KATA PENGANTAR
Laporan ini merupakan Laporan Akhir (Final Report) pada Pekerjaan Studi Studi Air Strip
(Pendaratan) Pesawat C 130 Darurat untuk Bencana. Sebagai kelanjutan laporan sebelumnya,
konsultan melakukan penyajian disesuaikan dengan hasil diskusi pada paparan sebelumnya.
Secara umum sistematika dibagi dalam 5 bagian bahasan sebagai berikut:
(a). Bab 1 Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan latar belakang studi, tujuan serta lingkup kajian.
Selain itu pada akhir bab disampaikan ringkasan metodologi yang dilakukan konsultan serta
posisi kemajuan hingga penyerahan Laporan Antara ini.
(b). Bab 2 Deskripsi Kondisi Bandara Eksisting. Pada bab ini diuraikan kondisi eksisting bandara-
bandara di NAD, P. Nias dan P. Simeulue. Gambaran ini menjadi masukan dalam evaluasi
kecukupan fasilitas bandara yang ada.
(c). Bab 3 Evaluasi Teknis Bandara Eksisting. Pada bab ini diuraikan evaluasi terhadap fasilitas
bandara eksisting. Dalam bab ini juga disampaikan rekomendasi perlunya peningkatan
kapasitas daya dukung bandara.
(d). Bab 4 Pemilihan Lokasi Airstrip Baru. Bab ini menguraikan proses pemilihan lokasi bandara
baru. Pemilihan ini dilakukan mengingat kordinat airstrip di lokasi baru memiliki banyak
kemungkinan. Pertimbangan yang diambil adalah faktor teknis, biaya dan lingkungan.
(e). Bab 5 Analisis Kebutuhan Fasilitas Airstrip. Pada bagian ini disampaikan analisis kebutuhan
fasilitas airstrip di bandara eksisting dan bandara baru. Pertimbangan yang diambil disini
adalah efisiensi biaya dan kecukupan secara teknis untuk mengakomodasi pesawat C-130
Hercules.
(f). Bab 6 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP). Pada bagian ini diuraikan stanar
teknis KKOP dan gambaran KKOP di lokasi airstrip eksisting maupun lokasi baru.
(g). Bab 7 Desain Layout. Pada dasarnya desain layout ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran tata letak airstrip, baik detail di runway, taxiway dan apron maupun
ketersinambungan dengan prasarana transportasi di sekitarnya.
(h). Bab 8 Estimasi Biaya Pembangunan. Bab ini menguraikan estimasi volume pekerjaan dan
estimasi biaya pembangunan. Pada bagian ini juga diberikan analisis harga satuan untuk
beberapa item pekerjaan yang diperlukan dalam pembangunan airstrip.
(i). Bab 9 Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab ini merupakan penutup dari laporan secara
keseluruhan. Pada bagian ini diberikan kesimpulan studi yang menjawab semua tujuan studi
yang disyaratkan. Selain itu pada bab ini diberikan rekomendasi yang sifatnya masukan
kepada instansi terkait sehubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pengembangan
airstrip.
Besar harapan kami bahwa secara isi baik kuantiti maupun kualitas materi sudah memenuhi apa
yang diharapkan Pemberi Tugas.
Laporan Akhir i
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Laporan ini merupakan Laporan Akhir (Final Report) pada Pekerjaan Studi
Studi Air Strip (Pendaratan) Pesawat C 130 Darurat untuk Bencana. Sebagai
kelanjutan laporan sebelumnya, konsultan melakukan penyajian disesuaikan
dengan hasil diskusi pada paparan sebelumnya. Secara umum sistematika
dibagi dalam 5 bagian bahasan sebagai berikut:
(a). Bab 1 Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan latar belakang studi, tujuan
serta lingkup kajian. Selain itu pada akhir bab disampaikan ringkasan
metodologi yang dilakukan konsultan serta posisi kemajuan hingga
penyerahan Laporan Antara ini.
(b). Bab 2 Deskripsi Kondisi Bandara Eksisting. Pada bab ini diuraikan kondisi
eksisting bandara-bandara di NAD, P. Nias dan P. Simeulue. Gambaran ini
menjadi masukan dalam evaluasi kecukupan fasilitas bandara yang ada.
(c). Bab 3 Evaluasi Teknis Bandara Eksisting. Pada bab ini diuraikan evaluasi
terhadap fasilitas bandara eksisting. Dalam bab ini juga disampaikan
rekomendasi perlunya peningkatan kapasitas daya dukung bandara.
(d). Bab 4 Pemilihan Lokasi Airstrip Baru. Bab ini menguraikan proses
pemilihan lokasi bandara baru. Pemilihan ini dilakukan mengingat kordinat
airstrip di lokasi baru memiliki banyak kemungkinan. Pertimbangan yang
diambil adalah faktor teknis, biaya dan lingkungan.
i
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
(e). Bab 5 Analisis Kebutuhan Fasilitas Airstrip. Pada bagian ini disampaikan
analisis kebutuhan fasilitas airstrip di bandara eksisting dan bandara baru.
Pertimbangan yang diambil disini adalah efisiensi biaya dan kecukupan
secara teknis untuk mengakomodasi pesawat C-130 Hercules.
(g). Bab 7 Desain Layout. Pada dasarnya desain layout ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran tata letak airstrip, baik detail di runway, taxiway
dan apron maupun ketersinambungan dengan prasarana transportasi di
sekitarnya.
(h). Bab 8 Estimasi Biaya Pembangunan. Bab ini menguraikan estimasi volume
pekerjaan dan estimasi biaya pembangunan. Pada bagian ini juga
diberikan analisis harga satuan untuk beberapa item pekerjaan yang
diperlukan dalam pembangunan airstrip.
(i). Bab 9 Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab ini merupakan penutup dari
laporan secara keseluruhan. Pada bagian ini diberikan kesimpulan studi
yang menjawab semua tujuan studi yang disyaratkan. Selain itu pada bab
ini diberikan rekomendasi yang sifatnya masukan kepada instansi terkait
sehubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pengembangan airstrip.
Besar harapan kami bahwa secara isi baik kuantiti maupun kualitas materi
sudah memenuhi apa yang diharapkan Pemberi Tugas.
ii
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
iii
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
iv
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
v
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
vi
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
vii
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
viii
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
ix
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
x
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
xi
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Potensi kekayaan alam yang ada di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam dan
Kepulauan Nias antara lain adalah batubara, emas, kayu, ikan dan pariwisata
yang tersebar dibeberapa tempat, perlu untuk mendapatkan inlet outlet agar
dapat membangkitkan dan membangun kembali segi kehidupan masyarakat
Provinsi Naggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias. Untuk itu perlu
dibangun kembali antara lain semua sarana dan prasarana infrastruktur
transportasi guna memperlancar pergerakan orang dan barang yang pada
akhirnya dapat menggerakan perkembangan ekonomi.
1-1
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Salah satu prasarana yang perlu dibangun adalah bandara. Adapun bandara-
bandara eksisting perlu dikembangkan untuk meningkatkan kapasitasnya.
Semua pengambangan dan pembangunan bandara ini perlu dikaji dalam
sebuah Studi Air Strip (PendaratanPesawat) C 130 Darurat untuk Bencana.
Ruang lingkup studi yang disampaikan pada Kerangka Acuan Kerja (KAK)
masih belum tersusun secara sistematis. Dari masukan-masukan pada
paparan pendahuluan maka konsultan mencoba menyusun kembali seberapa
jauh lingkup yang menjadi tanggung jawab konsultan. Berikut ini adalah
lingkup kajian studi ini:
(5) Melakukan analisis kebutuhan dimensi dan kekuatan struktur airstrip dan
1-2
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
(6) Dari hasil analisis point (3) s.d (7), konsultan memberikan rekomendasi
skenario pentahapan pengembangan bandara..
Studi ini memiliki batasan wilayah studi Provinsi NAD dan Kepulauan Nias,
khususnya wilayah-wilayah yang mendapat pengaruh langsung dari
pengembangan atau pembangunan bandara ini. Gambar berikut ini
memberikan informasi lokasi-lokasi pekerjaan ini.
1-3
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Keterangan Lokasi :
: Pengembangan Bandara
: Bandara Baru
Lhokseumawe
Takengon
Uweg
Blang Kejeren
Kutacane
BlangPidie
Tapaktuan
Sibigo
Sinabang
P Tuanku
Lahewa
Gunungsitoli
Sirombu
Telukdalam
1-4
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Diagram alir tahapan kerja dapat dilihat pada Gambar 1.2. Adapun gambaran
umum item pekerjaan yang ada pada masing-masing tahap ini dapat dilihat
pada sub-sub bab selanjutnya.
Pada tahapan ini konsultan melakukan studi literatur tentang regulasi nasional
dan internasional terkait dengan penyelenggaraan sebuah bandara umum.
Selain regulasi, manual perencanaan teknis juga mengacu pada standar
internasional yang diterbitkan ICAO atau FAA.
Pada dasarnya tahapan pengumpulan data ini merupakan lanjutan dari survey
lapangan yang sudah dilakukan sebelumnya. Adapun kebutuhan data secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.1.
1-5
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Untuk tahapan rencana induk ini data-data diupayakan dari data sekunder
kecuali data lapangan seperti data kondisi tanah yang sebaiknya diambil dari
survey lapangan. Data sekunder ini dikumpulkan dengan survey ke instansi
terkait sedangkan data lapangan dikumpulkan dengan survey lapangan.
1.5.3. Analisis
Secara garis besar, analisis dimulai dari analisis pemilihan lokasi, analisis
proyeksi permintaan perjalanan, analisis kebutuhan fasilitas bandara, analisis
kebutuhan biaya investasi dan operasional, analisis manfaat dan ditutup
dengan analisis kelayakan. Metoda analisis masing-masing analisis ini
disampaikan pada Bab 3 Metoda Analisis.
1-6
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
START
Literature Study
Survey Pendahuluan
Survey karakteristik
wilayah
Analisis Kebutuhan
Fasilitas Bandara
Penggambaran Layout
Bandara
FINISH
Gambar 1.1
1-7
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
1-8
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
1. Gambaran Umum
Bandara di Kota Blang Pidie dikenal dengan nama Bandara Kuala Batu yang
terletak kurang lebih 5 km arah Barat dari Kota Blang Pidie. Bandara Kuala
Batu ini terletak ± 800 m dari tepi pantai dengan elevasi permukaan tanah
± 10 m dari permukaan laut. Kondisi topografi lahan disekitar bandara
relatif datar dimana sebagian besar permukaan ditumbuhi oleh semak-
semak dan hutan. Di lokasi rencana pengembangan runway dijumpai rawa
sepanjang ± 400 m dengan kedalaman ± 4 m.
Bandara Kuala Batu – Blang Pidie melayani penerbangan setiap hari Selasa
dan hari Kamis. Fasilitas-fasilitas yang tersedia di Bandara Kuala Batu saat
ini adalah runway dan apron. Perencanaan pengembangan bandara telah
dilakukan oleh CV. Mitra Perdana Konsultan, pekerjaan pengembangan
berupa perpanjangan runway, pelebaran apron, pembangunan terminal
penumpang, pembangunan kantor, pembangunan gudang, pembangunan
unit PKPPK, pembangunan fasilitas olah raga, dan pembangunan rumah
dinas.
