Anda di halaman 1dari 25

3.

1 Anatomi dan Fisiologi Hidung


Hidung terdiri dari hidung bagian luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas
ke bawah
1. Pangkal hidung (bridge).
2. Batang hidung (dorsum nasi).
3. Puncak hidung (hip).
4. Ala nasi.
5. Kolumela.
6. Lubang hidung (nares anterior).

Gambar 1. Anatomi hidung eksternal

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,
jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan atau menyempitkan lubang
hidung. Kerangka tulang terdiri dari:
1. Tulang hidung (os nasal)
2. Prosesus frontalis os maksila
3. Prosesus nasalis os frontal.
sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian
bawah hidung, yaitu:
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior.
2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai kartilago ala mayor.
3. Tepi anterior kartilago septum.
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan
oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu masuk kavum nasi
bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang
menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang nares
anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar
sebasea dan rambut-rambut panjang (vibrise).
Gambar 2. Anatomi hidung tampak lateral dan medial

Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior,
dan superior. Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.
Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periostium pada bagian tulang,
sedangkan di luarnya dilapisi oleh mukosa hidung.
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah
konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media, lebih kecil lagi ialah konka superior,
sedangkan yang terkecil disebut konka suprema ini biasanya rudimenter.
Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung. Terdapat meatus yaitu
meatus inferior, medius, dan superior. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus
nasolakrimalis. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid
anterior. Pada meatus superior terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.

Batas Rongga Hidung

Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os
palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh lamina kribriformis
merupakan lempeng tulang berasal dari os etmoid, tulang ini berlubang-lubang
(kribrosa=saringan) tempat masuknya serabut-serabut saraf olfaktorius. Di bagian posterior, atap
rongga hidung dibentuk oleh os sfenoid.

Vaskularisasi
Bagian atas rongga hidung divaskularisasi oleh arteri etmoidalis anterior dan posterior yang
merupakan cabang dari arteri oftalmika dari arteri karotis interna.
Bagian bawah rongga hidung divaskularisasi oleh cabang arteri maksilaris interna,
diantaranya arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina. Arteri sfenopalatina keluar dari foramen
sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka media.
Bagian depan hidung divaskularisasi oleh cabang-cabang a. fasialis. Pada bagian depan
septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a. etmoid anterior, a. labialis
superior, dan a. palatina mayor, yang disebut pleksus kiesselbach (little's area).
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arteri.
Vena divestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan
sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakan faktor
predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.

Gambar 3. Vaskularisasi hidung

Jaringan limfatik

Jaringan limfatik berasal dari mukosa superfisial. Jaringan limfatik anterior bermuara di
sepanjang pembuluh fasialis yang menuju leher. Jaringan limfatik posterior terbagi menjadi tiga
kelompok. Kelompok superior bermuara pada kelenjar limfe retrofaringea. Kelompok media
menuju ke kelenjar limfe jugularis. Kelompok inferior menuju ke kelenjar limfe di sepanjang
pembuluh jugularis interna.

Innervasi

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n. etmoidalis
anterior yang merupakan cabang n. nasosiliaris yang bersal dari n. oftalmikus. Rongga hidung
lainnya, sebagian besar terdapat persarafan sensorik dari nervus maksilla melalui ganglion
sfenopalatina. Ganglion ini menerima serabut sensoris dari n. maksilaris, serabut parasimpatis dari
n. petrosus superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis dari n. petrosus profundus. Ganglion
sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di ujung posterior konka media.
Fungsi penghidu berasal dari nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui lamina kribrosa
dari pemukaan bawah bulbus olfaktorius dan berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa
olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.
Gambar 4. Innervasi hidung

Fisiologi Hidung:
Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi fisiologis hidung dan
sinus paranasalis adalah:

1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara,
humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal,
2. Fungsi penghidu karena terdapat mukosa olfaktorius.
3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan mencegah
hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang,
4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan
pelindung panas, dan refleks nasal, dimana mukosa hidung merupakan reseptor refleks
yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan yang dapat
menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti, rangsang bau tertentu akan menyebabkan
sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas
3.2 Benda Asing Hidung
3.2.1 Definisi
Secara umum benda asing dalam suatu organ adalah benda asing yang berasal baik dari
dalam (benda asing endogen) maupun luar (benda asing eksogen) tubuh yang dalam normal tidak
ada. Benda asing di hidung merupakan salah satu kedaruratan di bidang telinga hidung tenggorok
yang cukup sering terjadi pada anak-anak. Kebanyakan kasus benda asing asimtomatik dan
terdapat sekitar 11% dari seluruh kedaruratan dibidang telinga hidung dan tenggorok

