat ket erampila n
secara terpadu untuk mencapai tingkat literasi
berbahasa sebagaimana diungkapkan Celce-
te rt entu. Keempa t kete rampilan t ersebut
Murcia et al. (1995) sebagai berikut: 1) kompetensi
digunakan untuk menanggapi atau menciptakan
tindak bahasa, yaitu kemampuan mengambil
wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh
peran dalam komunikasi, yang disebut tindak tutur
karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris
untuk lisan dan retorika untuk tulis. Ketika orang
diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-
berbicara, ia berperan atau bertindak. Misalnya,
keterampilan tersebut agar lulusan mampu
bertindak “menyapa, meminta/memberi informasi,
berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa
mengundang, menawarkan”. Agar orang lain
I nggris pada t ingkat literasi tert entu. Kedua,
memahami maksud si pembicara, ia perlu memilih
kemampuan memahami dan mencipt akan
berbagai teks fungsional pendek dan monolog ko sakata, ta ta bahasa, dll. untuk me re-
serta esei berbentuk …(berbagai bentuk). Gradasi alisasikannya. Kompetensi tindak bahasa meliputi
bahan ajar tampak dalam penggunaan kosa kata, keterampilan mendengarkan, berbicara, mem-
t at a bahasa, dan langkah- langkah ret orika. baca, dan menulis; 2) kompetensi kebahasaan,
Ketiga, kompetensi pendukung, yakni kompetensi yaitu kompetensi berkaitan dengan kemampuan
linguistik, kompetensi sosiokultural, kompetensi menggunakan bunyi, kosakata, tata bahasa,
strategi dan kompetensi pembentuk wacana. intonasi, kalimat, dan sebagainya. Kompetensi ini
merealisasikan kompetensi tindak bahasa; 3)
Pengaj ar an bahasa unt uk kemampuan
kompetensi pembentuk wacana, yaitu kompetensi
berkomunikasi seperti tersebut di atas sejalan
dengan model kompet ensi komunikat if yang yang diperlukan untuk menyusun atau menaf-
digagas para ahli bahasa selama ini, misalnya sirkan serangkaian kalimat atau ungkapa n
Celce-Murcia, Dornyei dan Thurrell. Menurut model sehingga membentuk makna yang utuh, seperti
ini, Kompet ensi Wacana adalah kemampuan penggunaan kata sambung, pengulangan kata,
seseorang untuk berkomunikasi baik secara lisan penggunaan kata ganti; 4) kompetensi sosio-
maupun t ert ulis dalam sebuah perist iwa kultural , yai tu kompetensi terkait denga n
komunikasi. Bahasa yang dipilih dipengaruhi oleh pemilihan berbahasa yang dipengaruhi oleh
topik yang dikomunikasikan, hubungan antar- penge tahuan sosial budaya si pembicara
pribadi pihak yang terlibat dalam komunikasi , dan (pemilihan kata, gaya bahasa, sopan santun),

313
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

hubungan interpersonal antara pengguna bahasa komunikasikan kepada peserta didik secara
dal am konte ks budaya di mana komunikasi kualitatif, dalam bentuk deskripsi tentang perilaku
berlangsung, apakah berbahasa formal/informal, berbahasanya, ataupun secara kuantitatif, dalam
akrab/tidak akrab, dan sebagainya; dan 5) bentuk nilai, atau keduanya. Apapun bentuknya,
kompetensi strategis (Strategic Competence), yaitu penilaian merupakan bagian yang t idak
kompetensi yang diperlukan untuk mengatasi terpisahkan dari kegiatan pembelajaran dan harus
masalah-masalah yang timbul terutama dalam dapat memberikan dampak yang positif terhadap
komunikasi lisan, seperti: mengulangi atau pengembangan kompet ensi sasaran. Dengan
mengatakan dengan cara lain. demikian, penilaian dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung.
Sementara itu Bachman (1991) memberi istilah
kompetensi komunikatif dengan istilah kecakapan Selama ini banyak guru menganggap bahwa
berbahasa (language ability), yaitu sebagai suatu penilaian adalah sama dengan atau merupakan
konstruk yang seharusnya diukur dalam tes
per samaan kat a dari t es at au uj ian, yang
pelaksanaannya adalah setelah selesai proses
berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran
pembelajaran. Tujuannya t idak l ain untuk
harus diarahkan untuk penguasaan kompetensi
memberikan ‘nilai’. Mengacu pada uraian makna
keempat keterampilan berbahasa tersebut agar
penilaian tersebut di atas, tentunya pandangan
lulusan mampu berkomunikasi. Sebagai contoh,
ini kurang tepat dan perlu diluruskan.
untuk keterampilan berbicara, pembelajaran
Ada beberapa alasan mengapa guru perlu
diarahkan untuk mengembangkan kompetensi
menilai pe serta didiknya. Po pham (1995)
peserta didik melakukan tindak tutur seperti
mengajukan beberapa alasan, diantaranya
membuka percakapan, mempertahankannya,
adalah (1) untuk mendiagnosis keberhasilan dan
menutup percakapan, meminta tolong, menyapa,
kel emahan peserta didik, (2) memo ni to r
mengungkapkan kegembiraan, meminta maaf,
perkembangan peserta didik dalam mempelajari
mengundang dan sebagainya dalam konteks
suatu kompetensi. Dalam hal belajar bahasa
tertentu. Untuk keterampilan menulis, pem-
Inggris, Informasi dapat diperoleh melalui hal-hal
belajaran diarahkan untuk mengembangkan
yang dihasilkan atau dilakukan oleh peserta didik.
kemampuan peserta didik melakukan langkah-
Untuk itu, guru perlu secara terus menerus
langkah komunikasi (retorika), seperti menge- melakukan observasi atau mengamati perilaku
laborasi, menambah, mempertajam gagasan, dan pese rta di dik, memberi penugas an bai k
menyimpulkan. perorangan, berpasangan, maupun kelompok,
Dengan pembelajaran berorientasi pada mempertimbangkan baik hasil penilaian diri
pengembangan keterampilan berbahasa, sistem peserta didik maupun hasil penilaian teman.
penilaian dalam pembelajaran bahasa Inggris Dengan begitu, guru dan peserta didik dapat
se harusnya juga menjadikan ket erampila n mengetahui tingkat penguasaan bahasa Inggris
berbaha sa s ebagai dasar berpijak untuk dan kekuatan serta permasalahan yang dihadapi
pengembangan penilaiannya. Dalam penilaian, dalam belajar melalui hal-hal yang dihasilkan atau
yang penting ialah guru menilai penggunaan dilakukan peserta didik.
bahasa untuk me lihat apakah kompe tensi Dari cara pelaksanaannya, kegiatan penilaian
komunikatif yaitu kompetensi berkomunikasi dapat dilaksanakan secara informal ataupun
sudah tercapai atau belum. secara formal. Penilaian informal dilaksanakan
selama proses pembelajaran, dari sekada r
Makna dan Fungsi Penilaian komentar, pertanyaan atau jawaban spontan dan
Penilaian dalam mata pelajaran bahasa Inggris tidak direncanakan, sampai dengan pemberian
adalah suat u kegiat an untuk mengukur feedback terhadap latihan dan portofolio peserta
penguasaan bahasa Inggris peserta didik, agar didik. Penilaian ini dapat dilakukan guru, teman,
diperoleh informasi sejauh mana indikator- atau diri sendiri. Penilaian informal menjadi bagian
indikator keberhasilan yang telah dirumuskan yang tidak terpisahkan dari kegiatan pem-
telah menampak pada perilaku berbahasa Inggris belajaran, sehingga penilaian berjalan bersama-
peserta didik. Hasil pe nilaian dapat di- sama dengan proses pembelajaran.

