Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dikatakan siap siaga untuk membela negara
apabila secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima serta
secara kondisi psikis yang memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik,
senantiasa memelihara jiwa dan raganya memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan
tahan uji, merupakan sikap mental dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan
kepada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Perilaku kesiapsiagaan akan
muncul bila tumbuh keinginan ASN untuk memiliki kemampuan dalam menyikapi setiap
perubahan dengan baik. ASN yang siap siaga adalah ASN yang mampu meminimalisir
terjadinya ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan terkait dengan pelaksanaan kerja,
baik dari dalam maupun luar organisasi.
3.2 Agenda Nilai-Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil
Nilai-nilai dasar pegawai negeri sipil terangkum dalam 5 nilai utama yaitu
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti-korupsi yang
dikenal dengan singkatan “ANEKA”.
3.2.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas dapat didefinisikan sebagai kewajiban setiap individu, kelompok
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah
seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Akuntabilitas memiliki
beberapa aspek, yaitu:
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan dua arah
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
4) Akuntabilitas tidak berarti tanpa adanya konsekuensi
5) Akuntabilitas bermanfaat untuk meningkatkan kinerja
Adapun lingkungan kerja yang dianggap akuntabel harus memiliki unsur-unsur
kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan,
keseimbangan, kejelasan dan konsistensi.
3.2.2 Nasionalisme
Makna nasionalisme dalam kaitannya sebagai nilai dasar pegawai negeri sipil
adalah suatu pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan
sekaligus menghormati bangsa lain. Nilai nasionalisme dikembangkan berdasarkan
kerangka pikir bahwa setiap pegawai ASN harus memiliki nasionalisme dan wawasan
kebangsaan yang kuat dan mampu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam
pelaksanaan fungsi dan tugas sebagai ASN yakni pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, dan juga sebgai perekat dan pemersatu bangsa.
1) Pengamalan sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa dalam kehidupan bernegara
antara lain:
a. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
c. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.
d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
2) Pengamalan sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dalam kehidupan
bernegara:
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
d. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
e. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
3) Pengamalan sila ketiga, Persatuan Indonesia, dalam kehidupan bernegara:
a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan
c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa
d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia
e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
4) Pengamalan sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Perwakilan, dalam kehidupan bernegara:
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
b. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
e. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
5) Pengamalan sila kelima, dalam kehidupan bernegara:
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
3.2.5 Antikorupsi
Korupsi adalah bahasa serapan secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Korupsi dapat
berupa pengkhianatan terhadap kepercayaan atau amanat karena adanya konflik
kepentingan, penyalahgunaan kekuasaan, atau mencari keuntungan material. Unsur-unsur
yang dianggap sebagai korupsi yakni:
1) Melawan hokum
2) Memperkaya diri sendiri/orang lain
3) Menyebabkan kerugian keuangan/perekonomian negara
Contoh-contoh tindakan korupsi antara lain penyuapan, penggelapan, pemalsuan,
nepotisme, sumbangan ilegal, dan favoritisme. Adapun nilai-nilai dasar anti korupsi adalah
meliputi kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, keberanian, dan keadilan.
3.3. Agenda Kedudukan Dan Peran Pegawai Negeri Sipil Dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3.3.1 Whole of Goverment
Whole of Goverment (WOG) merupakan sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemeritahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. WOG juga
dikenal sebagai pendekatan intraagency yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan. WOG menjelaskan
bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas sektor atau lintas batas guna
mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu.
3.3.2 Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN
yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber
daya aparatur sipil negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini dianggap belum
sempurna untuk menciptakan birokrasi yang profesional.
Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang
dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berdasarkan jenisnya ASN terdiri atas
Pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja. PNS merupakan
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan . Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun
pegawai ASN merupakan satu kesatuan. Dalam menjalankan kedudukannya tersebut
ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan perekat dan
pemersatu bangsa.