3.2.2 Epidemiologi
Benda asing pada hidung lebih sering terjadi pada anak-anak yang berusia 2-4 tahun karena
anak yang berumur 2-4 tahun cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat
dijangkau ke dalam lubang hidung, mulut, atau oleh teman bermain. Selain itu pada anak yang
berusia 1-3 tahun belum terjadi koordinasi menelan dan penutupan glottis yang sempurna. Pada
anak-anak juga sering ditemukan benda asing pada bagian anterior kavum nasi hingga ke bawah
konka inferior dan medial. Kavum nasi kanan lebih sering terkena pada anak-anak, hal ini
disebabkan oleh karena bnyak anak yang lebih dominan memakai tangan kanan. Benda asing yang
lazim ditemukan pada anak adalah manik-manik, kancing, karet penghapus, kelereng, kacang
polong, kacang buncis, batu, kacang tanah dan lain-lain.

3.2.3 Etiologi dan Klasifikasi


1. Berikut adalah jenis-jenis benda asing berdasarkan asalnya:
a. Benda asing eksogen,
Benda asing eksogen adalah benda yang berasal dari luar tubuh. Biasanya masuk melalui
hidung atau mulut. Benda asing eksogen dapat berupa zat padat, cair atau gas. Benda asing eksogen
padat terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan),
tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu,
kapur barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang
bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
b. Benda asing endogen
Benda asing endogen adalah benda yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing endogen
dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkejuan, dan membran
difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses
persalinan.

2. Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan benda asing hidup.
a. Benda asing hidup
Benda asing hidup yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan cacing.
a.1 Larva lalat
Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia dan hewan di
Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies Chryssomya bezziana. Chrysomya bezziana
adalah serangga yang termasuk dalam famili Calliphoridae, ordo diptera, subordo Cyclorrapha,
kelas Insecta. Lalat dewasa berukuran sedang berwarna biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-
10 mm, bergaris gelap pada toraks dan pada abdomen bergaris melintang. Larva mempunyai kait-
kait di bagian mulutnya berwarna coklat tua atau coklat orange. Lalat dewasa meletakkan telurnya
pada jaringan hidup dan hewan berdarah panas yang hidup liar dan juga pada manusia misalnya
pada luka, lubang-lubang pada tubuh seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus urogenital.

a.2 Lintah
Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas hirudinae.
Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum
annelida. Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup
hewan ini ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan hewan pengisap
darah. Pada tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua ujungnya yang digunakan untuk menempel
pada tubuh inangnya. Pada saat mengisap, lintah ini mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan
mengeluarkan zat anti pembekuan darah sehingga darah korban tidak akan membeku. Setelah
kenyang mengisap darah, lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam air. Bentuk tubuh lintah
ini pipih, bersegmen, mempunyai warna kecokelatan, dan bersifat hemaprodit. Lintah menghisap
darah pasien sehingga akan memperbesar ukurannya, itu akan menyebabakan lintah sulit diambil.
Pasien bisa saja mengalami syok akibat kehilangan darah, sehingga pasien membutuhkan transfusi
darah.
Gambar 5. Lintah hidup di hidung

a.3 Cacing
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi masalah di negara
berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi Port d’entry atau tempat cacing tersebut
bermigrasi dari usus untuk mendapatkan oksigen yang lebih banyak.

b. Benda asing mati


Yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing baju. Kapur barus merupakan
kasus yang jarang namun mengandung naftalen yang bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai
logam di hidung juga harus diperlakukan sebagai kasus gawat darurat yang harus dikeluarkan
segera, karena kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.

Gambar 6. Manik-manik di bawah konka inferior


3. Berdasarkan konsistensi
Berdasarkan konsistensinya nya benda asing dapat juga digolongkan menjadi benda asing yang
lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan benda asing yang keras seperti kancing baju,
manik-manik, baterai dan lain-lain.