314
Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Penilaian formal biasanya dirancang secara tentang realita. Karena itu, berikan tugas-tugas
khusus untuk mengukur penguasaan unsur-unsur penilaian yang menuntut peserta didik melakukan
kompetensi tertentu yang telah ditetapkan interpretasi terhadap apa yang dibaca maupun
sebelumnya dan juga dilaksanakan dalam waktu yang didengarnya. Misalnya, bagian akhir suatu
dan jangka waktu tertentu. Teknik yang paling teks dihilangkan, kemudian anak ditugaskan
lazim digunakan adalah tes dan ujian. untuk menyele saikan teks te rs ebut s esuai
Di liha t dari fungsinya, pe ni laian dapat interpretasinya. Atau, anak diminta menceritakan
dikelompokkan ke dalam penilaian formatif dan kejadian dalam teks dari sudut pandang orang
penilaian sumatif. Sebagian besar kegiatan lain; 2) Kolaborasi, ketika seseorang berbicara
penilaia n yang dilaksanakan guru adala h atau menulis, ia perlu mempertimbangkan siapa
penilaian formatif, karena dilaksanakan selama yang diajak berkomunikasi. Sebagai pembaca, ia
proses pembentuka n (forming) kompetensi berusaha memahami maksud penulis dengan
sasaran, yang tujuannya adalah untuk membantu mengerahkan s egal a pe ng etahuan da n
peserta didik mengembangkan kompe tensi pengalaman yang dimilikinya, sehingga teks yang
tersebut. Penilaian formatif berorientasi pada dibaca bermakna. Dalam penilaian formatif, proses
proses dengan tujuan memberikan balikan secara ini sangat penting; 3) Konvensi, cara orang
terus menerus a gar kualit as proses dapat membaca dan menulis dikendalikan oleh kaidah
ditingkatkan. Baik guru maupun peserta didik dan kebiasaan yang ada pada budayanya.
dapat memperbaiki kekurangannya selama proses Membaca t eks dalam bahasa asing pe rl u
berlangsung. Oleh karena itu, semua bentuk menyesuaikan diri dengan konvensi yang tidak
penilaia n i nformal dapat dianggap s ebagai biasa ditemukan dalam bahasa asli pembaca.
penilaian formatif. Dalam konteks pengajaran Misalnya, struktur teks bahasa Indonesia tidak
bahasa Inggris penilaian formatif sangatlah sama dengan struktur teks bahasa Inggris.
penting. Semakin dini kelemahan anak diketahui Ketepatan tanda baca, tata bahasa, susunan
semakin baik, karena dapat segera diatasi melalui te ks, me rupa kan indikato r penting dalam
umpan balik yang diberikan guru. Shohamy dalam kemampuan menulis; 4) Pengetahuan budaya,
Kern (2000:273) menyarankan agar guru banyak keempat keterampilan berbahasa berfungsi dalam
menggunakan observasi, wawancara, portofolio satu sistem sikap, keyakinan, kebiasaan, cita-cita,
untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan nilai-nilai tertentu. Ketika anak mencoba
tentang kemampuan berbahasa peserta didik. berbahasa Inggris dengan masih menggunakan
sistem budaya Indonesia, ia beresiko mengalami
Adapun penilaian sumatif bertujuan terutama
kesalahfahaman atau disalahfahami oleh pihak
untuk mengukur atau lebih te patnya men-
yang tidak mengerti latar budaya anak. Dalam
dapatkan informasi tentang pencapaian peserta
penilaian, tugas-tugas seharusnya menjangkau
didik pada akhir periode program pengajaran.
aspek ini; 5) Pemecahan masalah, pada dasarnya
Quiz, ujian tengah semester, dan ujian akhir se-
o rang ber ko munikasi unt uk memecahka n
mester adalah beberapa contoh tes sumatif.
masalah. Dalam membaca anak terlibat dalam
menafsirkan makna kata berdasarkan konteks
Prinsip-prinsip Penilaian Bahasa
yang melingkupinya. I a j uga didorong unt uk
Penilaian apa pun yang digunakan, Kern (2000: menemukan hubungan makna teks dengan dunia
16-17) menyarankan 7 prinsip hendaknya guru yang dibayangkan. Dalam penilaian hendaknya
pertimbangkan ketika merancang butir-butir soal pesert a didik dihadapkan pada t ant angan
dan tugas-tugas penilaian, yaitu: 1) Interpretasi, komunikasi yang merupakan rangkaian penye-
penulis dan pembaca menginterpretasi realita lesaian masalah. Misalnya, menulis undangan
yang dihadapi, seperti peristiwa, pengalaman, untuk suatu acara kepada berbagai pihak. Tentu
gagasan, dan kemudian “menerjemahkan” realita undangan yang dit ulis berbeda, disesuaikan
te rsebut ke dala m bahasa. Penuli s meng- dengan siapa yang diundang. Melakukan
interpretasikan realita ke dalam tulisannya. percakapan yang sebenarnya, menjelaskan apa
Pembaca menginterpretasikan tuli san yang yang dibaca anak; 6) Refleksi, kegiatan berbahasa
dibaca berdasarkan pemahamannya sendiri tidak hanya memahami atau mengungkapkan

