Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Eritrosit
2.1.1 Pengertian Eritrosit

Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari
Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti
selubung/sel) berfungsi mengikat oksigen yang diperlukan untuk oksidasi
jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang.
Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Tiap-tiap sel
darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin (Hb)
merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin
mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke
seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paruparu terjadi reaksi
antara hemoglobin dengan oksigen.
2 Hb2+ 4 O2 ==> 4 Hb O2 (oksihemoglobin)
Setelah sampai di sel-sel tubuh, terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb.
4 Hb O2 ==> 2 Hb2+ 4 O2
Kandungan hemoglobin inilah yang membuat darah berwarna merah.

2.1.2 Struktur Eritrosit


Eitrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis
tengah 7,5 uM dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat
berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah
berupa hemoglobin.

Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul


yang dapat mengikat oksigen.Hemoglobi nakan mengambil oksigen dari paru-
paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati
pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna
hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi.Pada manusia, sel darah
merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan
bikonkaf.Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus.Sel darah merah
sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.

2.1.3 Pemebentukan Eritrosit


Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, misalnya di
tulang dada, tulang selangka, dan di dalam ruas-ruas tulang belakang.
Pembentukannya terjadi selama tujuh hari. Pada awalnya eritrosit mempunyai
inti, kemudian inti lenyap dan hemoglobin terbentuk. Setelah hemoglobin
terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat pembentukannya dan masuk ke dalam
sirkulasi darah. Eritrosit dalam tubuh dapat berkurang karena luka sehingga
mengeluarkan banyak darah atau karena penyakit, seperti malaria dan demam
berdarah. Keadaan seperti ini dapat mengganggu pembentukan eritrosit.

Pembentukan eritrosit disebut juga Eritropoiesis. Pembentukan diatur


oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut eritripoietin. Sel pertama yang
diketahui sebagai rangkaian pembentukan eritrosit disebut proeritroblas.
Proeritroblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel baru dari
generasi pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat dicat
dengan warna basa. Sel-sel ini mengandung sedikit sekali hemoglobin.
Pada tahap berikutnya akan mulai terbentuk cukuphemoglobin yang
disebut polikromatofil eritroblas. Sesudah terjadi pembelahan berikutnya,
maka akan terbentuk lebih banyak lagi hemoglobin. Sel-sel ini disebut
ortokromatik eritroblas dimana warnanya menjadi merah. Akhirnya, bila
sitoplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin sehingga mencapai
konsentrasi kurang lebih 34%, maka nukleus akan memadat sampai ukurannya
menjadi kecil dan terdorong dari sel. Sel-selini disebut retikulosit. Retikulosit
berkembang menjadi eritrosit dalam 1-2 hari setelah dilepaskan dari sumsum
tulang.
Pembentukan eritrosit dipengaruhi beberapa faktor, antara lain : Vit
B12, asam folat, mineral besi (Fe), tembaga (Cu), Cobalt (Co), protein,
hormon eritropoietin , dan kadar oksigen diudara.
2.1.4 Masa Hidup Eritrosit
Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian
dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi
bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu. Zat
besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya
digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000
eritrosit yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah
eritrosit secara keseluruhan.

2.2 Hitung Jumlah Eritrosit Metode Hayem


2.2.1 Prinsip Kerja
Pengenceran darah dengan larutan HAYEM menyebabkan lisis sel
leukosit dan trombosit sehingga memudahkan perhitungan jumlah sel eritrosit.
Darah diencerkan 200X dan sel eritrosit dihitung pada 5 bidang sedang di
tengah pada kamar hitung Improved Neubauer.

2.2.2 Alat
1. Hemositometer Lengkap , terdiri dari : Pipet Eritrosit, Kamar Hitung IN
dan Deck glass
2. Selang Penghisap
3. Mikroskop

2.2.3 Reagensia
1. Larutan Hayem
2. Darah vena + anti koagulan EDTA

2.2.4 Prosedur Kerja


a) Mengisi Pipet Eritrosit
1. Hisap darah sampai tanda 0,5; bersihkan bagian luar pipet.
2. Dengan pipet yang sama hisaplah larutan Hayem sampai tanda
101. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.

3. Lepaskan karet penghisap lalu tutup kedua Ujung pipet dengan


kedua ujung jari.

4. Kocoklah selama 15-30 detik (±80 KALI).


5. Jika tidak segera dihitung letakkan pipet dalam posisi horizontal.
b) Mengisi Kamar Hitung
1. Kamar Hitung dan Deck Glass dalam keadaan bersih.
2. Letakkan kamar hitung dalam keadaan horizontal lalu basahi
kedua tanggulnya dengan air. Letakkan deck glass diatasnya
sampai menempel.
3. Kocok pipet tadi, jangan sampai ada cairan yang tumpah.

4. Buang 3-4 tetes pertama lalu tetes berikutnya dimasukkan dalam


kamar hitung.