3.2.4 Patogenesis
Daerah hidung merupakan daerah yang mudah diakses karena lokasinya yang berada di
wajah. Memasukkan badan asing ke dalam cavum nasi sering kali terjadi pada pasien anak yang
kurang dari 5 tahun disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rasa penasaran untuk
mengekspolarsi orifisium atau lubang. Hal ini disebabkan pula oleh mudahnya akses terhadap
benda asing tersebut, kurang perhatian saat pengasuhan anak. Hal–hal lain yang menjadi
penyebab antara lain kebosanan, untuk membuat lelucon, retardasi mental, gangguan jiwa, dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH).
Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung, sebagian besar
ditemukan di dasar hidung, tepat di bawah konka inferior atau di bagian atas fossa nasal anterior
hingga ke bagian depan konka media. Benda-benda kecil yang masuk ke bagian anterior rongga
hidung dapat dengan mudah dikeluarkan dari hidung.

Gambar 7. Lokasi tersering benda asing di hidung

Beberapa benda asing menetap di dalam rongga hidung tanpa menimbulkan


perubahan mukosa. Namun, kebanyakan objek yang berupa benda mati menyebabkan kongesti
dan edema pada mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi, erosi, dan
dapat berlanjut menjadi sinusitis. Sekret yang tertinggal, dekomposisi benda asing, dan ulserasi
yang menyertai dapat menghasilkan fetor yang berbau busuk.
Benda asing yang berupa benda hidup, menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat
bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang hidung dengan
membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau. Cacing askaris di hidung dapat menimbulkan
iritasi dengan derajat yang bervariasi karena gerakannya. Perubahan-perubahan ini apabila
lebih lanjut, maka akan memengaruhi benda asing karena dikelilingi oleh udema, granulasi, dan
kotoran.
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat higroskopik, mudah
menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta menyebabkan iritasi pada mukosa. Kadang-
kadang, reaksi inflamasi dapat menghasilkan toksik. Benda asing anorganik, menimbulkan rekasi
jaringan yang lebih ringan dan lebih mudah didiagnosa dengan pemeriksaaan radiologis karena
umumnya benda asing anorganik bersifat radiopak.
Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan apabila tertanam dalam jaringan
granulasi yang terpapar oleh kalsium, magnesium fosfat, karbonat, dan kemudian akan menjadi
rhinolith. Kadang-kadang, proses ini dapat terjadi di sekitar area mukopus dan bekuan darah.
Rhinolit biasanya terletak dekat bagian basal hidung dan bersifat radiopak. Baterai cakram dapat
menyebabkan destruksi pada septum nasi karena tersusun atas beberapa logam berat, seperti
merkuri, zink, perak, nikel, cadmium, dan lithium.
Beberapa faktor dikatakan berperan dalam timbulnya komplikasi akibat baterai cakram ini
antara lain interval waktu saat baterai masuk hingga dikeluarkan dan kontak antara permukaan
mukosa hidung dan kutub negatif baterai (anode). Karena itu, perforasi septum (90 jam setelah
baterai masuk ke hidung) umumnya terjadi ketika adanya kontak antara mukosa hidung dan kutub
negatif baterai.
Etiologi kerusakan jaringan diyakini terdiri atas 3 bagian, yaitu (1) perembesan substansi
baterai dengan sifat korosif langsung yang menyebabkan kerusakan, (2) efek langsung ke
mukosa, (3) nekrosis oleh tekanan. Dari hasil dari reaksi ini, dapat menyebabkan perforasi septum
(umumnya 7 jam setelah baterai masuk ke hidung), sinekia, konstriksi, dan stenosis kavum nasi.
3.2.5 Gambaran Klinis
Gejala sering tidak ada sehingga luput dari perhatian orang tua dan bertahan untuk waktu
yang lama. Dapat timbul rhinolith disekitar benda asing. Gejala yang paling sering adalah:
1. Hidung tersumbat
2. Rinore unilateral dengan cairan yang kental dan berbau
3. Nyeri
4. Demam
5. Epistaksis
6. Bersin
Benda asing seperti karet busa sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk. Hal ini
dikarena kan proses dari peradangan-peradangan yang terjadi di sekeliling benda asing sehingga
berakumulasinya jaringan epitel yang mati, sel-sel leukosit dan mediator-mediator inflamasi. Tak
jarang pula akibat benda asing yang tidak segera dikeluarkan, akan menimbulkan infeksi sekunder.