315
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

gagasan yang sedang dikomunikasikan, tetapi pemahaman; jika ingin menilai kemampuan
juga memberi kese mp atan unt uk refleksi peserta didik berbicara tentang hobinya dalam
mengenai perilaku berbahasa. Misalnya, refleksi bahasa Inggris maka dilakukan wawancara.
bagaimana teks disusun, bagaimana gagasan Validitas tidak berlaku secara umum tetapi
ditata dan dihubungkan. Dalam proses menulis berlaku bagi kelompok tertentu dan tujuan
peserta didik perlu menjelaskan langkah dan tertentu. Suatu penilaian dikatakan valid untuk
alasan mengapa menulis seperti itu; dan 7) menilai ke mamp uan membaca pemaha ma n
Penggunaan baha sa, Lite rasi memerlukan bahasa Inggris, tetapi tidak valid untuk menilai
pengetahuan bahasa dalam konteks lisan dan kemampuan mengeja. Atau, suatu penilaian
tulis untuk menciptakan wacana. Artinya, anak dikatakan valid untuk mengukur kemampuan
mampu membicarakan, menulis, memahami, atau peserta didik SMA membaca teks bahasa Inggris,
membaca hal-hal yang bersangkutan dengan tetapi tidak valid untuk menilai kemampuan
hidupnya. Dalam penilaian, guru memberikan membaca bahasa Inggris untuk tingkat SMP.
tugas-tugas untuk menilai penggunaan bahasa,
Validitas isi ( content validity) digunakan untuk
apakah kompete nsi berwacana atau ber-
penilaian hasil belajar (achievement test). Validitas
komunikasi sudah tercapai atau belum.
isi sering juga disebut validitas kurikuler karena
penilaian disusun bersumber dari kurikulum mata
Kriteria Penilaian
pelajaran yang hendak dinilai. Bentuk penilaian
Ada beberapa kriteria yang perlu digunakan ketika semacam ini ingin menilai sejauhmana seseorang
merancang penilaian, sehingga hasilnya baik dan menguasai suatu kemampuan sesuai tuntutan
efektif. Gronlund (1982: 47-81) dan Bachman kurikulum (Gay, 1987:129).
(1991:160-161) menyatakan bahwa validitas dan
Untuk mengetahui validitas isi suatu tes hasil
reliabilitas merupakan dua hal esensial yang
belajar dapat dilakukan dengan cara mem-
menentukan keefektifan suatu tes. Keduanya
bandingkan butir-butir soal dengan kompetensi
diperlukan untuk memenuhi dua kondisi berikut,
yang telah ditentukan untuk mata pelajaran yang
yait u: 1) me mi nimalkan e fek kesalahan
bersangkut an. Apakah kompet ensi yang
pengukuran; dan 2) memaksi malkan e fe k
dikehendaki telah tercermin dalam butir-butir tes
kemampuan berbahasa yang ingin kita ukur.
itu dan terwakili secara nyata. Jika hasil analisis
Sedangkan Brown (2004:19) menambahkan tiga menunj ukkan bahwa but ir- but ir t es t elah
hal, di samping validitas dan reliabilitas, yaitu menerjemahkan kompetensi yang dikehendaki
praktis, autentik, dan washback. maka penilaian tersebut telah memiliki validitas
isi. Apabila pada kurikulum dituntut kompetensi
Validitas membaca: menent ukan gagasan ut ama,
Validitas berkaitan dengan sejauh mana hasil mendapat kan informasi fakt ual, menent ukan
penilaian dapat digunakan untuk tujuan yang gagasan pendukung, But ir- but ir soal yang
dikehendaki. Validitas berkaitan dengan dirancang harus menilai performansi keterampilan
kelayakan, kebermaknaan, dan kegunaan yang tersebut.
disimpulkan dari hasil penilaian bagi tujuan
tertentu (Linn dan Gronlund,1995:47). Investigasi Reliabilitas
validitas berkenaan dengan pertanyaan,’Sejauh Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi atau
mana hasil t es ses eo ra ng t erkait dengan keajegan hasil penilaian. Konsistensi memung-
kemampuan berbahas a yang akan diukur?’ kinkan suatu penilaian valid (Linn dan Gronlund,
dengan cara memaksimalkan efek kemampuan 1995). Investigasi reliabilitas berkaitan dengan
berbaha sa tersebut te rhadap s ko r tes jawaban atas pertanyaan, ’Sejauh mana hasil tes
(Bachman,1991:161). seseorang disebabkan kesalahan pengukuran
Penilaian dikatakan valid, misalnya jika ingin atau faktor-faktor selain kemampuan berbahasa
menila i ke ma mp ua n membaca pemahama n yang akan diukur? akan dil akukan denga n
peserta didik maka interpretasi harus berdasarkan meminimal ka n efek fakto r-fakt or t ersebut
bukti yang merefleksikan kemampuan membaca terhadap skor tes (Bachman, 1991: 160-161).