Laporan Akhir
2-1
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Lokasi Bandara Kuala Batu, Blang Pidie secara goegrafis terletak pada 003º
44’ 4.60” Lintang Utara (LU) dan 096º 47’ 29.65” Bujur Timur (BT)
• Kecanatan : Susoh
• Provinsi : NAD
Laporan Akhir
2-2
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
3. Data Teknis
34
50
30
42
50
90
65
50
15
30
900
1078
750
50
60 88
30
30
150
23
6
12
Laporan Akhir
2-3
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
50
650
231
50
73 158
34
50
30
178
42
50
90
65
50
15
30
89
6 7
37
2
10
13
50
1
5 4 3
Laporan Akhir
2-4
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
1. Gambaran Umum
Luas area Bandara Lau Laseur sekitar 50 hektar dengan panjang runway
1150 m, lebar 25 m, dan panjang apron 100 m, lebar 50 m. Koordinat
Bandara Lau laseur adalah N 0373884 E 0375112, sedangkan benchmark
disekitar bandara tidak ada.
Lokasi Bandara Lau Laseur, Kutacane secara goegrafis terletak pada 003º
21’ 31.18” Lintang Utara (LU) dan 097º 51’ 50.08” Bujur Timur (BT)
• Desa : Ikinga
• Provinsi : NAD
3. Rencana Pengembangan
Laporan Akhir
2-5
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
1. Gambaran Umum
Mungkin karena pertimbangan bahwa bandara ini berada tidak begitu jauh
dari Instalasi pabrik Gas Alam Cair, pengamanan diseputar bandara sangat
ketat. Areal bandara dikelilingi oleh pagar besi setinggi kurang lebih 2 m.
Satu-satunya pintu masuk melewati Posko yang dikawal beberapa petugas
security. Untuk memasuki wilayah bandara harus atas persetujuan Kepala
Bandara. Pemotretan sarana/prasana didalam areal pagar tidak
diperbolehkan.
• Desa : Penangah
• Kabupaten : Lhoksemawe
• Provinsi : NAD
Laporan Akhir
2-6
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
1. Gambaran Umum
Lokasi Bandara Binaka, Gunung Sitoli secara goegrafis terletak pada 001º
09’ 58.02” Lintang Utara (LU) dan 097º 42’ 16” Bujur Timur (BT)
• Desa : Penangah
• Kabupaten : Lhoksemawe
• Provinsi : NAD
Laporan Akhir
2-7
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Pada pelabuhan udara Binaka belum terdapat menara untuk ruang trafic
control. Dari informasi data sekunder diperoleh data-data lain mengenai
bandara Binaka sebagai berikut.
Country Indonesia
ICAO ID WIMB
Time UTC+7
Latitude 1.166597
01o 09’ 59.75” N
Longitude 97.703050
097o 42’ 10.98” E
Elevation 20 feet
6 meters
Magnetic Variation 001o W (01/02)
Operating Agency DIRECTOR GENERAL OF AIR COMMUNICATION
Near City Gunung Sitoli
Island Group Nias I
Operating Hours SEE REMARKS FOR OPERATING HOURS OR
COMMUNICATIONS FOR POSSIBLE HOURS
Laporan Akhir
2-8
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
1. Gambaran Umum
Laporan Akhir
2-9
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Penggunaan : Domestik
Penyelenggaraan : Pemerintah Kabupaten/Kota
Kegiatan : Fixed Wing dan Rotary Wing
Fasilitas Bandara :
a. Runway
b. Taxiway
c. Apron
d. Saluran Drainase
Laporan Akhir
2-10
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Lokasi Bandara Lasikin, Sinabang secara goegrafis terletak pada 002º 24’
41.36” Lintang Utara (LU) dan 096º 37.35” Bujur Timur (BT)
• Desa : Lasikin
• Kabupaten : Simenlue
• Provinsi : NAD
3. Rencana Pengembangan
1. Gambaran Umum
Laporan Akhir
2-11
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Dari keterangan Petugas Bandara, posisi lapangan berada pada Lintang 04°
43' 21.8" N clan Bujur 96'51' 10.6" E pada ketinggian 4600 ft atau 1413.554
m.
Intrusi beberapa desa juga terlihat terutama pada saat keluar dari Bireun
dan pada saat mendekati Takengon. Selebihnya adalah daerah hutan. Selain
kendaraan roda empat, pencapaian lokasi dapat juga dilakukan dengan
menggunakan jasa udara (penerbangan perintis) dengan menggunakan
SMEC. Jadwal penerbangan SMEC dua kali seminggu yaitu pada hari Rabu
dan Jumat.
Lapangan Rembili berada pada paparan dataran yang cukup luas dengan
baringan Timur- Barat. Dimensi landasan pacu adalah panjang 1200 m dan
lebar 30 m. Areal apron cukup luas. Kondisi landasan pacu baik.
Pengamatan GPS dilakukan di tiga titik di landasan pacu.
Dan hasil pengamatan diatas diperoleh panjang landasan 1230 m dan lebar
31 m, namun tidak dapat dijadikan patokan presisi mengingat pengamatan
dilakukan dengan GPS Navigasi.
Lokasi Bandara Rambili, Takengon secara goegrafis terletak pada 004º 43’
16.14” Lintang Utara (LU) dan 096º 51’ 5.54” Bujur Timur (BT)
• Desa : Rembili
• Kecanatan : Takengon
• Provinsi : NAD
Laporan Akhir
2-12
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
3. Rencana Pengembangan
Laporan Akhir
2-13
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
2-14
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
1. Gambaran Umum
Bandara di Kota Tapak Tuan dikenal dengan nama Bandara Teuku Cut Ali
yang terletak kurang lebih 21 km arah Barat Laut dari Kota Tapak Tuan.
Bandara Teuku Cut Ali – Tapak Tuan terletak ± 500m dari pantai, dengan
elevasi permukaan tanah ±10m dari permukaan laut. Kondisi topografi
lahan disekitar bandara relatif datar, dimana sebagian besar permukaan
ditumbuhi oleh semak-semak.
Bandara Teuku Cut Ali – Tapak Tuan melayani penerbangan setiap hari
Selasa dan hari Kamis.
Lokasi Bandara Tapak Tuan(Teuku Cut Ali) secara goegrafis terletak pada
003º 10’ 12.88” Lintang Utara (LU) dan 097º 17’ 15.02” Bujur Timur (BT)
• Provinsi : NAD
3. Rencana Pengembangan
90
150
30
32
275
1000
225
21 45 75
225
14
30
30 23 30
Tabel 3.1.
Prasarana dan Fasilitas Bandara-bandara di NAD dan P. Simeulue
3-2
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Meskipun tidak semua bandara eksisting bersifat komersil, bandara yang ada
di NAD dan Nias memiliki kelengkapan fasilitas yang cukup baik baik di sisi
udara maupun di sisi darat. Tabel 3.2 menampilkan data-data sisi udara di
bandara-bandara tersebut.
Tabel 3.2.
Kapasitas sisi udara bandara-bandara eksisting
Dimensi
No Nama Bandara
Runway Taxiway Apron
1 Malikussaleh 1850 m x 30 m 150 m x 15 m 140 m x 60
m
2 Lasikin 750 m x 23 m 75 m x 15 m 60 m x 40 m
3 T. Cut Ali 750 m x 33 m 75 m x 15 m 60 m x 40 m
4 Rembele 1200 m x 30 m 186 m x 23 m 106 m x 80
m
5 Binaka 1350 m x 30 m N/A N/A
6 Kuala Batu 750 m x 23 m 60 m x 15 m 88 x 50 m
7 Lau Laseur 1150 m x 23 m 40 m x 12 m 100 m x 50
m
3-3
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Bandara
Parameter Kuala Lau
Malikussaleh Lasikin T. Cut Ali Rembele Binaka
Batu Laseur
Length (m) (1850,0) (750,150) (750,150) (1200,0) (1350,0) (750,150) (1150,0)
Width (m) (30,0) (23,7) (33,0) (30,0) (30,0) (23,7) (23,7)
Keterangan:
(a,b) : a. Tersedia, b. Penambahan
Tabel 3.4.
Rencana Aksi Penanganan Runway Bandara-bandara di NAD, P. Nias
dan P. Simeulue
3-4
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
1:7
H = 11.4 m
R/W = 30 m
Apron
X = 40 m
T = 99.8 ~ 100 m
3-5
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 3.5.
Evaluasi Kecukupan Dimensi Taxiway
Bandara
Parameter
Malikussaleh Lasikin T. Cut Rembele Binaka Kuala Lau
Ali Batu Laseur
Max
Longitudinal <max, <max, <max, <max, <max,
<max, ok! N/A
slope (%), max ok! ok! ok! ok! ok!
= 1,5
Max Transverse
<max, <max, <max, <max, <max,
slope (%), max <max, ok! N/A
ok! ok! ok! ok! ok!
= 1,5
Radius of
Longitudinal >min, >min, >min, >min, >min,
>min, ok! N/A
curve (m), min ok! ok! ok! ok! ok!
= 3000
Min. Sight
>min, >min, >min, >min, >min,
Distance (m), >min, ok! N/A
ok! ok! ok! ok! ok!
min = 300
Keterangan:
(a,b) : a. Tersedia, b. Penambahan
3-6
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 3.6.
Rencana Aksi Penanganan Taxiway Bandara-bandara di NAD, P. Nias
dan P. Simeulue
3-7
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
149.1 ~ 150 m
Panjang apron untuk dapat digunakan pesawat 3 buah C-130 Hercules secara
bersamaan adalah 150 meter. Sedangkan lebar apron yang dipengaruhi oleh
lebar service road, bagian apron untuk pergerakan GSE, panjang pesawat
terbang, clearance minimum antara ekor pesawat yang parkir dengan apron
taxiway centerline dan jarak antara apron taxiway centerline dengan pinggir
apron selebar 60 meter. Dari data kebutuhan ini maka dapat dilihat kecukupan
apron di bandara-bandara eksisting sebagai berikut.
Tabel 3.7.
Evaluasi Kecukupan Dimensi Apron
Bandara
Parameter T. Cut Kuala Lau
Malikussaleh Lasikin Rembele Binaka
Ali Batu Laseur
Length (m) (140,10) (60,90) (60,90) (106,44) N/A (100,50) (100,50)
Width (m) (40,20) (40,20) (40,20) (80,0) N/A (50,10) (50,10)
Keterangan:
(a,b) : a. Tersedia, b. Penambahan
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa umumnya dimensi apron yang ada saat
ini masih kurang untuk mendukung 3 (tiga) buah pesawat C-130 Hercules
yang parkir bersamaan. Oleh karena itu perluasan apron perlu dilakukan di
hampir semua bandara yang ada.
Perkerasan di apron semestinya lebih kuat dibanding runway dan taxiway. Hal
ini mengingat pada daerah ini pesawat akan diam/berhenti dimana beban
pesawat akan lebih besar. Pada bandara-bandara eksisting kekuatan apron
belum diuji. Jenis penanganan struktur apron akan disampaikan pada laporan
selanjutnya seiring dengan terkumpulnya data-data lapangan. Namun
demikian dari sisi dimensi kiranya konsultan dapat memberikan rekomendasi
(awal) penanganan seperti disajikan pada Tabel 3.8.
3-8
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
3-9
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Lokasi airstrip yang disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) pada
dasarnya masih terlalu umum. Dalam hal ini koordinat pasti di lapangan belum
tertentu. Kondisi ini menuntun konsultan untuk mendapatkan kepastian di
lapangan dengan melakukan survey.
Pemilihan lokasi didasarkan pada 3 (tiga) kriteria utama, yakni teknis, biaya
dan lingkungan. Dari tiga kriteria ini dikembangkan menjadi beberapa sub
kriteria dan di analisis menggunakan metoda Analisis Multi Kriteria (AMK).
Analisis ini menggunakan persepsi stakeholders terhadap kriteria-kriteria atau
variabel-variabel yang dibandingkan dalam pengambilan keputusan. AMK
memiliki sejumlah kelebihan jika dibandingkan dengan proses pengambilan
keputusan informal (informal judgement) yang saat ini umum digunakan.
