A. Definisi
Gastroentritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus
yang terjadi akibat salah makan, biasanya di sebabkan oleh penyebab
mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003).
Gastroentritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak
biasa lebih dari tiga kali sehari, juga perubahan dalam jumlah konsistensi atau
feses cair (Ngastiyah, 2002).
B. Etiologi
1. Diare Akut
a. Faktor infeksi
1) Infesi Enteral adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
enternal sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri patogen: salmonella, shigella, eschercia colli,
vibris colerae
b) Infeksi bakteri non patogen: staphilococus albus,
streptococus, proteus klebaella, pseudomonas.
c) Infeksi virus enterovirus (polio, cock sack, ECHO)
adenovirus, arbovirus.
d) Infeksi parasit: cacing ascaris, trichiuris, strongloides.
e) Infeksi jamur: cahaida (monilla)
C. Klasifikasi
1. Lama waktu diare
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global
Guidelines (2005) diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang
cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut biasanya sembuh
sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa
terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2009).
b. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
2. Mekanisme patofisiologik
a. Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare
sekretorik.
b. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
c. Malabsorbsi asam empedu.
d. Defek sisitem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di
enterosit.
e. Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
f. Gangguan permeabilitas usus.
g. Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik.
h. Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
3. Penyakit infektif atau noninfektif.
4. Penyakit organik atau fungsional
D. Manifestasi Klinis
Ada beberapa tanda dan gejala diare menurut Azis Alimul Hidayat (2006),
yaitu sebagai berikut:
1. Frekuensi bab (buang air besar) pada bayi lebih dari 3x/hari.
2. Bentuk cair pada buang air besarnya kadang-kadang disertai lendir dan
darah.
3. Nafsu makan menurun.
4. Warna tinja lama-kelamaan kehijauan karna bercampur dengan empedu.
5. Muntah.
6. Rasa haus.
7. Malaise.
8. Adanya lecet pada daerah sekitar anus.
9. Fases bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diserap oleh usus.
10. Adanya tanda dehidrasi.
E. Patofisiologi
Pada diare akut, mikroorganisme masuk ke dalam saluran cerna, kemudian
mikroorganisme tersebut berkembangbiak setelah berhasil melewati asam
lambung, mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin), lalu terjadi
rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiperperistaltik dan
sekresi cairan tubuh yang mengakibatkan terjadinya diare (Suraatmaja, 2007).
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,
Escherihia Coli, Yersinia, dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium).
Penularan Gastroenteritis biasa melalui fekal - oral dari satu penderita ke yang
lainnya.Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi bakteri.
Rasa cemas yang berlebihan, stress berlebihan tekanan yang mengakibatkan
psokologi seseorang terganggu sehingga memperngaruhi pola makan yang
berlebihan atau kurang.
PATHWAY
F. Pemeriksaan Penunjang
Prinsip penatalaksanaan diare menurut RI antara lain dengan rehidrasi,
nutrisi, medikamentosa, (a) Dehidrasi, diare cair membutuhkan pengganti
cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberi
harus sama dengan jumlah yang telah hilang melalui diare dan atau muntah,
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin,
pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja
dan muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat
dehidrasi serta berat masing-masing anak atau golongan umur, (b) Nutrisi.
Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindari efek buruk pada status gizi. (c) Medikamentosa. Antobiotik dan
antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, obat-obat anti diare meliputi
antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat, kodein, opium, adsorben seperti
norit, kaolin, attapulgit, anti muntah termasuk prometazin dan kloropomazin.
G. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik
c. Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik primer menurut Diane C, 2000 diarahkan pada
pengontrolan dan menyembuhkan penyakit yang mendasar
a. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin
diresepkan glukosa oral dan larutal elktrolit.
b. Untuk diare sedang, obat-obat non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan
loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber non
infeksius
c. Diresepkan antimicrobial jika telah terindentifikasi preparat infeksius
atau diare memburuk.
d. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat
muda atau lansia.
I. Pengkajian Fokus
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Subyektif :
a) Persepsi pasien/ keluarga yang kurang sehat mengenai kebersihan
lingkungan
b) Adanya kebiasaan minum ait tidak direbus
c) Riwayat penggunaan sumber air yang tidak sehat
d) Kurangnya kebiasaan mencuci tangan ketika hendak makan maupun
mengolah makanan
e) Badan lemah dan lemes
Obyektif
a) Pakaian
b) Kulit dan kuku
c) Bau badan
d) Adanya ungkapan tentang kebiasaan berobat yang kurang tepat
(kedalam menentukan dosis obat sendiri, penggunaan obat dari
warung terlalu lama)
2. Pola nutrisi dan metabolik
Subyektif
a) Keluhan mual dan muntah
b) Merasa haus
c) Anareksia
Obyektif
a) Dehidrasi : turgor buruk, kulit kering, kadang lidah pecah-pecah
b) BB turun dibanding sebelum sakit
c) Selaput lendir pucat
d) Pada bayi dan anak ubun-ubun dan kelopak mata tampak cekung,
rewel, gelisah
e) Keseimbangan negatif antara masukan dan keluaran
f) Peningkatan serum natrium
g) Penurunan turgor kulit
h) Kadang demam
3. Pola Eliminasi
Subyektif
a) Keluhan BAB encer lebih 3x sehari
b) Kencing sedikit, warna agak kekuningan pekat
Obyektif
a) BAB lembek/ cair (perhatikan jumlah, frekuensi dan konsistensi)
b) Peristaltik usus meningkat
c) Anus kadang lecet jika frekuensi BAB meningkat
d) Urine pekat
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Subyektif : badan terasa lemah/ lemes
Obyektif
a) Takikardi (tergantung pada tingkat kehilangan cairan/ dehidrasi)
b) Ada hipotensi
c) Penurunan uji otot
d) Treman
5. Pola Tidur dan Istirahat
Subyektif
a) Sering terbangun untuk BAB
b) Sulit tidur karena terganggu nyeri
Obyektif : wajah tampak sayui
6. Pola Persepsi dan Kognitif
Subyektif
a) Keluhan nyeri perut
b) Keluhan nyeri pada anus
Obyektif
a) Kalau tidak konsentrasi, mudah terganggu, tak bisa diam
b) Adanya penurunan kualitas kesadaran (tergantung kepada derajat
dehidrasi)
c) Perut terasa tegang (tidak tentu)
d) Kurang pemahaman pasien tentang diare, cara mencegah dan
mengatasi
7. Pola Nilai dan Kepercayaan
a) Ada keyakinan/ kepercayaan tentang cara berobat yang berlawanan
dengan prinsip medis/ keperawatan
b) Adanya pantangan makanan dan minuman yang menghambat proses
penyembuhan
Pengkajian lain
Lengkapi riwayat kesehatan mengidentifikasikan awitan dan pola diare
dan adanya hal berikut : tanda y.b.d pengobatan terakhir, masukan diit
harian, riwayat medis y.b.d perjalanan keluar negeri.
Amati dan lakukan pengkajian fisik lengkap dengan memberi perhatian
khusus pada karakteristik bising usus, inspeksi feses dan tekanan darah
Inspeksi membran mukosa dan kulit untuk menentukan status hidrasi
inspeksi kulit perianal terhadap inspeksi dan iritasi perhatian masukan dan
keluaran
Elektrolit management
1. Monitor nilai elektrolit
2. Monitor kehilangan cairan dan elektrolit
3. Monitor manifestasi neurologi karena
ketidakseimbangan elektrolit
4. Monitor rasa mual, muntah dan diare
5. Monitor tanda dan gejala hiponatremi,
hiperkalemia
6. Kelola pemberian suplemen elektrolit
Perawatan perineal :
1. Lakukan hygiene perineal
2. Jaga perineal tetap kering
3. Bersihkan perineum secara rutin
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva, Catat
jika lidah berwarna magenta, scarlet
15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.