316
Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Semakin banyak tugas-tugas penilaian, semakin berikut, yaitu: 1) bahasa yang digunakan pada
tinggi tingkat reliabilitasnya (Linn dan Gronlund, soal-soal alami atau wajar; 2) butir-butir tes
1995: 99). kontekstual tidak berdiri sendiri ( isolated); 3) Topik
Ada beberapa faktor yang bisa membuat hasil yang ditawarkan bermakna (relevan, menarik)
penilaian tidak reliabel di antaranya: 1) Ketika bagi peserta did ik; 4) Rangkaian soal-soal
penilaian dilakukan peserta didik dalam keadaan membentuk cerita atau episoe; 5) Tugas-tugas
tid ak sehat , cemas, lelah, at au t idak ber- penilaian menggambarkan, paling tidak mendekati
semangat; 2) Pemberian nilai tidak ajeg, karena tugas-tugas dalam kehidupan nyata; 6) Teks
para penilai tidak menggunakan kriteria yang yang digunakan untuk kemampuan membaca
sama, atau penilai dalam keadaan lelah sehingga dipilih dari majalah, surat kabar atau sumber
agak ceroboh; 3) Lembar soal kurang jelas lainnya; 7) Kemampuan produktif dinilai melalui
terbaca, atau suara tidak jelas terdengar oleh performansi peserta didik. Kemampuan men-
pese rta didik keti ka digunakan menilai dengarkan dinil ai melal ui mendengarka n
kemampuan mendengarkan; 4) Tes terlal u pemahaman yang dilengkapi dengan hesitations,
panjang atau memakan waktu terlalu lama white noise, dan interruptions; 8) Teks-teks yang
sehingga penilai merasa lelah dan penyekoran digunakan untuk menilai dapat berupa kalimat,
menjadi kurang tepat. topik atau cerita.

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa


Praktis
keajegan hasil penilaian sebagian ditentukan oleh
faktor fisik dan penilai (rater). Karena itu, ketika Suatu penilaian dikatakan praktis apabila: 1) biaya
melaksanakan penilaian, khususnya penilaian for- untuk melaks anakan terjangkau; 2) pela k-
mal, perlu memperhatikan ha-hal berikut: 1) setiap sanaannya tidak terlalu lama, sehingga tes mampu
peserta didik mendapatkan lembar fotokopi tes diselesaikan sesuai waktu yang telah ditetapkan;
yang bersih dan jelas; 2) untuk tes lisan kualitas 3) pengadministrasiannya jelas dan mudah
rekaman harus baik s ehingga suara je las dilakukan; 4) penyekoran dan penginterpretasian
terdengar bagi semua peserta didik; 3) apabila tidak memakan waktu lama. Hasilnya mudah
menggunakan video, gambar harus jelas terlihat; ditafsirkan.
4) pencahayaan, temperatur, suara, dan kondisi
kel as tidak mengganggu pe serta didik; 5) Washback
prosedur penyekoran objektif; 6) khusus soal Washback adalah pengaruh tes terhadap proses
uraian (jawaban terbuka), penilai atau rater: (a) belajar mengajar (Brown: 2004, p. 28). Untuk
menggunakan krite ria yang konsi sten, (b) menilai kemampuan berbicara tentang identitas
memberi perhatian yang sama pada semua te nt u dengan melakukan wawancara ata u
jawaban, (c) membaca soal paling sedikit dua kali bermain peran, sehingga dalam pembelajaran
agar penyekoran ajeg, (d) membaca butir soal peserta didik banyak dilatih berbicara meng-
yang sama untuk semua peserta didik, setelah ungkapkan identitasnya. Penilaian yang meng-
butir tersebut selesai diperiksa baru pindah ke andalkan soal-soal bentuk pilihan ganda yang
butir selanjutnya, (e) menggunakan standar yang menguji pengetahuan dan pemahaman peserta
sama bagi semua jawaban. didik, akan berpengaruh pada pembelajaran.
Selama proses pembelajaran peserta didik akan
Autentik banyak dilatih menjawab pertanyaan-pertanyaan
Autentik berkaitan dengan kesesuaian tugas untuk pengetahuan dan pemahaman.
penilaian bahasa dengan situasi komunikasi yang Bentuk washback positif yang sering terjadi
sesungguhnya atau dunia nyata (Bachman, di dalam kelas adalah informasi balikan tentang
1991:301). Penilaian autentik, di antaranya kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam
penuli san es ai, lapo ra n, desai n proposal, bentuk setelah penilaian dilakukan. Penilaian in-
portofolio (McNamara, 1996:13). formal lebih memiliki efek washback daripada
Menurut Brown (2004:2 8), penilaian penil aian for mal, karena guru bia sanya
dikatakan autentik apabila mencerminkan 8 hal memberikan catatan sebagai umpan balik bagi