3.2.6 Diagnosis
Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena tidak ada gejala
dan bertahan untuk waktu lama. Gejala paling sering muncul adalah hidung tersumbat, rinore
unilateral dengan cairan kental dan berbau. Diagnosis pasti benda asing di saluran napas
ditegakkan setelah dilakukan tindakan rinoskopi yaitu terlihat benda asing di kavum nasi.
Penggunaan nasoendoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi jika dengan rinoskopi anterior sulit
dinilai lokasi benda asing tersebut.
Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan, karena kasus aspirasi benda asing sering tidak
segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Dalam satu penelitian, presentasi pasien datang lebih
dari 48 jam setelah memasukkan benda asing di hidung menyumbang 14% dari semua kasus.
Anamnesis dengan pasien, orangtua, dan pegasuh haruslah menyeluruh agar jelas dalam
mengidentifikasi jenis benda asing dan memudahkan dalam penatalaksanaan nantinya.
Secara klinis yang paling umum adalah penyumbatan hidung unilateral. Dokter harus
memikirkan diagnosis benda asing pada semua pasien dengan iritasi hidung, epistaksis, bersin,
mendengkur, sinusitis, stridor, mengi, atau demam. Kalan A et all melaporkan bahwa menemukan
benda asing sebagai etiologi pasien dengan klinis tidak biasa, seperti mudah marah, halitosis (bau
napas yang tidak menyenangkan), atau bromhidrosis umum (malodor tubuh). Untuk menghindari
komplikasi dan pengobatan tertunda, dokter harus mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi
untuk diagnosis ini.
Kecurigaan benda asing di dalam hidung dapat muncul apabila pasien datang dengan usia
anak-anak, hidung terasa tersumbat unilateral, sekret unilateral kavum nasi yang kronik, nyeri di
hidung tanpa penyebab yang jelas, atau gejala yang menyertai seperti bersin-bersin, mendengkur,
dan bernapas melalui mulut. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral
dengan cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis, dan
bersin. Benda asing, seperti karet busa, sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk.
Pemeriksaan fisik merupakan hal terpenting untuk mendiagnosis serta dibutuhkan kerjasama
yang baik dengan pasien maupun orangtua pasien. Pasien harus dalam keadaan imobilisasi agar
memudahkan pemeriksaan, oleh karena itu terkadang dibutuhkan obat-obat sedatif pada pasien
pediatrik. Kadang-kadang, bukti trauma lokal mungkin ada, dengan eritema, edema, perdarahan,
atau keduanya. Apabila benda asing sudah terlalu lama di dalam rongga hidung, biasanya muncul
temuan klinis lainnya seperti adanya discharge hidung dan bau busuk. Pada pemeriksaan, tampak
edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi.
Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan pemeriksaan penunjang.
Namun terdapat pengecualian pada kasus benda asing berjenis metal yang memberikan gambaran
radiolusen pada foto X-Ray. Jika fasilitas memadai, maka diagnosis pasti benda asing di saluran
napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi.

3.2.7 Diagnosis Banding


Diagnosa banding dari corpus alienum adalah:
1. Rinolit
Rinolit juga dianggap sebagai suatu benda asing tipe khusus yang biasanya diamati pada
orang dewasa. Garam-garam tak larut dalam sekret hidung membentuk suatu masa berkapur
sebesar benda asing yang tertahan lama atau bekuan darah. Sekret sinus kronik dapat mengawali
terbentuknya masa seperti itu di dalam hidung.
2. Sinusitis
Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang melapisi sinus.
Biasanya, sinus diisi dengan udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan penuh dengan cairan, kuman
(bakteri, virus, dan jamur) dapat tumbuh dan menyebabkan infeksi. Kondisi yang dapat
menyebabkan penyumbatan sinus termasuk pilek, alergi rhinitis (pembengkakan selaput hidung),
polip hidung (pertumbuhan kecil di lapisan hidung), atau septum menyimpang (pergeseran dalam
rongga hidung).
Manifestasi Klinis:
a) Gejala Utama:
1. Nyeri wajah/tekanan
2. Hidung tersumbat
3. Batuk
4. Menurunnya penciuman
b) Gejala Tambahan
1. Demam
2. Bau mulut
3. Kelelahan
4. Sakit gigi