5. Masukkan dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung


pipet dengan sudut 30° pada permukaan kamar hitung. Maka
dengan sendirinya kamar hitung akan terisi cairan.
6. Biarkan kamar hitung selama 2-3 menit, jika tidak segera dihitung
simpan kamar hitung dalam cawan petri yang diberi kapas basah.
c) Menghitung Jumlah Eritrosit
Letakkan kamar hitung pada meja mikroskop kemudian gunakan lensa
objektif 40X, amati penyebaran sel yang merata lalu hitung jumlah
eritrosit pada 5 bidang sedang ditengah.

d) Perhitungan
1. Faktor pengenceran darah 200x
2. Volume satu bidang ditengah = 1/5 x 1/5×1/10 =1/250
3. Misalkan didapatkan N sel pada bidang sedang ditengah jadi jumlah
sel eritrosit per μl darah
= N x 5x 1/250x 1/200
= N x 5/50000
= N x 1/10000
= N x 10000
e) Nilai Normal
 Laki – laki : 4,5-5,5 (juta sel/μl darah)
 Perempuan : 4,0-5,0 (juta sel/μl darah)
 Bayi (matur, darah tali pusat) : 4,0-6,0 (juta sel/μl darah)
 Bayi 3 bulan : 3,2-4,8 (juta sel/μl darah)
 Anak-anak 1 tahun :3,6-5,2 (juta sel/μl darah)
 Anak-anak 3-6 tahun : 4,1-5,5 (juta sel/μl darah)
 Anak-Anak 10-12 tahun : 4,0-5,4 (juta sel/μl darah)

2.3 Hitung Jumlah Eritrosit Metode Formal Sitrat


2.3.1 Prinsip
Pengenceran darah dengan larutan FORMAL CITRAT menyebabkan lisis sel
leukosit dan trombosit sehingga memudahkan perhitungan jumlah sel eritrosit.
Darah diencerkan 200X dan sel eritrosit dihitung pada 5 bidang sedang di tengah
pada kamar hitung Improved Neubauer.

2.3.2 Alat

a. Pipet Sahli 20 μl
b. Pipet Ukur 4 ml
c. Pipet Tetes
d. Tabung Reaksi
e. Kamar Hitung Improved Neubauer
f. Mikroskop

2.3.3 Reagensia

a. Larutan Formal Citrat


b. Darah + Anti Koagulan EDTA

2.3.4 Cara Kerja


1. Dipipet 4 ml larutan formal citrat masukkan kedalam tabung reaksi

2. Dipipet 20 μl darah campurkan dengan larutan tadi.


3. Kocok sampai homogen, pengenceran ini 200X.
4. Ambil 1 tetes lalu masukkan pada kamar hitung.

5. Biarkan kamar hitung selama 2 menit.

6. Hitung jumlah sel seperti pada metode Hayem.

2.3.5 Perhitungan

4. Faktor pengenceran darah 200x


5. Volume satu bidang ditengah = 1/5 x 1/5×1/10 =1/250
6. Misalkan didapatkan N sel pada bidang sedang ditengah jadi jumlah
sel eritrosit per μl darah
= N x 5x 1/250x 1/200
= N x 5/50000
= N x 1/10000
= N x 10000
f) Nilai Normal
 Laki – laki : 4,5-5,5 (juta sel/μl darah)
 Perempuan : 4,0-5,0 (juta sel/μl darah)
 Bayi (matur, darah tali pusat) : 4,0-6,0 (juta sel/μl darah)
 Bayi 3 bulan : 3,2-4,8 (juta sel/μl darah)
 Anak-anak 1 tahun :3,6-5,2 (juta sel/μl darah)
 Anak-anak 3-6 tahun : 4,1-5,5 (juta sel/μl darah)
 Anak-Anak 10-12 tahun : 4,0-5,4 (juta sel/μl darah)

2.4 Sumber Kesalahan


2.4.1 Tahap Pra Instrumentasi
 Kesalahan pada pengambilan darah vena atau kapiler
2.4.2 Tahap Instrumentasi
a. Alat
1. Penggunaan kamar hitung yang kotor dan basah
2. Mikroskop yang rusak
b. Teknis
1. Volume darah yang tidak tepat karena tidakmenghapus kelebihan
darah diluar pipet.
2. Tidak sempurna mencampur darah dengan antikoagulan
3. Menghisap larutan pengncer tidak tepat
4. Terjadi gelembung udara saat menghisap larutan pengencer dan
darah
5. Tidak membuang beberapa tetes dari pipet sebelum diisi ke kamar
hitung
6. Salah menghitung sel dalam kamar hitung
7. Tidak menggunakan lensa objektif yang tepat
2.4.3 Tahap Pra Instrumentasi
 Kesalahan administrasi ,seperti salah menulis hasil

2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Hitung Jumlah Eritrosit


2.5.1 Keuntungan
 Metode Formal Citrat memiliki ketelitian pencampuran bahan
pemeriksaan dengan reagensia lebih tinggi dibandingkan dengan
metode Hayem.
 Metode Formal Citrat Dapat digunakan pada Laboratorium yang
memiliki Peralatan yang terbatas ( Hanya membutuhkan Tabung
reaksi, pipet, dan Kamar Hitung Improved Neubauer).

2.5.2 Kerugian
 Metode Formal Citrat Membutuhkan Reagensia yang lebih banyak
dibandingkan dengan reagensia pada metode Hayem.

Anda mungkin juga menyukai