317
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

peserta didik s etel ah penil aian informal pengembangan kompetensi mendengarkan dan
berlangsung. Sebaliknya, dengan penilaian for- berbicara dilakukan secara terpadu. Demikian
mal, guru hanya memberikan skor perolehan hal nya dalam penilaian, tugas -t ug as yang
peserta didik (Brown: 2004,p.29). diberikan adalah untuk menilai kompetensi
Salah satu cara untuk meningkatkan efek mendengarkan dan berbicara. Namun, diperlukan
juga menilai kompetensi mendengarkan dan
washback pada pembelajaran yaitu mengem-
berbicara sebagai bagian yang terpisahkan,
balikan kertas tugas penilaian peserta didik
se suai dengan kompet ensi yang di tuntut.
beserta catatan-catatan sebagai umpan balik bagi
Kompetensi-kompetensi pen-dukung merupakan
peserta didik. Beri pujian untuk hasil yang baik,
bagian dari kriteria atau aspek yang perlu diamati
atau beri komentar yang membangun bila hasilnya
dan dinilai ketika menilai keterampilan berbahasa
kurang baik.
Depdiknas, 2004b).
Kelima prinsip peni laian tersebut sama
Be ri kut co ntoh-c ontoh tugas penila ian
pentingnya, tergantung konteksnya. Bagi tes
bahasa Inggris yang juga menjadi kegiatan
standar berskala besar prinsip kepraktisan lebih
pembelajaran, sehingga penilaian dilakukan
penting daripada washback, sebaliknya washback ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
lebih penting bagi penilaian informal daripada Namun, tugas-tugas ini juga dapat digunakan
kepraktisan. Namun, dari kelima prinsip di atas untuk penilaian sumatif yang tujuannya untuk
validitas merupakan yang terpenting dalam mengakumulasikan nilai hasil belajar.
merancang penila ian. Tulis an i ni banyak
membahas pelaksanaan penilaian formatif atau
Mendengarkan dengan Berbicara
informal, karena itu prinsip validitas, autentik, dan
Ketika memasuki kelas, guru sudah membawa
washback lebih banyak berperan ketika me-
format pengamatan yang memuat nama-nama
laksanakan penilaian.
siswa beserta aspek-aspek yang akan diamati,
seperti: penggunaan kosa kata, tata bahasa,
Model Penilaian Bahasa Inggris
intonasi, dan lafal secara benar dan lancar. Berikut
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengum- contoh-contoh tugas untuk menilai keterampilan
pulkan informasi tentang kemajuan belajar berbahasa lisan atau kemampuan mendengarkan
peserta didik, baik yang berhubungan dengan dan berbicara yang dilakukan dengan terpadu.
proses belajar maupun hasil belajar. Cara yang
digunakan tentunya berdasarkan kompetensi Bercakap-cakap dan bertanya jawab
yang harus dicapai peserta didik. Dalam Standar Kemampuan bercakap-cakap dan bertanya jawab
Isi mata pelajaran bahasa Inggris, standar dalam bahasa Inggris dapat dinilai dengan
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) menggunakan berbagai stimuli, misalnya gambar,
dikelompokkan ke dalam empat keterampilan situasi, peta. Kegiatan dapat dilakukan dengan
bahasa, yai tu mende ngarkan, berbi cara, cara ‘ro le-play’ atau be rd asarkan ‘model’
membaca, dan menulis (Depdiknas, 2004a). pembicaraan yang disediakan oleh guru. Untuk
Namun, dalam kegiatan pembelajaran, ke- peserta didik SMP yang kemampuan berbahasa
te rampilan berba ha sa terse but hendaknya Inggrisnya masih sangat rendah dan terbatas,
terpadu, boleh mengintegrasikan dua keteram- tidak ada salahnya model pembicaraan atau
pilan atau lebih. Perlu diingat bahwa keterpaduan petunjuk role-play diberikan dalam bahasa Indo-
keterampilan-keterampilan berbahasa sangat nesia. Dengan bahasa Inggris ada kemungkinan
penting dalam pembelajaran bahasa. peserta did ik l ebih sul it memahami mo del
Perumusan SK dan KD pada kompetensi pembicaraan atau petunjuk role-play daripada
mendengarkan sama dengan pada berbicara. mengerjakan tugas itu sendiri. Keuntungan
Yang membe dakannya adalah pada men- menggunakan stimuli dalam bahasa Indonesia
dengarkan menggunakan kata kerja memahami adalah dapat dihindari kemungkinan peserta didik
makna, sedangkan pada berbicara menggunakan meng ulang secara mekanis kata-kata yang
kata kerja mengungkapkan makna. Karena itu, terdapat di dalam model yang dapat diterapkan
dalam ke giat an pembelajaran hendaknya di dalam pembicaraan.

318
Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Berikut i ni conto h me nilai kemampuan hingga semua peserta didik dalam satu kelas
bertanya jawab tenta ng data diri . Untuk teramati. Berikut contoh format pengamatan
mengerjakan tugas tersebut, peserta didik perlu untuk menilai keterampilan mendengarkan/
mempelajari petunjuk role-play yang diberikan berbicara.
guru dengan seksama. Cara ini bisa digunakan untuk penilaian
Contoh petunjuk role play sumatif yang tujuannya untuk merangkum hasil
Peserta didik 1: Menanyakan umur salah satu belajar pada periode tertentu atau pada akhir
peserta didik yang diketahui pro gram. Setiap kel ompo k atau p asanga n
Peserta didik 2 dengan baik di memperagakan kemampuannya di depan guru,
kelas. se dangkan ke lo mpok atau pasangan lai n
menunggu di luar ruangan. Guru dapat langsung
Peserta didik 2: Me njawab, jika tidak t ahu
memberikan penilaiannya dan/atau merekam
katakan tidak tahu, dan jika
kegiatan peserta didik dengan menggunakan
tahu katakan berapa umurnya.
audio-recorder. Dengan menggunakan rekaman
Peserta didik 1: Menanyakan apakah peserta
guru dapat memberikan penilaian yang lebih teliti.
didik tersebut punya adik atau
Bila guru ingin memberi penilaian langsung, dapat
kakak.
menggunakan format pengamatan yang berisi
Peserta didik 2: Mengatakan tidak kalau tidak perilaku-perilaku yang akan diamati dan memberi
punya; menyebutkan berapa skor berdasarkan kriteria penilaian, seperti contoh
kakak-adiknya dan namanya format pengamatan pada Tabel 1.
masing-masing.
Peserta didik 1: Menanya kan tempat t inggal Retelling
peserta didik yang dimaksud. Retelling adalah tugas untuk menilai kemampuan
Peserta didik 2: Menyebutkan tempat tinggal- menceritakan kembali secara lisan atau tertulis
nya. dengan bahasa sendiri suat u te ks yang
diperdengarkan. Dalam hal ini peserta didik harus
Dengan model yang sama, peserta didik ke 2 mampu mengidentifikasi intisari teks, gagasan
berganti peran sebagai penanya dan peserta didik pokoknya, tujuannya, gagasan pendukung, atau
ke1 sebagai penjawab. Untuk menghemat waktu kesimpulan yang menunjukkan b ahwa ia
pese rta di dik be ke rja berpasangan. Ketika memahami keseluruhan teks. Apabila dilakukan
peserta didik melakukan tugas, guru hendaknya secara lisan, untuk mencatat hasil penilaian dapat
berkeliling mendengarkan dan mengamati dengan menggunakan format pe ng amatan yang
menggunakan forma t pe ngamatan sambil digunakan unt uk bercakap-cakap, denga n
membuat catatan-catatan. Karena keterbatasan menambahkan aspek kelengkapan gagasan.
waktu, sebaiknya guru fokus pada beberapa Seandainya tidak memiliki alat audio untuk
pasangan dalam kesamaan wakt u. Pada memperdengarkan suatu teks, guru dapat
kesempatan yang lain guru fokus pada pasangan melaksanakannya dengan membacakan teks yang
lain yang belum teramati. Begitu seterusnya dimaksud. Cara ini bisa memperoleh hasil yang

Tabel 1. Contoh format pengamatan


Nama Aspek
ucapan Tata Kosa Kelancar- Pemaham- Kesesuaian strategi
bahasa kata an an bahasa
Rona
Okta
Etc.

Catatan:
1) Kesesuaian bahasa berkaitan dengan sejauh mana bahasa yang digunakan sesuai dengan konteks komunikasi
dan sosial budaya.
2) Strategi berkaitan dengan usaha peserta didik mengatasi permasalahan yang timbul ketika berkomunikasi
berlangsung.

319
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

optimal bila guru memperhatikan hal-hal berikut isi film yang ditonton tersebut kepada teman-
ketika membacakan teks, yaitu: 1) Usahakan agar temannya di kelas, tugas diakhiri dengan membuat
nada bicara terkesan berbicara langsung dengan sinopsis film tersebut secara tertulis.
peserta didik dan bukan membaca. Gunakan
ekspresi atau ungkapan yang normal dipakai Membaca dengan Menulis dan Berbicara
dalam bahasa lisan; 2) Hindari menggunakan teks Peserta didik menceritakan isi puisi yang dibaca
yang terlalu panjang; 3) Jangan menghafal teks, lalu mengubah bentuk puisi ke dalam bentuk
karena akan membuat cara anda menyampaikan prosa.
menjadi tidak wajar; dan 4) Gunakan jeda yang
agak lama di antara klausa dan kalimat. Ini lebih Mendengarkan
baik dan wajar dibanding membaca kalimat secara Mendengarkan untuk memahami pembicaraan,
pelan-pelan. seperti: listening for the gist, for the main idea, and
making inferences.
Mendengarkan dengan Menulis
Note-taking, yaitu membuat catatan dari suatu Berbicara
ceramah pendek Melakukan monologue, yaitu kemampuan meng-
hasilkan teks lisan, seperti: speeches, oral pre-
Information transfer: sentations, story- telling, Retelling a story, and News
Tugas ini menghendaki peserta didik mengisi tabel Event. Tugas monologue disesuaikan dengan
dengan da ta s esua i info rmasi yang diper- bentuk teks yang dikehendaki pada kompetensi
dengarkan sebagaimana tampak pada Tabel 2. dasar, misalnya naratif, report, recount.
Instruksi: Listen to the information about
Lucy’s schedule. Remember, you will first hear all Membaca
the sentences; then you will hear each sentence Membaca untuk Memahami Langkah-Langkah
separately with time to fill in your chart. Retorika
Lucy gets up at 8:00 every morning except on Perlihatkanlah teks bentuk tertentu kepada
weekends. She has English on Monday, Wednes- peserta didik. Lalu minta mereka mengidentifikasi
day, and Friday at ten o’clock. She has History on bagian-bagian teks tersebut menurut struktur
Tuesdays and Thursdays at two o’clock. She takes te ksnya (Generic Structure) dan ciri -cir i
Chemistry on Monday from two o’clock to six o’clock. kebahasaannya (Language Features)
She plays tennis on weekends at four o’clock. She
eats lunch at twelve o’clock every day except Satur-
day and Sunday

Mendengarkan dengan Berbicara dan Menulis


Peserta didik misalnya menonton film yang mereka
tentukan sendiri, kemudian menceritakan kembali

Tabel 2. Contoh Tabel aktifitas yang harus diisi


Time Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Weekends
08:00 get up get up get up get up get up
10:00 English English English
12:00 lunch lunch lunch lunch lunch
2:00 Chemistry History History
4:00 Chemistry tennis
6:00 Chemistry

320
Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Contoh:
Jenis Teks: Report (Laporan Pengamatan)
Language Features: focus on Generic Participants (groups of things)

Dolphins
general
Dolphins are sea mammals. They have to breathe air or they will classification
die. They are members of the corphaenidae Family.

Dolphins hunt together in a group. A group of dolphins is called a


pod. They eat fish, schrimp and small squid. They live in salt water
oceans. Dolphins can hold their breath for six minutes.

Dolphins have smooth bare skin. Only baby dolphins are born with
a few bristly hairs on their snouts. These hairs soon fall out. They
have a long tail and the fin on top of their backs keeps the dolphins
from rolling over. The female dolphins have a thick layer of fat
under their skin to keep them warm when they dive very deep. The description
dolphins front fins are called flippers. They use them to turn left
and right. Dolphins grow from 2 to 3 metres long and weigh up to
75 kilograms.
When dolphins hear or see ship close by, they go near it and follow
it for many kilometers. Dolphins can leap out of the water and so
somersaults. Sometimes they invent their own tricks and stunts
after watching other dolphins perform.

Dolphins are very friendly to people and have never harmed


anyone. They are very playful mammals.

Sumber: Callaghan et al. 1988.Teaching Factual Writing, hal. 61

Membaca Nyaring Menulis


Data kemampuan membaca nyaring dapat juga Proses Menulis
menjadi bagian dari data penilaian kemampuan Menulis dipandang sebagai suatu proses yang
berbicara anak. Sebelum peserta didik mem- meliputi prewriting, drafting, revising, editing dan
bacakan teks, siapkan format pengamatan seperti hasil terbaik. Guru memberi contoh teks, peserta
pada tabel 4 berikut. Ke tika peserta didik didik mencoba membuat sendiri, mendiskusikan
membaca amati hal-hal yang berkaitan dengan tulisan dengan guru, memperbaiki tulisannya,
aspek yang akan dinilai kemudian beri tanda pada mengedit tulisan sampai mendapatkan hasil
kemampuan yang teramati . Untuk me lihat terbaik. Dalam diskusi guru dan peserta didik
perkembangan anak isilah tanggal pada waktu membahas hal-hal yang sudah dan belum dikuasai
pengamatan dilakukan. peserta didik. Misalnya, penggunaan tata bahasa,
struktur teks, pengembangan atau kejelasan
gagasan, keterkaitan gagasan yang satu dengan
yang lain. Catatan guru beserta tulisan peserta

Tabel 4. Contoh Format Penilaian Membaca Nyaring

Nama: Okta
Aspek Tanggal
05 Jan 12 Feb 03 Mar 08 Apr 10 Mei
Kelancaran Membaca k c k b b
Ketepatan Pengucapan k c c b b
Intonasi k c c c b
Tekanan kata c k c c b
Komentar guru:

kode : k = kurang ; c = cukup ; b = baik

321
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

didik dapat dikumpulkan pada map (folder) peserta tingkat provinsi dan kabupaten serta kota.
didik, selanjutnya peserta didik diberi kesempatan Pe mbentukan TPK ini di maksudkan untuk
memperbaiki tulisannya berdasarkan tanggapan melakukan sosialisasi dan pelatihan sesuai
guru tersebut. Kumpulan tulisan peserta didik ini dengan tingkatan masing-masing, sehingga
membentuk portofolio. Pada akhir waktu yang daerah/s atuan pendidikan terbant u dalam
telah ditetapkan diharapkan tulisan peserta didik mengembangkan kurikulum sekolah. Pengalaman
sudah baik dan guru dapat mengambil nilai karya menunjukkan bahwa TPK dan satuan pendidikan
peserta didik tersebut. dalam mengembangkan KTSP belum seperti yang
diharapkan pada kurikulum berbasis kompetensi,
Menilai Tulisan khususnya dalam merancang pros es pem-
Menilai tulisan harus berdasarkan kriteria yang belajaran dan penilaian mata pelajaran bahasa
sejak awal sudah ditetapkan dan dikomunikasikan Inggris.
kepada peserta didik, misalnya penggunaan: tata Kurikulum berbasis kompetensi menekankan
bahasa, piranti pembentuk wacana, langkah- penyelenggaraan proses pembelajaran yang
langkah retorika, kejelasan gagasan. Gaudiani berori entasi p ada penguasaan kompe tensi,
(dikutip Kern, 2000) menyarankan menilai tulisan sehingga guru didorong untuk menerapkan
dimulai dari hal-hal umum ke khusus, seperti: 1) prinsip-prinsip pembelajaran tuntas dan penilaian
Mulailah dari hal-hal yang bersifat global. Mengenai autentik di mana penilaian terintegrasi dengan
apakah tulisan itu, apa yang dicoba dibahas, kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas penilaian
apakah dapat dimengerti, apakah menarik, menggambarkan dunia nyata.
apakah gagasannya masuk akal, 2) Selanjutnya
Pada dasarnya semua anak mampu belajar
yang berkaitan dengan organisasi teks. Apakah
dan menguasai kompetensi yang ditargetkan,
pemaparan gagasan mudah diikuti atau pembaca
asalkan disesuaikan dengan karakteristik masing-
dituntut berpikir keras, apakah penyajian gagasan
masing anak dan kemampuan awal yang hilang
ditata dengan logis, 3) Terakhir yang berkaitan
dapat terdeteksi dengan benar sejak dini. Untuk
dengan diction dan grammar, khususnya yang
itu perlu dilakukan penilaian sepanjang proses
berkaitan dengan hal-hal yang membuat makna
pembelajaran, se hi ngga apa yang menjadi
menjadi tidak jelas.
kelemahan dan keberhasilan peserta didik dalam
mempelajari suatu kompetensi dapat diketahui
Sikap
sejak awal. Dengan begitu, kelemahan anak bisa
Sikap ini merupakan bentuk reaksi positif peserta
segera ditanggulangi dengan memberikan reme-
didik terhadap bahasa Inggris. Jadi penilaiannya
dial dan anak yang berhasil diberi pengayaan.
tidak dapat berdiri sendiri tetapi terintegrasi pada
semua keterampilan bahasa. Penilaian sikap, Ada beberapa kriteria yang perlu digunakan
misalnya: Berinisiatif untuk berlatih dengan ketika merancang alat penilaian proses atau
temannya dengan saling membacakan teks, formatif untuk mata pelajaran bahasa Inggris,
menjawab/menanggapi pernyataan/pertanyaan sehingga mendapatkan hasil yang maksimal, yakni
dalam bahasa Inggris ketika berinteraksi dengan validitas isi, autentik, dan washback.
guru atau teman tanpa takut membuat kesalahan, Dalam belajar bahasa, penilaian proses
Menunjukkan keterlibatan aktif dalam kegiatan sangat penting, khususnya dalam mempelajari
ekstra barbahasa Inggris, Berpartisipasi aktif bahasa Inggris, karena itu sangat dianjurkan agar
dalam kegiatan membahas setiap teks atau tugas guru melaksanakan penilaian proses di samping
dengan guru dan teman, Menyelesaikan setiap penilaian hasil belajar. Penilaian sudah dilakukan
tugas yang diberikan. ket ika kegiat an pembelaj aran berlangsung,
sewakt u pesert a didik belaj ar menggunakan
Simpulan dan Saran
bahasa t ar get , misalnya unt uk ber dialog,
Simpulan bercerita, mencari informasi dari teks tertulis, dan
Pe limpahan wewenang ke pada dae rah da n mengungkapkan gagasan, perasaannya dan
satuan pendidi ka n dala m mengembangkan pendapat nya secara lisan maupun t ert ulis.
kurikulum diikuti dengan pembentukan TPK di Dengan demikian kompetensi yang belum dikuasai