3. Polip
Polip hidung adalah lesi abnormal yang berasal dari bagian manapun dari mukosa hidung
atau sinus paranasal. Polip merupakan hasil akhir dari berbagai proses penyakit pada rongga
hidung. Polip yang paling sering dibahas adalah lesi jinak semitransparan hidung yang timbul dari
mukosa rongga hidung atau dari satu atau lebih sinus paranasal, sering pada saluran keluar sinus.
Manifestasi Klinis:
a. Mudah merasakan sakit kepala
b. Hidung tersumbat yang menetap dan selalu terasa akan adanya lendir pada sinus
hidung
c. Sering mengeluarkan lender dari hidung seperti gejala influenza
d. Daya penciuman menurun
e. Rongga hidung sering terasa gatal dan sering bersin
f. Mata berair sebab alergi

4. Neoplasma maligna
Gejala yang menyolok adalah nasal obstruction yang bersifat unilateral dan nasal bleeding.
Kadang-kadang ulserasi awal dan nasal bleeding terlihat lebih dulu sebelum nasal obstruction,
terutama pada tumor kavum nasi yang anaplastik. Diagnosis ditegakkan dengan biopsi yang
diambil dari bagian yang tidak nekrotis. Perlu diagnosis sedini mungkin, maka bila ada kecurigaan
kearah malignansi, biopsi perlu segera dilakukan.

3.2.8 Tatalaksana
Penatalaksanaan benda asing di hidung pada anak-anak cukup sulit karena biasanya pasien
anak-anak sulit untuk koopertif. Hal ini disebabkan oleh ketakutan anak-anak yang berlebihan
serta diperparah dengan ketakutan mereka akibat nyeri yang ditimbulkan saat mengeluarkan benda
asing di hidung sebelumnya baik oleh orang tua maupun tenaga kesehatan.
Kerjasama antara pasien dan pemeriksa sangat diperlukan untuk mengeluarkan benda asing
dari hidung. Pasien biasanya diperiksa dalam posisi duduk. Pada anak-anak, sebaiknya dipangku
dan dipegang erat oleh orang tuanya sambil duduk di kursi pemeriksaan agar tenang sehingga
dapat mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi.
Terdapat beberapa metode dalam mengeluarkan benda asing di hidung, seperti dengan
memakai pengait (hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum
nasi sencara menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik kedepan.
Dapat pula menggunakan forsep aligator, cunam Nortman atau “wire loop”. Bila benda asing
berbentuk bulat, maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul. Berikut ini beberapa
teknik mengeluarkan benda asing di hidung.