4-1
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Usulan Lokasi
Pengembangan
Kriteria/Variabel
Penilaian
Gambar 4.1.
Proses Pemilihan Lokasi Bandara Dengan Menggunakan AMK
4-2
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
1. Kegiatan penerbangan.
1
Airport Planning Manual, ICAO
4-4
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
3. Kondisi atmospheric, meliputi kondisi cuaca, kabut, asap dll yang dapat
mengurangi jarak pandang dan kapasitas layan bandara.
4-5
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Abrasi/erosi
Debu
Cagar alam
4-6
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
1. tumbuhan langka
2. hutan lindung (konservasi hutan)
Fauna meliputi binatang/ hewan langka (yang dilindungi)
Mengingat tujuan dari analisis ini adalah menentukan prioritas pilihan lokasi
optimal dari suatu bandar udara, maka kriteria-kriteria yang dibandingkan
adalah kriteria-kriteria yang secara spesifik berkaitan dengan karakteristik
alternatif-alternatif lokasi yang dibandingkan. Kriteria-kriteria yang dimaksud
tidak berkaitan dengan kriteria yang menggambarkan karakteristik bandara
yang akan dikembangkan, misalnya prakiraan kebutuhan lahan atau biaya
pembangunan fasilitas sisi darat dan udara, karena kriteria tersebut
melahirkan angka yang relatif sama pada setiap lokasi yang dibandingkan,
4-7
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 4.1
Pengembangan Kriteria Pemilihan Lokasi Bandara
4-8
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Lokasi airstrip baru akan berada pada 7 (tujuh) lokasi yang tersebar di
daratan Pulau Sumatera (Wak, Blang Kejaren), Pulau Simeulue (Sibigo), Pulau
Nias (Lahewa, Sirombu dan Teluk Dalam) dan Pulau Tuanku. Pada masing-
masing lokasi ini dikembangkan menjadi beberapa alternatif sub lokasi. Bagian
ini mengulas kondisi umum perbandingan antar alternatif lokasi tersebut.
Lokasi ini berjarak 4 km Lahan ini berjarak 3 km Tanah lahan ini milik
(jarak lurus) dari tower (jarak lurus) dari tower pemerintah, tetapi
yang ada di ibukota yang ada di ibukota pengelolaannya
kecamatan Lahewa kecamatan Lahewa diserahkan kepada PT.
Barat Barat. Sedar Abadi Jaya
(bergerak di bidang
perkebunan). Sampai
sejauh ini pihak
pengelola tidak
keberatan dengan
pelaksanaan survey,
karena lahan yang
disurvey merupakan
lahan yang tidak
produktif dan hampir
50% berupa belukar.
Jarak ke pantai sekitar
850 meter. Pada waktu
terjadi bencana tsunami,
daerah ini tidak terkena
imbas.
Lahan ini berjarak 6,5
km (jarak lurus) ke
tower dan pusat kota.
4-9
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Dilihat dari berbagai parameter, perbandingan ketiga alternatif lokasi ini dapat
dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.3.
Gambaran umum alternatif airstrip di Sirombu
Lahan ini sebenarnya Ada perbaikan jalan Lahan pada koordinat ini
memungkinkan, hanya kecamatan oleh BRR. adalah salah satu lahan
saja terlalu dekat Namun hanya berhenti dengan koordinat awal
dengan tower telkom. sampai kantor menurut peta
Jaraknya hanya sekitar 1 kecamatan setempat. Bakosurtanal. Dua lahan
km (jarak lurus). Listrik baru tersedia yang lain kondisinya
Obstacle lainnya adalah pada jarak 1,2 km (jarak tidak jauh berbeda,
pembangunan gedung lurus) ke lokasi. karena letaknya yang
sekolah di sekitar lahan. Kecamatan Lahomi ini berdekatan. Lahan ini
adalah kecamatan baru berlokasi di tepi pantai.
hasil pemekaran dari
Kecamatan Sirombu 3
bulan yang lalu.
Dilihat dari berbagai parameter, perbandingan ketiga alternatif lokasi ini dapat
dilihat pada Tabel 4.8.
4-10
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Dilihat dari berbagai parameter, perbandingan ketiga alternatif lokasi ini dapat
dilihat pada Tabel 4.9.
Lokasi terpilih (desa Lane [2]) sebenarnya terletak di Kecamatan Linge. Wak
adalah nama salah satu desa di kecamatan ini. Lokasi ini merupakan lokasi
yang paling sulit untuk mencari daerah datar, karena secara topografi daerah
Wak-Lane dikelilingi pegunungan. Area yang relatif datar di Desa Lane [2]
hanya mencukupi untuk dibangun runway saja, yaitu sepanjang +/- 1 km x
100 m.
Dilihat dari berbagai parameter, perbandingan ketiga alternatif lokasi ini dapat
dilihat pada Tabel 4.10.
4-11
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Dilihat dari berbagai parameter, perbandingan ketiga alternatif lokasi ini dapat
dilihat pada Tabel 4.11.
4-12
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 4.6.
Gambaran umum alternatif airstrip di Pulau Tuanku
Dilihat dari berbagai parameter, perbandingan ketiga alternatif lokasi ini dapat
dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.6.
Gambaran umum alternatif airstrip di Sibigo
Ketiga desa ini terletak berdekatan dan dilalui jalan lingkar yang
menghubungkan satu desa dengan desa lainnya. Jalan lingkar ini sekaligus
menjadi jalan akses untuk masuk ke lokasi.
Dilihat dari berbagai parameter, perbandingan ketiga alternatif lokasi ini dapat
dilihat pada Tabel 4.13.
4-13
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 4.7.
Perbandingan kondisi alternatif lokasi airstrip di Lahewa
4-14
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
4-15
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 4.8.
Perbandingan kondisi alternatif lokasi airstrip di Sirombu
4-16
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
4-17
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 4.9.
Perbandingan kondisi alternatif lokasi airstrip di Teluk Dalam
4-18
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
4-19
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 4.10.
Perbandingan kondisi alternatif lokasi airstrip di Wak
4-20
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
2.b Jarak akses bandara dari +/- 300 m ke jalan +/- 100 m ke jalan +/- 15 km ke jalan
jaringan transportasi kabupaten kabupaten kabupaten
darat/laut terdekat
3.a Jarak kawasan konservasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
ke lokasi (komponen
biologi)
3.b Iklim, cuaca (komponen Tidak bermasalah Tidak bermasalah Tidak bermasalah
fisik-kimia)
4-21
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 4.11.
Perbandingan kondisi alternatif lokasi airstrip di Blang Kejeren
4-22
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
2.b Jarak akses bandara dari +/- 7 km ke terminal kota** +/- 7 km ke terminal kota +/- 4 km ke terminal
jaringan transportasi kota**
darat/laut terdekat
3.a Jarak kawasan konservasi +/- 2 km ke kawasan hutan +/- 5 km dari kawasan +/- 2,5 km ke kawasan
ke lokasi (komponen lindung dan air terjun hutan lindung dan air terjun hutan lindung dan air
biologi) terjun
3.b Iklim, cuaca (komponen Tidak bermasalah Tidak bermasalah Tidak bermasalah
fisik-kimia)
4-23
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 4.12.
Perbandingan kondisi alternatif lokasi airstrip di Pulau Tuanku
4-24
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
4-25
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 4.13.
Perbandingan kondisi alternatif lokasi airstrip di Sibigo
4-26
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
4-27
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 4.14.
Penilaian Lokasi Airstrip di Desa Afia dan Desa Toyolawa
Laporan Akhir
4-28
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Hasil penilaian menurut bobot dan skor yang ada dapat dilihat pada Tabel
4.15. Dapat dilihat pada tabel tersebut peringkat kesatu, kedua dan ketiga
masing-masing didapatkan oleh lokasi Tetesua, Sirombu dan Sitelumbanua.
Pemilihan lokasi mana yang akan dipakai belum berhenti hingga di sini, aspek
lain seperti uji kelayakan teknis, saran dan masukan pemerintah setempat
memegang peranan penting di akhir pemilihan. Pemilihan lokasi akhir
dijelaskan pada sub bab selanjutnya.
Tabel 4.15.
Penilaian Lokasi Airstrip di Desa Tetesua, Desa Sitelumbanua dan
Desa Sirombu
Laporan Akhir
4-29
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Penilaian terhadap 3 calon lokasi airstrip dapat dilihat pada Tabel 4.16. Dari
penilaian ini dapat diketahui bahwa Desa Hilijihono memperoleh nilai tertinggi
sebesar 8,19. Lokasi lain memiliki nilai 6,91 dan 6,23 masing-masing untuk
Desa Bawodobara dan Desa Botohilitane.
Tabel 4.16.
Penilaian Lokasi Airstrip di Desa Botohilitane, Desa Hilijihono dan
Desa Bawodobara
Laporan Akhir
4-30
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Penilaian terhadap 3 calon lokasi airstrip dapat dilihat pada Tabel 4.17. Dari
penilaian ini dapat diketahui bahwa Desa Lane [2] memperoleh nilai tertinggi,
yaitu 9,01. disusul oleh Desa Lane [1], yaitu 8,36, dan Desa Linge sebagai
peringkat ketiga dengan nilai 7,13.
Laporan Akhir
4-31
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 4.17.
Penilaian Lokasi Airstrip di Desa Lane [1], Desa Lane [2] dan Desa
Linge
Laporan Akhir
4-32
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Penilaian terhadap 3 calon lokasi airstrip dapat dilihat pada Tabel 4.18. Dari
penilaian ini dapat diketahui bahwa Desa Blang Tenggulun memperoleh nilai
tertinggi, yaitu 8,23. Peringkat kedua adalah Desa Lempuh-Blang Bengkik,
yaitu 7,58, dan Desa Tetinggi sebagai peringkat ketiga dengan nilai 6,28.
Tabel 4.18.
Penilaian Lokasi Airstrip di Desa Tetinggi, Desa Blang Tenggulun, Desa
Lempuh-Blang Bengkik
Lempuh-
Blang
LOKASI Tetinggi Blang
Tenggulun
Bengkik
No Kondisi Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
Fungsi tata guna lahan di sekitar
1.a 8,00 0,48 6,00 0,36 7,00 0,42
lokasi
1.a Kondisi topografi 7,00 0,84 8,00 0,96 6,00 0,72
Kondisi tata guna lahan di
1.b sekitar lokasi (prospek untuk 6,00 0,36 8,00 0,48 6,00 0,36
pengembangan)
Ketersediaan fasilitas
pendukung (eksisting dan
1.c kemungkinan penyediaannya); 6,00 0,48 8,00 0,64 7,00 0,56
misal listrik, air bersih, telepon,
pembuangan sampah, dll
1.d Jarak ke kota terdekat 5,71 0,46 8,00 0,64 10,00 0,80
Jarak lokasi dengan rencana
pengembangan sistem
1.e 3,33 0,27 10,00 0,80 6,67 0,53
tranportasi wilayah; misal jalan
raya, pelabuhan, terminal, dll
1.e Jarak ke bandara terdekat 10,00 0,80 9,14 0,73 9,35 0,75
Aksesbilitas (waktu tempuh) ke
1.e 1,11 0,09 10,00 0,80 6,67 0,53
kota terdekat
Kondisi akses (eksisting) ke
1.f 5,00 0,40 7,00 0,56 7,00 0,56
lokasi
Komponen lahan yang harus
2.a 8,00 0,56 6,00 0,42 7,00 0,49
dibebaskan
Jarak akses bandara dari
2.b jaringan tranportasi darat/laut 5,71 0,34 5,71 0,34 10,00 0,60
terdekat
Jarak kawasan konservasi ke
3.a 4,00 0,20 10,00 0,50 5,00 0,25
lokasi (komponen biologi)
Iklim, cuaca (komponen fisik-
3.b 10,00 1,00 10,00 1,00 10,00 1,00
kimia)
JUMLAH 6,28 8,23 7,58
PERINGKAT 3 1 2
Laporan Akhir
4-33
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Penilaian terhadap 2 calon lokasi airstrip dapat dilihat pada Tabel 4.19. Dari
penilaian ini dapat diketahui bahwa Desa Haloban (1) memperoleh nilai lebih
besar dibanding Desa Haloban (2). Selisih nilai sebesar 0,12 membuat kedua
lokasi ini sebenarnya dapat dibangun airstrip, namun demikian jika dilihat dari
potensi pengembangan kedepan Desa Haloban (1) memiliki nilai lebih.
Tabel 4.19.
Penilaian Lokasi Airstrip di Desa Haloban (1) dan Haloban (2)
Laporan Akhir
4-34
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 4.20.
Penilaian Lokasi Airstrip di Desa Babul Makmur, Desa Mitem,
dan Desa Sibigo
Babul
LOKASI Mitem Sibigo
Makmur
No Kondisi Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
Fungsi tata guna lahan di sekitar
1.a 7.00 0.42 7.00 0.42 7.00 0.42
lokasi
1.a Kondisi topografi 8.00 0.96 8.00 0.96 7.00 0.84
Kondisi tata guna lahan di
1.b sekitar lokasi (prospek untuk 8.00 0.48 8.00 0.48 6.00 0.36
pengembangan)
Ketersediaan fasilitas
pendukung (eksisting dan
1.c kemungkinan penyediaannya); 5.00 0.40 5.00 0.40 6.00 0.48
misal listrik, air bersih, telepon,
pembuangan sampah, dll
1.d Jarak ke kota terdekat 9.62 0.77 9.71 0.78 10.00 0.80
Jarak lokasi dengan rencana
pengembangan sistem
1.e 10.00 0.80 10.00 0.80 2.50 0.20
tranportasi wilayah; misal jalan
raya, pelabuhan, terminal, dll
1.e Jarak ke bandara terdekat 10.00 0.80 9.86 0.79 9.46 0.76
Aksesbilitas (waktu tempuh) ke
1.e 9.33 0.75 9.03 0.72 10.00 0.80
kota terdekat
Kondisi akses (eksisting) ke
1.f 7.00 0.56 4.00 0.32 5.00 0.40
lokasi
Komponen lahan yang harus
2.a 8.00 0.56 8.00 0.56 7.00 0.49
dibebaskan
Jarak akses bandara dari
2.b jaringan tranportasi darat/laut 0.80 0.05 1.33 0.08 10.00 0.60
terdekat
Jarak kawasan konservasi ke
3.a 10.00 0.50 10.00 0.50 10.00 0.50
lokasi (komponen biologi)
Iklim, cuaca (komponen fisik-
3.b 10.00 1.00 10.00 1.00 10.00 1.00
kimia)
JUMLAH 8.04 7.81 7.65
PERINGKAT 1 2 3
Laporan Akhir
4-35
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
10.00
9.00 Pertimbangan:
7.74 7.75
8.00 Lokasi ini memiliki nilai
7.00
6.74 tertinggi, selain itu dari
pemerintah setempat tidak
6.00 berkeberatan.
Nilai
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Afia 1 Afia 2 Toyolawa
Calon lokasi airstrip
10.00
9.00 Pertimbangan:
8.05
8.00 7.45 Dari ketiga alternatif yang
7.00 ada, lokasi kedua ini
6.04 meskipun mendapat skor
6.00 yang paling rendah
Nilai
Sitelumbanua
Sirombu
Laporan Akhir
4-36
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
10.00
9.00 Pertimbangan:
8.19
8.00 Lokasi ini adalah peringkat
6.91
7.00 pertama berdasarkan hasil
6.23
survey yang telah
6.00 dilakukan Bappeda Kab.
Nilai
10.00
9.01
9.00 Pertimbangan:
Pertimbangan:
8.36
8.00
7.13 LokasididiDesa
Lokasi DesaLane
Lane
[1][1]
7.00 dan
dan Lane
Lane[2]
[2]terletak
terletak
berdekatan.
berdekatan.TapiTapi
6.00
berdasarkan pertimbangan
Nilai berdasarkan
5.00 topografi dan kecukupan
pertimbangan topografi
area, lokasi di Desa Lane
4.00 dandinilai
[2] kecukupan
paling area,
3.00 lokasi di Desa Lane [2]
memungkinkan.
2.00 dinilai paling
memungkinkan.
1.00
0.00
Lane [1] Lane [2] Linge
Calon lokasi airstrip
Laporan Akhir
4-37
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
10.00
9.00 Pertimbangan:
8.23
8.00 7.13 Ketiga lokasi ini
7.00 6.28 merupakan rekomedasi
6.00 dari pihak pemerintah
setempat.
Nilai
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
Tetinggi
0.00
Blang Bengkik
Tenggulun
Blang
Lempuh-
Calon lokasi airstrip
10.00
9.00 Pertimbangan:
8.35 8.23
8.00
Karena keterbatasan
7.00 kondisi geografis, lokasi
6.00 di Pulau Tuanku yang
Nilai
memungkinkan menjadi
5.00
alternatif pembangunan
4.00 bandar udara baru
3.00 hanya dua lokasi ini
2.00 saja.
1.00
0.00
Haloban 1 Haloban 2
Calon lokasi airstrip
Laporan Akhir
4-38
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
10.00
Pertimbangan:
9.00
8.04 7.81 Lokasi pertama
8.00 7.65 memperoleh nilai
7.00 tertinggi.
6.00
Nila
5.00
i
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Mitem
Sibigo
Babul Makmur
Laporan Akhir
4-39
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Pesawat rencana dalam desain airstrip ini telah ditentukan adalah dari jenis C-
130 Hercules. Pesawat jenis ini biasa digunakan sebagai angkutan barang
untuk keperluan darurat (perang/bencana). Terkait dengan desain airstrip ini
maka perlu sekiranya diketahui spesifikasi teknis pesawat jenis ini. Tabel 5.1
berikut ini menampilkan data spesifikasi teknis pesawat Hercules C-130.
Parameter utama yang perlu diperhatikan dalam desain airstrip ini adalah
panjang dan kekuatan landasan. Dari sisi panjang landasan, C-130 Hercules
memerlukan ± 900 meter untuk melakukan lepas landas maupun pendaratan
dengan aman. Panjang aktual ini akan dihitung kembali dengan dukungan
data kemiringan landasan (%), elevasi landasan (dpl) dan suhu lokasi
landasan (oC).
Adapun dari sisi kekuatan landasan jenis pesawat ini memiliki nilai ACN
barvariasi dipengaruhi kondisi pembebanan dan jenis perkerasan. Pada Tabel
5.2 ditunjukkan nilai ACN Pesawat C-130 Hercules pada berbagai kondisi
beban, kondisi daya dukung tanah dan jenis perkerasan.
5-1
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 5.1.
Spesifikasi Pesawat C-130 Hercules
Dimension
Length 97 feet, 9 inches (29.3 m)
Wingspan 132 feet, 7 inches (39.7 m)
Height 38 feet, 3 inches (11.4 m)
Weight
Empty 69,300 lb (31434 kg) – equipped C-130F
Maximum Takeoff 155,000 lb (69,750 kg)
Performance
Speed 374 mph (Mach 0.57) at 20,000 feet 96,060 m)
Ceiling 33,000 feet (10,000 m) with 100,000 pounds (45,000
kg) payload
Range N/A
Sumber: www.globalaircraft.org
Tabel 5.2.
Nilai ACN Pesawat C-130 Hercules untuk 3 Kondisi Beban
A B C D A B C D
K>400 K≤400 K≤200 K≤100 CBR>13 CBR≤13 CBR≤8 CBR≤4
Load Weight
K>200 K>100 CBR>8 CBR>4
E≤57022 E≤23416 E≤9616 E>9616 E≤19500 E≤12000 E≤6000
E>23416 E>9616 E>12000 E>6000
Full 155,000 26.6 29.4 32.1 34.2 24.1 28.1 30.5 35.5
Half 113,500 19.1 21.0 22.8 24.2 17.3 20.1 21.7 25.0
Empty 72,000 11.6 12.6 13.4 14.2 10.4 12.1 12.9 14.4
5-2
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
5. Faktor lingkungan
Panjang Runway
5-3
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Panjang runway dasar (basic runway length) yang akan didesain harus
memenuhi asumsi dan kondisi standar berikut :
Elevasi runway berada pada permukaan rata-rata air laut (sea level)
Temperatur standart (standard atmosphe ric conditions) : ISA
Kemiringan (slope) runway sama dengan nol
Tidak ada angin yang berhembus di atas runway (no wind)
Semakin besar elevasi maka semakin kecil kerapatan udara yang akan
mengurangi gaya angkat sayap pesawat sehingga dibutuhkan kecepatan
pesawat yang besar. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka telah
ditetapkan bahwa panjang runway dasar harus ditingkatkan sebesar 7%
setiap kenaikan elevasi 300 m dari permukaan air laut rata-rata.
⎡ ElevasiRunway ⎤
KE = ⎢ ARFL × 7% × ⎥ + ARFL
⎣ 300 ⎦
Syarat :
(KETS − ARFL ) × 100% < 35%
ARFL
5-4
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Jika tidak memenuhi syarat maka dibutuhkan studi ulang mengenai pemilihan
tempat bagi bandara.
Lebar Runway
Lebar runway dapat dilihat pada tabel di bawah ini (sesuai aerodrome
reference code) :
CODE LETTER
Code Number A B C D E
1a 18m 18m 23m - -
a
2 23m 23m 30m - -
3 30m 30m 30m 45m -
4 - - 45m 45m 45m
a : Lebar precision approach runway untuk code number 1 atau 2 tidak
kurang dari 30m
(Aerodrome Design Manual, Part 1: Runway yang dikeluarkan oleh
International Civil Aviation Organization (ICAO))
• Lebar runway dan kedua bahu runway tidak boleh kurang dari 60 m.
• Panjang bahu runway sama dengan panjang runway.
Longitudinal Slope
o 1.25 % untuk code number 4 dan pada seperempat bagian awal dan akhir
runway
o tidak boleh melebihi 0.8 %.
5-5
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
o 1.5 % untuk code number 3 dan pada seperempat bagian awal dan akhir
dari panjang pendekatan presisi (precision approach) kategori II dan III,
tidak boleh melebihi 0.8 %.
o 2 % untuk code number 1 atau 2.
Tranversal Slope
Batasan transversal slope ditujukan untuk menjaga agar pengaliran air dapat
berlangsung dengan cepat dan lancar. Idealnya, tranversal slope sebesar :
Bila hal ini tidak memungkinkan, setidaknya transversal slope tidak melebihi
1.5 % atau 2 % dan tidak kurang dari 1 %, kecuali pada pertemuan runway
dengan taxiway yang membutuhkan kemiringan yang lebih datar.
Runway Shoulder
Runway Strip
5-7
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Clearway
Stopway
Stopway tidak harus tersedia. Oleh karena itu, panjang stopway tidak
ditentukan. Akan tetapi, jika stopway dibuat harus memiliki kekuatan
perkerasan yang sama dengan runway sehingga mampu menahan beban
pesawat.
Operasi Runway
1. Non-Instrumental Runway
2. Instrument Runway
5-8
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Declared Distance
Declared Distances meliputi LDA, TORA, ASDA dan TODA. Penentuan Declared
Distance untuk setiap runway berbeda-beda. Penentuan ini akan tergantung
dari komponen pelengkap runway itu sendiri, misalnya stopway dan clearway.
Declared distances meliputi :
TORA ( Take Off Run Available ) adalah jarak horizontal yang tersedia dari
titik awal take-off ke suatu titik dimana pada saat itu badan pesawat mulai
5-9
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
terangkat dari landasan. Dengan kata lain, panjang bagian runway yang
dapat digunakan untuk pergerakan pesawat yang hendak melakukan take-
off.
⎡ AerodromeElevation ⎤
LDA = ⎢ ARFL × 0.07 ×
⎣ 300 ⎥⎦ + ARFL
5-10
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
TORA
TODA
ASDA
LDA
TORA
ASDA
LDA
TODA
TORA
TODA
ASDA
LDA
5-11
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
TORA
TODA
LDA
ASDA
Adalah jarak yang dibutuhkan untuk lepas landas di mana keadaan mesin
telah mencapai keadaan kritis yaitu pada saat kecepatan siap lepas
landas. Jaraknya dimulai dari titik start pesawat sampai ketinggian 35 feet
di atas permukaan tanah. Jarak ini sama dengan TODA.
Adalah jarak yang dibutuhkan untuk lepas landas. Yaitu 1,15 kali jarak
dari titik start pesawat sampai di mana pesawat sudah mencapai
ketinggian 35 ft (10,7 m) di mana keadaan mesin semuanya beroperasi
pada kecepatan untuk siap take off. Take off distance pada saat all-engine
rating untuk desain diambil 1,15 kali ASDA
5-12
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 5.4.
Kebutuhan Spesifikasi Dimensi Teknis Runway
Bandara
No Parameter Teknis
Malikussaleh Lasikin T. Cut Ali
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Panjang 1970 m 990 m 900 m
2 Lebar 30 m 30 m 30 m
3 Longitudinal slope 2% 2% 2%
4 Transverse slope 1,5% 1,5% 1,5%
5 Shoulder 1850 m x 30 m, 990 m x 28 m, 900 m x 29 m,
2,5% 2,5% 2,5%
6 Strip ( p x l) 1850 m x 75 m 990 m x 75 m 900 m x 75 m
7 Clearway 925 m x 75 m, 495 m x 75 m, 450 m x 75 m,
1,25% 1,25% 1,25%
8 Stopway 60 m x 30 m, 60 m x 30 m, 60 m x 30 m,
0,5% 0,5% 0,5%
9 Declarede Distance
TORA 1850 m 990 m 900 m
TODA 2775 m 1485 m 1350 m
ASDA 1910 m 1050 m 960 m
LDA 1850 m 1485 m 900 m
Tabel 5.4.
Kebutuhan Spesifikasi Teknis Runway (lanjutan)
Parameter Bandara
No
Teknis Rembele Binaka Kuala Batu
(1) (2) (6) (7) (8)
1 Panjang 1232 m 1472 m 900 m
2 Lebar 30 m 30 m 30 m
3 Longitudinal slope 2% 2% 2%
4 Transverse slope 1,5% 1,5% 1,5%
5 Shoulder 1232 m x 30 m, 1472 m x 30 m, 900 m x 35 m,
2,5% 2,5% 2,5%
6 Strip ( p x l) 1232 m x 75 m 1472 m x 75 m 900 m x 75 m
7 Clearway 616 m 736 m 450 m
8 Stopway 60 m x 30 m, 60 m x 30 m, 60 m x 30 m,
0,5% 0,5% 0,5%
9 Declarede Distance
TORA 1232 m 1472 m 900 m
TODA 1848 m 2208 m 1350 m
ASDA 1292 m 1532 m 960 m
LDA 1232 1472 m 900 m
5-13
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 5.4.
Kebutuhan Spesifikasi Teknis Runway (lanjutan)
Parameter Bandara
No
Teknis Lau Laseur Uweg Blang Kejaren
(1) (2) (9) (10) (11)
1 Panjang 1247 m 1027 m 900 m
2 Lebar 30 m 30 m 30 m
3 Longitudinal slope 2% 2% 2%
4 Transverse slope 1,5% 1,5% 1,5%
5 Shoulder 1247 m x 29 m, 1027 m x 30 m, 900 m x 30 m,
2,5% 2,5% 2,5%
6 Strip ( p x l) 1247 m x 75 m 1027 m x 75 m 900 m x 75 m
7 Clearway 624 m 514 m 450 m
8 Stopway 60 m x 30 m, 60 m x 30 m, 60 m x 30 m,
0,5% 0,5% 0,5%
9 Declarede Distance
TORA 1247 m 1027 m 900 m
TODA 1871 m 1541 m 1350 m
ASDA 1307 m 1087 m 960 m
LDA 1247 m 1027 m 900 m
Tabel 5.4.
Kebutuhan Spesifikasi Teknis Runway (lanjutan)
Parameter Bandara
No
Teknis Sibigo P. Tuanku Lahewa
(1) (2) (12) (13) (14)
1 Panjang 900 m 900 m 900 m
2 Lebar 30 m 30 m 30 m
3 Longitudinal slope 2% 2% 2%
4 Transverse slope 1,5% 1,5% 1,5%
5 Shoulder 900 m x 30 m, 900 m x 30 m, 900 m x 30 m,
2,5% 2,5% 2,5%
6 Strip ( p x l) 900 m x 75 m 900 m x 75 m 900 m x 75 m
7 Clearway 450 m 450 m 450 m
8 Stopway 60 m x 30 m, 60 m x 30 m, 60 m x 30 m,
0,5% 0,5% 0,5%
9 Declarede Distance
TORA 900 m 900 m 900 m
TODA 1350 m 1350 m 1350 m
ASDA 960 m 960 m 960 m
LDA 900 m 900 m 900 m
5-14
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 5.4.
Kebutuhan Spesifikasi Teknis Runway (lanjutan)
Parameter Bandara
No
Teknis
Sirombu Teluk Dalam
2 Lebar 30 m 30 m
3 Longitudinal slope 2% 2%
8 Stopway 60 m x 30 m, 60 m x 30 m,
0,5% 0,5%
9 Declarede Distance
Dari sisi kebutuhan tebal perkerasan di atas tanah dasar, FAA telah
mengeluarkan kurva rencana untuk berbagai jenis tipe pesawat dan kondisi
pembebanan. Dalam desain airstrip ini dimana pesawat C-130 Hercules
sebagai pesawat rencana maka tebal perkerasan yang diperlukan dapat
diestimasi sebagai berikut.
5-15
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel lapis pondasi ini masih lebih besar dari nilai minimal yang disyaratkan
FAA yakni sebesar 6 In. Susunan lapis perkerasan secara umum dapat dilihat
pada Gambar 5.1.
Taxiway adalah bagian dari lapangan terbang yang disediakan untuk jalur
pergerakan pesawat dari dan ke runway. Fungsi utama taxiway adalah sebagai
jalan keluar masuk bagi pesawat dari runway menuju ke apron atau bangunan
terminal dan sebaliknya, atau dari runway menuju ke bagian-bagian yang lain
dari lapangan terbang (misalnya hanggar pesawat). Taxiway diatur
sedemikian rupa sehingga pesawat-pesawat tidak saling mengganggu, baik
yang akan menuju ke runway maupun yang berasal dari runway. Rutenya
dipilih sebagai jarak terpendek dari bangunan terminal menuju ke ujung
landasan yang dipakai untuk awal take-off.
5-16
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Dalam perencanaan taxiway secara umum ada beberapa prinsip yang harus
dipertimbangkan, yakni rute taxiway antar bagian aerodrome harus
diusahakan sependek dan sesederhana mungkin dengan seminim mungkin
persimpangan, kelokan, dan bottle neck (penyempitan) dan sebanyak
mungkin jalan satu arah. Selain itu ada pula pertimbangan lain yang cukup
penting, yakni rute taxiway harus didesain dengan menghindari area yang
menyediakan akses penumpang ke pesawat. Selain itu, semua bagian taxiway
harus dapat terlihat dari menara kontrol dan efek semburan jet pada area
yang berhubungan dengan taxiway harus diminimalisasi.
Seluruh bagian dari taxiway harus dapat dipantau dari menara kontrol.
Remote cameras dapat digunakan untuk memonitor bagian-bagian dari
5-17
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Hindari perpotongan antara taxiway dengan runway atau taxiway lain. Hal
ini perlu dilakukan untuk keamanan dan untuk menurunkan potensi
terjadinya penundaan taxiing (taxiing delays) yang dilakukan oleh pesawat
1. Jenis-Jenis Taxiway
b. Apron taxiway
Yaitu bagian dari sistem taxiway yang terletak pada suatu apron dan
dimaksudkan untuk menyediakan jalur taxi melintasi apron.
c. Parallel taxiway
Yaitu taxiway yang letaknya memanjang sejajar dengan panjang
runway.
d. Exit taxiway
Yaitu taxiway yang berhubungan langsung dengan runway dan
dimaksudkan untuk jalur keluar masuk dari dan ke runway. Fungsi exit
taxiway adalah untuk mengurangi waktu pemakaian runway oleh
pesawat yang sedang landing.
2. Desain Taxiway
Secara umum, kriteria desain taxiway didasarkan pada kode ARC-nya yang
dapat dilihat pada tabel berikut:
CODE LETTER
PHYSICAL CHARACTERISTICS
A B C D E
7.5 m 10.5 18 ma 23 mc 23 m
Taxiway Pavement m
Minimum 15 mb 18 md
width of : Taxiway Pavement and Shoulder - - 25 m 38 m 44 m
Taxiway Strip 27 m 39 m 57 m 85 m 93 m
Graded Portion of Taxiway Strip 22 m 25 m 25 m 38 m 44 m
1.5 m 2.25 4.5 ma 4.5 m 4.5 m
Minimum Clearance Distance of Outer Main Wheel
m
to Taxiway Edge
3 mb
Centre Line of Instumen Runway
1 82.5 87 m - - -
m
2 82.5 87 m - - -
CODE NUMBER
m
3 - - 168 m 176 m -
4 - - - 176 m 180
Minimum
Centre Line of Non-Instrumen Runway
Seperation
1 37.5 42 m - - -
Distance
m
between
Taxiway 2 47.5 52 m - - -
CODE NUMBER
Centre and m
: 3 - - 93 m 101 m -
4 - - - 101 m 105 m
Taxiway Centre Line 21 m 31.5 46.5 68.5 76.5
m m m m
Object : -Taxiwaye 13.5 19.5 28.5 42.5 46.5
m m m m m
-Aircraft Stand Taxilane 12 m 16.5 24.5 36 m 40 m
m m
Maximum Pavement 3% 3% 1.5 % 1.5 % 1.5 %
Longtudinal
Slope of Change in Slope (% per m) 1 / 25 1 / 25 1 / 30 1 / 30 1 / 30
Taxiway
Taxiway Pavement 2% 2% 1.5 % 1.5 % 1.5 %
Graded Portion of Taxiway
Maximum 3% 3% 2.5 % 2.5 % 2.5 %
Strip-Upwards
Tranversal
Graded Portion of Taxiway
Slope of : 5% 5% 5% 5% 5%
Strip-Downwards
Ungraded Portion of Strip-Upward 5% 5% 5% 5% 5%
Minimum Radius of Longitudinal Vertical Curve 2500m 2500m 3000m 3000m 3000m
150m 200m 300m 300m 300m
f f f f f
Minimum Taxiway Sight Distance
1.5m 2m a 3m a 3m a 3m a
a
I. Taxiway intended to be used by aeroplane with a wheel base equal to or greater than 15 m.
II. Taxiway intended to be used by aeroplane with a wheel base less than 18 m.
III. Taxiway intended to be used by aeroplane with an outer main gear wheel span equal to or greater
than 9 m.
IV. Taxiway intended to be used by aeroplane with an outer main gear wheel span less than 9 m.
V. Taxiway other than an aircraft stand taxilane.
5-19
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
b. Taxiway curves
Taxiway curves atau lengkung taxiway ialah garis yang terletak tepat di
tengah taxiway yang sedang berkelok. Jarak dari titik pusat rotasi
belokan dengan lengkung taxiway ialah jari-jari belokan tersebut.
Perubahan arah dalam taxiway harus diusahakan sekecil mungkin dan
desain dari taxiway curves harus sedemikian rupa sehingga ketika
pesawat sedang membelok, jarak bebas minimum dari roda utama
terluar pesawat ke tepi taxiway (minimum clearance distance of outer
main wheel to taxiway edge) tidak kurang dari batas yang telah
ditentukan.
5-20
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Bila taxiway curves tak dapat dihindari (ada kelokan pada taxiway),
radius kelokan harus disesuaikan dengan kemampuan manuver pesawat
dan kecepatan pesawat ketika berbelok harus dibatasi agar kecepatan
rencana taxiway dapat terpenuhi. Berikut diberikan data nilai radius
taxiway curves yang dirancang untuk kecepatan rencana tertentu.
Tabel 5.8.
Hubungan Kecepatan Pesawat dengan Jari-Jari Kurva
5-21
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Minimum Wheel
Clearance
Extra taxiway
width
Taxiway
X/2
Seperti telah dijelaskan pada awal sub-bab taxiway, exit taxiway ialah
taxiway yang memiliki sudut tertentu sehingga memiliki kecepatan
rencana lebih tinggi daripada kecepatan rencana taxiway pada
umumnya. Rapid exit taxiway sering juga disebut express taxiway.
Tujuan pembuatan rapid exit taxiway ialah mengurangi waktu okupansi
suatu pesawat sehingga runway dapat segera digunakan oleh pesawat
yang lain dan kapasitas aerodrome akan meningkat. Jika derajat
kejenuhan runway pada saat jam sibuk sekitar 25 operasi (baik take off
maupun landing), maka sudut yang tepat untuk exit taxiway
dibutuhkan, atau dengan kata lain rapid exit taxiway dibutuhkan.
Pada runway, didesain dua buah exit taxiway yang menyudut 90°
dengan runway serta sebuah rapid exit taxiway yang menyudut 30°
dengan runway. Jarak rapid exit taxiway ini dari ujung landasan
(dimana pesawat landing) didasarkan pada kebutuhan pesawat-pesawat
dengan kecepatan menempuh threshold sebesar 261 km/h-306
km/jam. Rapid exit taxiway didesain dengan jari-jari putarannya adalah
550 m untuk ARC 4.Kecepatan exit dalam kondisi basah yang
diperbolehkan adalah 93 km/jam.
5-22
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Intersection angle
Runway
d. Taxiway Shoulders
5-23
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
e. Taxiway Strips
Tabel 5.9.
Taxiway other than aircraft stand taxiline
5-24
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 5.10.
Minimum Separation Distance Between Taxiway and Taxiway or Object
Beetwen Formula A B C D E
Taxiway Wing Span (Y) 15 24 36 52 60
centre line + 2x maximum
(or apron lateral deviation (X) 3 4.5 6 9 9
taxi- way + increment (Z) 3 3 4.5 7.5 7.5
centre line) =Seperation Distance 21 31.5 46.5 68.5 76.5
to taxi- way (V)
centre line
Wing Span (Y) 7.5 12 18 26 30
+ 2x maximum
Taxiway
lateral deviation (X) 1.5 2.25 3 4.5 4.5
centre line to
+ increment (Z) 4.5 5.25 7.5 12 12
object
= Seperation Distance 13.5 19.5 28.5 42.5 46.5
(V)
Wing Span (Y) 7.5 12 18 26 30
+ 2x maximum
Aircraft stand
lateral deviation (X) 1.5 1.5 2 2.5 2.5
taxilane
+ increment (Z) 3 3 4.5 7.5 7.5
centre line to
= Seperation Distance 12 16.5 24.5 36 40
object
(V)
All dimensions in meter
5-25
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
W/2
U = Main gear span
U/2
V = Separation distance
W = Taxiway width
V X = Maximum lateral deviation
X Y/2 Y = Wing span
Z
Z = Increment
Tabel 5.11.
Minimum Separation Distance Between Taxiway and Runway
5-26
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Runway Taxiway
Sw Ws
Tabel 5.11.
Jarak minimum taxiway terhadap apron taxiway centre line
Between Formula A B C D E
Taxiway centre line and wing span (Y) 15 24 36 52 60
taxiway centre line +2x maximum
(apron taxiway centre line and lateral deviation (X) 3 4.5 6 9 9
taxiway centre line) +increment (Z) 3 3 4.5 7.5 7.5
=(V) 21 31.5 46.5 68.5 76.5
Keterangan: Satuan jarak dalam meter.
5-27
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
e. Wing tip Clearance bagi pesawat terhadap pesawat lain atau objek yang
berhenti.
g. Instalasi hidran BBM dan lain-lain (sistem hidran BBM, sumber daya listrik,
sistem hidran air, sistem pengatur hawa) yang tetap di apron.
j. Kemiringan apron.
k. Marking apron.
a. Terminal apron adalah sebuah daerah yang dirancang untuk manuver dan
parkir pesawat yang bersebelahan atau mudah dihubungkan dengan
fasilitas terminal penumpang. Tempat ini digunakan oleh penumpang untuk
naik ke pesawat dari terminal. Sebagai tambahan, dalam fasilitas
5-28
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
b. Cargo apron, adalah apron yang digunakan untuk tempat berhenti dan
menaik-turunkan muatan pesawat yang hanya mengangkut barang-
barang, kargo, surat, dan sejenisnya tanpa penumpang. Pemisahan dengan
terminal apron disebabkan oleh perbedaan fasilitas yang harus disediakan
di kedua apron tersebut.
d. Service and Hangar Apron. Service apron adalah suatu tempat terbuka
untuk melakukan perawatan serta perbaikan terhadap pesawat dan
lokasinya berdekatan dengan hangar pemeliharaan. Sedangkan hangar
apron adalah sebuah lokasi pemindahan pesawat dari dan menuju hangar.
Aircraft stand adalah daerah pada apron yang dimaksudkan untuk memarkir
pesawat. Jarak minimum dari sebuah pesawat yang berada dalam aircraft
stand dengan bangunan/pesawat/objek lain tidak boleh kurang dari nilai
clearance yang diberikan dalam tabel berikut.
5-29
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
1. Ukuran Apron
Ukuran apron tergantung dari tipe dan besar pesawat, ruang yang
dibutuhkan pesawat untuk masuk atau keluar parkir, serta ruang yang
dibutuhkan pesawat untuk berputar. Secara keseluruhan apron harus dapat
menunjang kelancaran lalu lintas di lapangan terbang, terutama di saat
padat. Luas total apron harus mampu menangani lalu lintas bandar udara
pada kondisi kepadatan maksimumnya.
2. Kekuatan Apron
Tiap bagian apron harus dapat menampung lalu lintas lapangan terbang.
Namun ada bagian tertentu dari apron yang bertugas menampung volume
lalu-lintas terpadat serta menampung pesawat yang sedang berhenti atau
bergerak pelan. Sebab itulah apron memerlukan kekuatan yang lebih besar
dibandingkan runway.
3. Kemiringan Apron
4. Letak Apron
Jarak antara apron dengan gedung terminal atau bangunan lain pada
lapangan terbang harus dibuat secukup mungkin untuk kenyaman
penumpang saat melakukan pergerakan. Untuk pesawat yang berkode
huruf D, jarak minimum apron dengan bangunan lain adalah 7,5 meter.
5-30
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
5. Operasi Runway
Kelebihan:
ii. Kebisingan saat mau parkir lebih kecil sebab yang menghadap
terminal hidungnya bukan bagian belakang.
Kekurangan:
i. Dibutuhan banyak tenaga untuk berputar keluar sebab pada saat itu
pesawat penuh muatan (termasuk di dalamnya penumpang)
sehingga semburan jet lebih banyak yang mengenai gedung
terminal.
iii. Pintu muatan bagian belakang pesawat jauh dari gedung terminal.
iv. pada saat pesawat akan pergi terjadi bunyi frekuensi tinggi yang
mengarah ke gedung terminal. Karenanya pada saat akan pergi
sebaiknya pesawat dijauhkan terlebih dahulu dengan cara
dimundurkan menggunakan kendaraan/mobil pandu.
5-31
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Kelebihan:
Kekurangan:
5-32
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
c. Parallel.
Kelebihan:
Kekurangan:
a. Linier System.
b. Pier System.
5-33
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
TERMINAL
Pada sistem ini pesawat diparkir jauh berbaris dari bangunan terminal.
Akses ke pesawat dibantu oleh kendaraan transporter,misalnya bis.
d. Satellite System
91 m
49 m
Satellite
76 m
Tunnel
: pesawat
BAGGAGE CLAIM AND TICKETING FACILITIES
V *T
G =
μ
L AZ = L * D ,
di mana L = length of aircraft + 2clearance
D = wingspan + 2clearance
Berbeda dengan dimensi runway, pada taxiway dan apron dimensi yang
diperlukan akan sama untuk setiap bandara. Perbedaan ini disebabkan karena
panjang runway dipengaruhi oleh elevasi lokasi, suhu dan kemiringan runway.
Sedangkan taxiway dan apron hanya dipengaruhi oleh karakteristik pesawat
yang akan menggunakannya. Berdasarkan standat teknis di atas maka dapat
disimpulkan spesifikasi teknis dimensi taxiway dan apron sebagai berikut.
5-35
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 5.13.
Spesifikasi Teknis Dimensi Taxiway dan Apron
Struktur taxiway dan apron umumnya dipengaruhi oleh jenis material yang
digunakan dan tanah dasar yang mendukungnya. Hingga laporan sementara
ini pengujian lapangan belum sepenuhnya selesai oleh karena itu diambil nilai
awal yang sama dengan desain runway. Dengan demikian kebutuhan minimal
tebal perkerasan taxiway dan apron dapat dilihat pada Gambar 5.1.
5-36
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Conical Surface
Deskripsi – suatu kemiringan permukaan ke arah atas dan luar dari batas
yang mengelilingi inner horizontal surface
Laporan Akhir
6-1
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Karakteristik – radius atau batasan luar dari inner horizontal surface dapat
diukur dari titik acuan atau titik yang telah ditentukan untuk tujuan
pengukuran tersebut.
Approach Surface
Deskripsi – sebuah area yang mendaki (seperti lereng) atau kombinasi dari
area threshold yang telah ada sebelumnya
Elevasi dari sisi dalam sama dengan elevasi dari titik tengah threshold
Laporan Akhir
6-2
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
a. suatu garis pertemuan bagian dalam dengan lokasi sisi dalam dari
Approach surface tetapi dengan panjang tertentu dari inner approach
surface.
b. dua sisi yang dimulai dari akhir bagianj sisi dalam dan mengarah
keluar sejajar dengan bidang vertikal yang di dalamnya terdapat
garis tengah runway.
a. sisi luar yang paralel dengan sisi dalam
Transitional surface
Deskripsi – Suatu permukaan kompleks sepanjang sisi strip dan bagian dari
sisi approach surface, kemiringannya mengarah ke atas dan sekaligus
keluar ke arah inner horizontal surface.
Laporan Akhir
6-3
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
a. Bagian tepi bawah dimulai pada akhir inner approach surface dan
berlanjut ke bawah ke sisi inner approach surface lalu berlanjut ke
bagian tepi dalam permukaan tersebut, dari lokasi tersebut sepanjang
strip sejajar dengan garis tengah runway ke bagian tepi dalam balked
landing surface dan dari tempat itu mengarah ke atas sepanjang sisi
balked landing surface ke titik di mana sisinya berpotongan dengan
inner horizontal surface, dan
b. Bagian tepi atas terletak di bidang inner horizontal surface.
Laporan Akhir
6-4
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Deskripsi – sebah bidang yang mendaki (seperti lereng) yang terletak pada
jarak tertentu setelah threshold, diperpanjang di antara inner transitional
surface.
a. Tepi bagian dalam datar dan tegak lurus terhadap garis tengah
rnway dan terletak pada jarak tertentu setelah threshold.
b. Dua sisi dimulai/diawali pada akhir tepi bagian dalam dan mengarah
keluar secara seragam pada tingkat divergensi tertentu dari bidang
vertikal yang di dalamnya terdapat garis tengah runway ; dan
c. Tepi bagian luar sejajar dengan tepi bagian dalam dan terletak di
bidang inner horizontal surface.
Ketinggian tepi bagian dalam sama dengan ketinggian garis tengah runway
pada lokasi tepi bagian dalam.
a. Tepi bagian dalam datar dan tegak lurus terhadap garis tengah
runway dan terletak pada jarak tertentu di luar akhir dari runway
atau akhir dari clearway jika ada dan panjangnya melebihi jarak
tertentu
b. Dua sisi dimulai/diawali di akhir tepi bagian dalam mengarah keluar
seara seragam dengan tingkat divergensi tertentu dari take-off track
ke lebar akhir tertentu dan berlanjut dari lebar tersebut untuk sisa
panjang take-off climb surface, dan
c. Tepi bagian luar datar dan tegak lurus terhadap take-off track
tertentu.
Laporan Akhir
6-5
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Untuk kasus take-off flight path yang lurus, kemiringan take-off climb
surface dapat diukur pada bidang datar yang di dalamnya terdapat garis
tengah runway.
Untuk kasus take-off flight path yang terdapat belokan di dalamnya, take-
off climb surface dapat berupa permukaan yang kompleks yang terdiri dari
garis normal horizontal ke garis tengahnya, dan kemiringan garis tengah
sama dengan take-off flight path yang lurus.
Non-instrument runways
Tinggi dan kemiringan permukaan tidak boleh lebih dari dan dimensi
lainnya tidak boleh kurang dari, tercantum dalam table 4-1.
Object baru atau perlengkapan dari object yang telah ada sebelumnya
tidak boleh diijinkan di atas sebuah pendekat atau transitional surface
kecuali jika, mendapat ijin atau rekomendasi dari appropriate authority,
object baru atau perlengkapannya dilindungi oleh sebuah object yang telah
ada yang tidak dapat dipindahkan.
Laporan Akhir
6-6
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Rekomendasi- Object baru atau perlengkapan dari object yang telah ada
tidak boleh diijinkan berada di atas conical surface atau inner horizontal
surface kecuali jika, ada rekomendasi dari pihak yang berwenang, object
tersebut dapat dilindungi oleh object yang telah ada yang tidak dapat
dipindahkan, atau setelah studi tentang penerbangan telah menentukan
bahwa object tersebut tidak akan mempengaruhi keselamatan atau
memberikan pengaruh yang signifikan pada operasi pesawat terbang
reguler.
Tinggi dan kemiringan permukaan tidak boleh lebih dari, dan dimensi
lainnya tidak boleh kurang dari, seperti yang telah ditentukan di table 4-1,
kecuali untuk kasus potongan horisontal approach surface (lihat 4.2.9)
Object baru atau perlengkapan object yang telah ada tidak boleh berada di
atas approach surface setinggi 3000 m dari tepi dalam atau di atas
transitional surface kecuali jika, ada izin atau rekomendasi dari pihak yang
berwenang, object baru atau perlengkapannya dapat dilindungi oleh object
yang tidak dapat dipindahkan yang telah ada sebelumnya.
Laporan Akhir
6-8
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
conical surface
inner horizontal surface
approach surface
transitional surfaces
Conical surface
Inner horizontal surface
Approach surface dan inner approach surface
Transitional surfaces
Inner transitional surfaces, dan
Balked landing surface
Tinggi dan kemiringan permukaan tidak boleh lebih dari, dan dimensi yang
lain tidak boleh kurang dari, terantum dalam table 4-1, kecuali untuk kasus
potongan horisontal dari approach surface (lihat 4.2.17)
Laporan Akhir
6-9
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Sebuah object yang bersifat tetap tidak diijinkan berada di atas inner
approach surface, inner horizontal surface atau balked landing surface,
kecuali untuk object yang ditempelkan karena fungsinya maka object
tersebut harus diletakkan/ditempatkan di strip. Object yang dapat
berpindah tidak diijinkan berada di atas permukaan tersebut selama
penggunaan runway untuk pendaratan.
Object baru atau perlengkapan dari object yang telah ada sebelumnya
tidak boleh diijinkan di atas sebuah pendekat atau transitional surface
kecuali jika, mendapat ijin atau rekomendasi dari appropriate authority,
object baru atau perlengkapannya dilindungi oleh sebuah object yang telah
ada yang tidak dapat dipindahkan.
Rekomendasi- Object baru atau perlengkapan dari object yang telah ada
tidak boleh diijinkan berada di atas conical surface atau inner horizontal
surface kecuali jika, ada rekomendasi dari pihak yang berwenang, object
tersebut dapat dilindungi oleh object yang telah ada yang tidak dapat
dipindahkan, atau setelah studi tentang penerbangan telah menentukan
bahwa object tersebut tidak akan mempengaruhi keselamatan atau
memberikan pengaruh yang signifikan pada operasi pesawat terbang
reguler.
Laporan Akhir
6-10
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Take-off runways
Catatan – Ketika kondisi lokal berbeda sangat jauh dengan kondisi atmosfer
standar permukaan air laut, sebaiknya kemiringan yang telah ditentukan
dalam table 4-2 dikurangi. Tingkat pengurangan ini tergantung pada
perbedaan antara kondisi lokal dan kondisi atmosfer standar permukaan air
laut, dan pada karateristik performance dan persyaratan operasional dari
pesawat terbang untuk suatu runway yang dimaksud.
Object baru atau perlengkapan dari object yang telah ada sebelumnya
tidak boleh diijinkan di atas sebuah pendekat atau transitional surface
kecuali jika, mendapat ijin atau rekomendasi dari appropriate authority,
Laporan Akhir
6-11
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
object baru atau perlengkapannya dilindungi oleh sebuah object yang telah
ada yang tidak dapat dipindahkan.
Rekomendasi – Object yang telah ada dan terbentang di atas take-off climb
surface sejauh ini dapat dihilangkan kecuali jika, ada rekomendasi dari
pihak yang berwenang, object dilindungi oleh object yang telah ada yang
tidak dapat dipindahkan, atau setelah studi tentang penerbangan
memutuskan bahwa object tersebut tidak akan mempengaruhi
keselamatan atau memberikan pengaruh yang signifikan pada operasi
pesawat terbang reguler.
Laporan Akhir
6-12
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
atau lebih di atas elevasi dasar harus dianggap sebagai obstacles, kecuali
suatu studi tentang penerbangan mengindikasikan bahwa hal tersebut bukan
merupakan bahaya bagi pesawat terbang.
Other objects
Laporan Akhir
6-13
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Laporan Akhir
6-14
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Laporan Akhir
6-15
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Laporan Akhir
6-16
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Laporan Akhir
6-17
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Laporan Akhir
6-18
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Laporan Akhir
6-19
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Laporan Akhir
6-20
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Dilihat dari kondisi umum, batas utara, selatan, timur dan barat umumnya
berupa lembah. Dengan demikian daerah sekitarnya mempunyai ketinggian
lebih rendah daripada titik acuan (karena lembah, lembah berarti bagian yang
lebih rendah dari suatu perbukitan atau pergunungan).
Dari peta topo, dilihat bahwa garis kontur cenderung rapat, namun kisaran
ketinggian masih sampai dengan 550-an meter, jadi masih tergolong aman
untuk KKOP-nya.
Gambar potongan memanjang dan melintang KKOP daerah Wak dapat dilihat
pada gambar 6.9. Sementara potongan memanjang dan melintang KKOP
untuk daerah lain dapat dilihat lebih jelas pada lampiran F.
Laporan Akhir
6-21
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
GAMBAR POTONGAN
Laporan Akhir
6-22
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Ketinggian KKOP adalah 100 meter di atas titik acuan, jadi KKOP dinyatakan
aman terhadap kondisi geografis sekitar bila daerah yang masuk KKOP
mempunyai ketinggian di bawah 1193.8 (1093.8 + 100).
Bila dilihat dari peta, garis kontur di sekitar KKOP tidak terlalu rapat, hal
tersebut menunjukkan bahwa kondisi di sekitar lokasi merupakan daerah yang
datar.
Laporan Akhir
6-23
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Garis kontur relatif renggang, variasi ketinggian tidak banyak dan relatif datar.
Kisaran ketinggian untuk sekitar wilayah bandara hanya berkisar sampai
dengan 18 meter MSL, sehingga KKOP aman.
Laporan Akhir
6-24
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Dari peta topo ketinggian wilayah sekitar bandara hanya berkisar sampai
dengan 15 meter, selain itu letak bandara yang berada di tepi daratan (pinggir
laut) mendeskripsikan bahwa lokasi sekitar masih berupa dataran, sehingga
KKOP untuk bandara ini aman.
Laporan Akhir
6-25
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Dari peta topo ketinggian di sekitar KKOP berkisar sampai dengan 10.5
meter, jadi masih dalam kondisi aman.
Laporan Akhir
6-26
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Laporan Akhir
6-27
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Laporan Akhir
6-28
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Peraturan FAA
Pertimbangan lingkungan
Dampak kebisingan
Dalam hal untuk kondisi darurat, tentunya tidak semua pertimbangan di atas
harus terpenuhi. Pertimbangan lebih ditekankan ke faktor teknis seperti
kondisi tanah dan kontur lokasi, halangan buatan dan alamiah serta
karakteristik ukuran dan performans pesawat rencana.
Pada bab ini diberikan secara ringkas penjelasan proses desain layout bandara
pada masing-masing lokasi rencana.
7-1
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
7-2
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
7-3
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Laporan Akhir
8-1
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 8.1.
Komponen biaya pembangunan airstrip
Laporan Akhir
8-2
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Harga dasar bahan dan upah yang diperoleh di lokasi airstrip baru (+eksisting)
umumnya perlu diolah dulu untuk menjadi Harga Satuan Pekerjaan.
Komponen biaya yang diikutsertakan disini meliputi biaya tenaga kerja, biaya
bahan, biaya peralatan dan overhead. Perhitungan harga satuan masing-
masing jenis pekerjaan dapat dilihat di Lampiran. Berikut ini disajikan resume
perhitungan tersebut.
Catatan:
1) Berlaku untuk daerah: Pulau Sumatera (daratan)
2) Berlaku untuk daerah: P. Nias, P. Simeulue, P. Tuanku
Laporan Akhir
8-3
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Item Bandara
Satuan
Pekerjaan 1 2 3 4 5 6 7
1.1 Ls 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
3
2.1 M 597,4 792,0 924,0 132,0 158,4 1.003,2 316,8
2.2 M3 597,4 792,0 924,0 132,0 158,4 1.003,2 316,8
3.1 M3 2.720,0 47.819,3 1.611,8 2.992,0 1.436,5 10.880,0 10.531,5
3.2 M3 0,0 417,8 1.139,4 15,0 18,0 114,0 36,0
5.1 M3 736,0 3.191,3 2.328,8 809,6 388,7 2.944,0 2.849,7
5.2 M3 736,0 3.191,3 2.328,8 809,6 388,7 2.944,0 2.849,7
6.1 (1) Liter 2.133,3 9.250,0 6.750,0 2.346,7 1.126,7 8.533,3 8.260,0
6.1 (2) Liter 914,3 3.964,3 2.892,9 1.005,7 482,9 3.657,1 3.540,0
6.3 (5) M2 3.200,0 13.875,0 10.125,0 3.520,0 1.690,0 12.800,0 12.390,0
6.3 (6) M3 320,0 1.387,5 1.012,5 352,0 169,0 1.280,0 1.239,0
8.4 (1) M2 0 8700 4950 0 0 8700 8050
8.4 (3) Buah 20 20 20 20 20 20 20
9.1 Jam 38,85 18,9 18,9 25,2 28,35 18,9 24,15
9.2 Jam 155,4 75,6 75,6 100,8 113,4 75,6 96,6
9.3 Jam 77,7 37,8 37,8 50,4 56,7 37,8 48,3
9.4 Jam 38,85 18,9 18,9 25,2 28,35 18,9 24,15
9.5 Jam 38,85 18,9 18,9 25,2 28,35 18,9 24,15
9.8 Jam 38,85 18,9 18,9 25,2 28,35 18,9 24,15
9.14 Jam 38,85 18,9 18,9 25,2 28,35 18,9 24,15
9.15 Jam 38,85 18,9 18,9 25,2 28,35 18,9 24,15
9.16 Jam 38,85 18,9 18,9 25,2 28,35 18,9 24,15
9.17 Jam 38,85 18,9 18,9 25,2 28,35 18,9 24,15
9.20 Jam 38,85 18,9 18,9 25,2 28,35 18,9 24,15
10.1 Ls/km 1,85 0,9 0,9 1,2 1,35 0,9 1,15
10.2 Ls/km 1,85 0,9 0,9 1,2 1,35 0,9 1,15
10.3 Ls/km 1,85 0,9 0,9 1,2 1,35 0,9 1,15
10.4 Ls/km 1,85 0,9 0,9 1,2 1,35 0,9 1,15
Laporan Akhir
8-4
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Item Bandara
Satuan
Pekerjaan 8 9 10 11 12 13 14
1.1 Ls 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
6.1 (1) Liter 25.000,0 25.000,0 25.000,0 25.000,0 25.000,0 25.000,0 25.000,0
6.1 (2) Liter 10.714,3 10.714,3 10.714,3 10.714,3 10.714,3 10.714,3 10.714,3
6.3 (5) M2 37.500,0 37.500,0 37.500,0 37.500,0 37.500,0 37.500,0 37.500,0
6.3 (6) M3 3.750,0 3.750,0 3.750,0 3.750,0 3.750,0 3.750,0 3.750,0
Bandara: 8. Wak; 9. Blang Kejaren; 10. Sibigo; 11. P. Tuanku; 12. Lahewa;
13. Sirombu; 14. Teluk Dalam
Laporan Akhir
8-5
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 8.5.
Estimasi Biaya Pengembangan Airstrip di Lokasi Eksisting (1000 Rp)
Item
Pekerjaan 1 2 3 4 5 6 7
Laporan Akhir
8-6
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Tabel 8.6.
Estimasi Biaya Pembangunan Airstrip di Lokasi Baru (1000 Rp)
Item
8 9 10 11 12 13 14
Pekerjaan
1.1 116.023,79 116.023,79 232.047,58 232.047,58 232.047,58 232.047,58 232.047,58
Bandara: 8. Wak; 9. Blang Kejaren; 10. Sibigo; 11. P. Tuanku; 12. Lahewa;
13. Sirombu; 14. Teluk Dalam
Laporan Akhir
8-7
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
Dari hasil estimasi biaya di atas maka dapat direkapitulasi kebutuhan biaya
pengembangan bandara eksisting dan pembangunan bandara baru sebagai
berikut.
Tabel 8.7.
Rekapitulasi kebutuhan biaya pengembangan bandara eksisting dan
pembangunan bandara baru (1000 Rp)
Komponen Biaya
Lokasi Pengemb.
Pek. Jumlah
Bandara Perkerasan Perkerasan Kondisi & Pemeli-
Umum Drainase Pek. Tanah Harian
Berbutir Aspal Pek. haraan
Rutin
Minor
Malikussaleh 116.024 171.718 55.389 235.214 429.315 1.263 43.767 38.210 1.090.899
Lasikin 232.048 455.336 1.989.208 2.039.745 3.722.967 1.325.517 42.584 37.177 9.844.582
T. Cut Ali 116.024 265.613 89.653 744.231 1.358.380 377.631 21.292 18.589 2.991.412
Rembele 116.024 37.945 61.676 258.735 472.247 1.263 28.389 24.785 1.001.063
Binaka 232.048 56.917 37.687 155.278 283.415 1.579 39.922 34.854 841.700
Kuala Batu 116.024 288.380 227.241 940.855 1.717.260 662.759 21.292 18.589 3.992.399
Lau Lauseur 116.024 91.067 216.253 910.718 1.662.254 613.337 27.206 23.752 3.660.612
Wak 116.024 1.048.996 113.366.917 2.756.412 5.031.037 2.054.181 21.292 18.589 124.413.446
Blang
Kejaren 116.024 767.929 75.293.365 2.756.412 5.031.037 2.054.181 21.292 18.589 86.058.828
Sibigo 232.048 1.198.701 6.849.311 5.512.824 10.062.073 4.108.361 42.584 37.177 28.043.078
P. Tuanku 232.048 1.709.742 4.992.727 5.512.824 10.062.073 4.108.361 42.584 37.177 26.697.535
Lahewa 232.048 1.337.450 7.367.689 5.512.824 10.062.073 4.108.361 42.584 37.177 28.700.206
Sirombu 232.048 1.053.519 10.770.196 5.512.824 10.062.073 4.108.361 42.584 37.177 31.818.782
Teluk Dalam 232.048 1.032.391 14.158.578 5.512.824 10.062.073 4.108.361 42.584 37.177 35.186.036
384.340.580
Laporan Akhir
8-8
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
9.1. Kesimpulan
(2) Dari sisi kecukupan panjang taxiway, diperlukan panjang 100 meter
untuk operasional secara aman pesawat Hercules. Bandara-bandara yang
memerlukan perpanjangan adalah B. Lasikin (+ 25 m), B. T. Cut Ali (+25
m), B. Kuala Batu (+40 m), B. Lau Lauser (+60 m), dan B. Binaka (+30
m). Adapun dari kecukupan lebar, hanya B. Lau Lauser yang masih
memerlukan penambahan, yakni sebesar 7 meter.
(4) Struktur perkerasan di sisi udara (runway, taxiway dan apron) perlu
ditinjau ulang sebelum dilakukan overlay guna mendukung beban
pesawat Hercules. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur perkerasan
di masing-masing lokasi tersebut sekurang-kurangnya memiliki
komposisi 4 in (10 cm) lapisan aspal (AC-Surface Course), 9 in (23 cm)
lapisan pondasi (Crushed Stone-Base Course) dan 9 in (23 cm) lapisan
pondasi bawah (Gravel Sub-base Course).
(5) Dalam desain airstrip untuk kondisi bencana ini, kebutuhan ruang
terminal penumpang dan barang belum dilakukan mengingat rendahnya
tingkat kepentingan ke arah sana. Namun demikian, jika akan dibangun
terminal maka dapat dialokasikan sesuai dengan kapasitas puncak apron,
yakni 3 (tiga) buah pesawat Hercules.
(9) Di sisi selatan P. Nias, tepatnya titik Teluk Dalam, lokasi airstrip terpilih
adalah di Desa Botohilitane. Dengan nilai 6,23 (skala 10) lokasi ini
mengalahkan calon lokasi lainnya yakni di Desa Hilijihono (nilai 8,19) dan
Desa Bawodobara (nilai 6,91). Pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah
hasil survey yang dilakukan Bapeda setempat dan mendapat persetujuan
dari Departemen Perhubungan Jakarta.
9-2
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
(10) Lokasi airstrip di daerah Sibigo dipilih di Desa Babul Makmur dengan nilai
8,04. Lokasi ini mengalahkan calon lainnya yakni di Mitem (7,81) dan
Sibigo (7,65).
(11) Lokasi airstrip di daerah Pulau Tuanku dipilih di Desa Haloban (1) dengan
nilai 8,35 sementara itu lokasi pembanding lainnya memiliki nilai 8,23.
(12) Wilayah yang dianggap perlu dibangun airstrip juga adalah daerah Wak
dan Blang Kejaren. Pada kedua daerah ini dipilih Desa Lane dan desa
Blang Tenggulun dengan nilai masing-masing 9,01 dan 8,23.
(14) Adapun biaya untuk pembangunan airstrip baru mencapai ± 361 milyar
rupiah. Biaya ini terbagi dalam pembangunan 7 buah airstrip baru
masing masing Uwaq (Rp. 124 M), Blang Kejaren (Rp. 86 M), Sibigo (Rp.
28 M), P. Tuanku (Rp. 27 M), Lahewa (Rp. 29 M), Sirombu (Rp. 32 M)
dan Teluk Dalam (Rp. 35 M). Biaya ini belum termasuk biaya pengadaan
lahan.
9.2. Rekomendasi
Rekomendasi studi berikut ini merupakan hasil diskusi staf ahli dan
mempertimbangkan faktor-faktor penting dalam pembangunan/
pengembangan airstrip. Secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:
(2) Penetapan lokasi airstrip baru ini perlu diperkuat dengan peraturan daerah
yang bersangkutan. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) perlu di revisi
dengan keberadaan airstrip baru ini. Hal ini diharapkan akan mengurangi
9-3
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana
PT. CIPTA MULTI KREASI
(4) Dalam tahap operasional, airstrip perlu dirawat untuk menjaga kondisi
permukaan sedemikian sehingga tetap mampu mendukung pesawat
Hercules sewaktu-waktu. Pemeliharaan airstrip ini memerlukan biaya.
Dalam rangka ini perlu didiskusikan siapa yang bertanggung jawab.
(5) Mengingat peruntukan airstrip hanya pada kondisi darurat maka menjadi
mubazir jika tidak digunakan. Biaya perawatan airstrip semakin tahun
akan semakin besar. Oleh karena itu dalam rangka mengoptimalkan
penggunaan airstrip dan juga menambah income bagi wilayah sekitarnya
perlu dilakukan kajian kelayakan airstrip untuk jalur penerbangan
komersial.
(6) Berdasarkan Analisis Multi kriteria didapatkan bahwa empat lokasi teratas
untuk pembangunan bandara baru yang direncanakan adalah:
a. Wak
b. Blang Kejeren
c. Pulau Tuanku
d. Sibigo
Namun disebabkan biaya operasional yang terlalu tinggi untuk Wak, maka
prioritas pembangunan bandara baru adalah:
a. Blang Kejeren
b. Pulau Tuanku
c. Sibigo
Prioritas pembangunan bandara baru di ketiga lokasi tersebut diharapkan
dapat segera ditindak lanjuti.
9-4
Laporan Akhir
Studi Air Strip (Pendaratan Pesawat C-130) Darurat untuk Bencana