322
Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

peserta didik dapat s egera di ketahui dan Saran


diberikan remedial. Untuk melaksanakan penilaian mata pelajaran
Keterampilan berbahasa Inggris terdiri dari bahasa Inggris se suai kurikul um berba sis
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. kompetensi (KBK) beberapa saran berikut perlu
Dalam standar isi, standar kompetensi mata dipert imbangkan. Pertama, bagi Pengguna
pelajaran bahasa Inggris dikelompokkan ke dalam kurikulum perlu memahami istilah-istilah linguistik
empat keterampilan berbahasa tersebut. Namun yang digunakan pada standar isi Mata Pelajaran
dalam pelaksanaan pembelajaran, kegiatan Bahasa Inggris, termasuk jenis-jenis teks (genre)
berbahasa yang dirancang hendaknya melibatkan yang masing-masing biasanya memiliki tujuan
dua atau lebih keterampilan berbahasa, misalnya komunikatif, struktur teks, dan ciri-ciri linguistik
keterampilan mendengarkan dengan berbicara, tertentu. Kedua, dalam hal kompetensi komuni-
kete rampilan mendengarkan, menulis, da n katif, adalah hasil kombinasi dari kompetensi-
berbicara. Dengan begitu ada keterpaduan pada kompetensi linguistik, tindak tutur, sosiokultural
keterampilan-keterampilan berbahasa tersebut dan strategis, serta piranti pembentuk wacana.
seperti halnya kegiatan berkomunikasi pada dunia Karena itu, penggunaan dari ko mpetensi-
nyata. kompetensi pendukung tersebut juga perlu
Ketepatan cara penilaian yang dilakukan akan dicermati ketika guru menilai kompetensi peserta
mempengaruhi Kegiatan pembelajaran, dan didik. Ketiga, untuk mengembangkan daya
sumber belajar yang diterapkan guru dalam imajinasi dan kreativitas, peserta didik perlu dididik
proses pembelajaran, di samping mempengaruhi menjadi pembaca yang baik untuk menggunakan
kemampuan mengungkap kan hasil belajar pengetahuan dan pengalamannya melakukan
peserta didik s ecara me nyeluruh. Dalam imaginative re-creation terhadap apa yang
melaksanakan penilaian perlu digarisbawahi dibacanya. Imaginative re-creation mendorong
bahwa tidak ada satupun alat peniaian yang peserta didik untuk menanggapi suatu karya
dapat mengumpulkan informasi prestasi dan secara personal dan individual serta memberi
kemajuan belajar peserta didik secara lengkap. pengal aman bel ajar yang membantunya
Penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikan mempertajam tanggapannya dalam eksplorasi
gambaran/informa si t entang kemampuan, teks. Misalnya: mengubah sebuah episode dalam
keterampilan, pengetahuan, dan sikap peserta novel menjadi naskah drama, mengubah sebuah
didik. Lagipula, interpretasi hasil penilaian tidak insiden dalam cerpen menjadi sebuah laporan
mutlak dan abadi karena anak terus berkembang untuk surat kabar. Keempat, untuk memudahkan
se suai denga n pe ngalaman b elajar yang pelaksanaan penilaian guru sudah menyiapkan
dialaminya. dan membawa format pengamatan yang memuat
nama-nama peserta didik serta aspek-aspek yang
akan diamati ketika memasuki kelas.

Pustaka Acuan
Bachman, L.F. 1991. Fundamental Considerations in Language Testing. Oxford: Oxford University Press.
Brown, H.D. 2004. Teaching By Principles: An Interactive Approach To Language pedagogy. (2 nd ed.).
New York: Longman.
_____, H.D. 2004. Language Assessment: principles and Classroom Practices. San Francisco: Longman.
Callaghan, M. dan Rothery, J. Teaching Factual Writing. 1988. Erskineville: Metropolitan East Disadvan-
taged Schools Program.
Celce-Murcia, M., Z. Dornyei, S. Thurrell. 1995. Communicative Competence: A Pedagogically Motivated
Model with Content Specifications. In Issues in Applied Linguistics, 6/2, pp 5-35.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004a. Kurikulum 2004 Bahasa Inggris SMP. Jakarta: Pusat
Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

323
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

Departemen Pendidikan Nasional. 2004b. Pelayanan Profesional Kurikulum 2004 : Pedoman Penilaian
Kelas . Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Gay,L.R. 1987. Competencies for Analysis and Application. Columbus: Merril Publishing Company.
Gronlund,N.E. 1982. Constructing Achievement Tests. New Jersey: Prentice Hall.
Kern Richard. 2000. Literacy and Language Teaching. Oxford : Oxford University Press.
Linn,R.L. dan Gronlund,N.E. 1995. Measurement and Assessment in Teaching 7th edition. New Jersey:
Prentice Hall.
MacNamara Tim. 1996. Measuring Second Language performance. New York: Longman.
Popham, W.J. 1995. Classroom Assessment, What Teachers Need to Know. Boston: Allyn & Bacon.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22, Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19, Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 33, Tahun 2007 tentang Sosialisasi KTSP.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

324

Anda mungkin juga menyukai