a. Persiapan sebelum melakukan Teknik


Pengambilan benda asing di hidung dapat dicoba oleh dokter yang berpengalaman jika
mungkin dapat diekstraksi. Jika ada keraguan tentang bisa tidaknya ekstraksi, harus
dikonsultasikan ke spesialis telinga, hidung, dan tenggorok. Pengeluaran benda asing yang dicoba
berulang kali dapat mengakibatkan meningkatnya trauma dan berpotensi memindahkan benda
asing ke lokasi yang tidak diharapkan. Pengeluaran secara mekanik dari benda asing tidak harus
dicoba jika benda tersebut tampaknya di luar jangkauan.
Pengangkatan tidak boleh dilakukan tanpa sedasi pada pasien yang tidak kooperatif.
Idealnya, teknik nonmekanik seperti tekanan udara positif harus dicoba pada pasien ini.
Benda asing yang dicoba diangkat berkali-kali akan lebih berbahaya karena dapat
menyebabkan pengangkatan lebih sulit, dan benda asing dapat menjadi lebih dalam. Oleh karena
itu, perencanaan yang matang sangat penting untuk memaksimalkan kemungkinan pengangkatan
pada usaha pertama. Selain itu, suplai pernapasan darurat haruslah tersedia untuk menanggulangi
kebutuhan oksigen jika setelah pengangkatan hasil benda asing terjadi aspirasi.
Peralatan yang digunakan meliputi:
1. Lampu kepala
2. Vasokonstriktor topical
3. Spekulum hidung
4. Bag-valve mask
5. Forseps alligator
6. Probe hooked
7. Balon kateter
8. Kuret
9. Peralatan suction
Anestesi lokal biasanya tidak diperlukan, karena rasa sakit seringnya tidak muncul pada
pasien selama pengangkatan. Namun, vasokonstriksi farmakologis dari mukosa hidung dapat
memfasilitasi pemeriksaan dan pengangkatan dari benda asing di hidung. Anestesi dan
vasokonstriksi mukosa dapat dicapai dengan memberikan beberapa tetes lidokain 1% (tanpa
epinefrin) dan 0,5% phenylephrine ke lubang hidung yang terkena. Anestesi pada teknik
mengeluarkan benda asing pada hidung dapat dilakukan dengan anestesi semprot dengan pilihan
anestesinya yaitu lidokain. Untuk pasien yang khawatir, nebulasi dari 1-2 ml dari 1:1000 epinefrin
telah berhasil digunakan untuk vasokonstriksi mukosa. Dari laporan kasus epinefrin nebulasi
direkomendasikan hanya jika benda asing di hidung cukup besar, gerakan ke posterior hidung tidak
mungkin, dan jika saluran pernafasan aman.
Jika kepala pasien tidak kooperatif tidak dapat distabilkan, pemberian sedasi harus
dilakukan sebelum pengangkatan mekanik. Shresta and Amatya dalam penelitiannya melaporkan
tingkat keberhasilan sangat tinggi (95%) dan tingkat komplikasi yang rendah dengan penggunaan
sedasi. Penelitian lain oleh Murkejhee A et al berpendapat bawa pada pasien yang memiliki benda
asing di hidung dan tidak koperatif sebaiknya tidak di berikan obat-obatan sedatif, karena dapat
meningkatkan komplikasi dengan mengurangi reflex batuk dan muntah pasien.
Selain itu pada anak kecil yang memiliki benda asing pada hidung sebaiknya posisi pasien
harus dipegang oleh penjaga atau orangtuanya, dengan kedua kaki pasien di jepit oleh kedua paha
orangtua, sehingga pasien dapat terfiksasi dan tenaga medis mudah untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
Beberapa teknik pengangkatan yang tersedia, dan pilihan metode tergantung pada jenis
benda asing di hidung, alat yang tersedia, dan kenyamanan dokter dengan masing-masing metode.
Untuk benda asing yang mudah dilihat, kebanyakan dokter lebih memilih pengangkatan langsung.
Jika benda asing sulit terlihat atau bulat atau tidak berhasil diangkat dengan instrumentasi
langsung, pengeluaran dengan balon kateter adalah metode yang disukai. Untuk benda asing yang
besar, teknik tekanan positif yang umum digunakan.
Semua upaya pengeluaran benda asing dapat menjadi komplikasi akibat kerusakan mukosa
dan perdarahan. Selain itu, semua usaha yang gagal dapat mengakibatkan perpindahan benda asing
ke posterior.
Teknik yang dipilih untuk mengeluarkan benda asing di dalam hidung selain berdasarkan
jenis dari benda asing sendiri juga harus berdasarkan dengan lokasi dan bentuk benda asing
tersebut.
b. Jenis-jenis Teknik Mengeluarkan Benda Asing di Hidung
1) Instrumentasi langsung
Teknik ini sangat ideal untuk benda asing yang mudah terlihat, tidak bulat, benda asing
tidak rapuh. Instrumen dijelaskan sebelumnya termasuk forsep alligator. Benda asing rapuh dan
bulat sangat sulit untuk dikeluarkan dengan teknik ini; benda rapuh bisa robek, dan benda-benda
bulat mungkin sulit dan mudah pindah ke posterior.
Gambar Removal of foreign object using alligator forceps

Gambar Removal of a foreign object with a hooked probe

Probe hooked dapat digunakan untuk benda-benda yang mudah dilihat tetapi sulit untuk
dipahami. Hook ditempatkan di belakang benda asing tersebut kemudian ditarik ke depan. Shresta
and Amatya melaporkan menggunakan endoskopi fleksibel untuk melihat benda asing di hidung
kemudian menggunakannya sebagai pengait untuk menarik benda asing. Teknik ini, disebut
sebagai "hook-scope", teknik ini berguna jika pasien kooperatif.
Beberapa penulis telah menyarankan menggunakan kombinasi instrumentasi langsung dan
menyarankan kateter balon ditempatkan di belakang benda asing untuk mencegah perpindahan
posterior selama upaya pengeluaran.
2) Kateter balon
Pendekatan ini sangat ideal untuk benda asing yang kecil, benda bulat yang tidak mudah
diambil dengan instrumentasi langsung. Kateter yang dapat digunakan yaitu kateter Foley
(misalnya, 5-8), kateter Forgaty (misalnya, No. 6), atau Katz Extractor Oto-Rhino Foreign Body
Remover (California) juga merupakan pilihan.
Terlepas dari berbagai macam jenis kateter, teknik yang digunakan adalah sama. Pertama,
balon diperiksa, dan kateter dilapisi dengan 2% lidokain jelly. Kemudian pasien berbaring
telentang dan kateter dimasukkan melewati benda asing di dalam rongga hidung, lalu diberikan
udara atau air ke dalam kateter (2ml pada anak-anak kecil dan 3 ml pada anak-anak yang lebih
besar). Setelah dibalonkan, kateter ditarik keluar sehingga benda asing juga ikut tertarik. Teknik
dengan kateter juga dapat digunakan sebagai pencegahan agar benda asing di bagian anterior tidak
kearah posterior saat dilakukan teknik lainnya.

Gambar Pengunaan Forgarty Catheter

3) Tekanan positif
Gambar Positive Pressure Tehnique for Nasal Foreign Body removal

Gambar Parent Kiss for Positive Pressure Tehnique

Benda asing yang besar bisa dilakukan teknik tekanan positif. Teknik ini dapat dilakukan
oleh penderita sendiri dengan menutup hidung yang normal dan menghembuskan nafas dari
hidung secara keras, selain itu pada anak yang mengalami benda asing di hidung, dapat ditiup
mulut anak tersebut oleh orangtuanya kissing technique atau masker bag-valve. Ketika topeng bag-
valve digunakan, manuver Sellick dapat dianggap untuk mencegah esophageal insuflasi udara.
Teknik ini banyak dilakukan pada anak dan dapat menyebabkan komplikasi seperti barotrauma di
telinga dan emfisema periorbital. Tekanan positif juga memiliki risiko yang menyebabkan
barotrauma ke saluran napas, paru-paru, atau membran timpani, dan dokter harus menghindari
penggunaan volume besar udara paksa. Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, komplikasi yang
terakhir belum dilaporkan.
4) Tekanan Negatif (Suction)

Gambar 15. Ilustration of suction nasal


Gambar Remove foreign body nasal using Vacutract suction device

Teknik ini sangat ideal untuk benda aisng yang terlihat, halus atau bulat dimana benda sulit diambil
dengan pinset atau forcep alligator. Suction yang diberikan pada pasien biasanya yang bertekanan
100-140 mmHg.

5) Teknik dengan menggunakan instrumen pembedahan


Teknik mengeluarkan benda asing dengan instrument pembedahan biasanya apabila
riwayat masuknya benda asing diikuti dengan adanya epistaksis. Pemilihan alat atau instrument
tergantung dari jenis benda asing tersebut. Forcep alligator dapat digunakan terhadap benda asing
dihidung yang ireguler dan memiliki sudut yang dapat ditarik keluar, sedangkan hook, curretes,
dan loop dapat digunakan terhadap benda yang licin atau sulit di tarik keluar. Secara umum, benda
asing di hidung bisa dikeluarkan secara aman oleh dokter umum. Namun, jika sulit dan gagal harus
segera konsultasi ke spesialis THT. Rujukan ke dokter spesialis harus dilakukan ketika ada
kekhawatiran diagnosis ke arah tumor atau massa.
Gambar Mengeluarkan benda asing dengan forsep aligator

Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring dengan
maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda asing dapat terus masuk ke laring
dan saluran napas bagian bawah, yang menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan keadan
yang gawat.
Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda asing
hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.

