Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN MATA PELATIHAN

3.1. Agenda Sikap Perilaku Bela Negara


3.1.1. Wawasan Kebangsaan Dan Nilai-Nilai Bela Negara
Memiliki wawasan kebangsaan adalah hal suatu sudut pandang yang dimiliki oleh
suatu seseorang atau kelompok untuk memahami identitasnya dan lingkungannya sebagai
bagian dari satu bangsa dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsanya. Wawasan
kebangsaan juga dapat dilihat sebagai modal ketahanan nasional karena akan menentukan
cara suatu bangsa memanfaatkan kondisi geografis, sejarah, sosial, dan budaya yang
dimilikinya dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasionalnya serta
bagaimana bangsa itu memandang diri dan lingkungannya baik ke dalam maupun ke luar.
Secara konseptual negara terbentuk karena adanya perjanjian atau kesepakatan
diantara kelompok-kelompok manusia dalam suatu wilayah atau daerah tertentu untuk
mewujudkan kepentingan atau tujuan bersama tanpa membedakan ras/suku, bahasa,
agama, adatistiadat,
budayadan kepentingan politik kelompok yang bersangkutan. Untuk membentuk negara
harus memenuhi unsur-unsur tertentu, yaitu unsur konstitutif yang terdiri dari rakyat yang
bersatu sebagai satu bangsa, daerah atau wilayah yang jelas batas-batasnya, pemerintah
yang berdaulat dengan tujuan tertentu, serta didukung oleh unsur deklaratif yakni
mendapat pengakuan dari negara lain dalam rangka memenuhi tata aturan pergaulan
internasional.
Bangsa dapat didefinisikan sebagai rakyat yang bersepakat untuk bersatu dengan
tekad untuk membangun masa depan bersama dengan cara membentuk negara yang akan
mengatur dan mengurus kepentingan bersama secara adil. Bangsa Indonesia adalah rakyat
Indonesia yang secara sosiopolitis (komunitas-politik) telah mempunyai kesatuan tekad
sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, mendirikan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan telah mendapat pengakuan internasional.

3.1.2 Analisis Isu-Isu Kontemporer


Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) pada suatu perjalanan karirnya akan
dihadapkan dengan isu-isu kontemporer, baik yang datang dari eksternal juga internal,
yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka dari itu,
penting bagi setiap ASN untuk mengenal dan memahami secara kritis isu-isu kontemporer
yang berasal dari perubahan lingkungan strategis. Isu yang dianggap kritikal adalah topik
yang berhubungan dengan masalah-masalah sumber daya yang memerlukan pemecahan
disertai dengan adanya kesadaran publik akan isu tersebut, merupakan suatu fenomena atau
kejadian yang dianggap penting atau dapat menjadi menarik perhatian orang banyak,
sehingga menjadi bahan yang layak untuk didiskusikan. Isu kritikal secara umum terbagi
ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu:
1) Isu saat ini (current issue)
2) Isu berkembang (emerging issue), dan
3) Isu potensial
Untuk menentukan isu yang berkualitas, ada beberapa instrumen dapat digunakan,
misalnya menetapkan rentang penilaian (1-5) pada isu yang memenuhi kriteria:
1) Aktual: artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
dalam masyarakat.
2) Kekhalayakan: Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.
3) Problematik: artinya Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks,
sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara komperehensif
4) Kelayakan: artinya Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Instrumen tapisan lain yaitu dengan menggunakan kriteria USG:
1) Urgency: seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti.
2) Seriousness: Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang
akan ditimbulkan.
3) Growth: Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani segera.
Sedangkan untuk menganalisa secara mendalam isu yang telah melalui teknik tapisan,
dapat menggunakan metode seperti Mind Mapping, Fishbone Diagram, analisa SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, Threats).

3.1.3 Kesiapsiagaan Bela Negara


Pembinaan kesadaran bela negara bagi setiap warga negara Indonesia penting untuk
dilakukan dalam rangka penguatan jati diri bangsa yang berdasarkan kepribadian dan
berkebudayaan berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI 1945. Kesiapsiagaan bela
negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan
negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman
yang pada hakikatnya
mendasari proses pembangunan karakter dan pembangunan negara. Unsur-unsur Bela
Negara yang harus dipahami dan dimiliki oleh setiap ASN yakni:
1) Cinta Tanah Air;
2) Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
3) Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
4) Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5) Memiliki kemampuan awal bela negara.

Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dikatakan siap siaga untuk membela negara
apabila secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima serta
secara kondisi psikis yang memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik,
senantiasa memelihara jiwa dan raganya memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan
tahan uji, merupakan sikap mental dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan
kepada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Perilaku kesiapsiagaan akan
muncul bila tumbuh keinginan ASN untuk memiliki kemampuan dalam menyikapi setiap
perubahan dengan baik. ASN yang siap siaga adalah ASN yang mampu meminimalisir
terjadinya ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan terkait dengan pelaksanaan kerja,
baik dari dalam maupun luar organisasi.
3.2 Agenda Nilai-Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil
Nilai-nilai dasar pegawai negeri sipil terangkum dalam 5 nilai utama yaitu
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti-korupsi yang
dikenal dengan singkatan “ANEKA”.

3.2.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas dapat didefinisikan sebagai kewajiban setiap individu, kelompok
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah
seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Akuntabilitas memiliki
beberapa aspek, yaitu:
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan dua arah
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
4) Akuntabilitas tidak berarti tanpa adanya konsekuensi
5) Akuntabilitas bermanfaat untuk meningkatkan kinerja
Adapun lingkungan kerja yang dianggap akuntabel harus memiliki unsur-unsur
kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan,
keseimbangan, kejelasan dan konsistensi.

3.2.2 Nasionalisme
Makna nasionalisme dalam kaitannya sebagai nilai dasar pegawai negeri sipil
adalah suatu pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan
sekaligus menghormati bangsa lain. Nilai nasionalisme dikembangkan berdasarkan
kerangka pikir bahwa setiap pegawai ASN harus memiliki nasionalisme dan wawasan
kebangsaan yang kuat dan mampu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam
pelaksanaan fungsi dan tugas sebagai ASN yakni pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, dan juga sebgai perekat dan pemersatu bangsa.
1) Pengamalan sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa dalam kehidupan bernegara
antara lain:
a. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
c. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.
d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
2) Pengamalan sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dalam kehidupan
bernegara:
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
d. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
e. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
3) Pengamalan sila ketiga, Persatuan Indonesia, dalam kehidupan bernegara:
a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan
c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa
d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia
e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
4) Pengamalan sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Perwakilan, dalam kehidupan bernegara:
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
b. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
e. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
5) Pengamalan sila kelima, dalam kehidupan bernegara:
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

3.2.3 Etika Publik


Etika publik dalam konteks pelayanan publik memiliki pengertian yaitu refleksi tentang
standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik. Adapun kode etik, kode perilaku, dan nilai-nilai etika publik ASN diatur
dalam Undang-Undang No. 5 tahun 2014, dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika
ASN dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat
dipegang teguh oleh setiap ASN. Adapun nilai-nilai etika publik ASN yakni:
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat
sistem karir.

3.2.4 Komitmen Mutu


Komitmen mutu adalah suatu janji untuk menjamin nilai keunggulan produk/jasa yang
diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan
melampaui harapannya. Mutu menjadi salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja. Komitmen mutu memiliki indikator antara lain:
1) Orientasi mutu, berkomitmen untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan arah
dan tujuan untuk kualitas pelayanan
2) Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa
pemborosan sumber daya dan hemat waktu
3) Efektif adalah berhasil guna, menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.
4) Inovatif adalah suatu yang baru sebagai perwujudan ide kreativitas untuk
meningkatkan mutu pelayanan

3.2.5 Antikorupsi
Korupsi adalah bahasa serapan secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Korupsi dapat
berupa pengkhianatan terhadap kepercayaan atau amanat karena adanya konflik
kepentingan, penyalahgunaan kekuasaan, atau mencari keuntungan material. Unsur-unsur
yang dianggap sebagai korupsi yakni:
1) Melawan hokum
2) Memperkaya diri sendiri/orang lain
3) Menyebabkan kerugian keuangan/perekonomian negara
Contoh-contoh tindakan korupsi antara lain penyuapan, penggelapan, pemalsuan,
nepotisme, sumbangan ilegal, dan favoritisme. Adapun nilai-nilai dasar anti korupsi adalah
meliputi kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, keberanian, dan keadilan.

3.3. Agenda Kedudukan Dan Peran Pegawai Negeri Sipil Dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3.3.1 Whole of Goverment
Whole of Goverment (WOG) merupakan sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemeritahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. WOG juga
dikenal sebagai pendekatan intraagency yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan. WOG menjelaskan
bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas sektor atau lintas batas guna
mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu.
3.3.2 Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN
yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber
daya aparatur sipil negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini dianggap belum
sempurna untuk menciptakan birokrasi yang profesional.
Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang
dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berdasarkan jenisnya ASN terdiri atas
Pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja. PNS merupakan
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan . Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun
pegawai ASN merupakan satu kesatuan. Dalam menjalankan kedudukannya tersebut
ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan perekat dan
pemersatu bangsa.

3.3.3 Pelayanan Publik


Pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai pemberian layanan atau melayani
keperluan orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama, adalah
organisasi penyelenggara pelayanan publik, unsur kedua, adalah penerima layanan
(pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan unsur
ketiga, adalah kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan).
Fokus-fokus utama dalam pelayanan publik yaitu:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan
b. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang
pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan
prima adalah partisipatif, transparan, responsif, tidak diskriminatif, mudah dan murah,
efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.

3.4 Agenda Habituasi


Habituasi secara harfiah diartikan sebagai sebuah proses pembiasaan pada/atau
dengan “sesuatu” supaya menjadi terbiasa atau terlatih untuk melakukan “sesuatu” yang
bersifat instrisik pada lingkungan kerjanya. Indikator keberhasilan suatu habituasi adalah
teridentifikasinya suatu kondisi nyata yang terjadi di dalam lingkungan kerja dan secara
spesifik terkait dengan tuntutan pelaksanaan tugas jabatannya, sebagai suatu isu yang
muncul dan harus dipecahkan. Untuk menjaga keberlangsungan proses habituasi, penting
untuk memiliki seorang panutan yang dapat dijadikan figur teladan.
Aktualisasi dapat dipahami sebagai proses untuk menjadikan pengetahuan dan
pemahaman yang telah dimiliki terkait substansi mata pelatihan yang telah dipelajari dapat
menjadi aktual/ nyata/ terjadi/ sesungguhnya ada. Aktualisasi adalah penerjemahan teori ke
dalam praktek, mengubah konsep menjadi konstruk, dan mewujudkan gagasan menjadi
suatu kegiatan dengan memperhatikan tuntutan yang telah dipelajari sebelumnya. Dasar
dari pemilihan jenis aktualisasi yang akan dilakukan adalah penetapan isu kritikal yang
telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai