(Edit) A CSS Peran Stres Pada Aritmia
(Edit) A CSS Peran Stres Pada Aritmia
Oleh :
Preseptor:
2019
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Gangguan irama jantung sendiri dapat berupa gangguan irama yang lebih cepat
atau lebih lambat. Gangguan irama jantung yang lebih cepat (takikardia) diakibatkan
oleh rasa cemas (anxietas) dan gangguan jantung yang lebih lambat (bradikardia)
diakibatkan depresi dan keadaan ini biasanya tidak dihiraukan oleh pasien. Kondisi
cemas pada gangguan panik biasanya terjadi secara tiba-tiba, dapat meningkat hingga
sangat tinggi disertai gejala-gejala yang mirip gangguan jantung, yaitu rasa nyeri di
dada, berdebar-debar, keringat dingin, hingga merasa seperti tercekik. Hal ini dialami
tidak terbatas pada situasi atau rangkaian kejadian tertentu dan biasanya tidak diduga
akan terjadi sebelumnya.7
3
Terdapat interaksi yang kompleks dan dinamis antara jantung dan otak
terutama dalam pengaturan emosi negatif. Stres, kemarahan dan depresi terbukti memiliki
dampak signifikan pada aritmogenesis jantung. Emosi bermuatan negatif tidak hanya dapat
mengakibatkan iskemia koroner, aktivasi trombosit, vasokonstriksi, perubahan
hemodinamik dan pelepasan katekolamin tetapi juga memiliki efek signifikan pada indeks
listrik atrium dan ventrikel jantung.8 Karena stres dan emosi negatif adalah faktor risiko
penting dalam pengaturan irama jantung, maka untuk mengurangi risiko aritmia pada pasien
dengan tekanan psikologis, manajemen stres memiliki peran yang sangat penting sehingga
pengetahuan mengenai hubungan antara stres dan gangguan irama jantung sangat penting
pula untuk dibahas.
pengetahuan dan pemahaman mengenai peran stres pada gangguan irama jantung.
Metode yang dipakai pada penulisan Clinical science session ini berupa
hasil tinjauan kepustakaan yang mengacu pada berbagai literatur, termasuk buku
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres
2.1.1 Definisi Stres
Menurut Hans Selye, stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya.9 Selye juga menyatakan bahwa stres merupakan situasi
dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seseorang individu untuk merespon atau
melakukan tindakan.10
Lazarus dan Folkman mendefinisikan stres sebagai keadaan internal yang
disebabkan oleh tuntutan fisik (kondisi penyakit, latihan, dll) atau oleh kondisi lingkungan
dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi
kemampuan individu untuk melakukan coping.11
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stres adalah reaksi
individu terhadap situasi tertentu yang dapat menimbulkan respon fisik dan kejiwaan pada
individu tersebut.
k. Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan dapat juga terganggu. Yang
sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari
biasanya, meskipun ia bukan penderita diabetes melitus.
l. Sistem Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada organ sistem
muskuloskeletal. Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit seperti
ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain itu, keluhan-keluhan pada persendian
sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota
tubuhnya.
m. Sistem Endokrin
Gangguan sistem endokrin pada mereka yang mengalami stres adalah kadar gula
yang meningkat; gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan
menstruasi berupa siklus yang tidak teratur dan disertai rasa sakit (dysmenorrhoe).
Sinus Bradikardia
Bradikardia menurut kesan pasien tidak membahayakan, sehingga tidak menambah
atau menimbulkan rasa takut.6
Ekstrasistol
Aritmia yang berhubungan dengan faktor psikis yang paling sering ditemukan ialah
ekstrasistol. Ekstrasistol dapat tidak mempunyai arti penyakit apapun, tetapi dapat
merupakan isyarat adanya gangguan otot jantung, dapat juga merupakan petunjuk ke suatu
gangguan psikis. Fokus ekstrasistol dapat terletak di ventrikel (61,9%), atrium (32,2%) dan
berkas atrioventricular (2,9%). Gangguan psikis terutama berperan pada ekstrasitol ventrikel.
Berbeda dengan ekstrasitol organik, ekstrasistol yang disebabkan gangguan psikis sering
menghilang setelah beban psikis tidak ada lagi.6
Denyut ventrikel prematur juga disebut sebagai ventrikel kompleks dini, denyut
ventrikel prematur, kompleks ventrikel prematur, atau ekstrasistol ventrikel, yang dipicu dari
miokardium ventrikel dalam berbagai situasi. Patogenesis gangguan aritmia ini masih
diperdebatkan, namun dapat dibuktikan bahwa katekolamin yang meningkat akibat dari
episode akut stres adalah penyebab paling mungkin dari disfungsi ventrikel yang tidak
bersifat organik. Katekolamin dapat merangsang periode singkat dari epikardial atau
vasospasme mikrovaskuler koroner sehingga mengakibatkan disfungsi kontraktil dari
miokard.7
12
Takikardia Supraventrikular Paroksismal
Hubungan psikofisiologis yang jelas ditemukan pada takikardia supravenntikular
paroksismal. Jenis takikardia ini seringkali sudah muncul semasa kanak-kanak dan usia
muda. Dapat juga muncul pada usia tua akibat konflik yang terjadi pada jiwa. Takikardia
jenis ini dapat terjadi pada jantung sehat maupun sakit, namun sepertiga dari kasus
ditemukan pada jantung sehat.6
Serangan sering terjadi pada situasi konflik. Sekonyong-konyong tanpa pertanda,
nadi menjadi cepat hingga 160-200/menit. Tidak jarang frekuensi menjadi normal kembali
bila dokter tiba atau meletakkan stetoskopnya di dada pasien tanpa diberi terapi. Tetapi
serangan juga dapat berlangsung berminggu-minggu.6
Diagnosis
Diagnosis dapat ditentukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat.
Pasien dapat menggambarkan gejala dengan berbagai cara, seperti sensasi berdebar,
berdebar, atau tidak nyaman di dada atau leher, atau sekadar peningkatan kesadaran detak
jantung. Karena deskripsi pasien sering tidak jelas, mengetahui keadaan, faktor pencetus, dan
gejala yang terkait dapat membantu dokter dalam diagnosis.17
Diagnosis pasien yang diduga mengalami aritmia akibat gangguan psikis dilakukan
dengan menyingkarkan kemungkinan penyebab organik aritmia. Evaluasi dan melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang seperti EKG sebaiknya
dilakukan.7 Berikut algoritma dari American Family Physician yang dapat digunakan dalam
menegakkan diagnosis pasien.17
13
Pendekatan Terapi
Pada beberapa pasien, anamnesis menyeluruh, pemeriksaan fisik, pengujian
diagnostik, dan pemantauan jantung semuanya gagal untuk mengungkapkan adanya kelainan
atau etiologi organik. Oleh karena itu, pasien-pasien ini harus disarankan untuk menjauhkan
diri dari kafein dan alkohol, serta makanan atau situasi stres yang tampaknya memicu
jantung berdebar.17
Aritmia psikogenik tanpa adanya gangguan struktural pada umumnya tidak akan
menyebabkan kematian, namun dapat memberikan implikasi yang buruk terhadap kondisi
psikis pasien. Maka psikoterapi suportif dan pemberian anisolitik dapat mencegah
perburukan kondisi psikis dan menghilangkan aritmia. Namun kita harus hati-hati bila
kondisi ini disertai adanya gangguan struktural jantung, faktor psikis sebagai pecetus aritmia
dapat membahayakan kehidupan pasien. Pemberian antiaritmia dapat dipertimbangkan
terutama bila dikhawatirkan terjadi gangguan hemodinamik atau menimbulkan gejala yang
berat. Pemberian antidepresan terutama antidepresan klasik harus hati-hati oleh karena dapat
memperburuk aritmia yang ada.6
14
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (2017). Mental disorders fact sheets. World Health
Organization. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/ -Diakses Januari
2018
2. World Health Organization. World report on disability 2011. Switzerland: World
Health Organization. 2011. http://www.who.int/disabilities/world_ report/2011/
report.pdf -Diakses Januari 2018.
3. World Health Organization. Mental health action plan 2013-2020. Switzerland:
World Health Organization. 2013. http://apps.who.int/iris/ bitstream/10665/89966/1
/9789241506021_eng.pdf?ua=1 -Diakses Desember 2017
4. Hawari D. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. 2nd ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2008. p.3 -127
5. Kumar S, Bhukar JP. Stress level and coping strategies of college students. J Phys
Educ Sport Manag. 2013;4(1):5–11.
6. S.Budi Halim, D.Sukatman, Hamzah Shatri. Aspek Psikosomatik Pada Gangguan
Irama Jantung. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Internal Publishing. Juli 2014 ;VI :
3607-3609.
7. Hanum H, Hanida W, Sitorus Herlina M. Aspek Psikosomatik pada Gangguan Irama
Jantung. Medan : Universitas Sumatera Utara. 2017.
8. Buckley U, Shivkumar K. Stress Induced Cardiac Arrhytmias : The Heart-Brain
Interaction. UCLA Neurocardiology Research Center of Excellence. Los Angeles:
David Geffen School of Medicine. 2015.
9. Hawari D. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. 2nd ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2008. p.3 -127
10. Sarafino EP. Health Psychology : Biopsychososial Interactions. Fifth Edition. USA :
John Wiley & Sons; 2006.
11. Folkman S, Lazarus RS, Dunkel-Schetter C, DeLongis A, Gruen RJ. Dynamics of a
stressful encounter: cognitive appraisal, coping, and encouter outcomes. J Personality
and Social Psychology. 1986; 50: 992–1003.
12. Rice FP. Adolesence: Development, Relationship, and Culture. USA: Allyn & Bacon;
1993.
13. Huikuri HV, Castellanos A, and Myerbug RJ. Sudden Death Due to Cardiac
Arrhythmias. http://www.content.nejm.org/cgi/content/full/345/20/1473.htm. 2007.
14. Stead LG, Stead SM, Kaufman MS. Emergency Medicine Clerkship. Singapore :
McGraw Hill; 2003 : p.12-17.
15. The heart's electrical system: Working and not. American Heart Association.
http://americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=34.
16. Heart rhythm disorders. Heart Rhythm Society. http://www.hrsonline.org/PatientInfo
/HeartRhythmDisorders/index.cfm. 2007.
17. Abbott Allan V. Diagnosis Approach to Palpitations. American Family Physician.
https://www.aafp.org/afp/2005/0215/p743.html.
15
16