Tabel 2.1. Keuntungan dan kerugian dari teknik mengeluarkan benda asing

Teknik Keuntungan Kerugian


Tekanan positif Tidak menyebabkan trauma Risiko untuk terjadi
barotraumas
Tekanan negatif Baik utuk benda asing yang bulat dan Harus benda yang padat, tidak
berukuran keci di daerah anterior cavum nasi. bisa digunakan pada benda
Mudah dilakukan. asing dibagian posterior
Teknik Baik digunakan pada benda asing di bagian Ada kemungkinan trauma,
menggunakan posterior diperlukan teknik anestesi
kateter
Instrumen - Benda asing dapat pindah ke
pembedahan daerah posterior dan trauma.

c. Penatalaksanaan benda asing hidung yang tidak hidup


1) Pengeluaran atau ekstraksi benda yang berbentuk bulat merupakan hal yang sulit karena
tidak mudah untuk mencengkram benda asing tersebut. Serumen hook yang sedikit
dibengkokkan merupakan alat yang paling tepat untuk digunakan. Pertama-tama, pengait
menyusuri hingga bagian atap cavum nasi hingga belakang benda asing hingga terletak di
belakangnya, kemudian pengait diputar ke samping dan diturunkan sedikit, lalu ke depan.
Dengan cara ini benda asing itu akan ikut terbawa keluar. Selain itu, dapat pula digunakan
suction. Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring
dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu, benda asing dapat terus
masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah yang menyebabkan sesak napas, sehingga
menimbulkan keadaan yang gawat. Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya
diberikan pada kasus benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun
sinus.
2) Suction (teknik tekanan negatif) biasanya digunakan apabila ekstraksi dengan forsep atau
hook tidak berhasil dan juga digunakan pada benda asing berbentuk bulat. Suction dapat
dengan mudah ditemukan pada bagian emergensi dan kemudian diatur pada tekanan 100
dan 140 mmHg sebelum digunakan.
3) Benda asing mati yang bersifat non-organik pada hidung lainnya seperti spons dan
potongan kertas dapat diekstraksi dengan menggunakan forsep.
4) Benda asing mati lain yang bersifat organik seperti kacang-kacangan dapat diekstraksi
dengan menggunakan pengait tumpul.
5) Apabila tidak terdapat peralatan atau instrument, dapat digunakan cara: pasien dapat
mengeluarkan benda asing hidung tersebut dengan cara menghembuskan napas kuat-kuat
melalui hidung sementara lubang hidung yang satunya di tutup. Jika cara ini tidak berhasil
atau benda asing pada hidung tersebut terdapat pada pasien pediatrik yang tidak kooperatif,
maka dapat digunakan ventilasi tekanan positif melalui mulut. Pada teknik ini, orang tua
penderita melekatkan mulutnya ke mulut anaknya, lalu menutup lubang hidung yang tidak
terdapat benda asing dengan jari, lalu meniupkan udara secara lembut dan cepat melalui
mulut. Walaupun secara reflex epiglottis anak akan tertutup untuk melindungi paru-paru
dari tekanan, penting diperhatikan bahwa tidak boleh diberikan hembusan bertekanan
tinggi dan volume yang banyak.
d. Penatalaksanaan benda asing hidung yang hidup
1) Teknik berbeda diterapkan pada benda asing hidup. Pada kasus benda asing hidup
berupa cacing, larva, dan lintah, penggunaan kloroform 25% yang dimasukkan ke dalam
hidung dapat membunuh benda asing hidup tersebut. Hal ini mungkin harus kembali
dilakukan 2-3 perminggu selama 6 minggu hingga semua benda asing hidup mati. Setiap
tindakan yang selesai dilakukan, ekstraksi dapat dilanjutkan dengan suction, irigasi, dan
kuretase.
2) Pada pasien myasis dengan angka komplikasi dan morbiditas yang tinggi, dilakukan
operasi debridement dan diberikan antibiotik parenteral, serta Ivermectin (antiparasit)
dapat dipertimbangkan.
Setelah proses ekstraksi selesai dilakukan, pemeriksaan yang teliti harus dilakukan untuk
mengeksklusi kehadiran benda asing lainnya. Orang tua juga harus diberikan edukasi untuk
menjauhkan paparan benda asing hidung potensial lainnya dari anak-anaknya.

3.2.9 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai